Anda di halaman 1dari 31

DRAFT SKRIPSI

Nama : Ahmad Maulana Fajri

NIM : 20200115045

Jurusan : Pendidikan Bahasa Arab

Alamat : Hertasning Madani


Judul : Analisis Kemampuan Kofnitif Peserta Didik Kelas VII pada
Mata Pelajaran Bahasa Arab Melalui Penerapan Teori
Perkembangan Kognitif Piaget di MTs Madani Alauddin Paopao
Kabupaten Gowa

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik untuk

mengembangkan potensinya, sehingga peserta didik merupakan makhluk

potensial yang dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan bentukan

lingkungan, termasuk lingkungan pendidikan.

Djamarah menjelaskan, bahwa sebagai manusia yang berpotensi, maka di

dalam diri peserta didik ada suatu potensi yang dapat tumbuh dan berkembang di

sepanjang usianya. Potensi peserta didik sebagai daya yang tersedia, sedang

pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk mengembangkan daya itu.1

Potensi yang dimiliki peserta didik pada dasarnya dapat dikembangkan

melalui pendidikan, sehingga dapat dinyatakan bahwa pendidikan merupakan

suatu keniscayaan bagi tumbuh kembangnya potensi yang dimiliki peserta didik

atau pendidikan berhubungan erat yang sulit dipisahkan dengan perkembangan

potensi peserta didik.

1
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologid (Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 52.

1
2

Pendidikan dalam arti yang terbatas merupakan salah satu proses interaksi

belajar-mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai instruksional

(pembelajaran).2 Selanjutnya peserta didik merupakan manusia yang memiliki

diferensiasi potensi dasar kognitif atau intelektual, afektif, dan psikomotor.3

Sehubungan dengan itu, maka kemampuan kognitif merupakan salah satu

potensi peserta didik yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran,

termasuk pembelajaran bahasa Arab kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Madani

Alauddin Paopao Kabupaten Gowa.

Perkembangan potensi kognitif peserta didik dapat dilihat dari beragam

teori belajar, khususnya teori perkembangan kognitif Piaget yang memandang,

bahwa dalam memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan

skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi) sebagai sebuah konsep atau

kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang bisa merentang mulai dari

skema sederhana sampai skema kompleks yang digunakan untuk

mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.4

Pembelajaran untuk mengembangkan kognitif peserta didik dalam

pandangan Piaget, berproses melalui serangkaian kegiatan secara bertahap sesuai

tahapan perkembangan masing-masing peserta didik dan bersifat kualitatif dalam

arti pencapaian mutu tertentu untuk tahap perkembangan tertentu.

Melalui studi pendahuluan, diperoleh informasi bahwa kemampuan

kognitif merupakan salah satu aspek yang dikembangkan dalam proses

pembelajaran bahasa Arab kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Madani Alauddin

Paopao Kabupaten Gowa.

2
H. Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi KependidikanPerangkat Sistem Pengajaran
Modul (Cet. IX; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 23.
3
Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2010), h.2.
4
John W. Santrock, Educational Psychology. Terj. Tri Wibowo, Psikologi Pendidikan (Cet.
I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 46.
3

Teori perkembangan kognitif Piaget mengklasifikasikan perkembangan

kemampuan kognitif berdasarrkan tahapan dan karakteristik tertentu sesuai

perkembangan usia peserta didik, namun kondisi yang terjadi di lapangan

cenderung menunjukkan hal yang berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh

teori Jean Piaget. Berdasarkan hasil obsevasi peneliti selama melaksanakan PPL

(Praktik Pengalaman Lapangan) di MTs Madani Alauddin Paopao menunjukkan

bahwa terdapat karakteristik kemampuan kognitif yang berbeda dan bervariasi

pada usia yang sama bahkan beberapa peserta didik memiliki kemampuan kognitif

yang belum sampai pada taraf operasional formal pada pembelajaran bahasa arab

sementara seharusnya anak pada usia yang demikian kemampuan kognitifnya

telah berada pada taraf tersebut.

Abd. Rajab menjelaskan, bahwa di Madrasah Tsanawiyah Madani

Alauddin Paopao Kabupaten Gowa merupakan sekolah laboratorium Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, sehingga terbuka ruang bagi

peneliti termasuk mahasiswa untuk mengaplikasikan berbagai teori dan menguji

keabsahan teori yang sudah ada, termasuk teori perkembangan kognitif Piaget dan

menganalisis factor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya keterlambatan

dalam perkembangan kemampuan kognitif siswa yang akan menjadi subjek pada

penelitian ini 5

Sehubungan dengan itu, maka perlu dilakukan penelitian mengenai

Analisis Kemampuan Kofnitif Peserta Didik Kelas VII pada Mata Pelajaran

Bahasa Arab Melalui Penerapan Teori Perkembangan Kognitif Piaget di MTs

Madani Alauddin Paopao Kabupaten Gowa.

B. Rumusan Masalah

Abd.Rajab (45 Tahun), Kepala MTs. Madani Alauddin Paopao, Wawancara, Paopao –
5

Gowa, 7 Mei 2018.


4

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pokok dapat

dirumuskan, yaitu:

1. Bagaimana penerapan teori perkembangan kognitif Piaget pada mata

pelajaran bahasa Arab kelas VII MTs. Madani Alauddin Paopao Kabupaten

Gowa?

2. Bagaimana kemampuan kognitif peserta didik melalui penerapan teori

perkembangan kognitif Piaget pada mata pelajaran bahasa Arab kelas VII

MTs. Madani Alauddin Paopao Kabupaten Gowa?

C. Hipotesis

Kemampuan kognitif peserta didik dapat dicapai melalui penerapan teori

perkembangan kognitif Piaget pada mata pelajaran Bahasa Arab di Kelas VII

MTs. Madani Alauddin Paopao Kabupaten Gowa sesuai pandangan John W.

