Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1. DeskriPSi Teori


2.1.1. Bakekat Latihan
“Training is usually defined as systematic process of long duration, repetitiVe progressive
exercises, having the ultimate goal of improving athletic performance” (Bompa, 1994: 3).
Latihan biasanya didefinisikan sebagai suatu proses sistematis yang dilakukan dalam jangka
waktu panjang, berulang-ulang, progresif, dan mempunyai tujuan untuk meningkatkan
penampilan fisik.

Menurut Sukadiyanto (2002: 5-6) istilah latihan berasal dan kata dalam bahasa Inggris yang
dapat mengandung beberapa makna seperti: practice, exercises, dan training. Pengertian
latihan yang berasal dan kata practise adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan
(kemahiran) berolahraga dengan mengguna kan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan
kebutuhan cabang olahraganya.

Pengertian latihan yang berasal dan kata exercises adalah perangkat utama dalam proses
latihan harlan untu k meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga
mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Exercises merupakan materl
latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk satu scsi latihan atau satu kali tatap
muka dalam latihan, rnisalnya susunan materl latihan dalam satu kali tatap muka pada

mumnya berisikan mateñ, antara lain: (1) pembukaan!pengantar latihan, (2) peinanasan
(warming-up), (3) latihan inti, (4) latihan tambahan (suplemen), dan (5) cooling down!
penutup.

Latihan yang berasal dan kata training adalah penerapan dan suatu perencanaan untuk
meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan maten teori dan praktek, metode, dan
aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Latihan itu diperoleh
dengan cara menggabungkan tiga faktor yang terdiri atas intensitas, frekuensi, dan lama
latihan. Walaupun ketiga faktor ini memiliki kualitas sendiri-sendiri, tetapi semua harus
dipertimbangkafl dalam menyesuaikan kondisi sant latihan.

Latihan alcan berjalan sesuai dengan tujuan apabila program sesuai dengan kaidah-kaidah
latihan yang benar. Program latihan tersebut mencakup segala hal mengenai takaran latihan,
frekuensi latihan, waktu latihan. dan pninsip-prinsip latihan lainnya Program latihan ini
disusun secam sistematiS, tenikur, dan disesuaikan dengan tujuan latihan yang dibutuhkan.

Latihan fisik memerlukan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Hasil latihan fisik bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh secara instan, tidak dapat diperoleh
dalam satu atau dua minggu. Hasil latihan meningkat secam progresif, misalnya saja
peningkatan kekuatan naik berkisar 1- 5% perminggu. Latihan akan terlihat pengaruhnya
setelah dilakukan selama 8 minggu, misal latihan beban dapat memngkatkan kekuatan otot
sampai 50% dalam waktu 8 minggu (Dreger, dikutip oleh Suharjana 2007: 47). Faktor lain
yang tidak boleh dilupakan demi keberhasilan program latihan adalah keseriusan
latihan eseorang, ketertiban latihan, dan kedisiplinan latihan. Pengawasan dan pendampingan
terhadap jalannya program latihan sangat dibutuhkan.

Menurut Sadoso (1990: 23) latihan olahraga hams meliputi empat macam, yaitu: (1)
intensitaS latihan, (2) lamanya latihan, (3) frekuensi latihan, dan (4) macam aktivitaS latihan,
yang masing-maSing dapat diterangkan sebagai benkut:
a. IntensitaS latihan
Kualitas yang menunjukkan berat ringannya latihan disebut sebagai intensitas. Besarnya
intensitas bergantung pada jenis dan tujuan latihait Latihan aerobik menggunakan patokan
kenaikan detak jantung sepertí yang dikatakan Djoko (2004: 17) secara umum intensitas
latihan kebugaran adalah 60% - 90% detak jantung maksimal dan secara khusus besarnya
intensitas latihan bergantung pada tujuan latihan. Latihan untuk membakar lemak tubuh
menggunakan intensitas 65% .- 75% detak jantung maksimal yang dilakukan 20-60 menit
setiap latihan dan dilakukan 3-5 kali perrninggu (Djoko, 2004: 83 dalam skripsi Farid Imam).

Latihan aerobik adalah suatu bentuk latihan yang dilakukan secara berulang-ulang, terus-
menerus (ritmis), melibatkan kelompok otot-otot besar tubuh, dan dilakukan atau dapat
dipertahankan selama 20 sampai 30 menit. Contoh latihan aerobik adalah lan pelan cogging),
Ian, bersepeda, dan berenang (Aine McCarthy, 1995:44 dalam skripsi Farid Imam).

Takaran latthan aerobik yang dapat dilaksanakan yaitu meliputi frekuensi 3 - 5 kalilminggu,
secara umum intensitas 65% - 75% dan detak jantung ‘naksirnal sesuai dengan kondisi dan
tingkat keterlatihan. Bagi mereka yang barn

mulal latihan atau usia lanjut, mulailah berlatih pada intensitaS yang Iebih rendah, nisaInya
60%, terus ditingkatkan secam bertahap hingga mencapai intensitas Iatihafl yang semeStinY
Waktu atau durasi yang dilakukan adalah selarna 20 – 60 menit setiap latihan (Djoko, 2004:
83 dalam skripsi Farid Imam).
Setiap tubuh manusia apabila melakukan olahraga akan mengalami perubahan cli dalam
tubuhnya yang merupakan adaptasi dan latihan. l3egitupun pula dengan latihan aerobik,
menurut Junusul Hairy (1989: 208 dalam sknipsi Farid Imam) perubahan yang terjadi setelah
melakukan latihan daya tahan aerobic adalah:
a) Terjadi perubahan kardiorespiraSi.
Perubahan kardiorespirasi ini disebabkan oleh daya tahan latihan aerobik, dan secant tidak
langsung akan berpengaruh pada sistem transport oksigen. Sistem transport oksigen juga
melibatkan sistem sirkulatori, respiratori, dan jaringan. Komponen tersebut bekerja bersama-
sama untuk melepaskan/menyampaikan oksigen ke otot yang beraktivitas, karena dengan
latihan dapat meningkatkan respon jantung terhadap aktivitas yang dilaksanakan.

b).Terjadi peningkatan daya tahan otot.


