1
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERAWATY
SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR
NOMOR :
TENTANG
Memperhatikan : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1426 Tahun 2006
tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Menetapkan :
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat hasil kerja keras Tim
MKE Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty , maka sebuah makalah Pedoman Manajemen
Komunikasi dan Edukasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty telah diterbitkan. Pedoman
MKE di Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty merupakan cerminan dari mutu rumah sakit,
sehingga Komunikasi efektif di RS merupakan suatu hal yang harus diperhatikan untuk
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan karena dampaknya yang cukup luas pada
masyarakat sekitar rumah sakit terutama oleh pihak Manajemen Rumah Sakit.
Pedoman MKE di Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty ini dibuat untuk menjadi acuan
Tim MKE Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty bahan untuk melaksanakan dan memantau
kegiatan MKE pada Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty sehingga dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Makalah ini disusun dengan acuan pada Departemen Kesehatan RI serta beberapa
referensi kegiatan MKE yang sudah dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty.
Betapapun baiknya sebuah pedoman, tanpa pelaksanaan yang konsisten dan menyeluruh
oleh semua pihak yang terlibat, maka tujuan pedoman ini tidak akan tercapai. Makalah pedoman
ini secara terus menerus diperbaharui dan diharapkan dapat disebarluaskan kepada seluruh jajaran
yang terkait yang mengabdi Ibu dan Anak Herawaty. Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan masukan demi terlaksananya penerbitan Pedoman dan Tata
Laksana ini. Kami sadar bahwa ini masih jauh dari sempurna, koreksi dari para pembaca sangat
diharapkan dan semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai Pedoman dan Tata Laksana
khususnya dan pihak lain yang terkait dengan MKE pada umumnya.
PENDAHULUAN
DEFINISI
Pemberian informasi dan edukasi dengan masyarakat suatu kegiatan yang dilakukan oleh
petugas RSIA Herawaty Samarinda dalam menyampaikan pemberitahuan supaya diketahui oleh
pengguna atau pengunjung RSIA Herawaty Samarinda dan masyarakat di luar lingkungan RSIA
Herawaty Samarinda.
Penyampaian informasi yang akan disampaikan adalah mengenai jenis – jenis pelayanan di
rawat jalan RSIA Herawaty Samarinda, diantaranya yang disampaikan adalah nama dokter yang
akan memberikan pelayanan di setiap poliklinik, jam dan hari pemberian pelayanan, dan
informasi lain yang diperlukam oleh masyarakat.
Selain di rawat jalan, penyampaian informasi ini juga akan dilakukan di Instalasi Gawat
Darurat RSIA Herawaty Samarinda. Informasi yang akan disampaikan diantaranya adalah
mengenai jenis – jenis pelayanan kondisi – kondisi pasien yang diberikan pelayanan di IGD, jam
pelayanan dan nama – nama pemberi pelayanan seperti nama dokter dan nama perawat yang
sedang jaga saat itu.
RUANG LINGKUP
Seluruh masyarakat yang memerlukan pelayanan dan pengunjung RSIA Herawaty Samarinda
yang membutuhkan informasi tentang kegiatan pelayanan dan yang membutuhkan pelayananan
yang ada di rawat jalan dan IGD RSIA Herawaty Samarinda.
Seluruh masyarakat di sekitar lingkungan RSIA Herawaty yang memerlukan informasi
tentang kesehatan.
TATA LAKSANA
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan
mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya. Berbagai staf yang berbeda
dalam rumah sakit ibu dan anak Herawaty memberikan pendidikan atau penyuluhan kepada
pasien dan keluarganya. Pendidikan atau penyuluhan diberikan ketika pasien berinteraksi dengan
dokter atau perawatnya. Mengingat banyak staf terlibat dalam pendidikan pasien dan
keluarganya, hal ini penting diperhatikan bahwa anggota yang terlibat dikoordinasikan
kegiatannya dan fokus pada kebutuhan pembelajaran pasien.