Santrock bahwa memperoleh pengetahuan dapat dicapai dengan baik melalui

interaksi dengan orang lain dalam kegiatan bersama saat teori perkembangan

kognitif Piaget diterapkan.

D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

Terdapat dua variabel utama yang diteliti, yaitu penerapan teori

perkembangan kognitif Piaget sebagai variabel independen yang selanjutnya

dinotasikan sebagai variabel X, dan perkembangan kognitif peserta didik sebagai

variabel dependen yang dinotasikan sebagai variabel Y. Kedua variabel tersebut,

perlu didefinisikan secara operasional untuk memperjelas kedudukan masing-

masing variabel, dan sekaligus menghindari kesalahan pemahaman dan penafsiran

terhadapnya.

Teori perkembangan kognitif Piaget yang dimaksud adalah teori yang

dikembangkan oleh Jean Piaget, bahwa anak-anak usia 11 keatas sudah mampu

memahami, mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi yang


5

diterapkan melalui kegiatan: (a) menggunakan pendekatan konstruktivis, (b)

memfasilitasi peserta didik untuk belajar, (c) mempertimbangkan pengetahuan

dan tingkat pemikiran peserta didik, (d) menggunakan penilaian secara

berkesinambungan, (e) meningkatkan kemampuan intelektual peserta didik, (f)

menjadikan ruang kelas sebagai ruang eksplorasi dan penemuan.

Kemampuan kognitif peserta didik yang dimaksud adalah capaian

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi peserta didik

pada mata pelajaran bahasa Arab di Kelas VII MTs Madani Alauddin Paopao

Kabupaten Gowa.

E. Kajian Pustaka / Penelitian Terdahulu

Penelusuran terhadap sumber ilmiah, baik literatur maupun hasil-hasil

riset, ditemukan bahwa meskipun penelitian ini belum diteliti secara spesifik oleh

peneliti sebelumnya, tetapi ada relevansi antara hasil-hasil penelitian terdahulu

dengan penelitian ini. Beberapa di antaranya dikemukan berikut ini.


Ratih Kumalasari, dkk. dengan judul penelitian “Meningkatkan
Perkembangan Kognitif dalam Bidang Sains melalui Aktivitas Percobaan
Sederhana pada Anak Kelompok B3 TK Kartika VII-1 Kodam Udayana IX
Denpasar Selatan” menyimpulkan, bahwa penerapam aktivitas percobaan
sederhana dapat meningkatkan perkembangan kognitif dalam bidang sains anak
kelompok B3 TK Kartika VII-1 Kodam Udayana IX Denpasar Selatan.6
Dilihat dari konteks variabel dependen (terikat) yang diteliti, maka hasil
penelitian tersebut di atas, relevan untuk mengkaji perkembangan kognitif peserta
didik yang dihubungkan dengan penerapan teori kognitif Piaget di MTs. Madani
Alauddin Paopao Kabupaten Gowa yang merupakan variabel utama pada

6
Ratih Kumalasari, dkk. “Meningkatkan Perkembangan Kognitif dalam Bidang Sains
melalui Aktivitas Percobaan Sederhana pada Anak Kelompok B3 TK Kartika VII-1 Kodam
Udayana IX Denpasar Selatan”, Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha 3 no. 1
(2015), h. 10.
6

penelitian ini, tetapi dilihat dari variabel independen (bebas) yang diteliti, jelas
berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Mukhlisah AM yang meneliti “Pengembangan Kognitif Jean Piaget dan

Peningkatan Belajar Anak Diskalkulia (Studi Kasus pada MI Pangeran

Diponegoro Surabaya)” menyimpulkan, bahwa siswa “X” mengalami beberapa

masalah dalam menjalani proses belajar matematika di MI Pangeran Diponegoro,

hal ini dapat diketahui dari hasil nilai dan identifikasi terhadap siswa “X” bahwa

dia mengalami kesulitan dalam memahami konsep dan proses matematis dan juga

dalam mengerjakan soal cerita.7 Hasil penelitian tersebut, relevan dengan


penerapan teori perkembangan Piaget sebagai variabel independen yang dikaji

pada penelitian ini.


Cecep Anwar H. F. Santosa, yang meneliti “Mengukur Tingkat
Pencapaian Perkembangan Kognitif Siswa SMA menggunakan Operasi Logika
Piaget (Konfirmasi Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget)” menyimpulkan,
bahwa teori perkembangan kognitif Piaget yang menyatakan bahwa usia SMA
(sekitar 15-17 tahun) berada pada tahap operasi formal dikonfirmasi dengan hasil
penelitian sebanyak 71,4% siswa berada pada tahap operasi formal, sedangkan
sisanya masih berada pada tahap operasi kongkrit.8 Sehubungan dengan itu, maka
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perkembangan peserta didik pada
tahap operasional konkrit tersebut.
Rovi Pahliwandari yang meneliti “Penerapan Teori Pembelajaran
Kognitif dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan” menyimpulkan,
bahwa aktivitas jasmani dalam pengertian ini dipaparkan sebagai kegiatan anak

7
Mukhlisah AM, “Pengembangan Kognitif Jean Piaget dan Peningkatan Belajar Anak
Diskalkulia (Studi Kasus pada MI Pangeran Diponegoro Surabaya)”, Journal Kependidikan Islam
6 no. 2 (2015), h. 142
8
Cecep Anwar H. F. Santosa, “Mengukur Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif
Siswa SMA menggunakan Operasi Logika Piaget (Konfirmasi Teori Perkembangan Kognitif Jean
Piaget) ”Journal Matematika dan Pendidikan Matematika2 no. 1 (April 2013), h. 34
7

didik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang


mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan sosial.9 Adapun penelitian ini,
secara khusus mengkaji aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif,
psikomotor, dan sosial yang berbeda dengan penelitian tersebut di atas.
Idrus Alhaddad yang meneliti “Penerapan Teori Perkembangan Mental