Daya tahan otot adalah berhubungan dengan kemampuan sekelompok otot dalam
mempertahankan suatu usaha dalam waktu yang lama tanpa mengurangi unjuk keija. Selain
itu di dalam otot teijadi perubahan pada mitokoncfria yang berfungsi sebagai penghasil
tenaga yang memberikan sumbangafl pada system respiratori. Sebenarnya mitikondria
terlibat di dalam pemakaian oksigen untuk produksi ATP sebagai pembentuk energi.

eningkatkilfl kandungan myoglobii


Myoglobin berfungsi untuk menyimpan dan mengangicut oksigen dañ sel otot ke
mitokondria, sehingga dalam hal ini terjadi peningkatan pada kandungan myogiobin.

c) Meningkatkafl oksidasi karbohidrat dan lemak.


Dalain peningkatan oksìdasi karbohidrat terj adj peningkataan jumlah, ukuran, dan daerali
permukaan membran mitokondria,, serta meningkatnya kegiatan atau konsentrasi enzim yang
terlibat di dalam daur krebs dan sistem transport elektron, sedangkan pada oksidasi lemak
diketahui dengan adanya peningkatan penyimpanan trigliserida di dalam intramuskular, yang
disimpan dalam bentuk lemak, meningkatnya pengeluaran asam lemak bebas dan jaringan
lemak, sehingga tersedianya lemak sebagai bahan bakar, serta menìngkatnya kegiatan enzim
yang terlibat didalam aktivitas transport, dan pemecahan asam lemak.

d) Menurunkan persentase lemak tubuh dan meningkatkan masa tubuh tanpa lemak.
Hal ini dapat diidentifikasi dengan berkurangnya lemak di dalam tubuh dan berat tubuh tidak
atau meningkat hanya sedikit sekali.
e) Menut-unkan tekanan darah.
Latihan membenikan pengaruh pada pembuluh darah sehingga dapat menurunkan tekanan
darah. Perubahan tekanan darah pada arteri disebabkan oleh perubahan curahjantung, ukuran
pembuluh darah, dan volume darah.
Menurut Thomas (2000: 14 dalam sknipsi Fanid Imam) bahwa dalam waktu 40 menit, latihan
aerobik rata-rata akan membakar atau mengbabiskan kurang lebih 11

480 Icalon. Aktivitas aerobik merupakan aktivitas pembakar kalori terbesar karena ivitas ini
melibatkan otot—otot besar yang bergerak secara tenis menerus. Menurut Lynne Brick
(2001: 7 dalam skripsi Farid Imam) bahwa dengan melakukan latihan aerobik yang dilakukan
dengan ifltensitas rendah sampai jntensitas sedang selama 30 menit akan membakar kira-kira
250 kalori, dan apabila dilakukan pada intesitas rendah sampai intensitas sedang selama 20
meut atau lebih maka alcan membalcar lemak di dalam tubuh.

Latihan aerobik pada intensitas sedang akan menurunkan lemak tubuh lebih optimal jika
dibandingkan dengan latihan aerobìk pada intensitas tinggi. Hal tersebut dapat diterangkan
bahwa suinber energi yang digunakan pada kedua intensitas berbeda. Intensitas sedang
menggunakan karbohidrat dan lemak secara seimbang, sedangkan pada intensitas tinggi
menggunakan karbohidrat secam lebih dominan, sehingga enzim-enzjm untuk oksidasi lipid
kurang terangsang dan pembakaran lemak tubuh tidaic optimal (Bambang, 2001:100 dalam
skripsi Farid
Berdasarkan pada pernyataan-pernyataan diatas dapat diketahui bahwa latihan aerobik dapat
meningkatkan oksidasi lemak. Selain itu latihan aerobic bertujuan untuk mempersiapkan
sistem sirkulasi dan respirasi, penguatan path tendo dan ligamenta, serta mengurangi resiko
teijadmya cedera. Garis besar aturan komponen latihan aerobik yang baik dilakukan dengan
cam: intensitas rendah-.sedang, durasinya lama, waictu istiraliat singkat, dan dapat
menggunakan latihan yang bervariasi (misal lan untas alam, naik turun bukit, bersepeda,
berenang, dli).
galali satu latihan aerobik yang banyak dilakukan orang saat ini adalah jogging (melakubl1
olahraga dengan lan-lan kecil). Jogging merupakan olahraga yang inudah di1akuk11’ dan
ekonomiS karena tanpa menggunakan peralatan yang rumit. Selain jogging, Ian diatas
treadmill merupakan metode latihan aerohik yang sangat baik untuk dilakukan mengingat
denyut nadi seseorang dapat dikontrol apabila lan diatas treadmill sehingga zona latihan dapat
terpenuhi sesuai dengan program dan tujuan latihan yang ingin dicapai. Kelebihan lain dan
lan di atas treadmill adalah dapat dilakukan didalam ruangan sehingga dapat dilakukan
sewaktu-waktu tanpa terkendala oleh cuaca. Latihan aerobik hendaknya diberi variasi latihan
supaya tidak jenuh ataupun stress.

b. Lamanya latihan
Takaran lamanya latihan untuk olahraga prestasi adalah 45-120 menit dalam training zone,
sedangkan untuk olahraga kesehatan seperti program latihan untuk menurunkan berat badan
antara 20-30 menit dalam training zone. Maksudnya yaitu bahwa latihan-latihan tidak alcan
efisien, atau kurang membuahkan hasil jika takaran latihan di atas tidak terpenuhi. Menurut
Djoko (2004:21-:dalam skLnipsi Fanid Imam) takaran lama latihan untuk meningkatkan
kebugaran dan menurunkan berat badan dilakukan selama 20-60 menit.

c. Frekuensilatihan
Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas latihan dan lama latihan. Dalam
melakukan latihan sebaiknya frekuensi latihan dilaksanakafl paling sedikit tiga kali
seminggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun untuk olahraga prestasi. Untuk
meningkatkan kebugaran perlu latihan 3-5 kali per minggu (DjokO, 2004: 17 dalam skripsi
Farid Imam).

d Macam aktivitaS latihan


Sebuah latihan akan berhasil jika latihan tersebut memiliki metode latihan yang tepat. Macam
aktivitas fisik dipilih disesuaikan dengan tujuan latihan. MisalnYa, bentuk latihan untuk
mengembangkan kardiorespirasi ada bermacam macam seperti: lan, sepeda,jogging,
berenang, senam aerobik, atau jalan kaki.
Latihan yang tepat hendaknya juga menerapkan prinsip-prinsip dasar latihan gima mencapai
kineija fisik yang maksimal bagi seseorang. Menurut Sadoso (1990: 9 dalam skripsi Farid
Imam) prinsip-prinsip dasar latihan yang efektìf adalah sebagai berikut:

a) Pnnsip beban berlebih (overload)