Komunikasi merupakan proses bicara dalam Bahasa inggris di akronimkan sebagai
TALK. TALK merupakan akronim dari T (talk to each other) yakni berbicara satu orang dengan
orang lainnya, A (act together to car for our residents, patietns and families) secara bersama
memberikan pelayanan antar petugas, residen, pasien dan keluarganya, L (listen to dereach
other) yakni satu dengan lainnya saling dengarkan dan K (know and understand each other)
yakni tau dan mengerti satu dengan lainnya.
Komunikasi melibatkan pembicara (orang yang memberi informasi), proses penyampaian
informasi, isi informasi dan pendengar (orang yang meminta informasi).
Menurut Carl I. Hovland ; komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu,
menyampaikan pemikiran-pemikiran atau informasi (verbal atau non verbal) untuk mengubah
tingkah laku orang lain/ individu lain. Untuk itu harus ada kesepahaman arti dalam proses
penyampaian artu tersebut agar tercapai komunikasi yang efektif.
Berdasarkan definisi diatas, kita simpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan untuk mengubah tingkah laku orang
lain/individu lain. Tujuan yang diharapkan dalam proses komunikasi yaitu perubahan berupa
penambahan pengetahuan, merubah pendapat, memperkuat pendapat, merubah sikap dan
perilaku komunikan atau dengan kata lain dikenal sebagau tiga tingkatan perubahan yaitu
kognitif, afektif dan behavioral.
Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu
orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya dan dengan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003).
Bentuk komunikasi interpersonal di rumah sakit biasanya antara dokter, perawat, ataupun
paramedik adengan pasien dan keluarganya. Bentuk komunikasi interpersonal seperti ini juga
dikenal dengan komunikasi teraupetik. Komunikasi semacam ini biasanya berfokus pada
pertukaran informasi mengenai kondisi kesehatan pasien
Sedangkan komunikasi dalam penyampaian informasi dan edukasi mengenai fasilitas
pelayanan rumah sakit dan kesehatan kepada pasien dan keluarga biasanya di jembatani melalui
costumer service ataupun kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan (edukasi). Komunikasi
interpersonal ini juga diperlukan antara direksi dengan unit kerja serta antar tiap unit di RSIA.
Herawaty agar kegiatan manajemen rumah sakit berjalan lancar.
Selain komunikasi interpersonal, penyampaian informasi mengenai fasilitas pelayanan
rumah sakit dan kesehatan juga dapat diberikan melalui media. Bentuk komunikasi semacam ini
dikenal komunikasi massa.
Menurut Jalaluddin Rakhmat, komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau
elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Beberapa media
massa yang digunakan oleh RSIA. Herawaty dalam berkomunikasi dengan masyarakat ataupun
pasienn dan keluarga adalah buku, leaflet, poster, banner, spanduk, majalah, radio dan website.
Sebagai seorang pembicara, harus memperhatikan beberapa factor untuk memberi kesempatan
kepada pendengar untuk mendengar dan memahami isi komunikasi.
Tibodean (2003) menyampaikan beberapa hal untuk meningkatkan komunikasi efektif,
yakni :
1. Pesan disampaikan tepat waktu, pesan berubah secara konstan dan bila terjadi
keterlambatan dalam menyampaikan pesan menyebabkan informasi ketinggaan jaman
(kuno)
2. Pesan hendakmya disampaikan dengan lengkap sehingga pendengar dapat mengerti
informasi yang disampaikan
3. Informasi disampaikan dengan jelas
4. Informasi harus akurat dan sesuai dengan inti permasalahan, tidak membingungkan
penerima (pendengar)
5. Pesan di verifikasi oleh penyampai berita
Sebagai pendengar jangan membuat opini yang dapat mengganggu pesan yang
diterimanya. Logat bicara, kecepatan penyampaian, penampilan, umur dan
beberapa faktor lainnya dapat membiaskan pesan yang diterima. Sebagai
pendengar yang efektif fokuskan kepada isi komunikasi, supaya menerima pesan
dengan benar.
