Anda di halaman 1dari 49

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Makalah
Revisi
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Inovatif II yang
diampu oleh Dr. Hj. Masriyah,M.Pd. dan Dr. Pradnyo Wijayanti, M.Pd.

Oleh :
Kelompok 7 / 2017 C
Intanalisa Hariyono 17030174036
Riskauni Fitri Maghfiroh 17030174050
Malik Abdul Aziz 17030174056
Husna Fidda Ro’aini 17030174079
Siti Ulinikmah 17030174082
Linda Kartikasari 17030174087

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2019
PETA KONSEP

Arends
Slavin
Kelebihan dan
Kekurangan
Pengertian
Kesimpula
n

Karakteristik Pembelajara
n Kooperatif

Tipe- STAD
TGT
Hasil belajar akademik Tujuan tipe

TPS
Penerimaan Terhadap Sintaks NHT JIGSA
Perbedaan Individu W

Fase 1. Present Goals and Fase 2. Present


Pengembangan
Set Information
Keterampilan Sosial

Fase 3. Organize Students Fase 4. Assist team work


Into Learning teams and study

Fase 5. Test on the Fase 6. Provide


materials Recognition
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (Isjoni, 2009) pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur
kelompok heterogen.
Sedangkan menurut Arends (2009:360) pada bukunya, Learning To Teach
menjelaskan jika pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran
yang membantu peserta didik dalam memperoleh konten dan keterampilan
akademik untuk mengatasi tujuan dan sasaran hubungan sosial.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, kelompok kami menyimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja selama
proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkansikap saling tolong menolong
dalam perilaku sosial atau akademik, dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 heterogen.
B. Landasan Teori
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif antara lain:
1. Teori Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang
memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana
anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas
melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka
dengan lingkungannya
Menurut Piaget (1996), setiap individu mengalami tingkat-tingkat
perkembangan intelektual sebagai berikut:
a. Sensori motor (0 – 2 tahun)
b. Pra operasional (2 – 7 tahun)
c. Operasional konkret (7 – 11 tahun)
d. Operasional formal (11 tahun ke atas)
Apabila merujuk teori Piaget, maka siswa MI/SD termasuk dalam
kategori tingkat operasional konkret.Pada periode ini biasanya anak
belajar dengan dibantu banda-benda konkret untuk memperoleh
pengetahuan. Dalam hubungannya dengan pengetahuan, teori
mengacu pada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan siswa
secara aktif. Sehingga menurut teori ini pengetahuan tidak sekedar
dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi dan
direkonstruksi siswa. Oleh karena itu, pembelajaran penemuan
dipandang cocok untuk mengajarkan suatu materi fikih karena
pembelajaran penemuan memfokuskan pada proses berpikir dan
bukan sekedar hasil.
Selain itu, dalam pembelajaran penemuan siswa didorong untuk
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran melalui aktivitas atau
kegiatan yang disediakan guru untuk membantu siswa menemukan
konsep dan prinsip dari yang dipelajari dengan caranya sendiri. Hal
ini sejalan dengan teori Piaget yang menghendaki siswa secara aktif
dalam membangun pengetahuannya sendiri.
2. Teori Vygotsky
Berbeda dengan Piaget, yang paling penting dari teori Vygotsky
adalah kerja sama antar sesama siswa dalam pembelajaran. Empat
prinsip teori Vygotsky antara lain:
a. Penekanan pada hakikat sosiokultural belajar
Hakikat sosiokultural belajar menurut Vygotsky menekankan
pentingnya peranan lingkungan kebudayaan dan interaksi sosial
dalam perkembangan sifat-sifat dan tipe-tipe manusia. Lebih lanjut
Vygotsky menjelaskan bahwa siswa sebaiknya belajar melalui
interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih
mampu. Interaksi sosial ini mengacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa.
b. Zona perkembangan terdekat (zona of proximal development)
Menurut Vygotsky belajar terjadi jika anak bekerja atau belajar
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, tetapi tugas-tugas
tersebut masih berada dalam zona perkembangan terdekat siswa.
Zona perkembangan terdekat siswa adalah tingkat perkembangan
sedikit di atas tingkat perkembangan siswa saat ini atau jarak antara
tingkat perkembangan aktual dengan tingkat perkembangan
potensial. Tingkat perkembangan aktual didefinisikan sebagai
pemungsian intelektual individu saat ini dan kemampuan untuk
belajar sesuai dengan kemampuannya sendiri. Sedangkan tingkat
perkembangan potensial didefiniskan sebagai tingkat yang dapat
dicapai individu dengan bantuan orang lain seperti: guru, orang tua,
atau teman sebaya yang berkemampuan tinggi.
c. Pemagangan kognitif (cognitive apprentice)
Konsep ini mengacu pada seseorang yang sedang belajar secara
tahap demi tahap memperoleh keahlian melalui interaksinya dengan
seorang pakar. Pakar yang dimaksud disini adalah orang yang
menguasai permasalahan yang dipelajari, jadi dapat berupa orang
dewasa atau teman sebaya. Pemagangan dapat dilakukan dengan
melibatkan siswa dalam tugas-tugas kelompok heterogen. Dalam
kelompok-kelompok tersebut siswa yang lebih pandai membantu
siswa yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas-tugas
kelompok tersebut.
d. Scaffolding atau mediated learning
Memberikan kepada seorang anak sejumlah bantuan selama
tahap-tahap awal pembelajaran, sedikit demi sedikit mengurangi
bantuan tersebut. Kemudian memberikan kesempatan kepada anak
tersebut untuk mengambil alih tanggung jawab setelah ia mampu
mengerjakan sendiri. Bantuan dapat berupa petunjuk, dorongan,
peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah
pemecahan, memberikan contoh, tindakan-tindakan lain yang
memungkinkan siswa itu belajar sendiri.
Teori Vygotsky dalam pembelajaran kooperatif memiliki dua
implikasi, yaitu: pertama, dengan mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok belajar yang heterogen, hal ini dapat
membantu siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain yang lebih
menguasai dalam memecahkan dan menangani tugas-tugas pada
saat siswa bekerja menyelesaikan tugas dalam kelompoknya.
Mereka saling mendiskusikan dan dapat saling memunculkan
strategi-strategi dengan teman-temannya. Hal ini terkait dengan
hakikat sosiokultural. Dan yang kedua, dengan diberiannya konsep,
tugas atau soal yang sulit tetapi diberikan bantuan secukupnya
untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut, dapat membantu siswa
lebih bertanggung jawab terhadap pembelajaran atau
pengetahuannya sendiri.
Teori Vygotsky ini dapat diambil kesimpulan bahwa
perkembangan kognitif seseorang berasal dari sumber-sumber sosial
diluar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif
dalam perkembangan kognitifnya.Vygotsky juga menekankan
pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi
pengetahuannya, sehingga perkembangan kognitif seseorang
disamping ditentukan oleh individu secara aktif juga oleh
lingkungan yang aktif pula.

C. Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Menurut (Slavin, 2005), tujuan pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya.
Wisenbaken (Slavin, 2005) mengemukakan bahwa tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang proakademik
di antara para peserta didik, dan norma-norma pro-akademik memiliki
pengaruh yang amat penting bagi pencapaian peserta didik.
Model pembelajaran kooperatif pada dasarnya dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:
1. Hasil belajar akademik
Menurut Ibrahim dkk (Ibrahim, M., Rachmadiarti F., M. Nur, dan
Ismono, 2000), bahwa pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik.
Pembelajaran kooperatif telah menunjukkan dapat meningkatkan nilai
prestasi akademik peserta didik dan perubahan norma/tingkah laku
peserta didik yang berhubungan dengan hasil belajar. Kinerja peserta
didik dalam mengerjakan sebuah tugas menjadi lebih efektif dan efisien
dengan adanya dikelompokkan secara heterogen serta dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi melalui
bantuan teman sebaya.
Para ahli mengemukakan bahwa model ini unggul dalam
membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit. Dalam
sebuah kelompok memungkinkan adanya diskusi antar anggota
kelompok sehingga muncul sebuah penyelesaian yang saling melengkapi
antar pikiran satu dengan yanglainnya.
2. Penerimaan terhadap perbedaanindividu
Allport (Ibrahim, M., Rachmadiarti F., M. Nur, dan Ismono, 2000)
mengemukakan bahwa kontak fisik di antara orang-orang yang berbeda
ras atau kelompok etnis tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan
perbedaan ide. Adanya berkelompok dengan perbedaan latar belakang
ras / suku, budaya, kemampuan akademik dan perbedaan sifat diri
individu masing-masing dapat membuat peserta didik belajar untuk
menerima dan menghargai sebuah perbedaan yang bertentangan dengan
diri peserta didik.
Pembelajaran kooperatif membuat setiap peserta didik memiliki
tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas dalam satu kelompok. Setiap
anggota kelompok saling bekerja sama dan menuangkan gagasannya
untuk dikumpulkan sehingga mampu membuat kesimpulan sehingga
terjadi saling ketergantungan positif satu sama lain atas tugas-tugas
bersama. Jika ada anggota kelompok yang tidak ikut berkontribusi maka
tugas belum terselesaikan secara maksimal sehingga tujuan pembelajaran
kooperatif tidaktercapai.
3. Pengembangan keterampilansosial.
Ibrahim (Ibrahim, M., Rachmadiarti F., M. Nur, dan Ismono, 2000)
mengemukakan bahwa tujuan penting yang lain dari pembalajaran
kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada pebelajar keterampilan
kerjasama dan kolaborasi. Sebagai makhluk social, ketrampilan social
sangat penting dimiliki oleh setiap peserta didik. Dalam berkomunikasi
keterampilan social dan kolaborasi sangat diperlukan. Setiap peserta
didik dilatih untuk mengeluarkan isi pikirannya dan berdiskusi serta
kerja sama dengan peserta didik lainnya yang ada dalam kelompok.
Model pembelajaran kooperatif adanya harapan yang saling memiliki
dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta
didik juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial,
penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri
norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi
pertolongan pada oranglain
D. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan
pengembangkan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model
pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi peserta didik
dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas
berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu
pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
maupun reward. (Utami, 2012).
Isjoni (2009 : 27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif
yaitu sebagai berikut :
a. Setiap anggota memiliki peran;
b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara peserta didik;
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman-teman sekelompoknya
d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok;
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif
sebagaimana dikemukakan Slavin (Isjoni, 2009) yaitu :
1. Penghargaan Kelompok
Penghargaan diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria
yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan
individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar
personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2. Pertanggung Jawaban Individu
Pertanggung jawaban menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok
yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara
individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan
tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3. Kesempatan yang Sama untuk MencapaiKeberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring yang mencakup
nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh
peserta didik dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini
setiap peserta didik baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-
sama memeroleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik
bagi kelompoknya.
E. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David (Agus Suprijono, 2009: 58) mengatakan bahwa tidak
semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran
kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut :

1. Positive interdependence (saling ketergantunganpositif)


Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada
dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota
kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskantersebut.
Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu:

 Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegerasi


dalam kelompok dan pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota
kelompok mencapaitujuan.

 Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan


penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil
mencapaitujuan.

 Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam


kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas
kelompok.

 Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling
mendukung, saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling
terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.
2. Personal responsibility (tanggung jawabperseorangan)
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap
keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk
semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggungjawab
perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat
oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar
bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
Beberapa cara menumbuhkan rasa tanggung jawab perseorangan
adalah:
1) Kelompok belajar jangan terlalubesar
2) Melakukan assesmen terhadap setiappeserta didik
3) Memberi tugas kepada peserta didik, yang dipilih secara random
untuk mempersentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun
kepada seluruh peserta didik didepankelas
4) Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam
membantukelompok
5) Menugasi seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa
kelompoknya
6) Menugasi peserta didik mengajar temannya
3. Face to face promotive interaction (interaksipromotif)
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan
positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif
dan efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan,
memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling
mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan
argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah
yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh
keberhasilanbersama.
4. Interpersonal skill (komunikasiantaranggota)
Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian
tujuan peserta didik harus adalah saling mengenal dan mempercayai,
mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima
dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara
konstruktif.
5. Group processing (pemrosesankelompok)
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok
dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan
kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang
sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan
kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan
kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara
keseluruhan.
F. Keterampilan kooperatif
Sebagai suatu keterampilan belajar keterampilan kooperatif memiliki
tingkatan-tingkatan, yaitu tingkatan awal, tingkatan menengah, dan tingkatan
akhir.dalam setiap tingkatan beberapa keterampilan yang perlu dimiliki siswa
agar dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif secara baik.
1. Keterampilan kooperatif tingkat awal
Pada bagian berikut, anda akan menemukan keterampilan
kooperatif untuk setiap tingkat, yang disarikan dari buku : cooperative
learning in scine classroom oleh linda lundgren(1994). Diharapkan anda
dapat memahami denan mudah pengertiannya dan
pentingnyaketerampilan tersebut, serta manfaat yang diperoleh jika
menerapkan keterampilan tersebut dalam belajar. Sebagai suatu
keterampilan maka keterampilan-keterampilan koooperatif tidak cukup
hanya dipahami tetapi harus dilatih.
1) Menggunakan kesepakatan
Yang dimaksud dengan menggunakan kesempatan ialah
memiliki kesempatan pendapat. Kesempatan di dalam kelompok
penting untuk digunakan agar anggota kelompok tahu siapa yang
memiliki pendapat sama. Keterampilan ini dapat meningkatkan
hubungan kerja dalam kelompok karena anggota kelompok akan
merasa bahwa pendapatnya berharga dan penting.
2) Menghargai kontribusi
Yang dimaksud dengan menggahrgai konstribusi ialah
memperhatikan atau mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan
anggota kelompok yang lain. Menghargai tidak selalu harus setuju.
Kenyataannya dapat saja berupa suatu kritik. Tetapi kritik harus
terhadap ide dan tidak terhadap individu. Menghargai kontribusi
ini amat pentting agar setiap anggota kelompok dapat menyadari
bahwa mereka dimengerti. Dengan menghargai kontribusi ini,
hubungan kerja d dalam kelompok anakan meningkat karena
anggota kelompok akan merasa bahwa pendapatnya berharga dan
penting.
3) Menggunakan suara pelan
Menggunakan suara pela, yaitu suara yang tidak terdengar
oleh orang lain diseberang meja. Suara perlu digunakan agar dapat
mendengarkan percakapan dalam kelompok. Hubungan kerja
meningkat karena kelompok dapat mendengar percakapan dengan
jelas dan tidak frustasi oleh suara keras dalam ruangan.
4) Mengambil giliran dan berbagi tugas
Mengambil giliran dan berbagi tugas diartikan sebagai
menggantikan seseorang yang mengemban tugas tertentu dan
mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok. Mengambil
giliran dan berbagi tugas ini karena pekerjaaan akan berjalan
efektif, jika seluruh anggota kelompok memberikan kontribusi
dalam kegiatan yang terorganisasi. Hubungan kerja dalam
kelompok akan meningkat jika menggunakan keterampilan ini
karena pada setiap anggota kelompok akan tumbuh rasa sebagai
anggota tim kerja untuk mencapai suatu tujuan yang sama.
5) Berada dalam kelompok
Keterampilan ini diartikan sebagai tetap duduk atau tetap
berada pada kerja kelompok. Pekerjaan akan tetap efisien jika
anggota kelompok meninggalkan kelompoknya. Dengan
meningkatkan keterampilan ini, hubungan kerja dalam kelompok
akan naik, karena anggota kelompok saling bersama dan saling
membantu.
6) Berada dalam tugas
Berada dalam tugas diartikan sebagai meneruskan dan
menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga
demikian tugas dapat diselesaikan dalam waktunya dengan
ketelitian lebih baik dan kreatif. Hubungan kerja dalam kelompok
akan meningkat jika anda menggunakan keterampilan ini karena
anda akan lebih bangga dengan peningkatan efektifitas dalam
menyelesaikan tugas yang diemban.
7) Mendorong partisipasi
Keterampilan ini diartikan sebagai mendorong semua anggota
kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.
Keterampilan ini penting sebab jika satu atau dua orang tidak
berpartisipasi atau hanya memberikan sedikit kontribusi, maka
hasil dari kelompok tersebut tidak akan terselesaikan pada
waktunya atau hasilnya kurang memuaskan. Anggota kelompok
akan merasa bahwa kontribusinya penting, dengan dengan
demikian hubungan kerja dalam kelompok akan meningkat.
8) Mengundang orang lain untuk berbicara
Yang dimaksud dengan keterampilan ini ialah meminta orang
lain untuk berbicara, mengundang orang lain untuk berbicara itu
penting karena jika satu atau dua orang itu tidak berbicara maka
hasil kelompok tidak maksimal. Anggota kelompok yang
bersangkutan akan merasa dihargai dan diberi kesempatan untuk
memberikan kontribusinya.
9) Menyelesaikan tegus tepat pada waktunya
Keterampilan ini diartikan sebagai menyelesaikan tugas
sesuai dengan waktu yang direncanakan. Hal ini penting karena
pekerjaan yang tidak selesai tepat waktu akan memperoleh nilai
rendah. Hubungan kerja akan meningkat karena anggota
kelompok akan merasa berprestasi dan memiliki semangat
kelompok.
10) Menyebutkan nama dan memandang pembicara
Yang dimaksud dengan menyebut nama dan memandang
pembicara adalah memanggil satu sama lain dengan menggunakan
nama dan menggunakan kontak mata. Keterampilan ini penting
sebab setiap orang senang dipanggil dengan menggunakan nama
mereka. Ketika anda memandang pembicara, dia tahu bahwa anda
sedang memperhatikannya. Dengan menggunakan keterampilan
ini, hubungan kerja dalam kelompok akan meningkat karena
anggota kelompok merasa telah memberikan kontribusi penting
apabila nama mereka disebutkan dan dilakukan kontak mata.
11) Mengatasi gangguan
Yang dimaksud mengatasi gangguan ialah keterampilan
mengatasi masalah yang diakibatkan karena tidak atau kurangnya
perhatian terhadap tugas yang diberikan. Mengtasi gangguan ini
penting karena gangguan dapat membuat suatu kelompok tidak
dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Hubungan kerja dalam
keompok akan meningkat jika anda menggunakan keterampilan ini
karena jika langkah-langkah positif telah diambil oleh kelompok
untuk menanggulangi gangguan, anggota akan merasa telah
berprestasi dan merasa dewasa dalam memahami hal tersebut.
12) Menolong tanpa memberi tau
Yaitu keterampilan memberikan bantuan tanpa menunjukkan
cara pemecahannya. Jika anda memberikan jawaban kepada
anggota kelompok, mereka tidak akan merasa telah memahami atau
menemukan konsep. Karena semua anggota kelompok
menyumbangkan pemikiran untuk memecahkan masalah, maka