Menurut Suhaijana (2007: 88 dalam skripsi Farid Imam) menyatakan bahwa pnnsip beban
berlebih pada dasarnya menekankan beban keija yang dijalani harus melebihi kemampuan
yang djmjliki oleh seseorang, karena itu latihan harus mencapai ambang rangsang. Hal itu
bertujuan supaya system
fisiologis dapat innyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kemampuan.
Menurut Djoko (2004: 12 dalani skripsi Farid Imam) prinsip beban berlebih maksudnya yaitu
bahwa pembebanan dalam latihan harus lebih berat dibandingkan aktivitas fisik sehani-hari.
Pembcbanan hams tel-us ditingkatkan secam bertahap sehingga mampu memberikan
pembebanan pada fungsi tubuh.
Jadi dalain membuat dan melaksanakan sebuah program latihan hams berpegang pada prinsiP
beban berlebih (overload) untuk meningkatkan kemamPuan secara jodik.

b) KekbUS” Latihafl
MenUflht Djoko (2004:12 dalam skripsi Farid Imam) program latihan yang baik haNs djpilih
secam khusuS sesuai dengan kebutuhan ataU tUjUan yang hendak dicapai. MiSflYa,
program latihan untuk meflUrU1an berat badan, maka pilih latihan aerobik setelah itu
lakukan latihan untuk pengeflCang& otot dengan menggunalan latihan beban (weight
training).

Dalam melakukan latihan, setiap bentuk rangsang akan direspon secara khusuS oleh setiap
orang atau olahragawan. Bentuk latihan yang diberikafl sesuai dengafl tujuan olahraga yang
diinginkan. Dalam hal ini perlu jpertimbaflgka1 prinsip spesifikasi, antara lain mencakup (1)
spesifikasi kebutuhan energi, (2) spesifikasi bentuk atau model latihan, (3) spesifikasi pola
gerok dan kelompok otot yang terlibat (Sukadiyaflt0 2002: 16).

c) Individilalitas
Menurut SukadiyafltO (2002: 14 dalam skripsi Farid Imam) setiap individu mempuflyai
potensi dan nampuafl yang berbedabeda. Selain poteflSi dan kemampuan yang berbeda,
faktor emataflgan, lingkUflgW, latar belakang kehidupan, serta pola inakannya pun berbeda,
sehingga akan berpengaruhterhadap aktivitas olahraga yang dilakukaflflYa. Oleh karefla ita,
dalam menentukan beban latihan harus disesuaikan dengan kemampUan asingmng individu
dan tjdak boleh disamaratak311.

Latihafl harus progresif


Menurut Sukadiyaflto (2002: 16 dalam skripsi Farid Imam) latihan bersifat progresif artinya
dalam pelaksanaan latihan dilakukan dad yang mudh ke yang sukar, sederhafla ke kompleks,
umum ke khusus, bagian ke keseluruhan, ringan ke berat, dan dan kuantitas ke kualitas, serta
dilaksanakan secara kontinyu, maju dan erkelafljUtfl. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam
proses latihan harus dilakukan secara kontiyu dan meningkat melanjutkan latihan
sebelumnya.

e) Pemulihan atau istirahat

Pada program latihan hams dicantumkan waktu pemulihan yang cukup. Waktu pemulihan
digunakan untuk mengurangi resiko over training akibat bcratnya latihan. Kelelahan hebat
justru dapat menimbulkan penurunan penampilan atau performa seseorang (Sadoso,199O:l 12
dalam skripsi Farid Imam). Dan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan
merupakan sebuah aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis, dalarn jangka
waktu yang panjang, dilakukan berulangulang, meningkat, dan dengan sebuah metoda
tertentu sesuai tujuan yang diinginkan. Proses berlatih yang dilakukan
secara teratur, terencana, berulang-uláiftg dan semakin lama semakin bertambah bebannya,
seria dimulai dan yang sederhana ke yang komplek.

2.1.2. Gjukosa Darab atau Kadar Gula Darah

1. Defenisi

Pengertian Glukosa darah atau kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat
glukosa di dalarn darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan
ketat di dalain tubuh.

a. Glukosa

Dna bentuk karbohidrat yang digunkan tubuh sebagai energi adalah giukosa jarah dan
glikogen otot (Fox,1993:l78). Glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang paling penting.
Glukosa rnerupakan karbohidrat dalam makanan yang diserap dalam jumlah besar kedalam
darah serta di konversikan didalani ati(Mayes,20007). Glukosa dalam tubuh di pecah untuk
menyediakan energy pada sel atau jaringan dan dapat disimpan sebagai sinipanan energi
dalam sel, sebagai glikogen(POCOCk,200411).

Glukosa merupakan bahan bakar utama bagi jaringan tubuh yang pada akhirnya digunakan
oleh sel tubuh untuk membentuk ATP. Walaupun banyak sel tubub banyak menggunakan
lernak sebagai sumber enrgi, saraf dan sel darah merah mutlak
memerlukannya(Marieb,2007:300). Jadi glukosa merupakan bentuk dasar bahan bakar
karbohidrat yang dipakai dalam tubuh (Patellongi, 2000:93).

b. Absorsi Clukosa

Absorsi adalah suatu proses rnasuknya zat makanan kedalani darah dan
hati melalu usus. Karbohidrat sebagai sumber glukosa, dalaiiì usus halus dicerna
menjadi disakaridase, yaitu sukrosa, maltosa dan laktosa. Kemudian disakaridase
yang terdapat di brush borderusus halus selanjutnya menguraikan disakaridase ini
menjadi monosakaridase yang dapat diserap, yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa
(Sherwood, 2000:214).

(ilukosa merupakafl.Jems monosakarida yang paling banyak diabsorsi oleh s, biasanya


mencakup 80% dan kalori karbohidrat yang diabsorbsi. Alasannya atJalah bahwa glukosa
meruapkan produk pencernaan akhir dan makanan ajohidrat yang paling banyak, yaitu tepung
.sisanya 20 % monosakanida yang diabsorsi terdiri dan galaktosa dan fruktosa
(Guyton,2006:74).

