Proposal
Proposal
NIM : 20200115045
dalam diri peserta didik ada suatu potensi yang dapat tumbuh dan berkembang di
sepanjang usianya. Potensi peserta didik sebagai daya yang tersedia, sedang
suatu keniscayaan bagi tumbuh kembangnya potensi yang dimiliki peserta didik
1
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologid (Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 52.
1
2
Pendidikan dalam arti yang terbatas merupakan salah satu proses interaksi
skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi) sebagai sebuah konsep atau
kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang bisa merentang mulai dari
2
H. Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi KependidikanPerangkat Sistem Pengajaran
Modul (Cet. IX; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 23.
3
Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2010), h.2.
4
John W. Santrock, Educational Psychology. Terj. Tri Wibowo, Psikologi Pendidikan (Cet.
I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 46.
3
cenderung menunjukkan hal yang berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh
teori Jean Piaget. Berdasarkan hasil obsevasi peneliti selama melaksanakan PPL
pada usia yang sama bahkan beberapa peserta didik memiliki kemampuan kognitif
yang belum sampai pada taraf operasional formal pada pembelajaran bahasa arab
Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, sehingga terbuka ruang bagi
keabsahan teori yang sudah ada, termasuk teori perkembangan kognitif Piaget dan
dalam perkembangan kemampuan kognitif siswa yang akan menjadi subjek pada
penelitian ini 5
Analisis Kemampuan Kofnitif Peserta Didik Kelas VII pada Mata Pelajaran
B. Rumusan Masalah
Abd.Rajab (45 Tahun), Kepala MTs. Madani Alauddin Paopao, Wawancara, Paopao –
5
dirumuskan, yaitu:
pelajaran bahasa Arab kelas VII MTs. Madani Alauddin Paopao Kabupaten
Gowa?
perkembangan kognitif Piaget pada mata pelajaran bahasa Arab kelas VII
C. Hipotesis
perkembangan kognitif Piaget pada mata pelajaran Bahasa Arab di Kelas VII
interaksi dengan orang lain dalam kegiatan bersama saat teori perkembangan
terhadapnya.
dikembangkan oleh Jean Piaget, bahwa anak-anak usia 11 keatas sudah mampu
pada mata pelajaran bahasa Arab di Kelas VII MTs Madani Alauddin Paopao
Kabupaten Gowa.
riset, ditemukan bahwa meskipun penelitian ini belum diteliti secara spesifik oleh
6
Ratih Kumalasari, dkk. “Meningkatkan Perkembangan Kognitif dalam Bidang Sains
melalui Aktivitas Percobaan Sederhana pada Anak Kelompok B3 TK Kartika VII-1 Kodam
Udayana IX Denpasar Selatan”, Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha 3 no. 1
(2015), h. 10.
6
penelitian ini, tetapi dilihat dari variabel independen (bebas) yang diteliti, jelas
berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Mukhlisah AM yang meneliti “Pengembangan Kognitif Jean Piaget dan
hal ini dapat diketahui dari hasil nilai dan identifikasi terhadap siswa “X” bahwa
dia mengalami kesulitan dalam memahami konsep dan proses matematis dan juga
7
Mukhlisah AM, “Pengembangan Kognitif Jean Piaget dan Peningkatan Belajar Anak
Diskalkulia (Studi Kasus pada MI Pangeran Diponegoro Surabaya)”, Journal Kependidikan Islam
6 no. 2 (2015), h. 142
8
Cecep Anwar H. F. Santosa, “Mengukur Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif
Siswa SMA menggunakan Operasi Logika Piaget (Konfirmasi Teori Perkembangan Kognitif Jean
Piaget) ”Journal Matematika dan Pendidikan Matematika2 no. 1 (April 2013), h. 34
7
Piaget pada Konsep Kekekalan Panjang” meyimpulkan, bahwa dari kedua anak
tersebut yang merupakan subjek penelitian, hanya satu anak yang sudah
memahami konsep kekekalan panjang. Jika dilihat usia kedua anak tersebut yaitu
pada usia 7-8 tahun.10 Dikaitkan dengan penelitian ini, terlihat perbedaan pada
organisasi dan ekuilibrasi.11 Skema Piaget merupakan aspek penting untuk diteliti
lebih lanjut dalam pembelajaran bahasa Arab, sebagaimana yang dikaji pada
penelitian ini.
yang dikaji pada penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian terdahulu,
9
Rovi Pahliwandari, “Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif dalam Pembelajaran
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan”Journal Pendidikan Olahraga 5 no. 2 (Desember 2016), h.