mereka merasa telh berprestasi dan memiliki rasa bangga terhadap
kelompok mereka.
13) Menghormati perbedaan individu
Yang dimaksud dengan keterampilan kooperatif
menghormati perbedaan individu ialah bersikap menghormati
terhadap budaya unik, pengalaman hidup, dan suku bangsa/ ras
dari semua siswa. Keterapilan ini amat penting karena dapat
menghindari terjadinya permusuhan sehingga keharmonisan
kelompok dapat ditumbuhkan. Hubungan kerja dalam kelompok
dapat meningkatk dengan menerapkan keterampilan ini, karena
ketegangan dapat dikurangi, rasa memiliki dan persahabatan dapat
dikembangkan serta masing-masing individu dapat meningkatkan
rasa kebaikan, sensitivitas, dan toleransi.
2. Keterampilan koopertif tingkat menengah
1) Menunjukkan penghargaan dan simpati
keterampilan ini diartikan sebagai keterampilan menunjukkan
rasa hormat, pengertian, dan rasa sensitivitas terhadap usulan-usulan
yg berbeda dari usulan orang lain. Dengan menerapkan keterampilan
ini permusuhan dapat dihindari dan masing-masing anggota
kelompok akan merasa dihargai oleh teman kelompoknya dan
merasa berguna, karena itu hubungan kerja dalam kelompok akan
meningkat.
2) Menggunakan pesan saya
Yang dimaksud dengan menggunakan pesan "saya" ialah
keterampilan menggunakan perasaan Anda dengan menggunakan
perkataan"saya" ketika berbicara. Contohnya adalah daripada
mengatakan "Anda salah" katakanlah "Saya pikir tidak begitu".
Keterampilan ini penting karena dengan menggunakan kata ganti
orang pertama "saya" untuk menyebut diri sendiri, orang lain tidak
akan merasa terancam atau merasa bersalah sehingga permusuhan
dapat dihindari. Hubungan kerja dalam kelompok dapat
ditingkatkan dengan menggunakan keterampilan ini karena dengan
keterampilan ini ketegangan dapat dihindari, sehingga anggota
kelompok merasa dihargai.
3) Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat
diterima
Yang dimaksud dengan keterampilan ini ialah menyatakan
pendapat yang berbeda atau menjawab pertanyaan dengan cara yang
sopan dan sikap yang baik.Keterampilan ini penting karena
mengkritik dan memadamkan ide seseorang dapat menimbulkan
atmosfer yang negatif di dalam kelompok.Dengan menerapkan
keterampilan kooperatif ini akan meningkatkan hubungan kerja
dalam kelompok Karena kalau pendapat seseorang di kritik dan
bukan orangnya nya, maka anggota kelompok tidak akan terhina dan
permusuhan dapat dihindari.
4) Mendengarkan dengan aktif
Keterampilan kooperatif mendengarkan dengan aktif
maksudnya adalah Anda menggunakan pesan fisik dan lisan,
sehingga pembicara dapat mengetahui bahwa anda sedang
menyerap informasi. Penerapan ini penting karena pengertian dan
konsep akan meningkat dan hasil kelompok akan menunjukkan
tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi. Penerapan
keterampilan ini akan meningkatkan hubungan kerja karena jika
pembicara tidak terganggu dan semua siswa memberikan perhatian
pada komunikasi maka anggota kelompok akan merasa bahwa apa
yang mereka sumbangkan itu berharga.
5) Bertanya
Keterampilan ini dimaksudkan meminta atau menanyakan
suatu informasi atau penjelasan lebih jauh. Bertanya ini penting
karena dengan demikian setiap konsep dapat dijelaskan, seseorang
yang sudah tidak aktif dapat didorong untuk ikut serta, dan anggota
kelompok yang malu dapat dimotivasi untuk berperan serta. Dengan
menerapkan keterampilan ini hubungan kerja akan meningkat
karena komunikasi akan semakin membaik.
6) Membuat ringkasan
Pengertian keterampilan ini ialah mengulang kembali informasi
sehingga dapat membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan dan
apa yang perlu dikerjakan. Hubungan kerja dalam kelompok dapat
meningkat karena ketika kerja kelompok selesai secara efektif dan
efisien, maka siswa akan merasa bangga dengan kelompoknya.
7) Menafsirkan
Keterampilan ini diartikan sebagai menyatakan kembali
informasi dengan kalimat yang berbeda. Keterampilan ini penting
karena dengan demikian informasi dapat dijelaskan kembali dan hal-
hal penting dapat diberikan penekanan. penerapan keterampilan
kooperatif ini di dalam kelompok akan meningkatkan hubungan
kerja karena komunikasi akan semakin membaik.
8) Mengatur dan mengorganisasi
Maksud dari mengatur dan mengorganisasi adalah
merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat diselesaikan
secara efektif dan efisien. Keterampilan ini penting karena dengan
demikian tugas-tugas dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien.
Dengan menerapkan keterampilan mengatur dan organisasi akan
dapat meningkatkan hubungan kerja karena dengan demikian tujuan
akan lebih mudah dicapai apabila kelompok terorganisasi dengan
baik.
9) Memeriksa ketepatan
Memeriksa ketepatan ialah membandingkan jawaban dan
memastikan bahwa jawaban itu benar. Dengan demikian jawaban
akan terbebas dari kesalahan dan kekurangtepatan, disamping itu
pemahaman terhadap bidang studi semakin berkembang. Hubungan
kerja dengan menerapkan keterampilan ini akan meningkat karena
hasil kelompok akan lebih baik. Hasil kelompok yang lebih baik akan
membantu mengembangkan hubungan positif antar kelompok.
10) Menerima tanggung jawab
Menerima tanggung jawab diartikan bersedia dan mampu
memikul tanggung jawab dari tugas-tugas dan kewajiban untuk diri
sendiri dan kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Anggota kelompok yang mau menerima tanggung jawab untuk
dirinya sendiri dan kelompoknya, akan dapat belajar lebih banyak
dibanding jika bekerja sendiri.
11) Menggunakan kesabaran
Menggunakan kesabaran diartikan sebagai bersikap toleran
pada teman, tetap pada pekerjaan dan bukan pada kesulitan-
kesulitan, serta tidak membuat keputusan yang tergesa-gesa.
Penerapan keterampilan kooperatif ini penting karena frustrasi dan
stres anggota kelompok dapat dikurangi. Penerapan keterampilan ini
akan meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok karena anggota
kelompok akan merasa diterima,merasa berprestasi ketika mereka
tetap berada pada pekerjaan dan berkembang kedewasaannya
12) Tetap tenang/ mengurangi keteganagan.
Maksud keterampilan ini ialah berusaha menimbulkan kondisi
yang damai dalam kelompok. Suasana hening di dalam kelompok
menimbulkan tingkat pembelajaran yang lebih tinggi. Hubungan
kerja dengan demikian akan meningkat karena permusuhan akan
terkontrol. Tdak ada seorang pun yang merasa terancam atau
terganggu ketika ketegangan menurun.
3. Keterampilan kooperative tingkat akhir
1) Mengelaborasi
Yang dimaksud dengan mengelaborasi ialah keterampilan
untuk memperluas konsep kesimpulan dan pendapat pendapat
yang berhubungan dengan topik tertentu. Mengelaborasi ini
penting karena akan menghasilkan pemahaman yang lebih
dalam dan prestasi yang lebih tinggi. Hubungan kerja dalam
kelompok akan meningkat lebih baik karena prestasi yang lebih
tinggi akan menumbuhkan motivasi yang lebih besar dan sikap
yang lebih baik.
2) Memeriksa secara cermat
Keterampilan ini diartikan sebagai bertanya dengan pokok
pembicaraan yang lebih mendalam untuk mendapatkan jawaban
yang benar. Pertanyaan yang digunakan ialah pertanyaan yang
tidak menuduh misalnya "Mengapa" dan "dapatkah anda
memberi contoh". Keterampilan ini penting untuk diterapkan
agar dapat menjamin bahwa jawaban terhadap tugas yang
dikerjakan benar. Dengan menerapkan keterampilan kooperatif
ini, hubungan kerja dalam kelompok akan meningkat karena
prestasi yang lebih baik akan menumbuhkan penghargaan yang
lebih tinggi pada diri sendiri.
3) Menanyakan kebenaran
Menanyakan kebenaran ialah membuktikan bahwa
jawaban yang diberikan benar atau memberikan alasan untuk
jawaban tersebut. Menanyakan kebenaran itu penting karena
akan membantu siswa untuk berfikir tentang jawaban yang
diberikan dan untuk lebih yakin atas ketepatan jawaban tersebut.
Hubungan kerja dalam kelompok akan meningkat karena
prestasi yang lebih baik akan mendorong kepada sikap positif.
4) Menganjurkan suatu posisi
Menganjurkan posisi ialah menunjukkan posisi dalam
suatu masalah tertentu agar dapat mengarahkan orang pada
jalan pikiran anda. Sangat penting untuk tidak menghakimi dan
harus menghormati pandangan orang lain pada waktu anda
mempresentasikan posisi anda secara positif. Hubungan kerja
dalam kelompok akan meningkat, karena menghargai pendapat
orang lain akan mengurangi konvlik.
5) Menetapkan tujuan
Menetapkan tujuan diartikan sebagai menentukan
prioritas-prioritas. Dengan demikian pemerjaan dapat
diselesaikan lebih efisien jika tujuan jelas. Hubungan kerja akan
meningkat karena sikap mengacau dan membingungkan
menjadi berkurang.
6) Berkompromi
Berkompromi diartikan sebagai menentukan pokok
permasalahan dengan persetujuan bersama. Hubungan kerja
akan meningkat karena dengan kompromi Anda pelajar untuk
mengkritik pendapat Bukan mengkritik orangnya menjelaskan
pernyataan orang lain untuk meyakinkan suatu pengertian dan
membatasi posisi anda dalam hal mengurangi perdebatan dan
membawa ke kedewasaan dan pemberian keputusan dengan
baik.
7) Menghadapi masalah-masalah khusus
Masalah-masalah khusus ialah menunjukkan masalah
dengan tidak menggunakan sindiran, tidak menuduh, bertujuan
untuk memecahkan masalah dan bukan untuk memenangkan
masalah. Hubungan kerja akan meningkat karena ketegangan
terhindari dan hubungan pribadi akan meningkat.