Piaget pada Konsep Kekekalan Panjang” meyimpulkan, bahwa dari kedua anak

tersebut yang merupakan subjek penelitian, hanya satu anak yang sudah

memahami konsep kekekalan panjang. Jika dilihat usia kedua anak tersebut yaitu

8 tahun 6 bulan dan 9 tahun 7 bulan, seharusnya berdasarkan tahapan

perkembangan Piaget bahwa anak mulai memahami konsep kekekalan panjang

pada usia 7-8 tahun.10 Dikaitkan dengan penelitian ini, terlihat perbedaan pada

penerapan teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran bahasa Arab

yang menjadi kajian penelitian ini.

Fatimah Ibda yang meneliti “Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget”

menyimpulkan, bahwa Piaget mengajukan teori tentang perkembangan kognitif

anak yang melibatkan proses-proses penting, yaitu skema, asimilasi, akomodasi,

organisasi dan ekuilibrasi.11 Skema Piaget merupakan aspek penting untuk diteliti

lebih lanjut dalam pembelajaran bahasa Arab, sebagaimana yang dikaji pada

penelitian ini.

Beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan, bahwa variabel

yang dikaji pada penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian terdahulu,

9
Rovi Pahliwandari, “Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif dalam Pembelajaran
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan”Journal Pendidikan Olahraga 5 no. 2 (Desember 2016), h.
163
10
Idrus Alhaddad, yang menyatakan “Penerapan Teori Perkembangan Mental Piaget pada
Konsep Kekekalan Panjang”Journal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung
1 no. 1 (Februari 2012), h. 43
11
Fatimah Ibda, yang menyatakan “ Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget”Journal
Intelektualita 3 no. 1 (Januari-Juni 2015), h. 36
8

tetapi dilihat dari konteks pembelajaran bahasa Arab dan objek yang diteliti, jelas

berbeda dengan penelitian ini.

F. Tinjauan Teoritis

1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur

kognitif. Ia meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini

dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli

psikologi sebelumnya. Ia menyatakan bahwa cara berfikir anak

bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa

karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif.

Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan

intelektual individu serta perubahan umur sangat mempengaruh

kemampuan individu mengamati ilmu pengetahuan.12

Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang

bagaimana anak mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka.13

Teori Piaget sering disebut epistimologi genetic karena teori ini

berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual, bahwa

genetika mengacu pada pertumbuhan perkembangan bukan

warisan biologis (keturunan).14

Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata

sensorimotor, yang memberi kerangka bagi interaksi awal anak

12
Laura A. King. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif, (Terj Deresipi
PerdanaYanti), Cet. 1, Jakarta: Selemba Humanika, h. 152
13
Loward S. Friedman & Miriam W. Schuctck, Kepribadian Teori Klasik dan
Riset Modern,Jakarta: Erlangga, 2006, Cet I, h. 259
14
B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning (Teori
Belajar),alih bahasa: Tri Wibowo B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010,
h. 313
9

dengan lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan ditentukan

oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian

yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat direspons

oleh si anak, dan karenanya kejadian itu akan menentukan batasan

pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini

dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen unik yang

harus diakomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi

dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan

memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi

menurut Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru

itu selalu berkembang dari skemata yang sudah ada sebelumnya.

Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan

respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang

sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian

potensial dan mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan

akibatnya.
Interiorisasi menghasilkan perkembangan operasi yang
membebaskan anak dari kebutuhan untuk berhadapan langsung
dengan lingkungan karena dalam hal ini anak sudah mampu
melakukan manipulasi simbolis. Perkembangan operasi (tindakan
yang diinteriorisasikan) memberi anak cara yang kompleks untuk
menangani lingkungan, dan oleh karena itu, anak mampu
melakukan tindakan intelektual yang lebih kompleks, karena struktur
kognitif anak lebih terartikulasikan. Demikian pula lingkungan
10

fisik anak, sehingga dapat dikatakan bahwa struktur kognitif anak


mengkonstruksi lingkungan fisik.15
Lingkungan berperan penting bagi anak untuk mengkonstruksi

pengetahuan melalui struktur kognitif. Struktur kognitif dalam

pandangan Piaget disebut skema (schema) yang eksis dalam pemikiran

anak.

Skema (schema) sebagai kerangka kognitif atau kerangka

referensi yang eksis dalam pikiran anak, digunakan anak untuk

mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi melalui proses


asimilasi, yaitu memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan

yang sudah ada, dan akomodasi (menyesuaikan diri dengan informasi

baru), yakni anak menyesuaikan skema dengan lingkungannya.16

Proses asimilasi dan akomodasi terjadi saat anak berinteraksi dengan

lingkungan, sehingga penyediaan lingkungan yang cukup menjadi

penting bagi perkembangan kognitif anak.

2. Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget

Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi

yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat

perkembangan kognitif. Berdasarkan tingkat perkembangan kognitif Piaget,

peserta didik pada rentang usia11 – 15 tahun berada pada taraf perkembangan

operasi formal. Meskipun pada usia tersebut peserta didik sudah mampu berfikir

logis tanpa kehadiran benda kongkrit, akan tetapi kemampuan peserta didik untuk

15
B. R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning (Teori
Belajar),alih bahasa: Tri Wibowo B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010,
h.325
16
John W. Santrock, Educational Psychology. Terj. Tri Wibowo, Psikologi Pendidikan (Cet.
I; Jakarta: Kencana, 2007), h.46.
11

berfikir abstrak masih belum berkembang dengan baik, sehingga dalam beberapa

hal keberadaan alat peraga atau media belajar lainnya masih dibutuhkan.