Glukosa diserap dalam usus melalui dua tahap, yaitu masuknya glukosa melewati membrane
apikal usus ke dalam sel epitel dan kemudian dan sel epitel masuk melalui membrane basal.
Absorsi glukosa melewati membrane apical difasilitasi oleh sodium dependent glucose
transporter (SGLTI), sedangkan pada membrane basalis difasilitasi oleh transporter glukosa
(GLTU2)(Boron,2005:592).

Masuknya glukosa melewati membrane apikal, melalui SGLTI dengan cara transport aktif.
Sebab masuknya glukosa kedalam sel epitel usus, teijadi melawan gradient konsentrasi
glukosa. Glukosa masuk melewati membrane basalis diberi energy oleh grdien elektrokimia
Na, yang mana pada gilirannya dipelihara oleh tekanan Na yang melewati membrane
basolateral dengan pompa Na-K. system transport glukosa dengan Na ini adalah sahah satu
contoh proses transport akíif sekunder. Sedangkan masuknya glukosa melewati membrane
basalis tcrjadi secara difusi fasilitasifmelalui GLTU2 (Boron20O5:952).

Glukosa pada dasarnya di transport oleh mekanisme ko-transport natrium Pada keadaan tidak
ada transport flatrium melewati membrane, tidak ada glukosa yang
diabsorsi(Guyton,2006:75). Konsentrasi ion Na yang tinggi pada permukaan mukosa sel usus
meinpermudah onfluks glukosa kedalam sel-sel epitet. angkan konSeflt yang rendah akan
menghambat iithix glukosa ke dalam e1-sel epitel. Ini disebabkan karena gluksa dan Na
menggunakan kntaSePtor yaflag sama atau simpOrt, sodium dependent glucose rcznsporter
2005). Na beregrak kedalam sel epitel sesuai dengan beda konsefltrmnYa. GlukOsa bergerak
bersama Na dan di lepaskan di dalam sel. Na jangkt ke datan’ ninag intraselulet lateral, dan
glukosa diangkUt oleh GLTU2 ke dalafl’ intertiSium lalu masuk ke dalam kapiler
(GanOflg,2005:285).

c. MetabOtisme GlukOSa

Glukosa merupakan produk utama dan pencefl’ karbOhidt dan gula dalam 5juiaSi.pflg sediklt
95 persen dan seluruh monosaka da yang beredar di dalam darab mepakan produk peibahafl
akhir,Yait1 dalam bentuk glukoSa. Oleh kanena setelah absorbSi sebagian fruktosa dan
selunth galaktosa akan segera diubah irienjadi glukosa.(G1Yt0112OO6 :76).

Glukosa dalam tubuh juga dapat dañ beberuPa besal dan makanan yang berupa gula atau
karbohidrut yang kemudian dicerfla menjadi glukosa dan gula sederhafla yang disinteSada
sumber energi yang lain terutama oleh hati yang dikenal dengan g1ukoneogeflSisti glukoSa
yang tersimPa dalam hati, otot dan jaringan lain dalam bentuk glikogen (Dugi,2006)-
Glukosa yang tcrabsorbsi dalam usus halus ditransport ke hati melalul
vena porta hepatika.Kemudan disimpan datan’ hati sebagal glikogen atau dilepas
ke dalam darah untuk ditranspOrt ke sel-sel lain.G1uk0sa dapat diubah menjadi lemak oleb
hati dan jaringan adiposa jika ada kelebihan glukosa.Hati juga mengubah glukosa menjadi
asam amino (Sloan,2004:299).

Sebelum glukosa dapat dipakai oleh sel-sel jaringan tubuh glukosa hams ditransport melalui
membran masuk ke dalarn sitoplasma sel. Glukosa yang masuk dalam sel, segera difosforilasi
menjadi glukosa 6-fosfat. Glukosa 6-fosfat ¡ni kemudian akan dipolimerisasi menjadi
simpanan glukosa sebagai glikogen atau dikatabolisme. Proses pembentukan glikogen disebut
Glikogenesis,dan pemecahan glikogen disebut glikogenelisis (Ganong,2005 :289). Sel’ otot
menyimpan glikogen yang nantinya digunakan oleh skelet sendiri, dan tidak ikut secara
langsung dalam kontribusi regulasi glukosa darah.Kadar glukosa darahjuga terimbas oieh
glikogen otot secara tidak Iangsung. Hal ini terjadi ketika glikolisis anacrob terjadi di otot.
maka asam laktat yang terbentuk akan ikut aliran darah dan masuk hepar, yang kemudian
akan diubah menjadi glukosa dan selanjutnya ; (1) glukosa dapat dikembalikan ke darah
sebagai glukosa darth, (2) digunakan hepar sebagai bahan bakar, (3) diubah
menjadi glikogen dan disimpan sebagai glikogen hepar.Proses ini disebut Si1lus
Con (fox, 1993:178).

d. Clukosa Dan Metabolisme Energi

Energi diperlukan untuk proses fisiologis yang berlangsung dalam sel-sel tubuh. Proses ini
meliputi kontrajcsj otot, pembentukan dan pengantaran implus syaraf, sekresj kelenjar,
produksi panas untuk mempertahankan suhu, mekarnisme transport aktif dan herbagai reaksi
sintesis dan degradasi (Sloane, 2004 : 300).

swnber energi tubuh berasal dan karbohidrat, lemak dan protein. Sumber ergi jpj dipakai oleh
sel untuk membentuk sejumlah besar ATP dan AlP ,agai swnber energi untuk berbagai fungsi
sel.

ATP adalah senyawa fosfat yang berenergi tinggi yang menyimpan energy untuk tubuh. AlP
terbentuk dan Nukeitida adenosin ditambah dengan gugus fosfat dalam ikatan yang berenergi
tinggi. Hidrolisis ATP melepaskan satu fosfat menjadi ADP dan melepaskan energi.
Pelepasan fosfat kemudian akan menjadi AMP rnelepaskan banyak energi. Energi yang
dilepas dan katabolisme makanan dipakai oleh ADP untuk membentuk AlP sebagai simpanan
energi. Sistem ATP ADP adalah cara utama pemindahan energi dalarn sel ( Sloane, 2004;
300).