G. Strategi Pembelajaran Kooperatif


Kegiatan atau strategi yang akan dipaparkan berikut ini merupakan
bentuk-bentuk pengenalan ketrampilan kooperatif learning.
a. Mendapat kenalan
1) Interview
Membuat daftar yang berisi pernyataan-pernyataan dimana siswa
harus mendapatkan tanda tangan dari teman sekelasnya. Contoh
pernyataan ialah “temukan sesorang yang memiliki warna mata yang
sama..”
2) Perkenalan
Memberikan waktu pada setiap kelompok untuk menyelesaikan
tanya jawab antar teman mengenai warna, kesukaan, dll.
3) Kategori
Guru memecah kelas menjadi 2 kelompok dengan suatu kategori.
Contoh kategorinya ialah hewan kesukaan.
4) Barisan
Guru meminta siswa untuk bebaris sesuai dengan pengukuran
khusus. Contohnya menurut tinggi badan.
5) Kecocokan
Siswa mencocokkan kartu atau item-item yang berpasangan.
b. Perbandingan Cooperative Learning dengan Individual Learning
Siswa mengerjakan suatu tugas secara individu dalam waktu 5-10 menit.
Kemudian siswa mengerjakan tugas tersebut secara kelompok dalam
waktu yang sama. Setelah itu siswa membandingkan belajar secara
individu dan belajar secara kelompok.
c. Membangun Identitas Tim/Kelompok
Setelah siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan bekerja sama
beberapa kali.Guru meminta siswa untuk menciptakan slogan, logo, dll
untuk identitas kelompok.
d. Strategi kooperatif awal
1) Pemusatan
Sebelum memulai kegiatan belajar-mengajar, siswa diminta untuk
menuliskan apa yang mereka ketahui tentang materi yang akan
dipelajari. Selanjutnya meminta mereka untuk berdiskusi tentang
pengetahuan baru yang mereka peroleh.
2) Belajar dari teman
Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan 2
orang. Selanjutnya setiap kelompok diberikan pertanyaan yang
berbeda tentang materi yang dipelajari. Setiap kelompok diberitahu
akan meneriam bonus jika nilai mereka mencapai persentase tertentu.
3) Mempertimbangkan jawaban orang lain.
Diberikan kesempatan antar kelompok saling membandingkan tugas
satu sama lain.
4) Jigsaw
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang disebut kelompok
asal. Selanjutnya siswa dalam setiap kelompok diberikan tugas
masing-masing yang berbeda. Siswa dari tiap kelompok asal dengan
tugas yang sama membentuk kelompok yang dinamakan kelompok
ahli. Selanjutnya siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompoknya
masing-masing untuk menjelaskan apa yang telah didiskusikan di
kelompok ahli.
5) Ide
Guru meminta setiap kelompok untuk membuat daftar ide yang
dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Setelah
daftar ide tersebut dikumpulkan untuk selanjutnya diberikan
penilaian.
6) Berbagi papan tulis
Guru meminta setiap kelompok untuk menuliskan ide yang berbeda
untuk memecahkan suatu masalah tertentu di papan tulis.
7) Menulis catatan.
Setiap anggota kelompok menuliskan sebuah catatan yang dimulai
dengan “Yang saya mengerti ialah…” dan “Saya masih kesulitan
dengan…”. Selanjutnya mintalah mereka untuk menukarkan catatan
tersebut dengan temannya yang tidak memiliki kesulitan dan
meminta temannya tersebut untuk menjawab pertanyaan tersebut.
8) Checkmates
Setiap kelompok membandingkan jawaban tugas dan mendiskusikan
jawaban-jawaban yang berbeda.
9) Beralihlah pada tetanggamu
Siswa diminta untuk memperoleh penjelasan yang diperlukan dari
teman di sebelahnya.
e. Strategi Kooperatif Lanjut
Strategi ini dapat diterapkan setelah siswa telah berpengalaman dengan
strategi-strategi sebelumnya.
1) Group Interdependence
Guru menyiapkan untuk setiapk kelompok satu set kartu yang terdiri
dari 4-5 kartu petunjuk termasuk pengecoh suatu konsep. Set kartu
tersebut ditukar dari satu kelompok ke kelompok lain kemudian
mereka diminta memahaminya. Aturan yang dapat digunakan untuk
setiap kelompok :
- Jangan membiarkan seseorang untuk melihat petunjukmu
- Komunikasikan secara verbal petunjukmu dengan kelompokmu
- Putuskan petunjuk mana yang merupakan pengecoh
- Putuskan konsep apa yang diwakili oleh petunjuk.
2) Alternatives Grid (Kotak Alternatif)
Siswa diminta untuk mempraktekan suatu ketrampilan dan mengisi
kotak-kotak yang telah disediakan tentang persetujuan dan
ketidaksetujuan.
3) Peer Feedback
Guru membuat suatu penilaian terhadap isi item dan tipe penulisan
item yang ingin diperiksa. Kemudian meminta siswa untuk menilai
dengan ceklis dengan skala 1-5. Setelah itu, mendorong siswa untuk
memberikan pendapatnya mengenai hal tersebut.
4) Vocabulary Comparison
Buatlah lembar kerja yang berisikan sebuah tabel. Kemudian mintalah
siswa memberi nama pada fungsi sesungguhnya dari suatu kata dan
berikan suatu objjek salam kehidupan sehari-hari yang mungkin
serupa kemudian tunjukkan suatu proses di dalam kehidupan sehari-
hari yang memiliki kesamaan fungsi.
H. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Menurut Agus Suprijono dalam Utami(2012) memaparkan sintak model
pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut.
Tabel 1. Fase-fase Dalam Pembelajaran Kooperatif
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 : Present goals and set Menjelaskan tujuan
pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan
mempersiapkan peserta
peserta didik
didik siap belajar
Fase 2 : Present information Mempresentasikan informasi
kepada peserta didik
Menyajikan informasi
secara verbal
Fase 3 : Organize students into Memberikan penjelasan
learning teams kepada peserta didik
Mengorganisir peserta didik ke tentang tata cara
pembentukan tim belajar
dalamtim-tim
dan membantu kelompok
Belajar
melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work and Membantu tim-tim belajar
study selama peserta didik
Membantu kerja tim dan belajar mengerjakan tugasnya

Menguji pengetahuan peserta


Fase 5 : Test on the materials didik mengenai berbagai materi
pembelajaran atau kelompok-
Mengevaluasi kelompok mempresentasikanhasil
kerjanya
Fase 6 : Provide recognition Mempersiapkan cara untuk
mengakui usaha dan prestasi
Memberikan pengakuan atau penghargaan
individu maupun kelompok

1) Fase pertama (present goals andset)


Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik. Guru
mengklasifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk
dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas prosedur
dan aturan dalam pembelajaran.
2) Fase kedua (presentinformation)
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi
akademik.
3) Fase ketiga (organize students into learningteams)
Guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling bekerja
sama di dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan
tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual
untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini
terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya
menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.
4) Fase keempat (assist team work andstudy)
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang
tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang
dialokasikan.Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa
petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa peserta didik mengulangi
hal yang sudah ditunjukkan.
5) Fase kelima (test on thematerials)
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi
yang konsisten dengan tujuan pembelajaran.
6) Fase keenam (providerecognition)
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada
peserta didik. Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada
apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika
peserta didik diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan
dengan orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim
meskipun anggota tim-timnya saling bersaing.
I. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

1. Model Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement


Division)
a. Pengertian STAD(StudentTeamsAchievementDivision)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan koleganya di
Universitas John Hopkins yang merupakan pendekatan kooperatif
yang paling sederhana dan mudah (Slavin, 2005). Para guru yang
menggunakan pendekatan STAD menyajikan informasi akademis baru
kepada peserta didik setiap minggu atau secara rutin, baik melalui
presentasi verbal maupun teks. Peserta didik dalam kelas dibagi
menjadi tim beranggotakan 4 atau 5 anggota yang heterogen. Anggota
tim menggunakan lembar kerja atau alat belajar lainnya untuk
menguasai materi kemudian saling membantu dalam mempelajari
materi melalui tutorial, saling menanya atau diskusi. Secara individual,
peserta didik mengerjakan kuis mingguan atau dua mingguan
mengenai materi tersebut. Kuis-kuis ini dinilai dan setiap orang
diberikan “nilai peningkatan”. Nilai peningkatan ini tidak didasarkan
pada skor mutlak peserta didik melainkan pada sejauh mana skor
tersebut melampaui rata-rata peserta didik sebelumnya. (Sukarmin,
Azizah, & Dwiningsih,2017)
b. Tahapan atau fase STAD (Student Teams Achievement Division)
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif
tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut
antara lain (Trianto, 2007: 52-56):

 Perangkat pembelajaran
Meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku
peserta didik, Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS) beserta
lembar jawabannya.

 Membentuk kelompok kooperatif


Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu
memperhatikan ras, agama, jenis kelamin,dan latar belakang
sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang
yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat
didasarkan pada prestasi akademik.
 Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif
adalah nilai ulangan sebelumnya.

 Pengaturan tempatduduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu
diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada
pengaturan tempat duduk maka mengakibatkan kekacauan yang
menyebabkan gagalnya pembelajaran.

 Kerja kelompok
Terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal
ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing
individu dalam kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam
langkah atau fase. Fase-fase dalam pembelajaran tersajikan dalam tabel
2.1 berikut ini (Ibrahim, dkk dalam Trianto, 2007:54).
Tabel 2.1. Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase Pembelajaran STAD Fase Kegiatan Guru

Fase 1 Menyampaikan semua tujuan


pembelajaran yang ingin dicapai
Menyampaikan tujuan dan pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi siwa memotivasi peserta didik belajar

Fase 2 Menyajikan informasi kepada


peserta didik dengan jalan
Menyajikan/ menyampaikan mendemonstrasikan atau lewat
informasi bahan bacaan

Fase3 Menjelaskan kepada peserta didik


bagaimana caranya membentuk
Mengorganisasikan peserta didik kelompok belajar dan membantu
dalam kelompok-kelompok setiap kelompok agar melakukan
belajar transisi secara efisien

Fase 4 Membimbing kelompok-kelompok


Membimbing kelompok bekerja belajar pada saat mereka
danbelajar mengerjakan tugas mereka
Mengevaluasi hasil belajar tentang
Fase 5 materi yang telah diajarkan atau
Evaluasi masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya

Mencari cara-cara untuk


Fase 6 menghargai baik upaya maupun
Memberikan penghargaan hasil belajar individu dan
kelompok

Secara garis besar, tahapan dalam pembelajaran kooperatif


STAD adalah sebagai berikut:

 Penyajian materi, merupakan pengembangan konsep secara garis


besar

 Kegiatan kelompok, anggota kelompok menggunakan lembar


kegiatan peserta didik (LKS) atau perangkat yang lain untuk saling
berinteraksi menuntaskan materi dan saling membantu memahami
perangkat pembelajaran melaluitutorial

 Kuis, secara individual setiap minggu atau dua minggu peserta


didik diberi kuis. Kuis di skor, dan tiap individu diberi skor
perkembangan berdasarkan seberapa jauh peserta didik dapat
menyamai atau melampaui kinerjanya (skor dasarnya). Lihat tabel
2.2 berikut ini :
Tabel 2.2. Perhitungan skor perkembangan individu

Skor tes Skor


Perkembangan

Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 0


1-10 poin di bawah skor dasar
10
Skor dasar sampai 10 poin diatasnya
20
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
30
Nilai sempurna
40

Sebelum memulai menghitung skor perkembangan, diperlukan


format lembar skor kuis. Hal tersebut dilakukan untuk memungkinkan
seluruh peserta didik memberikan skor maksimum kepada
kelompoknya, berapapun skor dasarnya. Kinerja dari lembar skor kuis
ini adalah tiap peserta didik dibandingkan dengan tingkat kinerjanya
sendiri yang lalu.
Tabel 2.3. Lembar skor kuis

Tanggal: 5 April 2018 Tanggal:


Peserta didik
Kuis Kuis

Skor
Skor perkem
Skor Skor Skor Skor
perkem- -
dasar kuis dasar kuis
bangan
bangan

Peserta didik 1 90 100 30

Peserta didik 2 85 74 5

Peserta didik 3 75 76 20

Peserta didik 4 65 82 30

Peserta didik 5 55 46 10

 Penghargaan kelompok, setiap minggu pada suatu lembar


penilaian atau dengan pemberian sertifikat, diumumkan
kelompok-kelompok dengan nilai tebaik dan peserta didik yang
mencapai skor perkembangan tertinggi. Cara menghitung skor
perkembangan kelompok adalah dengan menjumlahkan skor
perkembangan individu dalam kelompok dan membaginya
dengan jumlah individu dalam kelompok. Kemudian menghargai
prestasi kelompok dengan ketentuan rata-rataskor.
Tabel 2.4. Kriteria untuk Penghargaan

Kriteria (Rata-rata Kelompok) Penghargaan

15 – 19 Kelompok baik
20 – 24 Kelompok hebat
25 – 30 Kelompoksuper

Setiap selesai satu periode penetapan tingkat penghargaan,


guru dapat menghitung ulang skor kuis rata-rata peserta didik
berdasarkan seluruh skor kuis dan menetapkan skor dasar baru bagi
peserta didik. Setelah 5 atau 6 minggu melaksanakan STAD, susun
ulang peserta didik ke dalam kelompok-kelompok baru. Hal ini akan
memberikan kesempatan baru bagi peserta didik untuk bekerja sama
dengan peserta didik lain dan menjaga program pembelajaran tetap
segar (Sukarmin: 2017, 79-81).
c. Kelebihan dan Kekurangan STAD
1) Kelebihan STAD

 Setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk


memberikan kontribusi yang substansial kepada
kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalahsetara.
 Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan
kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik (Slavin,
2005:105) dan (Ahmadi,2011:65).
 Membantu peserta didik untuk memperoleh hubungan
pertemanan lintas rasial yang lebih banyak
(Slavin,2005:105)
 Melatih peserta didik dalam mengembangkan aspek
kecakapan sosial di samping kecakapan kognitif
(Isjoni,2010:72).
 Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus
sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator
(Isjoni,2010:62).
 Dalam model ini, peserta didik memiliki dua bentuk
tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri
dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar
(Rusman, 2011:203).
 Dalam model ini, peserta didik saling membelajarkan
sesama peserta didik lainnya atau pembelajaran oleh rekan
sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada
pembelajaran oleh guru (Rusman, 2011: 204)
 Pengelompokan peserta didik secara heterogen membuat
kompetisi yang terjadi di kelas menjadi lebihhidup
 Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh
semua anggotakelompok
 Adanya penghargaan dari guru, sehingga peserta didik
lebih termotivasi untuk aktif dalampembelajaran.
 Peserta didik dapat saling membelajarkan sesama peserta
didik lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya
(peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh
guru (Rusman, 2011:204).
 Dapat mengurangi sifat individualistispeserta didik.
2) Kekurangan STAD:

 Membutuhkan waktu yang relatiflama


 Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru.
Guru dituntut sebagai fasilitator, mediator, motivator dan
evaluator (Isjoni,2010:62).
2. Model Kooperatif Tipe Think PairShare
a. Pengertian Tipe Think PairShare (TPS)
Model Think Pair Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh
Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think
Pair Share (TPS) memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi
peserta didik waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, saling
membantu satu sama lain.
Model pembelajaran kooperatif think- pair-share merupakan salah
satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Think
pair share menghendaki pembelajaran dilakukan dalam kelompok kecil
minimal 2 orang maksimal 6orang dan lebih dicirikan dengan
penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual.
b. Tahapan/ Fase dalam TPS (Think Pair Share)
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share adalah menurut Aqib Zainal adalah sebagai berikut
(Trianto, 2010):

1) TahapPendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi
sekaligus memotivasi peserta didik agar terlibat pada aktivitas
pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main
serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.