163
10
Idrus Alhaddad, yang menyatakan “Penerapan Teori Perkembangan Mental Piaget pada
Konsep Kekekalan Panjang”Journal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung
1 no. 1 (Februari 2012), h. 43
11
Fatimah Ibda, yang menyatakan “ Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget”Journal
Intelektualita 3 no. 1 (Januari-Juni 2015), h. 36
8
tetapi dilihat dari konteks pembelajaran bahasa Arab dan objek yang diteliti, jelas
F. Tinjauan Teoritis
12
Laura A. King. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif, (Terj Deresipi
PerdanaYanti), Cet. 1, Jakarta: Selemba Humanika, h. 152
13
Loward S. Friedman & Miriam W. Schuctck, Kepribadian Teori Klasik dan
Riset Modern,Jakarta: Erlangga, 2006, Cet I, h. 259
14
B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning (Teori
Belajar),alih bahasa: Tri Wibowo B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010,
h. 313
9
menurut Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru
akibatnya.
Interiorisasi menghasilkan perkembangan operasi yang
membebaskan anak dari kebutuhan untuk berhadapan langsung
dengan lingkungan karena dalam hal ini anak sudah mampu
melakukan manipulasi simbolis. Perkembangan operasi (tindakan
yang diinteriorisasikan) memberi anak cara yang kompleks untuk
menangani lingkungan, dan oleh karena itu, anak mampu
melakukan tindakan intelektual yang lebih kompleks, karena struktur
kognitif anak lebih terartikulasikan. Demikian pula lingkungan
10
anak.
Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi
yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat
peserta didik pada rentang usia11 – 15 tahun berada pada taraf perkembangan
operasi formal. Meskipun pada usia tersebut peserta didik sudah mampu berfikir
logis tanpa kehadiran benda kongkrit, akan tetapi kemampuan peserta didik untuk
15
B. R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, Theories of Learning (Teori
Belajar),alih bahasa: Tri Wibowo B.S., Cet. III, Jakarta: Prenada Media Group, 2010,
h.325
16
John W. Santrock, Educational Psychology. Terj. Tri Wibowo, Psikologi Pendidikan (Cet.
I; Jakarta: Kencana, 2007), h.46.
11
berfikir abstrak masih belum berkembang dengan baik, sehingga dalam beberapa
hal keberadaan alat peraga atau media belajar lainnya masih dibutuhkan.
pada keakraban dengan daerah subjek tertentu. Apabila peserta didik akrab
anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Piaget juga
dengan pola berpikir formal.19 Bermula dari menentukan topik yang dapat
17
Hudojo, Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan 1988).h.50
18
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif–Progresif, Konsep,
Landasan.dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana Prenada Media Grop.2009. h.15
19
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif–Progresif, Konsep, Landasan.dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada
Media Grop.2011). h.17
12
bahwa perkembangan kognitif sudah mulai berjalan sejak manusia lahir ke dunia,
yang banyak digunakan adalah seperti yang dikemukakan oleh Piaget (1896-1980)
membimbing perilaku anak. Ada dua konsep yang perlu diketahui untk
merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama untuk setiap orang. Tujuannya
Sekalipn demikian potensi dasar yang dimilikinya itu tidaklah sama bagi masing-
masing manusia. Oleh karena itu, sikap, minat, kemampuan berpikir, watak,
20
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Cet. I; Jakarta: Kencana,
2008), h. 261.
21
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, h. 261-262.