Glukosa yang masuk ke darah akan masuk ke dalam sistem portal hati sebagian glukosa akan
disimpan sebagai cadangan sumber energi di hati sebagai glikogen dan sebagian lagi akan di
sebarkan ke seluruh tubuh. Glukosa masuk ke sel hati dengan cara difusi dipermudah
(fasilitated dffision). Kemudian glukosa melalui sistem aerobik-aerobik dan glikolisis
anaerobik diubah menjadi ATP (Guyton, 2006 ; 838).

e. Homeostasis Glukosa Da rab


Konsentrasi glukosa dalam darah memegang peraflafl penting pada metabolisme energi
(Agamemnon, 2000). Menurut piliang (1996), kadar glukosa darah yang konstant di
pertahankan setiap sant, yaitu, homeostasiS gula dalam darah dicapai melalui beberapa
mekanisme yang mengatur kecepatan konversi glukosa menjadi glikogen atau menjadi lemak
untuk simpanan, dan dilepaskan 1i dan bentUk simpaflan yang kemudian dikonversi menjadi
glukosa yang masuk ke dalam sistem peredanafl darah (Asril, 2002:19).

¡lepar penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah. Kelebihan glukosa dalam darah
akan disimpan dalam hepar dalam bentuk glikogen melalui proses glikogefleSis, dan bila
kadar glukosa darah menurun maka glikogen akan diuhah kembali menjadi glukosa dan
dilepaskan ke dalam sirkulasi (MayeS,2000:S).

Bila kadar glukosa darah jatuh dibawah normal,dihepar akan terjadi proses glukoneOgeflesis.
Glukosa yang dihasilkan ini berasal dan asam amino dan gliserol, sehingga kadar glukosa
darah dapat dipertahan relatif normal, karena mempertahankan kadar glukosa darah normal
penting untuk janingan otak dan eritrosit (Guyton,2006:838).

Menurut Guyton (2006:834),mekafliSme yang dipakai dalam pengaturan kadar glukosa darah
melibatkan: berbagai peran sebagai benikut: (1) pengatufan kadar glukosa darah sangat
tergantung pada keberadaafl penyimpanan glikogen di hati. Jika kadar glukosa darah
rendah,glikogen di hati akan dipecah menjadi glukosa melalui proses glikogenolisis dan
kemudian mengalir di darah untuk dikinim ke otot rangka dan organ lain yang
membutuhkaflflya, dan jika kadar glukosa darah tinggi, glukosa akan diserap oleh janingan
dengan bantuan hormone insulin. (2) Peran insulin clan glukagon adalah sebagai sistem
pengatur umpan balik untuk mempertahankan konsentrasi glukosa clarah agar normal. Bila
konsentrasi glukosa darah meningkat tinggî, maka timbul sekresi insulin, insulin rnb
ianjutnya akan mengurangi konsentrasi glukosa darah agar kembali ke nilai nOrIfla.

2. PENGARUU INTESITAS LATIHAN FIŠIK TERBADAP GLUKOSA DARAH

a. Pengaruh Latihan Fisik Intesitas Rendah terhadap Glukosa Darab

Pada latihan dengan intesita rendah selama 40 menit (V02 maks 40%) tidak tejadi penurunan
kadar gula darah signifikan (Cooper, 1989). Sedangkan pada penilitian oleh marlis (2002:
271), dengan latihan fisik intensitas rendah (40%Vo2max), glukosa konstan selama latihan
fisikpost absorbsive dan menurun selama latihan fisik post pandrial. Path latihan fisik
intensitas rendah dalam keadaan puasa, glukosa yang digunakan awalnya disuplai oleh asam
lemak, sehingga asam Iaktat yang meningkat lebih sedikit. Namun apabila lipolisis
dihambat oleh respon insulinsetelah makan atau mengkonsumsi karbohidrat selama latihan
fisik, glukosa menjadi enenrgi yang utama. Dan dan penilitian yang dilakukan Fatoni (2005),
menunjukkan bahwa latihan fisik, intensitas ringan durasi 20 menit yang dilakukan path
penderita diabetes melitus sama-sama dapat menurunkan glukosa darah.

b. Pengaruh Latihan Fisik Intensitas Sedang terhadap Glukosa Darah

Pada Iatihan fisik submaksimal yang berdurasi lebih dan 20 menit, glukosa merupakan
sumber energi yang dominan. Pada latihan fisik intesitas sedang postabsorpsi terjadi
keseimbangan antara peningkatan utilisasi glukosa dan produksi glukosa.

dangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sakamoto (1999) latihan dengan intensitas
sedang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Penurunan cjidar glukosa darah ini
berhubungan dengan peningkatan glukosa transporter karena siinulasi oleh hormone insulin.

Latihan aerobik durasi lama 3 0-60 menit dengan 60-70% V02 maks dapat secara signifikan
menurunkan konsentrasi glukosa darah (Henriksen,2002:788). Fatoni (2005) menjelaskan
bahwa dengan latihan intensitas sedang selama 10 meuit pada penederita diabetes melitus
sudah dapat menurunkan gula darah Sementara Guelfi (2007:292) menjelaskan bahwa pada
latihan dengan intensitas sedang dapat menurunkan tingkat glukosa darah lebih besar dan
pada latihari dengan intensitas tinggi.Penurunan kadar glukosa darah pada latihan intensitas
sedang lebih besar dan pada intensitas tinggi disebabkan karena peningkatan
jurnlah hormon katekolamìn dan growth hormone yang lenih besar pada latihan
dengan intensitas tinggi, sehingga dapat meningkatkan gula darab.

Sedangkan pada hasil penilitian yang dilakukan oleh Herawati (2004: 22),
menyimpulkan bahwa latihan fisik intensitas sedangkan interval dan kontinu dapat
meningkatkan penurunan glukosa darah pada 3 0-60 pospandnial, tetapi tidak
meningkatkan peurunan glukosa darah pada 60-120 menit pospandnial. Dan pada
penelitian oleh Asnil (2002: 19) latihan intensitas anaerobìk dengan pemberian
gula 6Ogr/200 ml gula darah menurun baik atlet maupun non atlet.

24

G,

B 210

180

150

11::

30

-20 -10 0 lo 20 30 40 50 60 70 80 90
Time (minutos)

Gambas 2.19 :Penurunan kadar glukosa dan insulin setelah latihan 30 menit

dengan intesitas sedang (.) dan intensitas tinggi (o) (Guelfi,2005)

c. Pengaruh Latihan Fisik Intesitas Tinggi terhadap Glukosa Darah

Latihan fisik dengan intesitas tinggi dan dalam waktu rentang pendek (2-

20 detik) produksi ATP didominasi oleh sistem ATP-PC sehingga kadar glukosa

dara relatif konstan. Sedangkan bila aktivitas lebih dan 20 menit produksi ATP

didominasi oleh glikolisis anaerobik sumber utamanya adalah glikolisis atau

glukosa, sehinggga glukosa darah alcan menurun. Pada aktivitas intensitas tinggi

lebih dan 45 detik produksì ATP berasal dan kombinasi ATP-PC, glikolisis

anaerobik, dan sitem aerobik.