4. Catat informasi yang menarik bagi pendengar. Hal ini membantu konsentrasi dan
ketertarikan sebagai pendengar.
5. Ajukan pertanyaan dengan kata yang baik, hal ini untuk memperjelas atau menilai
keberhasilan komunikasi dan umpan balik. Pendengar yang baik berperan aktif
dalam proses komunikasi.
Pendidikan yang efektif diawali dengan asesmen kebutuhan pembelajaran pasien dan
keluarganya. Asesmen ini menjelaskan bukan hanya kebutuhan akan pembelajaran, tetapi juga
bagaimana pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Pembelajaran akan lebih efektif ketika
disesuaikan dengan keyakinan, pilihan pembelajaran yang tepat, agama, nilai budaya dan
kemampuan membaca, serta bahasa. Demikian juga ketika ditemukan hal yang dibutuhkan
dalam proses pelayanan pasien.
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan,
staf menginformasikan asuhan pelayanan, rencana pelayanan dan pengobatan dengan cara dan
bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga sehingga pasien atau keluarga dapat
berpartisipasi dalam membuat keputusan pelayanan tanpa merasa dipaksa dan rasa takut. Untuk
itu staf rumah sakit dididik dan dilatih untuk dapat memberikan informasi yang tepat dan
lengkap, dapat berkomunikasi yang efektif dan jelas dengan pasien atau keluarga maupun
dengan sejawat.
Hak setiap orang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan mendapat informasi
dijamin oleh Undang-Undang. Di samping itu, dalam mendapatkan pelayanan kesehatan secara
optimal dari penyelenggara pelayanan kesehatan, pasien juga berhak mendapatkan privasi dan
kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya :
a. Privasi adalah hak seseorang untuk mengontrol akses informasi atas rekam medis kesehatan
pribadinya.
b. Kerahasiaan (confidentiality) adalah proteksi terhadap rekam medis kesehatan dan informasi
lain pasien dengan cara menjaga informasi pribadi pasien dan pelayanannya. Dalam
pelayanan kesehatan, informasi itu hanya diberikan kepada pihak-pihak yang berwenang.
Informasi akan diberikan atas persetujuan pasien.
c. Keamanan (security) adalah perlindungan terhadap privasi seseorang dan kerahasiaan rekam
kesehatannya. Keamanan merupakan proteksi terhadap informasi pelayanan kesehatan yang
rusak, hilang, atau pengubahan data akibat ulah pihak yang tidak bertanggung jawab.
d. Akses, fleksibilitas terhubung dengan berbagai sumber dan efisiensi. Informasi tentang
identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien
dapat dibuka:
1.2 Tujuan
Panduan pemberian informasi dan edukasi disusun sebagai acuan bagi staf atau tenaga
kesehatan dalam memberikan pengetahuan kepada pasien dan atau keluarganya. Selain itu juga
diharapkan dapat membantu petugas kesehatan dalam melakukan komunikasi secara efektif
dengan pasien atau keluarganya, untuk mencapai pelayanan medis secara optimal.
Tujuan pemberian informasi dan edukasi bagi pasien dan/atau keluarga:
1. Pasien dan/atau keluarga mendapat informasi yang jelas tentang hak pasien, fasilitas
rumah sakit, asuhan pelayanan, rencana pelayanan dan pengobatan.
2. Pasien dan/atau keluarga memahami dan mengerti mengenai informasi yang telah
dijelaskan oleh staf rumah sakit.
3. Pasien dan/atau keluarga mengerti tentang penyakit yang diderita.
4. Pasien dan/atau keluarga dapat mengambil keputusan pelayanan dengan kompromi
tanpa merasa dipaksa dan takut.
5. Staf rumah sakit mampu memberikan informasi yang jelas kepada pasien dan keluarga
tentang asuhan pelayanan.
