Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER

PERSPEKTIF SOSIOKULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA


PENERAPAN TEORI SCAFFOLDING ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT (ZPD)
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI PUISI KELAS IV
DI SD LABORATORIUM UNDIKSHA SINGARAJA

Dosen Pengampu:
Dr. I Gede Astawan, S.Pd., M.Pd

Oleh:

Nama : I Putu Agus Ambara Putra


NIM : 2364805002
No Absen : (18)
ROMBEL 01
RUMPUN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN
BIDANG STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA

2024
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu Zone of Proximal
Development (ZPD) dan scaffolding. Zone of Proximal Development (ZPD)
merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang
didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan
tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama
dengan teman sejawat yang lebih mampu. Scaffolding merupakan pemberian
sejumlah bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran,
kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil
alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Adi,
dkk 2006)

Vygotsky mengemukakan konsepnya tentang zona perkembangan


proksimal (Zone Of Proximal Development). Perkembangan kemampuan
seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat yaitu, tingkat perkembangan
aktual (independent performance) dan tingkat perkembangan potensial (assisted
performance) dengan Zone Of Proxmal Development (ZPD) (Tedjasaputra,
2001).

Tigkat perkembangan aktual tampak dari kemapuan seseorang untuk


menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri.
Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang
untuk menyelesaiakan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah
bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebayanya
yang lebih berkompeten. Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan
aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan
proksimal atau yang kita kenal dengan Zone of Proximal Development (ZPD).

Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau


kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada di dalam
proses pematangan. Kemampuan-kemampuan ini akan menjadi matang apabila
berinteraksi dengan orang dewasa atau berkolaborasi dengan teman sebaya yang
lebih berkompeten. Pemberian dukungan belajar ini tidak dilakukan secara
terus-menerus, tetapi seiring dengan terjadinya peningkatan kemampuan peserta
didik, secara berangsur-angsur guru harus mengurangi dan melepaskan peserta
didik untuk belajar secara mandiri. Jika peserta didik belum mampu mencapai
kemandirian dalam belajarnya, maka guru kembali ke sistem dukungan untuk
membantu peserta didik memperoleh kemajuan sampai mereka benar-benar
mampu mencapai kemandirian. Secara sederhana, pembelajaran scaffolding
dapat diartikan sebagai suatu teknik pemberian dukungan belajar secara
terstruktur, yang dilakukan pada tahap awal untuk mendorong peserta didik agar
dapat belajar secara mandiri. Dengan demikian, esensi dan prinsip kerjanya
tampaknya tidak jauh berbeda dengan scaffolding dalam konteks mendirikan
sebuah bangunan. Pembelajaran Scaffolding sebagai sebuah teknik bantuan
belajar (assisted-learning) dapat dilakukan pada saat siswa merencanakan,
melaksanakan dan merefleksi tugas-tugas belajarnya.

Dari hasil observasi pada peserta didik SD Laboratorium Undiksha kelas


4B ditemukannya bahwa terdapat masalah terhadap kemampuan peserta didik
dalam memahami. Beberapa peserta didik kesulitan dalam memahami sebuah
puisi dan majas personifikasi dan metafora. Hal tersebut dapat menghambat
peserta didik untuk lanjut kemateri selanjutnya dimana peserta didik akan
belajara mengenai menentukan majas personifikasi dan metafora yang terdapat
pada puisi serta membuat puisi menggunakan majas personifikasi dan metafora.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan scaffolding pada Zone of Praximal Development
(ZPD) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia mengenai materi Puisi dan majas
personipikasi dan metafora?

C. Tujuan
Mengemukakan penerapan scaffoldingn pada Zone of Praximal
Development (ZPD) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia mengenai materi
Puisi dan majas personipikasi dan metafora.
PEMBAHASAN

Teori Vygotsky menjadikan seorang peserta didik tertantang untuk


melakukan aktivitas di atas tingkat perkembangan yang dimiliki. Menurut
Vygotsky dalam Bambang Hudiono ada hirarki dalam sistem representasi. Dalam
pandangannya, pada awalnya representasi dibangun oleh peserta didik diawali
dengan bentuk yang sederhana kemudia berkembang melalui proses kognitif dalam
belajar hingga terbetuk representasi yang lebih sempurna. ZPD merupakan daerah
perkembangan potensi untuk menjadi sesuatu yang kongkrit. Pengaruh pada ZPD
tak perlu menunggu tahapan-tahapan.