Pada penilitian yang dilakukan oleh Copeer (1989) pada latihan dengan

intensitas tinggi (80% V02 maks) terjafi penurunan glukosa darah yang signifikan

sedangkan pada penilitian yang dilakukan oleh GueUì(2ü02292) latihan

rt

-1

-2

-3

-4

-5

-6

-7

-8

at
25

deng3 jntensitaS tinggi selama 30 menit dapat menurunkan kadar glukosa darah

secara signif1k Namun bila dibandingkan dengan latihan dengan intensitas

ciang, penurunan gula darah lebih signifikan dibanding dengan latihan dengan

inteflSit tinggi.

Selarna latihan dengan intensitas tinggi (> 70% V02 maks), sumber energi

kontraksi otot didominasi dan karbohidrat ( glikogen atau glukosa) (Powers,

2007:64). Latihan fisik intensif >80% V02 maks bahkan 100% V02 maks) untuk

waktu yang singkat seperti olahraga sprint atau olahraga repetisi yang singkat

dengan waktu istirahat yang singkat pula seperti baseball dan hoki, sistem energi

yang digunakan domminan anaerobik. Oleh karena itu latihan fisik ini hampir

seluruhnya tergantung pada glukosa dan glikogen sebagai sumber energi untuk

latihan (Marliss, 2002: 272).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Asril (2002:1 9),respon kadar glukosa

darah baik atlet maupun non atlet setelah diberi latihan intensitas anaerobik

dengan pemberiaíi gula 60 gr%200 sebelum latihan, menunjukkan penurunan

kadar glukosa darah.

Pada latihan fisîk intensitas tinggi,40% glukosa darah diambil yang alcan

mengakibatkan hipoglikemìa. Sementara (3uelfi (2007), menjelaskan bahwa pada

latihan intensita tinggi dapat menurunkan kadar glukosa darah namun lebuh kecil

bila di banding latihan dengan intensitas sedang. Hal ini disebabkan, pada latihan

ìntensitas tinggi selain terjadi tingkatan uptaki glukosa jiga terjadi konter regulasi

glukosa darah oleh peningkatan glukoneogenesis, tingkatan produksi katekolamin

26

wi borEflon pertumbuhan. Sementara glukagon dan kortisol lebih sedikit


pada latihan intensitas tinggi. Hal mi sama dengan pen •tian yang dilakukan oleh

vapjoon ( 2001 : 295),dimafla pada latihan tinggi 75% V02 maks terjadi

penurunan kadar gula darah namun kecil bila dibandingkan dengan intensitas

sedang dengafl 50% V02 mks.

Respon katekolamin pada latihan intensif bcrtanggung jawab untuk

peningkatafl balk pruduksi glukosa dan peningkatan utilisasi glukosa. Pada latihan

fisîk intensif katekolamin bisa meningkat 14-18 kali (Marliss, 2002:271).

Peningkatan katekolamin pada latihan fisik intensif (87% Vo2max selama 15

menit) ini akan memicu peningkatan produksi glukosa 7-8 kali dan utilisasi

glukosa meningkat 3-4 kali, sehingga terjadi hipergiikemia. Disant latihan fisik

yang sangat berat, penggunaan glukosa lebih dulu turun dibandingkan produksi

glukosa, yang akan mengarahkan ke hipergiikemia yang lebih hebat. Hal ini

memerlukan peningkatan insulin yang substansial selama 40-60 menit untuk

memulihkan ke tahap sebelum latihan (pre-exerci se level ) (Marlis,2002:272).

Latihan fisik intensif (>80%Vo2max) bercirikan peningkatan yang cepat

dan masif (sampai 8 kali) pada produksi glukosa hepar dan meningkatkan

glikemia. Pada orang normal yang melakukan latihan fisrk intensif akan terjadi

sedikit peningkatan glukosa darah dan akan makin meningkat pada latihan fisik

yang sangat berat hal ini akan menetap sampai I jam. Kemudian sant Pemuliha.fl.

Peningkatan insulin darah terjadi yang diduga berguna untuk pengisian kembali

ghkogen otot. Pada latihan fisik intensif peningkatan insulin piasina

berlangsung hingga 60 menit selarna pemulihan,yang djawali dengan p’

27
cepat icatekolamin Keadaan ini mencerminlon inhibisi yang dimediasi reseptor

alfa pada sel beta berakhir. Tingginya konsentrasi glukosa dan insulin saat

peniulihan ini berguna untuk mengisi kembali glikogen otot yang telah berkurang

selarna melakukan latihan fisik.

2.1.3. Treadmill

Menurut Wi[rnore (2008), treadmill inerupakan salah sam alat ergometer yang paling sering
digunakan. Ergometer adalah alat olahraga yang intensitas kerjanya dapat dikontrol dan
diukur. Treadmill secara umum memiliki nilai kepercayaan tinggi dalam memperlihatkan
nilai denyut jantung, kebutuhan oksigen serta ventilasi.

Menurut Suyono (2004) dalam Makmur (2008), kerja treadmill ditandai oleh adanya
peningkatan pada setiap kemiringan yang dinyatakan sebagai persen (%), kecepatan treadmill
atau keduanya. Derajat kemiringan menunjukkan jumlah elevasi jarak dengan menggunakan
satuan kaki (feet) untuk setiap 100 kaki jarak pesjalanan.

Tread,nill merupakan scbuah alat fitness yang sangat popular belakangan ini dan
penggunaannya semakin meningkat. Treadmill terdiri daripada berbagai bentuk dan ukuran
Secara umum, treadmill merupakan sebuah alat yang digunakan sebagai alat pernulihan
kebugaran bagi para narapidana yang diperkenalkan oleh Sir William Cubitt pada tahun
1817. Alat ini juga disebut sebagai “treadwheels “.

pla tahun 1894, Profesor Louis Attila telah mendirikan sebuah organisasi eiatan swasta
pertama di Amerika Serikat dan kemudian membawa masuk treadmii sebagal alat UfltUk
jang. Setçlah mengalami berbagai evolusi, penggunaan treadmill juga digunakan dan
dikembangkan oleh sebuah rumah sakit sebagai alat tes kesehatan. Dr. Robert Bruce dan
Wayne Quinton merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan alat ini dalam bidang
medis yang membantU mereka dalam mendiagnosis penyakitjantung dan paru-paru.