6. Tenaga kesehatan lebih transparan dalam asuhan pelayanan, rencana pelayanan dan
pengobatan dan dapat bekerja sama yang baik dengan pasien
1.2 Pengertian
1. Informasi adalah penerangan atau pemberitahuan tentang sesuatu.
2. Edukasi adalah pendidikan. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
3. Edukasi atau pendidikan kesehatan adalah kegiatan di bidang penyuluhan kesehatan umum
dengan tujuan menyadarkan dan mengubah sikap serta perilaku masyarakat agar tercapai
tingkat kesehatan yang diinginkan.
4. Pemberian informasi dan edukasi adalah penyampaian berita tentang sesuatu atau
penyuluhan dengan tujuan menyadarkan dan mengubah sikap serta perilaku pasien dan/atau
keluarga.
5. Assesment pasien kebutuhan edukasi adalah pengkajian atau penlaian yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di rumah sakit untuk mengidentifikasi kebutuhan pendidikan masing-
masing pasien dan keluarganya
6. Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif adalah bentuk perbuatan menyajikan
atau memberikan kumpulan pesan yang berhubungan dengan proses penambahan
pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mencapai hasil sesuai dengan tujuan
7. Verifikasi pasien memahami edukasi adalah suatu bentuk pemeriksaan terhadap proses
penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang setelah dilakukan pendidikan.
8. Rahasia kedokteran adalah segala sesuatu yang harus dirahasiakan mengenai apa yang
diketahui dan didapatkan selama menjalani praktik lapangan kedokteran, baik yang
menyangkut masa sekarang maupun yang sudah lampau, baik pasien yang masih hidup
maupun yang sudah meninggal (pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 10
tahun 1966). Yang diwajibkan menyimpan rahasia kedokteran, menurut pasal 2 peraturan
pemerintah Reprublik Indonesia nomor 10 tahun 1966 yaitu :
a) Tenaga kesehatan
b) Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan
c) Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 pasal 2 tentang tenaga kesehatan
menyatakan bahwa tenaga kesehatan lerdiri dari:
1) tenaga medis (dokter dan dokter gigi);
2) tenaga keperawatan (perawat dan bidan);
3) tenaga kefarmasian (apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker);
4) tenaga kesehatan masyarakat (epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan
sanitarian);
5) tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien);
6) tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasi terapis dan terapis wicara);
7) tenaga keteknisian medis (radiografer, radioterapis. teknisi gigi. teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi
transfusi dan perekam medis).
8) Pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif solusi terbaik
untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi atau memastikan sesuatu.
9) Pasien yang kompeten.
Dalam Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran (KKI, 2006) pasien
yang kompeten:
a. Dari segi usia, maka seseorang dianggap kompeten apabila telah
berusia 18 tahun atau lebih atau telah pernah menikah. Sedangkan
anak-anak yang berusia 16 tahun atau lebih tetapi belum berusia
18 tahun dapat membuat persetujuan tindakan kedokteran tertentu
yang tidak berisiko tinggi apabila mereka dapat menunjukkan
kompetensinya dalam membuat keputusan. Atasan hukum yang
mendasarinya adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka
seseorang yang berumur 21 tahun atau lebih atau telah
menikah dianggap sebagai orang dewasa dan oleh karenanya
dapat memberikan persetujuan
2. Berdasarkan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak maka setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih
dianggap sebagai orang yang sudah bukan anak-anak Dengan
demikian mereka dapat diperlakukan sebagaimana orang
dewasa yang kompeten, dan oleh karenanya dapat
memberikan persetujuan
3. Mereka yang telah berusia 16 tahun tetapi belum 18 tahun
memang masih tergolong anak menurut hukum, namun
dengan menghargai hak individu untuk berpendapat
sebagaimana juga diatur dalam UU No 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, maka mereka dapat diperlakukan seperti
orang dewasa dan dapat memberikan persetujuan tindakan
kedokteran tertentu, khususnya yang tidak berisiko tinggi.