2) Tahap Think (berfikir secara individual)


Proses Think Pair Share (TPS) pada saat guru melakukan
demonstrasi untuk menggali konsepsi awal peserta didik. Pada tahap
ini, peserta didik diberi batasan waktu (thinktime) oleh guru untuk
memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang
diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan
pengetahuan dasar peserta didik dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan.

3) Tahap Pair (berpasangan dengan kawan sebangku)


Tahap ini, guru mengelompokkan peserta didik secara
berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap peserta
didik adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar peserta
didik tidak pindah mendekati peserta didik lain yang pintar dan
meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, peserta didik mulai
bekerja dengan kawan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai
jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap
peserta didik memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai
kemungkinan jawaban secara bersama.

4) Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh


kelas)
Tahap ini, peserta didik dapat mempresentasikan jawaban
secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai
keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat
memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.

5) Tahap penghargaan
Peserta didik mendapat penghargaan berupa nilai baik secara
individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil
jawaban pada tahap think. Sedangkan nilai kelompok berdasarkan
jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi
memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.
c. Penilaian pada tipe pembelajaran kooperatif TPS
Penilaian pada tipe TPS dilakukan secara individu dan kelompok.
Nilai individu didapat saat peserta didik berada pada tahap think,
dimana ia berpikir sendiri mengenai jawabannya. Pada saat tahap pair
dan share, dimana penilaian dilakukan untuk kelompok, penialain dalam
tahap share didasarkan atas penjelasan yang diberikan kepada teman-
temannya.
d. Kelebihan dan Kelemahan TPS (Think Pair Share)
Terdapat kelebihan dan kekurangan pada model TPS dalam
proses pembelajaran, Hartina (Hartina, 1990) menyebutkan bahwa
kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah:

 Melatih peserta didik untuk bekerjasama, mengungkapkan dan


menyampaikan gagasan/idealnya.
 Peserta didik akan terlatih menerapkan konsep karena bertukat
pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan
kesepaatan dalam memecahkan masalah.

 Semua peserta didik terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.

 Melatih peserta didik saling menghargai gagasan/pendapat


oranglain.

 Menumbuhkan rasa tanggung jawabsosial.

 Think Pair Share suatu cara yang efektif di dalam berlatih diskusi
bagi peserta didik
Adapun kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share menurut Hartina (Hartina, 1990) adalah :

 Banyak kelompok yang melapor dan dimonitori

 Lebih sedikit ide yangmuncul

 Memerlukan waktu yanglama

 Jika ada perselisihan tidak ada penengah.


3. Pembelajaran Koperatif Tipe Jigsaw
Metode jigsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan teman-teman di
Universitas John Hopkins pada tahun 1978 kemudian diadaptasi oleh Slavin
danteman- teman di Universitas John Hopkins. Menurut Rusman (2012:217)
kata jigsaw berasal dari bahasa inggris yang berarti gergaji ukir dan ada juga
yang menyebutkan dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun
potongan gambar. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini mengambil pola
cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu peserta didik melakukan suatu
kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan peserta didik lain untuk
mencapai tujuanbersama.
Terdapat 2 jenis kelompok pada pembelajaran kooperatif metode
jigsaw yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal merupakan
kelompok yang dibentuk untuk membahas keseluruhan materi sedangkan
kelompok ahli merupakan kelompok yang dibentuk berasal dari perwakilan
anggota kelompok asal untuk membahas dan saling memebantu
mempelajari sub materi secara mendalam yang kemudian perwakilan
anggota kelompok masing-masing akan kembali lagi pada kelompok asal
untuk mengajarkan hasil diskusi yang didapat dengan kelompok ahli.
Materi pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik berupa teks dan
setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi
pelajaran yang harusdipelajari.
Yamin (2013:93) hubungan kelompok asal dan kelompok ahli dapat
digambarkan pada gambar 1.

Secara umum langkah-langkah model pembelajaran kooperatif


jigsaw yaitu sebagai berikut:

Bahan Ajar DiskusiKelo Pelaporan


mpok Ahli dan Penghargaan
Pengetesan

 Bahan Ajar
Guru memilih satu bab dalam buku ajar kemudian membagi
bab tersebut menjadi bagian-bagian sesuai dengan jumlah anggota
kelompok. Jadi, apabila jumlah anggota kelompok 4 orang peserta
didik maka bab tersebut dibagi menjadi 4 bagian. Setiap anggota
kelompok ditugasi untuk membaca dan mempelajari bagiannya pada
bab tersebut. Pada tahap selanjutnya masing-masing anggota
kelompok bertemu dengan ahli-ahli dari kelompok lain dalam kelas.

 Diskusi Kelompok Ahli


Kelompok ahli harus melakukan pertemuan sekitar satu kali
pertemuan untuk mendiskusikan topik yang ditugaskan. Setiap
anggota kelompok ahli harus menerima satulembarkerja
“ahli”.Lembarkerjaahli harus membuat pertanyaan-pertanyaan dan
kegiatan (jika ada) untuk mengarahkan diskusi kelompok. Guru
mendorong para peserta didik menggunakan cara belajar yang
bervariasi. Tujuan kelompok ini adalah mempelajari subbab tersebut
kepada kelompok kecil masing-masing.

 Pelaporan dan Pengetesan


Masing-masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok
kecil masing-masing. Masing-masing anggota kelompok kecil
mengajarkan topik masing-masing ke anggota lainnya dalam
kelompok. Guru mendorong para peserta didik untuk menggunakan
metode mengajar yang bervariasi. Guru mendorong anggota
kelompok mengajukan pertanyaan ke penyaji dan mendiskusikan
lembar kerja kelompok kecil.
Setelah diskusi kelompok kecil guru menyelenggarakan tes
yang mencakup materi satu bab penuh dalam waktu yang tidak lebih
dari 15 menit. Seringlah menggunakan kuis-kuis dan jangan
menggunakan skor tim, skor kemajuan, atau lembar berita. Cukup
berikan nilai individual kepada peserta didik. (Slavin, 2008: 246).

 Penghargaan
Tahap ini merupakan tahap yang mampu mendorong para
peserta didik untuk lebih kompak. Pada tahap ini rata-rata
peningkatan kelompok dilaporkan. Guru dapat menggunakan kata-
kata khusus untuk memberikan kinerja kelompok semacam Bintang
Sains, Kelompok Einstein, atau sebutan lainnya. Penghargaan kerja
masing-masing kelompok dapat disajikan pada papan pengumuman
yang dilaporkan peringkat masing- masing kelompok dalam kelas.
Kinerja individu yang luar biasa juga dilaporkan. Kepekaan guru
sangat diperlukan disini. Penting untuk dipahami bahwa menghargai
peserta didik secara akademik dari kelompok berkemampuan rendah
merupakan bagian integral keefektifan pembelajaran Jigsaw. Ellizabeth
Cohen telah menemukan bahwa penting untuk menyadari akan para
peserta didik yang diduga memiliki kompetensi yang konsisten
rendah. Ketika peserta didik semacam ini meununjukkan kinerja
baik, segera beri dia penghargaan khusus yang bersifat terbuka
untuk kompetisi ini.
a) Keuntungan jigsaw

 Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan dengan belajar


secara individu

 Pendapat yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan


dan lebih kuat dibandingkan pendapatperorangan.

 Kerja sama yang dilakukan oleh peserta didik dapat mengikat


tali persatuan, tanggung jawab bersama dan rasa memiliki (sense
belonging) dan menghilangkan egoisme.
b) Kelemahan jigsaw yaitu:

 Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang lebih rumit


daripada metode lain sehingga memerlukan dedikasi yang lebih
tinggi dari pihak pendidik.

 Apabila terjadi persaingan yang negatif hasil pekerjaan dan


tugas akan lebihburuk.