Piaget menemukan bahwa penggunaan operasi formal bergantung

pada keakraban dengan daerah subjek tertentu. Apabila peserta didik akrab

dengan suatu obyek tertentu, lebih besar kemungkinannya menggunakan operasi

formal. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh

anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Piaget juga

menekankan pentingnya bahasa, karena bahasa dapat memberikan gagasan untuk

berpikir.17 Tahap- tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget adalah:


1. Sensori motor (usia 0-2 tahun)

2. Praoperasional (2-7 tahun)

3. Operasional konkret ( usia 7-11 tahun)

4. Operasi formal (usia 11 tahun hingga dewasa).18

Implikasi teori Piaget dalam pembelajaran adalah saat guru

memperkenalkan informasi yang melibatkan peserta didik dalam menggunakan

konsep-konsep, memberikan waktu pada peserta didik menemukan ide-ide

dengan pola berpikir formal.19 Bermula dari menentukan topik yang dapat

dipelajari oleh peserta didik, memilih atau mengembangkan aktivitas kelas

dengan topik tersebut, memberikan pertanyaan yang menunjang proses

pemecahan masalah, serta menilai pelaksanaan setiap kegiatan, memperhatikan

17
Hudojo, Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan 1988).h.50
18
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif–Progresif, Konsep,
Landasan.dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana Prenada Media Grop.2009. h.15
19
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif–Progresif, Konsep, Landasan.dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada
Media Grop.2011). h.17
12

keberhasilan, dan melakukan revisi.

a. Perkembangan Kognitif Peserta Didik

Perkembangan kognitif adalah perkembangan yang berkenaan dengan

perilaku mental seseornag yang meliputi; pemahaman, pertimbangan, engolahan

informasi dan pemecahan masalah. Para ahli psikologi kognitif memandang

bahwa perkembangan kognitif sudah mulai berjalan sejak manusia lahir ke dunia,

yakni sejak manusia menggunakan kemampuan sensori motoriknya.20

Untuk memahami perkembangan kognitif peserta didik, salah saru teori

yang banyak digunakan adalah seperti yang dikemukakan oleh Piaget (1896-1980)

yang terkenal dengan teori perkembangan kognitif. Menurut Piaget, kemampuan

kognirif merupakan suatu hal yang fundamental yang mengarahkan dan

membimbing perilaku anak. Ada dua konsep yang perlu diketahui untk

memahami teorinya yaitu konsep tentang fungsi dan tentang struktur.Fungsi

merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama untuk setiap orang. Tujuannya

untuk menyusun struktur kognitif internal. Sedangkan struktur merupakan

seperangkat keterampilan, pola-pola kegiatan yang fleksibel yang digunakan

untuk memahami lingkungan.21

Secara kodrati, manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial

membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan dan kehendak.

Sekalipn demikian potensi dasar yang dimilikinya itu tidaklah sama bagi masing-

masing manusia. Oleh karena itu, sikap, minat, kemampuan berpikir, watak,

20
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Cet. I; Jakarta: Kencana,
2008), h. 261.
21
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, h. 261-262.
13

perilakunya dan hasil belajarnya berbeda-beda antara manusia satu dengan

lainnya.

Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh terhadap perilaku mereka di

rumah maupun di sekolah. Gejala yang dapat diamati bahwa mereka menjadi

lebih atau kurang dalam bidang tertentu dibandingkan dengan orang lain.

Sebagian manusia lebih mampu dalam bidang seni atau bidang ekspresi yang lain,

seperti olah raga dan keterampilan, sebagian lagi dapat lebih mampu dalm bidang

kognitif atau yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.

1.Perbedaan kognitif

Menurut Bloom, proses belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah,

menghasilkan tiga pembentukan kemapuan yang dikenal sebagai taxonomy

Bloom, yaitu kemauan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif

merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang pengamatan atau penyerapan

atas suatu objek.22 Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar.

Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor

pembawaan dan pengaruh lingkungan (faktor dasar dan ajar).

a. Perbedaan Individual dalam kecakapan bahasa

Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting

dalam kehidupan. Kemampuan orang dalam berbahasa berbeda-beda, kemampuan

berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikiran

dalam bentuk ungkpan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis.

22
Sunarto dan B. Agung Hartono.Perkembangan Peserta Didik (Cet. V; Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), h. 11.
14

Kemampuan bahasa sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan, lingkungan, dan

fisik terutama organ berbicara.

b. Perbedaan dalam kecakapan motorik

Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan

kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh

saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut terjadi karena

kerja saraf yang sistematis. Alat indra yang menerima rangsangan akan diteruskan

melalui saraf sensoris ke saraf pusat (otak) untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh

saraf motoric untuk memberukan reaksi dalam bentuk gerakan-gerakan atau

kegiatan.

c. Perbedaan dalam latar belakang

Dalam suatu kelompok siswa ada tingkat manapun, perbedaan latar

belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau

menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan

pelajaran. Pengalaman-pengalaman belajar yang dimiliki anak di rumah

mempengaruhi kemauan untuk berprestasi dalam situasi belajar yang disajikan.

d. Perbedaan dalam bakat

Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan

tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan

pemupukan yang tepat. Sebaliknya bakat tidak dapat berkembang sama sekali,

manakala lingkungan tidak memberikan kesematan untuk berkembang, dalam arti

tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya. Dalam hal ini makna

pendidikan menjadi penting artinya. Pada tingkat sekolah menengah dan


15

perguruan tinggi, program pendidikannya harus memerhatikan dan mengupayakan

proses belajar mengajar yang mampu merangsang dan memupuk kecakapan atau

bakat tersebut.