Untuk itu mereka harus dapat menunjukkan kompetensinya
dalam menerima informasi dan membuat keputusan dengan
bebas. Selain itu, persetujuan atau penolakan mereka dapat
dibatalkan oleh orang tua atau wali atau penetapan
pengadilan. Sebagaimana uraian di atas, setiap orang yang
berusia 18 tahun atau lebih dianggap kompeten. Seseorang
pasien dengan gangguan jiwa yang berusia 18 tahun atau lebih
tidak boleh dianggap tidak kompeten sampai nanti terbukti
tidak kompeten dengan pemeriksaan. Sebaliknya, seseorang
yang normalnya kompeten, dapat menjadi tidak kompeten
sementara sebagai akibat dari nyeri hebat, syok, pengaruh
obat tertentu atau keadaan kesehatan fisiknya. Anak-anak
berusia 16 tahun atau 15 lebih tetapi di bawah 18 tahun harus
menunjukkan kompetensinya dalam memahami sifat dan
tujuan suatu tindakan kedokteran yang diajukan. Jadi,
kompetensi anak bervariasi bergantung kepada usia dan
kompleksitas tindakan.
b. Mampu memahami informasi yang telah diberikan kepadanya
dengan cara yang jelas, menggunakan bahasa yang sederhana dan
tanpa istilah yang terlalu teknis.
c. Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan.
d. Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut untuk
waktu yang cukup lama dan mampu menganalisisnya dan
menggunakannya untuk membuat keputusan secara bebas.
1.3 Dasar Hukum
Ruang lingkup manajemen komunikasi dan edukasi RSIA Herawaty Samarinda adalah sebagai
berikut :
1. Komunikasi dengan komunitas masyarakat
2. Komunikasi dengan pasien dan keluarga
3. Komunikasi antar tenaga kesehatan pemberi asuhan didalam (interen) dan diluar (eksteren)
rumah sakit.
4. Edukasi pasien dan keluarga.
1.5 Sasaran
1. Masyarakat
2. Pasien, keluarga dan pengunjung
3. Dokter, tenaga kesehatan, perawat, bidan, tenaga non medis, tenaga non keperawatan
4. Institusi pemerintah dan swasta
BAB II
PANDUAN TEORI
Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty merupakan Satuan Kerja di lingkungan
Pemerintahan Daerah Samarinda Kal-Tim yang memiliki tugas pokok melaksanakan
upaya kesehatan secara berdaya guna dengan mengutamakan upaya promotif, preventif,
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
1. DEFINISI
A. Pengertian Komunikasi
B. Proses komunikasi
Gambar : 1
Oh saya
Dia Mengerti…
Umpan Balik mengerti
Gangguan
2. Isi pesan
D. Sumber / komunikator
F. Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan
yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima.
Berita dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada
kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat
komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi
berupa perubahan sikap. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8).
Media yang dapat digunakan: Melalui telepon, menggunakan lembar
lipat, buklet, vcd, (peraga).
G. Penerima / komunikan
H. Sifat Komunikasi
dan nantinya akan menjadi sebuah unit PKRS (promosi kesehatan Rumah
Sakit).
I. Komunikasi yang efektif.
2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima
pesan.
Dikonfirmasikan
J. Alfabeth Internasional
A x -- Alfa (AL-FAH)
C -- x – x Charlie (CHAR-LEE)
D -- xx Delta (DELL-TA)
F xx – x Faxtrot (FOKS-TROT)
G -- -- x Golf (GOLF)
I Xx India (IN-DEE-A)
J x -- -- -- Juliat (JEW-LEE-ETT)
K -- x -- Kilo (KEY-LOH)
L x – xx Lima (LEE-MAH)
M -- -- Milie (MIKE)
N -- x November (NO-VEM-BER)
P x -- -- x Papa (PAH-PAH)
Q -- -- x -- Quebec (KEH-BECK)
U xx -- Uniform (YOU-NEE-FORM)
W x -- -- Whiskey (WESS-KEY)
X -- xx -- Xray (ECKS-RAY)
Y -- -- -- -- Yankee (YANG-KEY)
Z -- -- xx Zulu (ZOO-LOO)
1 x -- -- -- -- One (WUN)
2 xx -- -- -- Two (TOO)
8 -- -- -- xx Eight (AIT)
9 -- -- -- -- x Nine (NIN-ER)
8
0 -- -- -- -- -- Zero (ZEE-RO)
Prosesnya:
Tahap Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui
tahap asesmen pasien, di temukan :
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu
dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan
leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau
saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami
edukasi yang diberikan:
Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu
bisa pelajari ?”.