Gambar 1. Contoh Mesin Treadmill

Penelitian yang merckä lakukan akhimya berhasil menemukan manfaat dan treadmill itu
sendiri dan kemudian terbitlah sebuah bulcu pada tahun 1968 yang menjelaskan dan
menyokong secara umum terhadap aktivitas treadmill ini dapat menguatkan jantung dan
paru-paru. Treadmill mempunYai spesifikasi sebagai berikut:

a. Treadmill adalah alat olahraga untuk berjalan dan berlari ditempat yang sama berada
didalam ruangan tertutup.
b. Alat ini terdiñ dañ satli platform bergerak yang luas yang digerakkan oleh motor elektrik
atau roda tenaga.

c. Platform atau lintasan berlari bergerak ke belakang memerlukan pcngguna untuk beijalan
atau berlari pada kecepatan yang sama dengan kecepatan platform.

d. Platform bergerak adalah ukuran berialan atau berlari. Oleh karena itu, kecepatafl beijalan
atau dapat diketahui dan diukur.
e. Kerangka treadmill biasanya dibuat dan logam yang bertujuan untuk memberi rasa aman
bagi orang yang menggunakannya.

f. Treadmill mempunyai papan kontrol (control board) yang berguna untuk mengatur
program latihan, kecepatan berlari, jarak yang ditempuh serta jumlah kalori yang dibakar.
Untuk menurunkan berat badan biasanya latihan treadmill dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:

a. Jogging secara terus menerus

Ini merupakan cara paling dasar dan penggunaan treadmill, dengan bejalan atau berlari tanpa
berhenti secara konstan. Sebuah penelitian memhuktikan bahwa denganjýgging secara terus-
meneflis selama 10 menit sejauh 1 kilometer dapat membakar kalori hingga 870 kalori per
jam tergantung berat badan tiap individu.

Menggunakafl fitur treadmill

Saat ini banyak treadmill yang telah menyediakan fitur yang dapat membanti’ untuk lebih
memaksimalkan pembakaran kalori, seperti fitur incline. Cara latihan menggunakan fitur ini,
yaitu dengan meningkatkan level incline tiap 30 sampai 60 detik, sampai kamu mencapai
level yang paling maksimum.
Kemudian ulang kembali dengan mereset level incline menjadi 0, kemudian naikkan kembali
tiap 30 sampai 60 detik. Latihan seperti ini dapat membakar hîngga 900 kalori per jam.

b. Interval Training

Latihan ini menggunakan kecepatan yang paling cepat dalam waktu yang singkat. Tujuaimya
adalah untuk secara mendadak meningkatkan detak jantung kamu. Misalnya kamu dapat berj
al an santai selama 15 detik, dan 15 detik berikutnya kamu harus melakukan sprint di atas
treadmill tersebut. Setelah 15 detik ulang kembali dengan proses berjalan santai, dan
lanjutkan kembali dengan sprint. Latihan seperti ini akan memberikan hasil pembakaran
kalori yang maksimal.

2.2. Penelitian yang Relevan


1. Pengaruh latihan fisik (senam jantung sehat) terhadap kadar resisten dan kadar gulah darth
pada obesitas. Tesis oleh Nunung Sri Mulyani Program Studi S2 Ilmu Biornedik Fakuftas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Hasìl penelitian Herwanto, Lintong, Rumampuk yang berjudul Pengaruh Aktivitas fisik
terhadap kadar gula darah pada pria dewasa . Adapun sampel im pneuuan ¡ni adalah seorang
simpatisan atau mahasiswa yang kebetulan bedan fflapangan KONI Manado. Berdasarkan
basil penelitian glukosa darah eI,e1um dan setelah berlari, dapat dilihat terjadi penumnan
glukosa darah pada nilai ,a-rata sebelum berjumlah 111,40 mm/Hg dan nilai rata-rata setelah
berlari %,90 mm/Hg. Nilai minimum glukosa darah sebelum berlari adalah 76 mmlHg
dan setelah bérlani 50 mm/Hg.

LATIHAN TREADMILL

KADAR GULA DARAH


I

Latihan atau exercise merupakan kegiatan terstruktur yang disusun secara

sistematis sesuai dengan tUjuafl tertentu yang bensikan maten, antara lam:

Pemanasan (warming)), latihan inti, latihan tambahan, dan pendinginan

2.3. Kerangka Berfikir


32

(a,oling down). Latihan bia.sanya terdiri dan latihan aerobik dan latihan

anaetobiL Diafltar kedua bentuk latihan tersebut, latihan aerobik adalah latihan

yang paling sering dilakukan.

Latihan aerobik (cardiovascular) merupakan salah satu bentuk aktivitas

yang terbaik untuk menurunkan berat badan. Konsep dan penurunan berat hadan

sangatlah sederhana, yaitu dengan membakar kalori lebih dan jumlah kalori yang

rnasuk ke tubuh, sehingga jumlah kalori yang masuk akan menjadi negatif dan ini

sering disebut cabri defisit. Salah satu cara untuk membakar k.elebihan kaloni

adalah dengan latthan dengan menggunakan treadmill.

Untuk mencapai penurunan kadar gula darah, latihan treadmill harus


dilakukan lebih dan 30 menit, karena selama 30 menit pertama, tubuh hanya

membakar glikogen. Setelah 30 menit terlewati tubuh banu alcan membakar lemak.

Jadi, untuk berlatih cardiovascular di atas treadmill, sebaiknya dilakukan lebih

dad 30 menit atau bahkan selama I jam penuh sehingga pembakaran kaloni

menjadi optimal.

Melakukan latihan sesuai dengan dosis serta cara yang tepat, maka tujuan

latihan akan tercapai. Apalagi dalam latihan pembakaran kaloni untuk

mengeluarkan energi, tidak hanya latihan saja yang harus dilakukan melainkan

menjaga pola makan sehingga hasil dan latihan tersebut menjadi maksìmal.