e. Perbedaan dalam kesiapan belajar

Perbedaan latar belakang keluarga dan lingkungan mempunyai pengaruh

terhadap belajar. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan sosioekonomi dan

sosiokultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-

anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama

dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas, dalam hal ini pelajaran di

sekolah. Dengan demikian, perbedaan-perbedaan individu itu tidak saja

disebabkan oleh keragaman dalam rentang kematangan tetai juga oleh keragaman

dalam latar belakang sebelumnya.

b. Pembelajaran Bahasa Arab

Pembelajaran menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.23 Sedangkan menurut Miarso

yang dikutip oleh Indah Komsiyah mengemukakan bahwa pembelajaran adalah

usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri

secara positif dalam kondisi tertentu. 24

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha

mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar

23
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. BAB I. h. 2.
24
Miarso, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), h. 4.
16

dengan kehendaknya sendiri. 25

Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah langkah suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. 26 Menurut

Abuddin Nata menyebutkan bahwa pembelajaran adalah usaha membimbing

peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar

untuk belajar.27 Pada intinya pembelajaran adalah usaha yang dilakukan

oleh pendidik untuk membelajarkan peserta didik yang pada akhirnya terjadi

perubahan perilaku.

Sedangkan pengertian bahasa Arab dalam Al-mu’jam al-wasith

disebutkan, bahasa adalah suara-suara yang diungkapkan oleh setiap masyarakat

untuk menyampaikan maksud-maksud mereka. 28 Ada beberapa pendapat para

pakar tentang pengertian bahasa Arab, di antaranya menurut Ahmad Al-Hasyimy,

bahasa Arab adalah suara-suara yang mengandung sebagian dari huruf

hijaiyyah.29 Menurut Syaikh Mustafa al- Gulayayni, bahasa Arab adalah

kalimat yang dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan maksud/tujuan

25
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara
1995), h. 85.
26
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: BinaAksara, 1995), h.
36.
27
Muhamad Fathurrohman dan Sulistiyorini, Belajar dan Pembelajaran: Meningkatkan
Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2012), h. 7.
28
Abduddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), h. 87.
29
Ibrahim Mustafa dkk, Al-mu’jam al-wasit, (Istanbul: Al-Maktaba al- Islamiyah Cetakan:
ke 4 Tahun 2004), hlm. 831.
17

mereka. 30

a. Aspek- aspek Pembelajaran Bahasa Arab

Bahasa apapun di dunia memiliki beberapa aspek bahasa yang satu dengan

yang lainnya tidak boleh dipisah-pisahkan ketika mempelajari bahasa dan ketika

mengajarkan bahasa termasuk bahasa Arab. Aspek-aspek itu meliputi aspek tata

bunyi, aspek kosakata, aspek tata kalimat, aspek semantik/arti dan aspek sosio-

kultural.

1) Fonologi

Fonologi dimaknai sebagai ilmu tentang bunyi bahasa, terutama yang

mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi. 31 Pada aspek ini, pembelajaran

meliputi; perbedaan bunyi antara satu fonem dengan fonem yang lain, tekanan

bunyi dalam kata dan intonasi (tekanan bunyi dalam kalimat). Terkait dengan

aspek bunyi, Yayan Nurbayan menjelaskan bahwa metode paling baik untuk

menjelaskan perbedaan antara dua bunyi adalah dengan Tsunaiyyatus Shughra.

Yang dimaksud dengan Tsunaiyyatus Shughra adalah dua kata yang berbeda

dalam makna akan tetapi ada kemiripan dalam pengucapannya. Perbedaannya

hanya pada satu bunyi. Contoh: ‫سال‬, ‫ زال‬Bunyi yang berbeda bisa pada awal,

tengah, atau akhirnya. 32

2) Aspek Mufradat

Kosakata atau mufradat sama dengan perbendaharaan kata. Ditinjau dari

30
Mustafa al-Gulayayni, Jami‘al-Durus al-‘Arabiyyah, Jus I. Cet. XXX, (Beirut: al-
Maktabah al-Asriyyah, 1994), h. 28.
31
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: 1988), h.244.
32
Yayan Nurbayan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : Zein Al
Bayaan, 2008, h. 45
18

segi bahasa, kata “mufradat” merupakan bentuk jamak dari kata “mufradah”

diartikan sebagai satuan atau unit bahasa yang tersusun secara horizontal sesuai

dengan sistem gramatika tertentu yang berfungsi sebagai pembentuk kalimat.

Kosakata juga merupakan salah satu unsure bahasa yang sangat penting,

karena berfungsi sebagai pembentuk ungkapan, kalimat, dan wacana.

Sedemikian pentingnya kosakata, sehingga ada yang berpendapat bahwa

pembelajaran bahasa Arab harus dimulai dengan mengenalkan dan

membelajarkan kosakata itu baik dengan cara dihafal atau dengan cara yang lain.