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah
dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi
edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon
atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan
komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh
pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit,
diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien. Setiap petugas
dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi
formulir edukasi dan informsi, dan ditandatangani kedua belah pihak
antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai
bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan
informasi yang benar.
Situation :
“ Selamat pagi dr…, saya…., perawat dari ruang Anggrek akan melaporkan
pasien baru dari IGD tadi malam. Ny G 69 tahun di kamar 2, sekarang
mengeluh kesakitan di pinggul kanan dengan skala 8, kaki kanan juga susah
digerakan. Sudah dapat ketorolac injeksi tadi jam 6 pagi”.
Background :
“Riwayatnya pasien jatuh dikamar mandi, punya riwayat stroke lama. Telah
terpasang spalk dikaki kanan di IGD dan dilakukan rontgen femur tetapi
belum ada bacaan, laborat sudah diambil tetapi belum ada hasil, TTV TD
140/90, Nadi 76x/mnt”.
Assesment :
Recommendation :
Advis dokter :
2. RUANG LINGKUP
a. Tujuan umum
4. Dasar Hukum
3. TATA LAKSANA
2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima
pesan.
1. DEFINISI
Panduan implementasi kode-kode emegensi adalah acuan dalam menggunakan tanda-
tanda atau kode tertentu yang menyatakan kondisi kedaruratan dalam upaya
penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh warga yang
berada disekitar RSIA HERAWATY.
2. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh warga
yang berada disekitar RSIA HERAWATY dalam kondisi darurat tertentu.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada dalam area kebakaran dengan tanda
peringatan “code red”.
2. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada di area RSIA HERAWATY dengan
kondisi klinis compromiseyang rentan terhadap infeksi maupun komplikasi serius
yang membutuhkan pertolongan medis segera dengan tanda peringatan “code blue”.
3. Untuk menyelamatkan bayi atau anak-anak yang hilang atau diculik di area RSIA
HERAWATY dengan tanda peringatan ‘’code pink”.
4. Untuk menyelamatkan setiap orang dari ancaman orang yang membahyakan
(bersenjata atau tidak bersenjata), bom, dan ancaman lain (penyanderaan) yang terjadi
di area RSIA HERAWATY dengan tanda peringatan “code black”.
5. Untuk memindahkan korban dari daerah bahaya ke ruangan yang aman kemudian ke
titik kumpul dengan tanda peringatan “code brown”.
6. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi bencana eksternal dengan tanda
peringatan ”code orange”.
7. Untuk menyelamatkan setiap orang dari kondisi emergensi internal dengan tanda
peringatan “code yellow”
3. RUANG LINGKUP
Setiap orang yang membutuhkan upaya penyelamatan dalam kondisi kedaruratan baik
pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan warga disekitar RSIA HERAWATY.
4. ISTILAH-ISTILAH
A. Code Red (Merah)
Code Red adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman kebakaran di lingkungan
rumah sakit (api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit
untuk kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah sakit, yang
masing-masing memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai panduan tanggap
darurat bencana rumah sakit. Misalnya; petugas teknik segera mematikan listrik di area
kebakaran, perawat segera memobilisasi pasien ke titik-titik evakuasi, dan sebagainya.