13
lainnya.
rumah maupun di sekolah. Gejala yang dapat diamati bahwa mereka menjadi
lebih atau kurang dalam bidang tertentu dibandingkan dengan orang lain.
Sebagian manusia lebih mampu dalam bidang seni atau bidang ekspresi yang lain,
seperti olah raga dan keterampilan, sebagian lagi dapat lebih mampu dalm bidang
1.Perbedaan kognitif
atas suatu objek.22 Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar.
dalam bentuk ungkpan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis.
22
Sunarto dan B. Agung Hartono.Perkembangan Peserta Didik (Cet. V; Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), h. 11.
14
kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh
kerja saraf yang sistematis. Alat indra yang menerima rangsangan akan diteruskan
melalui saraf sensoris ke saraf pusat (otak) untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh
kegiatan.
pemupukan yang tepat. Sebaliknya bakat tidak dapat berkembang sama sekali,
tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya. Dalam hal ini makna
proses belajar mengajar yang mampu merangsang dan memupuk kecakapan atau
bakat tersebut.
anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama
dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas, dalam hal ini pelajaran di
disebabkan oleh keragaman dalam rentang kematangan tetai juga oleh keragaman
sistem pendidikan nasional adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.23 Sedangkan menurut Miarso
23
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. BAB I. h. 2.
24
Miarso, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), h. 4.
16
oleh pendidik untuk membelajarkan peserta didik yang pada akhirnya terjadi
perubahan perilaku.
25
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara
1995), h. 85.
26
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: BinaAksara, 1995), h.
36.
27
Muhamad Fathurrohman dan Sulistiyorini, Belajar dan Pembelajaran: Meningkatkan
Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2012), h. 7.
28
Abduddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), h. 87.
29
Ibrahim Mustafa dkk, Al-mu’jam al-wasit, (Istanbul: Al-Maktaba al- Islamiyah Cetakan:
ke 4 Tahun 2004), hlm. 831.
17
mereka. 30
Bahasa apapun di dunia memiliki beberapa aspek bahasa yang satu dengan
yang lainnya tidak boleh dipisah-pisahkan ketika mempelajari bahasa dan ketika
mengajarkan bahasa termasuk bahasa Arab. Aspek-aspek itu meliputi aspek tata
bunyi, aspek kosakata, aspek tata kalimat, aspek semantik/arti dan aspek sosio-
kultural.
1) Fonologi
mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi. 31 Pada aspek ini, pembelajaran
meliputi; perbedaan bunyi antara satu fonem dengan fonem yang lain, tekanan
bunyi dalam kata dan intonasi (tekanan bunyi dalam kalimat). Terkait dengan
aspek bunyi, Yayan Nurbayan menjelaskan bahwa metode paling baik untuk
Yang dimaksud dengan Tsunaiyyatus Shughra adalah dua kata yang berbeda
hanya pada satu bunyi. Contoh: سال, زالBunyi yang berbeda bisa pada awal,
2) Aspek Mufradat
30
Mustafa al-Gulayayni, Jami‘al-Durus al-‘Arabiyyah, Jus I. Cet. XXX, (Beirut: al-
Maktabah al-Asriyyah, 1994), h. 28.
31
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: 1988), h.244.
32
Yayan Nurbayan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : Zein Al
Bayaan, 2008, h. 45
18
segi bahasa, kata “mufradat” merupakan bentuk jamak dari kata “mufradah”
diartikan sebagai satuan atau unit bahasa yang tersusun secara horizontal sesuai
Kosakata juga merupakan salah satu unsure bahasa yang sangat penting,
membelajarkan kosakata itu baik dengan cara dihafal atau dengan cara yang lain.
itu sendiri, karena kosakata tidak akan bermakna dan memberi pengertian
kepada pendengar atau pembacanya jika tidak dirangkai dalam sebuah kalimat
yang benar dan kontekstual menurut gramatika dan sistem semantik yang baku. 33
bahasa arab, pengaturan antar kata dalam kalimat atau antar kalimat dalam klausa
atau wacana merupakan kajian ilmu Nahwu. Bahkan hubungan itu tidak hanya
Ilmu nahwu adalah ilmu yang mengandung sejumlah kaidah yang digunakan
untuk mengetahui posisi kata bahasa Arab dalam kalimat, seperti i’rab, bina
33
Ahmad Fuad Effendy, Metode Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2005),
cet.ke-3, h. 96.