Teori Vygotsky yang lain adalah scaffolding. Scaffolding berarti memberikan


kepada seorang peserta didik sejumlah besar bantuan selama tahaptahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan
kesempatan kepada peserta didik tersebut dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera
setelah mampu mengerjakan sendiri. Scaffolding berarti upaya guru untuk
membimbing peserta didik dalam upayanya mencapai suatu keberhasilan,
kemampuan representasi bahasa adalah salah satu keterampilan proses yang
berkaitan dengan kemampuan peserta didik menyampaikan laporan, gagasan, dan
ide.

Adapun langkah-langkah penyajian teknik pembelajaran scaffolding adalah


sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal
a. Guru menyapa peserta didik.
b. Guru menetapkan fokus belajar.
c. Guru mengecek hasil belajar sebelumnya untuk menentukan zona of
proximal development. Misalnya,guru memberikan prior-learning
mengenai materi yang akan dibahas dalam hal ini materi mengenai puisi dan
majas personifikasi dan metafora.
d. Guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dimana membagi kelompok
berdasarkan level perkembangan awal yang dimiliki peserta didik yang
diketahui dari hasil pengecekan sebelumnya.

2. Kegiatan inti
a. Guru memperkenalkan pembelajaran dengan teknik scaffolding kepada
peserta didik dan menjelaskan teknik pelaksanaannya.

b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.


c. Guru menjabarkan tugas-tugas mengenai materi yang akan dibahas.
d. Guru menyajikan tugas belajar secara berjenjang dengan tetap memberikan
penjelasan, peringatan, dorongan serta penguraian masalah ke dalam
langkah pemecahan.

e. Guru mengurangi dukungan atau bantuan tersebut dan membiarkan peserta


didik menyelesaikan tugas tersebut secara mandiri.

f. Guru tetap memberikan perhatian lebih pada peserta didik yang memiliki
ZPD di bawah rata-rata dan guru meminta peserta didik yang paham untuk
membantu peserta didik yang kurang paham.

g. Guru meminta peserta didik secara individu untuk mempresentasikan hasil


kerjanya didepan.

h. Setiap tahapan proses observasi ini, guru tetap memperhatikan dan menilai
setiap usaha peserta didik dalam berpikir dan menilai kemampuan
representasinya.

3. Kegiatan Penutup
a. Guru mengecek hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik.
b. Guru dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi yang telah
dibahas.

c. Guru menutup pelajaran dan tetap memberikan arahan kepada peserta didik
agar peserta didik tergerak ke arah kemandirian dan pengaturan diri dalam
belajar.
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat


disimpulkan bahwa:

1. Penerapan metode pembelajaran Scaffolding yang digunakan oleh guru,


dengan memberikan bimbingan, dorongan (motivasi), perhatian kepada
peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Penerapan metode pembelajaran Scaffolding merupakan salah satu pilihan


untuk membangun pengetahuan peserta didik dalam Bahasa Indonesia pada
materi puisi dan majas personifikasi dan metafora.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Nur, Cahyono, Vygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk mencapai


Zone of Proximal Development (ZPD) Peserta Didik dalam Pembelajaran
Matematika, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika,
(Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2010), h. 443. (Diakses
pada tanggal 17 Maret 2024)

Hall, Stuart (Ed.). 1997. Representation: Cultural Representation dan Signifying


Practices, London: Sage Publications. (Diakses pada tanggal 18 Maret 2024)

Jhon, W. Santrock. 2009. Psikologi Pendidikan (Educational Psychology) Edisi ke


3. Jakarta: Salemba Humanika (Diakses Pada Tanggal 17 Maret 2024)

Tedjasaputra, Mayke S. Bermain, Mainan, dan Permainan untuk Pendidikan Usia


Dini (Jakarta: Grasindo, 2001), h. 9. (Diakses pada tanggal 17 Maret 2024)

Anda mungkin juga menyukai