 Peserta didik yang malas, memperoleh kesempatan untuk tetap


pasif dalam kelompok itu dan kemungkinan besar akan
mempengaruhi anggota lainnya.
c) Penilaian dalam pembelajaran koopertaif Jigsaw
Penilaian dalam pembelajaran Jigsaw secara umum ada 2 yaitu
penilaian untuk masing-masing peserta didik dan penilaian untuk nilai
kelompok. Nilai dari peserta didik untuk materi pertama/ nilai dasar
selanjutnya dibandingkan dengan nilai untuk materi berikutnya
sehingga nantinya akan didapatkan nilai atau skor perkembangan dari
peserta didik tersebut.
Nilai perkembangan/kemajuan dapat dilihat dalam Arends
(2004:333) pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Nilai Perkembangan

Nilai
Skor Kuis/ tes
Perkembangan

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin


2. 10 – 1 poin di bawah skor awal 10 poin
3. Skor awal samapai 10 poin di atas skor awal 20 poin
4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin
5. Nilai sempurna (tidak perlu memperhatikan 30 poin
nilai awal )

Tujuan dari dibuatnya skor awal dan poin kemajuan adalah untuk
memungkinkan semua peserta didik memberikan poin maksimal bagi
kelompok mereka, berapa pun tingkat kinerja mereka sebelumnya. Para
peserta didik akan memahami bahwa membandingkan tiap peserta
didik dengan tingkat kenerja mereka sendiri sebelumnya karena semua
peserta didik masuk ke dalam kelas dengan perbedaan tingkat
kemampuan dan pengalaman.
Pada pembelajaran kooperatif Jigsawselain nilai perkembangan
untuk masing – masing peserta didik juga terdapat nilai perkembangan
untuk kelompok. Kelompok yang mendapat nilai perkembangan
tertinggi atau paling baik akan mendapatkan penghargaan kelompok.
Penghargaan kelompok dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw secara
umum ada 3 kriteria tingkatan penghargaan berdasarkan rata-rata skor
tim sebagaimana dalam Slavin (2008 :160) sebagai berikut:
Tabel 3: Penghargaan Tim

Kriteria (rata-rata
Penghargaan
skor tim)

15 TIM BAIK (good team)


16 TIM SANGAT BAIK (great team)
17 TIM SUPER (super tim)

4. Model Kooperatif Tipe NHT (Number Head Together)


a. Pengertian NHT (NumberHeadTogether)
Teknik kepala bernomor dalam belajar mengajar ini dikembangkan
oleh Kagan (Kagan, 2004). Tipe ini memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat, selain itu tipe ini juga mendorong peserta
didik untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Ibrahim (2000:25) dalam Muslimin dan Taufiq, mengatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
adalah suatu model pembelajaran yang dilandasi oleh teori belajar
konstruktivis. Numbered Heads Together (NHT) merupakan pendekatan
struktural pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan oleh
Spencer Kagan,dkk.Lie(2002:18) dalam Muslimin dan
Taufiq,berpendapatbahwa model pembelajaran Numbered Head
Together (NHT) merupakan suatu sistemkerja/ belajar kelompok yang
terstruktur, yakni saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal,keahlian bekerjasama dan proses kelompok
di mana peserta didik menghabiskan sebagian besar waktunya dikelas
dengan bekerjasama antara 4-5 orang dalam satu kelompok.
Menurut Ibrahim Sukmadinata (Ibrahim, M., Rachmadiarti F., M.
Nur, dan Ismono, 2000), kebanyakan pembelajaran yang menggunakan
model kooperatif termasuk tipe NHT mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah.
3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, jenis kelamin berbeda.
4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
b. Sintaks Model Pembelajaran Number Head Together(NHT)
Sintaks model pembelajaran number head together dalam kegiatan
pembelajaran sebagai berikut :
1) Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini guru membagi peserta didik ke dalam
kelompok 5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi
nomor antara 1 sampai 5.
2) Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik.
Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan
dalam bentuk kalimat tanya.
3) Fase 3 : Berpikir bersama
Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan itu dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tim.
4) Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian peserta
didik yang nomornya sesuai mengacungkan tanganya dan mencoba
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.Jadi model kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) adalah proses belajar kelompok
kecil untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat.
c. Evaluasi Pembelajaran Number Head Together
Merujuk pada buku Suprijono (2009) penilaian
berdasarkanpembelajaran NHT dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1) Penilaian proses
Penilaian proses dilakukan selama kegiatan diskusi
kelompok berlangsung untuk menilai sikap peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar
penilaian sikap yang terdiri dari aspek kedisiplinan, minat, kerja
sama, keaktifan dan tanggung jawab.
2) Penilaian hasil
Penilaian hasil dilakukan berdasarkan kerja yang dilakukan
peserta didik ketika memaparkan hasil diskusi kelompok.
d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Number Head Together
Ada beberapa kelebihan pada model pembelajaran kooperatif tipe
NHT terhadap peserta didik yang hasil belajar rendah yang dikemukakan
oleh Linda Lundgren dalam Ibrahim (Ibrahim, M., Rachmadiarti F., M.
Nur, dan Ismono, 2000) antara lain adalah:

 Peserta didik lebih aktif, kreatif terhadap proses belajarnya.

 Melibatkan semua peserta didik sehingga tanggung jawab individu


dalam kelompok meningkat.

 Peserta didik siap semua untuk menjawab pertanyaan dari guru


sehingga setiap peserta didik berusaha memperdalam dan
memahami materi.

 Peserta didik pandai dapat menjelaskan/ mengajaripeserta didik


yang kurang pandai.

 Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar.

 Meminimalisir kegaduhandikelas.

 Mengembangkan sikap kepemimpinan peserta didik

 Meningkatkan rasa percayadiripeserta didik.

 Meningkatkan kebaika budi, kepekaan da toleransi, memberi


kesempatan kepada peserta didik untuk membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

 Hasi belajar lebih tinggi.


Ada beberapa kelemahan pada model pembelajaran kooperatif tipe
NHT antara lain adalah :

 Tidak semua anggota kelompok dipanggil olehguru.

 Kemungkinan nomor yang sama dapat terpanggil kembali.

 Memerlukan kekreatifan guru sehingga membutuhkan guru yang


mampu berkomunikasi denganbaik.

 Peserta didik yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga


dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari peserta didik yang
lemah.

 Waktu yang dibutuhkan banyak.

 Pengelompokkan peserta didik memerlukan pengaturan tempat


duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus
dalam pelaksanaannya.
5. Model KooperatifTipe TGT (Teams, Games, And Tournament)
a. Pengertian TGT (Teams, Games, AndTournament)
TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang
menempatkan peserta didik dalam kelompok – kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang peserta didik yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda (Arends,
2009).
Guru menyajikan materi dan peserta didik bekerja dalam kelompok
mereka masing– masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS
kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama –
sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok
yang tidakmengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota
kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau
menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah
menguasai pelajaran, maka seluruh peserta didik akan diberikan
permainan akademik.
Dalam permainan akademik peserta didik akan dibagi dalam meja –
meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6
orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing – masing. Dalam
setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal
dari kelompok yang sama. Peserta didik dikelompokkan dalam satu meja
turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya
dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar
setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka
peroleh pada saatpre-test.
Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik
dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan
menjumlahkan skor – skor yang diperoleh anggota suatu kelompok,
kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok
ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat
dengan mencantumkan predikattertentu.
b. Tujuan dan manfaat
Slavin (2010: 169) berpendapat bahwa manfaat model pembelajaran
kooperatif tipe TGT yaitu mengaktifkan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran, melatih kerja sama dalam kelompok belajar.
Anatahime (2009) menyebutkan dua manfaat model
pembelajarankooperatif tipe TGT yaitu :

 Sebagai alternative untuk menciptakan kondisi yang variatif


dalam kegiatan belajar mengajar;

 Dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah dalam


pembelajaran seperti rendahnya minat belajar peserta didik,
rendahnya aktivita sproses belajar peserta didik ataupun
rendahnya hasil belajar peserta didik.
Jadi manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah
dapat menciptakan kondisi yang variatif dalam pembelajaran dan
membantu guru menyelesaikan masalah misalnya pada peserta didik
yang minat belajarnya rendah. Dengan adanya model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dapat menciptakan kreativitas dan kerjasama dalam
kelompok sehingga pembelajaran di kelas menyenangkan.
c. Komponen TGT
1) Presentasi Kelas (PenyajianKelas)
Sama seperti dalam STAD, yaitu: Materi dalam TGT pertama-
tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan
pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi
pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan
presentasi Audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran
biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar
berfokus pada TGT. Dengan cara ini, para peserta didik akan
menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian
penuh selama presentasi kelas,karena dengan demikian akan sangat
membantu mereka mengerjakan kuis-kuis/game-game, dan skor
kuis mereka menentukan skor timmereka.
2) Kelompok (tim)
Tim terdiri dari empat atau lima peserta didik yang mewakili
seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin,
ras dan etnistas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa
semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi,
adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan
kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim
berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau materilainnya.
Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan
permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi
tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat
kesalahan.
3) Game
Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya
relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan peserta didik
yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerjaa
tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang peserta
didik, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan
game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada
lembar yang sama. Seorang peserta didik mengambil sebuah kartu
bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang
tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang
memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-
masing.
4) Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game
berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir
unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah
melaksanakankerja kelompok terhadap lembar-kegiatan.Pada
turnamen pertama,guru menunjuk peserta didik untuk berada pada
meja turnamen, tiga peserta didik berprestasi tinggi sebelumnya
pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi
yang seimbang ini, seperti halnya sistem skor kemajuan individual
dalam STAD, memungkinkan para peserta didik dari semua tingkat
kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim
mereka jika mereka melakukan yangterbaik.
5) Team Recognize (PenghargaanKelompok)
Sama seperti dalam STAD, yaitu: Tim akan mendapat sertifikat
atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka
mencapai criteria tertentu.Skor tim dapat juga digunakan untuk
menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. (Robert E.
Slavin, 2010).
d. Langkah-langkah TGT
Langkah langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT disusun dalam
dua tahap. Adapun langkah – langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT
secara rinci akan diuraikan dibawah ini (Dahlan : 1990):
1) Pra kegiatan pembelajaran Team Games Tournament(TGT)