2.4. ilipotesis

l3erdasarkan pada kerangka berfikir, sertta untuk menjawb permasalahan dalam

penelitian ini, diajukan hipotesis sebagai benkut:

33

aruh latihan rreadmill terhadap penurunan kadar gula darah pada

2.5. Defii1 Operasioflal

Definisi Operasioflal dalam penelitian ini adalah sebagal berikut:

Kadar gula darah adalah bahan bakar karbohdrat utama yang diternukan di

dalam darah, dan bagi banyak organ tubuh Menurut PERKENI kriteria diarnostic

kadar gula darah bukan diabetes dalarn keadaan puasa <100, untuk pía diabetes

dalam keadaan puasa antara 100125 sedangkan termasuk diabetes >126.

b. latihan treadmill adalab latihan yang dilakukan dengan berlari chatas mesin

Iebih darai 60 menit dengan intensitas latihan 70%-75%, kemudian dihari

berikutnta dinaikan intensitas latihan menjadi 75%-80%.


BAB ifi -

METODOLOGIPENELIITIAÑ
3.1. LokaSi dan Waktu Peneitian

¡jjkasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisik FIK Universitas Negeri

jan lantai 1, Mn Willem Iskandar Pasar V Pancing Pelaksanaan penelitian

diIakSa1 pada bulan Juli 2017.

3.2. PopulaSi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Arikunto(1998:1 15) mengatakan “Populasi adalah seluruh subjek

penelitian”.Ada pun menjadi populasi dalam penelitian ¡ni adalah

mahasiswa Jurusan Geografi FIS UNIMED stambuk 2014 kelas D total

mahasiswa3l orang.

3.2.2. Sampel

• Untuk sampel diperoleh dengan cara Purposive Sampling yaitu

sampel diambil dengan memenuhi keriteria sebagai berikut:

1. Sehat rohani dan jasmani.

2. Jenis kelamin laki-laki.

3.Umur 18-25 tahun.

4.Tingkat kebugaran kategori baik.

5.Tidak obesitas.

6.Denyut nadi istirahat 60-70 per menit

3.3. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pre- eksperimen dengan rancangan

one group pretest postes pada orang coba

Prosedur kerja dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

34
3.4. Prosedur Penguku ran Kadar Gula Darah
Prosedur pemeriksaan kadar gula darah ialah sebagai beñkut

a. Bersihkan ujung jan lokasi pengambilal1 darah dengan kapas

alkohol.

b. Tusuk ujungjari dengan blood lanc.et, buang darah pertama.

c. Darah selanjutnYa diteteskan sebanyak 2-3 tetes pada strip gula

darah.

d. Masukan strip gula darah yang telah diteteskan darah pada alat

pengukuran.

e. Setelah itu catat hasilnya.

Tabel 2. Kriteria Diagnostik Gula Darah (mgÍdL):

a.. MelakUkan pre-test erseflta.Se kadar gula darah sebelurn dibenikan

perlakuan.

b. Melakuka perlakuafl yaitu dengan latihan treadmill selamz 60

menit dengan dosis 60%

c. MelakUlUlil post-test persentaSe kadar gula darah setelah diberikan

perlakuan.

Tabel 1. Pre-test and post-test

eterangan

X Latihan treadmill selama 60 menit (perlakuan)

Y =Pre-test persentaSe kadar gula darah sebelum dibenikan perlakuan

Y1’ Post-test persentase kadar gula darah setelah diberikan perlakuan

Memberikan frekuensi latihannya yaitu 3 kalilminggu, dengan

intensitas latihan berbeda perminggu 60 %, serta durasi latihan

yaitu 60 menit. sesuai dengan training zone seseorang yang

dapat diketahui dati denyut nadi atìhan atau Heart Rate (HR).
Pastikan orang coba atau sampel dalam keadaan sehat.

Pandu orang coba untuk melakukan streatching sebelum

melakukan latihan untuk menghindari resiko cedera saat

melakukan latihan.

Persiapkan treadmill, kemudian perintahkan orang coba untuk

naik keatas treadmilL Pastikan alat maupun orang coba slap

untuk melakukan latihan barulah latihan dapat dimulai.

Anjurkan orang coba memegang batang control pada treadmill

agar denyut nadi latihan dapat terlihat dan untuk keamanan

orang coba pada saat melakukan latihan.

Data yang diperoleh sebagai skor individu dan hasil tes selanjutnya

diolah dengan menggunakan prosedur statistic untuk membuktikan apakah

hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini dapat diterima atau

chtolak. Data yang telah dikumpulkan clan pre-test daii post-test dianalisis

dengan menggunkan statistic uji-non tnk, 0,05 dengan uji

normal itas .

(KonSenS Pengelolallall dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia,

PERJ(ENI, 2006).

j ppsedur Latihan Dengan Treadmill

prosedur penelitian yang akan dilakukan ialah sebagai berikut:

a.

b.

C.

d.

e.
3.6. Tekaik Analisis Data
37

iormalitas

pada penelitian ini, Uji normalita menggunakan program pengolah

iata SPSS (Statistical Product axd Service Solution) dengan uji normalitas

wilL Kriteria pengujiannya adalah jika nilai Sig. (Signifikansi)

ataU nilai probabilitaS < 0,05 maka distribusi data nya adalah tidak normal,

sedangkan jika nilai Sig. (Signifikansi) atau nilai probabiLitas> 0,05 maka.

distribUsi datanya normal.

3.6.2. Uji Ilomogeflitas

Uji homogenitaS ditujukan untuk menguji kesamaan beberapa

bagian sampel, sehingga gencralisasi terhadap populasi dapat dilakukan.

Uji homogenitas menggunakan rusmus Uji levene. Fada penelitian ini, uji

homogeflitaS menggunakan program pengolah data SPSS dengan uji

levene. Dengan kriteria pengujiannya adalah apabila nilal Sig.

(SignifikanSi) atau nilai probabilitas <0,05 maka data tidak homogeny,

sedangkan jika nilai Sig. (Signifikansi) atau nilai probabilitas> 0,05 maka

data homogen.

3.6.2 . Uji WìÍcoxon

Teknik analisis untuk pengujian antara pre test dan post test

mengguakan program SPSS dengan pengujian hipotesis statistic uji non

parametrik dengan uji Wilcoxon

Selanjumya kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

Ho: MGD = MOD

Ha: MGD MOD

Uji:

Anda mungkin juga menyukai