34
Sahkholid, Pengantar Linguistik (Analisis Teori-teori Linguistik Umum dalam
Bahasa Arab), (Medan : Nara Press, 2006), h 124.
19
dan mencakup hal-hal yang lain seperti ( وفاقkesesuaian) dan ( موقع الكلمةletak
penempatan kata).35
Dalam bahasa Arab istilah ini dikenal dengan علم المعنىatau. علم الداللة
Semantik/arti juga diartikan ilmu yang mengajarkan tentang seluk beluk dan
pergeseran arti kata- kata.36 Bahasa adalah simbol bunyi yang mempunyai arti
Simbol-simbol bunyi yang tersusun secara sistematis dalam kata atau kalimat
semantik/arti. Terlebih arti suatu kata atau kalimat bisa berubah sesuai waktu dan
tempat.
5) Aspek Sosio-Kultural
Bahasa adalah sesuatu yang lahir dari masyarakat dan merupakan salah
satu aspek sosial. Bahasa adalah cerminan dari suatu bangsa pemakai bahasa.
Mempelajari suatu bahasa berarti mempelajari kultur bangsa penutur bahasa itu.
Faktor non linguistik yang dianggap sebagai sebab timbulnya problem dalam
pendidikan bahasa Arab antara lain: Perbedaan sosio kultural bangsa Arab dengan
sosio kultural pelajar (Indonesia), sarana dan prasarana fisik, tempat dan
35
Al-Syarif Ali bin Muhammad al-Jurjani, Kitab al-Ta’rifat, (Bairut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah, 1988), hlm. 240.
36
Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilm al-Dilalah, (Kuwait: Maktabah dar al- Arabiyah, 1982), h.
11.
20
waktu. 37
G. Metodologi Penelitian
kognitif peserta didik pada mata pelajaran bahasa arab di MTs Madani Alauddin
2. Pendekatan Penelitian
pendekatan ini digunakan karena obyek yang diteliti membutuhkan bantuan jasa
Kabupaten Gowa. Kajian para pakar tentang metode mengajar guru sebagai
didik dan guru Madrash di MTs Madani Alauddin Paopao Kabupaten Gowa,
sehingga pembelajaran dapat diserap dengan baik dan tentunya dalam bagian
ini akan memberi dampak positif hasil akhir baik hasil yang berupa angka-
angka maupun pada segi sikap atau akhlak para peserta didik.
37
Urip Masduki, Problematika Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah, dalam
Ikhlas Beramal, (Jakarta: Departemen Agama RI, Juni 1997), h. 53.
21
a. Populasi
keseluruhan yang mencakup semua anggota yang diteliti. Karena itulah, dalam
merupakan langkah yang penting. Populasi dari penelitian ini adalah semua
peserta didik kelas VII di MTs Madani Alauddin Paopao Kabupaten Gowa
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian. Dalam
diambil dari peserta didik kelas VII yang telah terpilih dari metode acak dalam
yaitu:
a. Tes
38
Syahrum dan Salim. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Citapustaka Media, h. 113
39
Syahrum dan Salim. h . 1 1 3 - 1 1 4
22
pengetahuan dan keyakinan pribadi. Menurut Muri Yusuf, jika peneliti ingin
segi pengetahuan terbagi menjadi empat jenis, yaitu: (a) tes tulis, yaitu: tes uraian
Uji coba instrumen tes dilakukan penulis pada peserta didik MTs Madani
dengan pernyataan Arikunto yang mengatakan bahwa subjek uji coba dapat
5. Instrumen penelitian
a. Tes
b. Dokumentasi.
c. Validasi Instrumen
40
Muri Yusuf. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Kencana, h. 233
41
Nurmawati. 2015. Evaluasi Pendidikan Islami. Bandung: Citapustaka Media, h. 73-92
42
Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, h.