Namun demikian, pembelajaran kosakata tidaklah identik dengan belajar bahasa

itu sendiri, karena kosakata tidak akan bermakna dan memberi pengertian

kepada pendengar atau pembacanya jika tidak dirangkai dalam sebuah kalimat

yang benar dan kontekstual menurut gramatika dan sistem semantik yang baku. 33

3) Aspek Tata Kalimat (Sintaksis)

Tata kalimat adalah pelajaran mengenai susunan kalimat. Dalam

bahasa arab, pengaturan antar kata dalam kalimat atau antar kalimat dalam klausa

atau wacana merupakan kajian ilmu Nahwu. Bahkan hubungan itu tidak hanya

menimbulkan makna gramatikal, tetapi juga mempengaruhi baris akhir masing-

masing kata yang kemudian disebut dengan I’rab.34

Ilmu nahwu adalah ilmu yang mengandung sejumlah kaidah yang digunakan

untuk mengetahui posisi kata bahasa Arab dalam kalimat, seperti i’rab, bina

33
Ahmad Fuad Effendy, Metode Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2005),
cet.ke-3, h. 96.
34
Sahkholid, Pengantar Linguistik (Analisis Teori-teori Linguistik Umum dalam
Bahasa Arab), (Medan : Nara Press, 2006), h 124.
19

dan mencakup hal-hal yang lain seperti ‫( وفاق‬kesesuaian) dan ‫( موقع الكلمة‬letak

penempatan kata).35

4) Aspek Semantik / Arti

Dalam bahasa Arab istilah ini dikenal dengan ‫ علم المعنى‬atau. ‫علم الداللة‬

Semantik adalah bagian dari linguistik yang mempelajari teori makna.

Semantik/arti juga diartikan ilmu yang mengajarkan tentang seluk beluk dan

pergeseran arti kata- kata.36 Bahasa adalah simbol bunyi yang mempunyai arti

dan digunakan oleh sekelompok manusia untuk mengungkapkan isi hatinya.

Simbol-simbol bunyi yang tersusun secara sistematis dalam kata atau kalimat

tidak akan berfungsi sebagai risalah apabila tidak memperhatikan

semantik/arti. Terlebih arti suatu kata atau kalimat bisa berubah sesuai waktu dan

tempat.

5) Aspek Sosio-Kultural

Bahasa adalah sesuatu yang lahir dari masyarakat dan merupakan salah

satu aspek sosial. Bahasa adalah cerminan dari suatu bangsa pemakai bahasa.

Mempelajari suatu bahasa berarti mempelajari kultur bangsa penutur bahasa itu.

Faktor non linguistik yang dianggap sebagai sebab timbulnya problem dalam

pendidikan bahasa Arab antara lain: Perbedaan sosio kultural bangsa Arab dengan

sosio kultural pelajar (Indonesia), sarana dan prasarana fisik, tempat dan

35
Al-Syarif Ali bin Muhammad al-Jurjani, Kitab al-Ta’rifat, (Bairut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah, 1988), hlm. 240.
36
Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilm al-Dilalah, (Kuwait: Maktabah dar al- Arabiyah, 1982), h.
11.
20

waktu. 37

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian

analisis antara variabel teori perkembangan kognitif Piaget terhadap kemampuan

kognitif peserta didik pada mata pelajaran bahasa arab di MTs Madani Alauddin

Paopao Kabupten Gowa.

2. Pendekatan Penelitian

Menelaah hasil permasalahan skripsi ini, ada beberapa pendekatan yang

digunakan, yaitu pendekatan pedagogis, sosiologis, dan psikologis, ketiga

pendekatan ini digunakan karena obyek yang diteliti membutuhkan bantuan jasa

ilmu-ilmu tersebut dengan pertimbangan:

a. Pendekatan pedagogik digunakan karena pembahasan skripsi ini berkaitan

dengan aktifitas pengolahan pendidikan dalam pelaksanaan materi

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru MTs Madani Alauddin Paopao

Kabupaten Gowa. Kajian para pakar tentang metode mengajar guru sebagai

elemen yang paling menentukan dalam kaiatannya dengan perolehan hasil

belajar, mendapat perhatian serius dalam dunia akademik.

b. Pendekatan sosiologis digunakan untuk melihat hubungan kerjasama peserta

didik dan guru Madrash di MTs Madani Alauddin Paopao Kabupaten Gowa,

sehingga pembelajaran dapat diserap dengan baik dan tentunya dalam bagian

ini akan memberi dampak positif hasil akhir baik hasil yang berupa angka-

angka maupun pada segi sikap atau akhlak para peserta didik.

37
Urip Masduki, Problematika Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah, dalam
Ikhlas Beramal, (Jakarta: Departemen Agama RI, Juni 1997), h. 53.
21

c. Pendekatan psikologis digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan

peserta didik dalam memberikan kontribusi terhadap perkembangan

pendidikan MTs Madani Alauddin Paopao Kabupaten Gowa. agar mereka

dapat memasukkan pengetahuan kedalam jiwanya.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti. Populasi ini

sering juga disebut universe.38 Ukuran dari populasi merupakan jumlah

keseluruhan yang mencakup semua anggota yang diteliti. Karena itulah, dalam

mengumpulkan data dan menganalisa suatu data, menentukan populasi

merupakan langkah yang penting. Populasi dari penelitian ini adalah semua

peserta didik kelas VII di MTs Madani Alauddin Paopao Kabupaten Gowa

tahun pelajaran 2018/2019.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian. Dalam

penetapan/pengambilan sampel dari populasi mempunyai aturan, yaitu sampel itu

representatif (mewakili) terhadap populasinya.39 Sampel dalam hal ini

diambil dari peserta didik kelas VII yang telah terpilih dari metode acak dalam

menentukan sampel penelitian.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data

yaitu:

a. Tes

Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang

38
Syahrum dan Salim. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Citapustaka Media, h. 113
39
Syahrum dan Salim. h . 1 1 3 - 1 1 4
22

pengetahuan dan keyakinan pribadi. Menurut Muri Yusuf, jika peneliti ingin

mengungkapkan kemampuan seseorang dalam belajar, maka peneliti dapat

menggunakan tes hasil belajar (achievement test).40

Tes yang digunakan untuk mengungkapkan kemampuan seseorang dari

segi pengetahuan terbagi menjadi empat jenis, yaitu: (a) tes tulis, yaitu: tes uraian

dan tes objektif; (b) tes lisan; dan (c) penugasan. 41

b. Hasil Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen tes dilakukan penulis pada peserta didik MTs Madani

Alauddin Paopao Kabupten Gowa dengan jumlah responden sebanyak 30 orang.


Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan bulan Juni 2019. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Arikunto yang mengatakan bahwa subjek uji coba dapat

diambil sejumlah antara 25 – 40 orang.42 Suatu jumlah yang

sudah memungkinkan pelaksanaan dan analisisnya.

5. Instrumen penelitian

Untuk menjaring data dalam penelitian ini digunakan instrumen

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Tes

b. Dokumentasi.

6. Validasi dan Realiabilitasi Instrum

c. Validasi Instrumen

40
Muri Yusuf. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Kencana, h. 233
41
Nurmawati. 2015. Evaluasi Pendidikan Islami. Bandung: Citapustaka Media, h. 73-92
42
Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, h.
128
23

Suatu instrumen dinyatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat

mengukur apa yang hendak diukur.43 Jadi validasi instrumen adalah pengujian

validitas atau ketepatan (kesahihan) instrumen sehingga dapat untuk mengukur

variabel penelitian.

Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal, dan validitas

eksternal. Instrumen dinyatakan mempunyai validitas internal atau rasional bila

kriteria yang ada dalam instrumen, secara rasional (teoretis) telah mencerminkan

apa yang diukur, dan instrumen dinyatakan mempunyai validitas eksternal bila

kriteria di dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah

ada.44 Jika validitas internal instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan,

maka validitas eksternal instrumen dikembangkan dari fakta empiris.

Secara teknis, pengujian validitas konstruksi (construct validity) dan validitas isi

(content validity), dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau

matriks pengembangan instrumen yang berisi butir (item) pernyataan yang telah

dijabarkan dari indikator. Setelah dikonsultasikan dengan ahli yang berjumlah

minimal tiga orang doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti (promotor dan

kopromotor untuk disertasi), maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis

dengan uji beda.45

Analisis untuk mengetahui daya pembeda, sering juga dinamakan analisis

untuk mengetahui validitas item,46 digunakan rumus t-test sebagai berikut:

𝑋1 − 𝑋2
t=
1 1
𝑔𝑎𝑏 √𝑛 + 𝑛
1 2
S
43
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), h. 237.
44
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D), h. 125-129.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 125-129.
46
Masrun, Reliabilitas dan Cara-cara Menentukannya (Yogyakarta: UGM Press, 1979).
Dikutip dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 127.
24

Dimana: (𝑛1 −1)𝑆12 + (𝑛1 −1)𝑆22


Sgab =√ (𝑛1 + 𝑛2 )− 2
∑ 𝑋12
S1 = √ 𝑛
dan

Untuk mengetatahui apakah perbedaan itu signifikan atau tidak, maka t

hitung tersebut dibandingkan dengan harga t tabel untuk uji dua pihak (two tail

test), tingkat kesalahan 5% dengan dk = n1 + n2 – 2.

Pengujian validitas instrumen, selain digunakan pendapat dari ahli

(judgment experts), dalam hal ini promotor dan kopromotor setelah instrumen

dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori

tertentu, juga dilakukan uji coba kepada 20 orang responden yang telah

memahami masalah yang diteliti, dan dianalisis dengan menggunakan uji t (t-test)

daya pembeda, sehingga instrumen penelitian dinyatakan valid. (Proses dan hasil

pengujian validitas instrumen, terlampir).

d. Reabilitasi Instrumen

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil

pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila

instrumen instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa

kali dengan hasil yang sama atau relatif sama.47 Instrumen yang reliabel berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur aspek yang seharusnya

diukur dengan hasil yang tetap.

Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan secara internal

consistency dengan teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan rumus
Spearman Brown sebagai berikut:
2 × 𝑟𝑏
𝑟𝑖 =
1 + 𝑟𝑏
47
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, h. 229-230.
25

Dimana:

𝒓𝒊 = reliabilitas internal seluruh instrumen

𝒓𝒃 = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.48

Untuk keperluan itu, maka butir-butir instrumen dibelah menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok ganjil dan kelompok genap yang disusun tersendiri.

Skor total antara kelompok ganjil dengan kelompok genap dicari korelasinya

untuk memperoleh nilai r dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝚺𝒙𝒚
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝜮𝒙𝟐 )(𝜮𝒚𝟐 )

Dimana:

rxy = korelasi antara variabel x dengan y

x = (x - x)

y = (y - y).49

Bila koefisien korelasi sama dengan 0,30 atau lebih (paling kecil), maka

instrumen dinyatakan reliabel. Karena instrumen dinyatakan valid dan reliabel

maka instrumen tersebut dapat digunakan untuk pengumpulan data. (Proses dan

hasil pengujian reliabilitas instrumen, terlampir).

7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis dan interpretasi data sebagai gambaran penerapan cara berpikir

penalaran pada proses penelitian,50 dilakukan untuk menguji hipotesis statistik.

48
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian (Cet. XXIII; Bandung: Alfabeta, 2013), h. 359.
49
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, h. 228.
50
John W. Best, Research in Education, terj. Sanapiah Faisal dan Mulyadi Guntur
Waseso, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 244.
26

Didasarkan pada jenis hipotesis statitik yang dibedakan atas hipotesis statistik,

maka analisis data menggunakan teknik statistik deskriptif dan inferensial.

a. Pengujian Hipotesis Deskriptif

1) Persentase, dengan rumus:

𝑓
P= 𝑥 100%
𝑁

Dimana:

P = persentase

f = frekuensi

N = banyaknya subjek yang memiliki nilai

100 = bilangan konstanta.51


H. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk menjawab rumusan masalah,

yaitu untuk mengetahui apakah kemampuan kognitif peserta didik dalam mata

pelajaran bahasa Arab kelas VII MTs. Madani Paopao Alauddin telah berkembang

sesuai teori perkembangan kognitif Piaget.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoretis (Ilmiah)

Hasil penelitian ini diharapkan berguna secara teoretis untuk

perkembangan bahas arab, sekaligus menambah khazanah perbendaharaan ilmu

pendidikan dan keguruan pada umumnya, serta perkembangan pendidikan dan

pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah pada khususnya.