Kode yang menggunakan warna-warna diatas adalah tanda peringatan terhadap suatu kondisi
kegawat daruratan yang sifatnya universal. Khusus untuk lingkungan rumah sakit, kode-kode
tersebut merupakan bagian dari kebijakan tanggap darurat bencana terkait keselamatan dan
keamanan pasien, pengunjung,warga sekitar rumah sakit serta staf, yang harus dimiliki serta
diketahui secara luas.
5. PENATALAKSANAAN
B. Henti jantung Dewasa & Anak serta darurat medis lainnya - Code Blue
Darurat medis didefinisikan sebagai setiap situasi klinis dimana pasien dengan kondisi
medik kompromais yang rentan terhadap infeksi maupun komplikasi serius dan
memerlukan pertolongan medis segera.
Dalam situasi darurat medis/henti jantung :
1) SEGERA EVALUASI SITUASI dengan :
a. Telaah bahaya yang dapat muncul segera.
b. Catat waktu.
c. Periksa tanda-tanda kehidupan :
i. Tidak ada respon.
ii. Tidak bernafas normal.
iii. Tidak teraba nadi.
2) MINTA bantuan staf lainnya ( teriak minta bantuan “Code Blue -- Code Blue” ; atau
gunakan Bel yang tersedia).
3) TELPON 0 atau 262 yang akan meneruskannya ke TIM CODE BLUE (IGD – OK –
ICU – NICU).
Jelaskan : Jenis emergensinya ( misal Henti Jantung).
Lokasi kejadian dengan tepat ( Ruangan apa/bed nomor berapa).
Nama, tugas, dan tempat tugas Anda.
4) TINDAK pasien dengan :
a. Check pernafasan.
b. Check nadi.
c. Bebaskan jalan nafas.
d. Lakukan tindakan emergensi sesuai yang diperlukan misalnya : Cardio-Pulmonary
Resuscitation (CPR).
5) DAMPINGI/JAGA terus pasien sampai bantuan datang.
C. Penculikan Bayi/Anak-anak - Code Pink
Oleh karena beberapa jam pertama merupakan waktu kritis pada kasus hilangnya
bayi/anak-anak, hal terpenting adalah menyediakan informasi akurat berkaitan dengan
bayi/anak sesegera mungkin.
Apabila Bayi/Anak-Anak Diculik maka:
1) Petugas yang menemukan terjadinya penculikan bayi/anak, meneriakkan :“ Code Pink
– Code Pink !!!!”dan segera menelpon :0 atau 262 (OPERATOR)
2) Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait di Rumah Sakit antara lain
Sekuriti, Manager on Duty, Direksi, dan Staf Senior lainnya).
3) Sekuriti atas perintah Pimpinan, menelepon 0541-742434(MAPOLRESTA
SAMARINDA); 0541-7080079(POLSEK SAMARINDA); dan sebutkan : jenis
kejadian, lokasi kejadian dengan tepat, nama anda dan tugas/profesi Anda.
4) Petugas Kepolisian kemungkinan akan meminta gambar/foto bayi/anak yang diculik
(kalau ada), dan menanyakan beberapa pertanyaan antara lain : kapan terjadinya,
lokasi terakhir Anda masih melihat bayi/anak yang hilang, dan memakai pakaian apa
bayi/anak tersebut.
5) Setelah menerangkan kepada yang berwajib, berupayalah untuk tetap tenang. Anda
akan mampu mengingat detail bayi/anak yang diculik lebih mudah bila Anda telah
memperoleh kondisi rasional dan logisnya kembali.
1) Ambil tindakan cepat untuk melindungi diri sendiri atau melindungi pasien yang
terancam.
2) Beri peringatan atau minta bantuan kepada sesama teman, sambil meneriakkan :
” Code Black - Code Black!!!!”.
3) Melangkah mundur bila lebih aman – Hubungi telpon 0 atau 262 ( OPERATOR).