128
23
mengukur apa yang hendak diukur.43 Jadi validasi instrumen adalah pengujian
variabel penelitian.
kriteria yang ada dalam instrumen, secara rasional (teoretis) telah mencerminkan
apa yang diukur, dan instrumen dinyatakan mempunyai validitas eksternal bila
ada.44 Jika validitas internal instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan,
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi (construct validity) dan validitas isi
matriks pengembangan instrumen yang berisi butir (item) pernyataan yang telah
minimal tiga orang doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti (promotor dan
𝑋1 − 𝑋2
t=
1 1
𝑔𝑎𝑏 √𝑛 + 𝑛
1 2
S
43
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), h. 237.
44
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D), h. 125-129.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 125-129.
46
Masrun, Reliabilitas dan Cara-cara Menentukannya (Yogyakarta: UGM Press, 1979).
Dikutip dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h. 127.
24
hitung tersebut dibandingkan dengan harga t tabel untuk uji dua pihak (two tail
(judgment experts), dalam hal ini promotor dan kopromotor setelah instrumen
tertentu, juga dilakukan uji coba kepada 20 orang responden yang telah
memahami masalah yang diteliti, dan dianalisis dengan menggunakan uji t (t-test)
daya pembeda, sehingga instrumen penelitian dinyatakan valid. (Proses dan hasil
d. Reabilitasi Instrumen
kali dengan hasil yang sama atau relatif sama.47 Instrumen yang reliabel berarti
consistency dengan teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan rumus
Spearman Brown sebagai berikut:
2 × 𝑟𝑏
𝑟𝑖 =
1 + 𝑟𝑏
47
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, h. 229-230.
25
Dimana:
kelompok, yaitu kelompok ganjil dan kelompok genap yang disusun tersendiri.
Skor total antara kelompok ganjil dengan kelompok genap dicari korelasinya
𝚺𝒙𝒚
𝑟𝑥𝑦 =
√(𝜮𝒙𝟐 )(𝜮𝒚𝟐 )
Dimana:
x = (x - x)
y = (y - y).49
Bila koefisien korelasi sama dengan 0,30 atau lebih (paling kecil), maka
maka instrumen tersebut dapat digunakan untuk pengumpulan data. (Proses dan
48
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian (Cet. XXIII; Bandung: Alfabeta, 2013), h. 359.
49
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, h. 228.
50
John W. Best, Research in Education, terj. Sanapiah Faisal dan Mulyadi Guntur
Waseso, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 244.
26
Didasarkan pada jenis hipotesis statitik yang dibedakan atas hipotesis statistik,
𝑓
P= 𝑥 100%
𝑁
Dimana:
P = persentase
f = frekuensi
1. Tujuan Penelitian
yaitu untuk mengetahui apakah kemampuan kognitif peserta didik dalam mata
pelajaran bahasa Arab kelas VII MTs. Madani Paopao Alauddin telah berkembang
2. Kegunaan Penelitian
51
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Cet. XXIII; Jakarta: Rajawali Pers,
2011), h. 78.
27
b. Kegunaan Praktis
rujukan bagi guru mata pelajaran bahasa Arab pada Madrasah Tsanawiyah, serta
sekaligus menjadi bahan perbandingan bagi para peneliti lain yang relevan.
I. Daftar Pustaka
2005.
Effendy, Ahmad Fuad. Metode Pengajaran Bahasa Arab. Cet. III; Malang:
28
Misykat, 2005.
Teras, 2012.
Group, 2010.
Kebudayaan 1988.
Muhammad al-Jurjani, Al-Syarif Ali bin. Kitab al-Ta’rifat, Bairut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah, 1988.
Islamiyah 2004.
Aksara, 1995.
Bayaan, 2008.
Kanisius, 2006.
Media, 2016.
Umar, Ahmad Mukhtar. ‘Ilm al-Dilalah: Kuwait: Maktabah dar al- Arabiyah,
1982.