51
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Cet. XXIII; Jakarta: Rajawali Pers,
2011), h. 78.
27

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna secara praktis untuk bahan

rujukan bagi guru mata pelajaran bahasa Arab pada Madrasah Tsanawiyah, serta

kepala madrasah dan pengawas pendidikan dalam melaksanakan fungsi supervisi,

sekaligus menjadi bahan perbandingan bagi para peneliti lain yang relevan.

I. Daftar Pustaka

al-Gulayayni, Mustafa. Jami‘al-Durus al-‘Arabiyyah, Jus I. Cet. XXX; Beirut: al-

Maktabah al-Asriyyah, 1994.

Alhaddad, Idrus. yang menyatakan “Penerapan Teori Perkembangan Mental

Piaget pada Konsep Kekekalan Panjang”. Journal Ilmiah Program Studi

Matematika STKIP Siliwangi Bandung 1, no. 1 (Februari 2012): h. 43

Alwasilah, Chaedar Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab: Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011

AM, Mukhlisah, “Pengembangan Kognitif Jean Piaget dan Peningkatan Belajar

Anak Diskalkulia (Studi Kasus pada MI Pangeran Diponegoro Surabaya)”.

Journal Kependidikan Islam 6, no. 2 (2015): h. 142

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Jakarta: Rineka Cipta,

2005.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 1988.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka: 1990.

Effendy, Ahmad Fuad. Metode Pengajaran Bahasa Arab. Cet. III; Malang:
28

Misykat, 2005.

Fathurrohman, Muhamad dan Sulistiyorini, Belajar dan Pembelajaran:

Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional, Yogyakarta:

Teras, 2012.

Friedman, Loward S. & Miriam W. Schuctck, Kepribadian Teori Klasik

dan Riset Modern, Cet I Jakarta: Erlangga, 2006.

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: BinaAksara, 1995.

Hergenhahn, B.R. & Matthew H. Olson, Theories of Learning, Terj. Tri

Wibowo B.S., Teori Belajar Cet. III, Jakarta: Prenada Media

Group, 2010.

Hudojo, Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan 1988.

Ibda, Fatimah yang menyatakan “Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget”.

Journal Intelektualita 3, no. 1 (Januari-Juni 2015), h. 36

King, Laura A. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif, Terj.

Deresipi PerdanaYanti, Cet. I; Jakarta: Selemba Humanika.

Kumalasari, Ratih dkk. “Meningkatkan Perkembangan Kognitif dalam Bidang

Sains melalui Aktivitas Percobaan Sederhana pada Anak Kelompok B3 TK

Kartika VII-1 Kodam Udayana IX Denpasar Selatan”. Journal PG-PAUD

Universitas Pendidikan Ganesha 3, no. 1 (2015), h. 10.

Madjidi, Busyairi. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab: Yogyakarta:


29

Sumbangsih Offset, 1994.

Masduki, Urip. Problematika Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah,

dalam Ikhlas Berama,:Jakarta: Departemen Agama RI, Juni 1997.

Miarso, Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Teras, 2012.

Muhammad al-Jurjani, Al-Syarif Ali bin. Kitab al-Ta’rifat, Bairut: Dar al-Kutub

al-Ilmiyah, 1988.

Mustafa, Ibrahim dkk. Al-mu’jam al-wasit, Cet.IV; Istanbul: Al-Maktaba al-

Islamiyah 2004.

Mustafa, Syaiful. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatifi:Malang: UIN

MALIKI PRESS, 2011.

Nasution, S. Metode Research (Penelitian Ilmiah): Bandung: Jemmars, 1982.

Nata, Abduddin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran: Jakarta: Bumi

Aksara, 1995.

Nurbayan, Yayan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab: Bandung: Zein Al

Bayaan, 2008.

Nurmawati. Evaluasi Pendidikan Islami, Bandung: Citapustaka Media, 2015.

Pahliwandari, Rovi “Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif dalam Pembelajaran

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan”. Journal Pendidikan Olahraga 5, no. 2

(Desember 2016), h. 163.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.

Sahkholid, Pengantar Linguistik (Analisis Teori-teori Linguistik Umum dalam


30

Bahasa Arab): Medan : Nara Press, 2006.

Santosa, Cecep Anwar H. F. “Mengukur Tingkat Pencapaian Perkembangan

Kognitif Siswa SMA menggunakan Operasi Logika Piaget (Konfirmasi

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget)”. Journal Matematika dan

Pendidikan Matematika2, no. 1 (April 2013): h. 34

Suparno, Paul. Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Cet. I; Yogyakarta:

Kanisius, 2006.

Syahrum dan Salim. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Bandung: Citapustaka

Media, 2016.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif–Progresif, Konsep,

Landasan.dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat satuan pendidikan

(KTSP): Jakarta: Kencana Prenada Media Grop, 2009.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif–Progresif, Konsep,

Landasan.dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat satuan pendidikan

(KTSP): Jakarta: Kencana Prenada Media Grop, 2011.

Umar, Ahmad Mukhtar. ‘Ilm al-Dilalah: Kuwait: Maktabah dar al- Arabiyah,

1982.

Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan.

Jakarta: Kencana, 2015


31

Anda mungkin juga menyukai