4) Selanjutnya operator menghubungi pihak yang terkait a.l. Sekuriti, Manager on Duty,
Direksi, dan Staf Senior lainnya, terangkan tentang:
i. Jenis kejadian.
ii. Lokasi kejadian.
iii. Nama dan tempat tugas Anda.
5) Bila tidak memungkinkan melangkah mundur :
6) Turuti perintah pengancam.
7) Lakukan hanya yangdiminta.
8) Bila bahaya sudah berlalu, telepon 0 atau 262 (OPERATOR), dan jelaskan
kejadiannya.
9) Catat hasil pengamatan Anda secepatnya.
(Misalnya : ciri penyerang, senjata, cara bicara/logat, tingkah laku, tato, ciri
kendaraan, arah pelarian, dll-nya).
10) Amankan tempat kejadian perkara.
11) Bekerjasama dengan sekuriti sambil menunggu petugas kepolisian
1) Periksa seluruh ruangan (termasuk kamar mandi dan toilet) untuk memastikan semua
orang sudah dievakuasi.
2) Lakukan penghitungan untuk memastikan semua orang sudah dievakuasi.
3) Bila ada orang yang tidak diketemukan, laporkan ke Staf Senior, Manager on Duty
(MOD), atau Petugas Emergensi.
4) Jangan meninggalkan area titik kumpul sampai Staf Senior, Manager on Duty (MOD),
atau Petugas Penanggulangan Bencana mengizinkan.
5) Staf Senior, atau Manajer on Duty memberitahuan kepada Petugas Penanggulangan
Bencana yang bertugas untuk mengumumkan “SEMUA AMAN” bila keadaan telah
terkendali.
Catatan : Rekam medik pasien harus selalu menyertai setiap pasien yang dievakuasi
bila memungkinkan.
Bencana Eksternal : Kecelakaan Massal Lalin Darat, Laut, Udara, Gempa Bumi, Tsunami,
Banjir, Ledakan, Badai, Dll – Code Orange
1) Pada saat menerima pemberitahuan terjadinya darurat eksternal, petugas IGD dan atau
operator akan menyampaikan kepada semua pejabat senior dan Tim Siaga Bencana RSIA
HERAWATY.
2) Rekan yang berdekatan sesudah diberitahu petugas IGD atau operator
meneriakkan :“Code Orange – Code Orange !!!
3) Setiap staf akan merespon sesuai dengan Panduan Siaga Bencana RSIA
HERAWATY.Respon dapat meliputi salah satu atau lebih langkah berikut ini:
a. Bila memungkinkan sediakan tempat tidur untuk menampung korban, bila perlu
dengan cara memulangkan sebagaian pasien rawat inap atau mengirimkannya ke RS
lain.
b. Sediakan fasilitas penerimaan dan perawatan pasien secukupnya.
c. Bila diminta oleh Manajer Senior atau Direksi ataupun utusan dari lokasi bencana,
sediakan bantuan yang dapat dikirim ke lokasi bencana.
4) Semua personil lainnya merespon sesuai arahan supervisornya.
5) Bila kondisi bencana memberikan dampak kepada RSIA HERAWATY (misalnya
serbuan asap, huru-hara sipil), pengisolasian/penyekatan mungkin diperlukan.
6) Tunggu sampai ada pemberitahuan bahwa “ SITUASI TELAH TERKENDALI”.
VI. PENDOKUMENTASIAN
Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
BAB IV
DEFINISI
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa
yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. Komunikasi efektif adalah
tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi
tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
RUANG LINGKUP
Komunikasi yang bersifat edukasi ini dibahas lebih lanjut dalam Panduan
Pendidikan Pasien dan Keluarga.
Komunikasi antar staf, pemberi pelayanan, dan PPA dapat berupa koordinasi,
pemberian informasi atau sosialisasi sebagai berikut :
a. Produk layanan dan jam pelayanan baru
b. Perubahan kebijakan atau regulasi rumah sakit terkait pelayanan maupun
SDM
c. Rapat unit maupun lintas unit
TATA LAKSANA
DOKUMENTASI
15