 Persiapan Materi
Materi dalam pembelajaran kooperatif model TGT dirancang
sedemikian rupa untuk pembelajaran nerkelompok, oleh karena
itu, guru harus mempersiapkan worksheet yaitu materi yang akan
dipelajari pada saatbelajar kelompok, dan lembar jawaban dari
work sheet tersebut. Selain itu guru juga harus mempersiakan soal-
soal turnamen

 Membagi peserta didik kedalam beberapa kelompok


Guru harus mengelompokkan peserta didik dalam satu
kelas menjadi 4-5 kelompok yang kemampuannya heterogen. Cara
pembentukan kelompok dilakukan dengan mengurutkan peserta
didik dari atas kebawah dan dari bawah keatas berdasarkan
kemampuan akademiknya, dari daftar peserta didik yang telah
diurutkan tersebut dibagi menjadi lima bagian yaitu kelompok
tinggi, sedang1, sedang2, dan rendah. Kelompok-kelompok yang
terbentuk diusahakan berimbang baik dalam hal kemampuan
akademik maupun jenis kelamin dan rasnya, pada kerja kelompok
ini guru bertugas sebagai fasilitator yaitu berkeliling bila ada
kelompok yang ingin bertanya tentang worksheet. Padakerja
kelompok tersebut diperlukan waktu 40 Menit, kemudian
diadakan validasi kelas artinya hasil kerja kelompok dicocokkan
bersama dari soal work sheet tersebut.

 Membagi peserta didik ke dalam turnamen


Dalam pembelajaran kooperatif model TGT tiap meja
turnamen terdiri dari 4-5 peserta didik yang mempunyai homogen
dan berasal dari kelompok yang berlainan. Gambaran dari
pembagian peserta didik dalam meja turnamen dapat dilihat
dalam gambar diagram di bawah ini :

Gambar 2.1
Rancangan Meja Turnamen Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT Secara Umum
Keterangan:
A-1 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan tinggi
A-2 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan sedang 1
A-3 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan sedang 2
A-4 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan rendah
B-1 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan tinggi
B-2 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan sedang1
B-3 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan sedang 2
B-4 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan rendah
C-1 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuantinggi
C-2 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan sedang 1
C-3 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan sedang 2
C-4 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan rendah
2) Detail kegiatan pembelajaran kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT)
a. Pembukaan
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi
yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran dan memberikan
motivasi (prasyarat belajar). Saat pembelajaran, guru harus
sudah mempersiapkan work sheet dan soal turnamen
b. Pengembangan
Guru memberikan penjelasan materi secara garis besar.
c. Belajar Kelompok
Guru membacakan anggota kelompok dan meminta
peserta didik untuk berkumpul sesuai dengan
kelompoknyamasing–masing. Satu kelompok biasanya terdiri
dari 4 atau 5peserta didik yang anggotanya heterogen, yang
dilihat dari presentasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau
etnis. Guru memerintahkan kepada peserta didik untuk belajar
dalam kelompok (kelompok asal). Fungsi kelompok adalah
untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya
dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota agar bekerja
dengan baik dan optimal pada saat game. Biasanya belajar
kelompok ini mendiskusikan masalah bersama-sama,
membandingkan jawaban dan memperbaiki pemahaman yang
salah tentang suatu materi. Kelompok merupakan bagian yang
utama dalam TGT. Dalam segala hal,perhatian ditempatkan
pada anggota kelompok agar melakukan yang terbaik untuk
kelompok melakukan yang terbaik untuk membantu sesama
anggota. Jika ada satu anggota yang tidak bisa mengerjakan
soal atau memiliki pertanyaan yang terkait dengan soal
tersebut, maka teman sekelompoknya mempunyai tanggung
jawab untuk menjelaskan soal atau pertanyaan tersebut.Jika
dalam satu kelompok tersebut tidak ada yang bisa mengerjakan
maka peserta didikyang bisa meminta bimbingan guru. Setelah
belajar kelompok selesai guru meminta kepada perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Dalam pembelajaran TGT guru bertugas sebagai fasilitator
berkeliling dalam kelompok jika ada kelompok yang
mengalamikesulitan.
d. Validasi kelas
Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk menjawab soal-
soal yang sudah didiskusikan sesama kelompoknya dan guru
menyampaikan jawaban dari masing-masing kelompok untuk
didiskusikan bersama
e. Turnamen
Sebelum turnamen dilakukan, guru membagi peserta
didik ke dalam meja-meja turnamen. Setelah masing-masing
peserta didik berada dalam meja turnamen berdasarkan
unggulan masing- masing, kemudian guru membagikan satu
set seperangkat turnamen. Satu set seperangkat turnamen
terdiri dari soal turnamen, kartu soal, lembar jawaban, gambar
smile, dan lembar skor turnamen. Semua seperangkat soal
untuk masing-masing meja adalah sama.
3) Aturan (skenario)
Dalam satu permainan terdiri dari: kelompok pembaca,
kelompok penantangI, kelompok penantangII, danseterusnya sejumlah
kelompok yang ada. Kelompok pembaca, bertugas: (1) ambil kartu
bernomor dan cari pertanyaan pada lembar permainan, (2) baca
pertanyaan keras keras, dan (3) beri jawaban.
Kelompok penantang kesatu bertugas: Menyetujui pembaca atau
memberi jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok peantang
kedua:

 Menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda,

 Cek lembar jawaban. Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran.


(Trianto, 2010). Gambar Rulersnya dapat dilihat seperti
dibawah ini:

e. Sistem Penghitungan Poin Turnamen


Skor peserta didik dibandingkan dengan rata-rata skor yang lalu
mereka sendiri, dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh
peserta didik menyamai atau melampaui prestasi yang dilaluinya
sendiri. Poin tiap anggota tim ini dijumlahkan untuk mendapatkan skor
tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau
ganjaran (award) yang lain.
Adapun kriteria penghargaan yang disarankan adalah sebagai
berikut:
f. Kelebihan dan Kekurangan TGT
Metode pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT),
ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10)
dan Istiqomah (2006), yang merupakan
Kelebihan TGT adalah:

 Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuktugas.

 Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaanindividu.

 Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi


secaramendalam.

 Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan


daripeserta didik

 Mendidik peserta didik untuk berlatih bersosialisasi dengan


oranglain.

 Motivasi belajar lebihtinggi

 Hasil belajar lebihbaik.

 Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dantoleransi.


Kelemahan TGT adalah:

 Bagi Guru
Sulitnya pengelompokkan peserta didik yang
mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak
sebagai pemegang kendali, teliti dalam menentukan
pembagian kelompok. Dan waktu yang dihabiskan untuk
diskusi oleh peserta didik cukup banyak sehingga melewati
waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika
guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

 Bagi peserta didik


Masih adanya peserta didik berkemampuan tinggi
kurang terbiasa dansulit memberikan penjelasan kepada
peserta didik yang lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini,
tugas guru adalah membimbing dengan baik peserta didik
yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat
dan mampu menularkan pengetahuannya kepada peserta
didik yang lain.
J. Perbedaan Tipe-Tipe/Pendekatan dalam Model Pembelajaran Kooperatif

STAD JIGSAW TGT NHT TPS

Pengetahuan Pengetahuan
Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan
Tujuan Kognitif kontekstual faktual dan kontekstual dan
akademis factual akademik faktual akademis faktual
akademis akademis

Pekerjaan kelompok Pekerjaan kelompok Pekerjaan kelompok Pekerjaan kelompok Interkasi dengan
Tujuan Sosial
dan kerja sama dan kerja sama dan kerja sama dan kerja sama teman dan kerja sama

4-5 Anak heterogen dan


Struktur
4-5 Anak heterogen penggunaan tim asal 4-5 Anak heterogen 4-5 Anak heterogen 2 Anak sebangku
Kelompok
dan tim ahli

Peserta didik dapat


Mendiskusikan materi Mengerjakan lks, Mendiskusikan materi, Memikirkan
menggunakan
pada sesama tim ahli; berdiskusi, menjawab menjawab soal yang di jawaban secara
lembar kerja dan
Tugas Utama membantu tim asal pertanyaan saat game, tanyakan oleh guru individu, berdiskusi
saling membantu
mempelajari materi dan berdiskusi saat dan dengan kelompok,
dalam pemahaman
hasil diskusi tournament mempresentasikannya mempresentasikan
materi belajar

Tes pada akhir


Variasi, bisa berupa tes pertemuan Presentasi saat Dinilai pada tahap Pair
Penilaian Tes mingguan
mingguan (Tournament)maupaun nomernya di panggil dan Share
saat game

(dikutip dari Arends 2009:372)


K. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Koperatif
1. Kelebihan pembelajaran kooperatif
Kelebihan dari pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi
pembelajaran (Trianto, 2000:10), di antaranya :
a. Melalui pembelajaran kooperatif peserta didik diharapkan tidak
terlalu berharap pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri sehingga menemukan informasi dan
berbagai sumber dan belajar dan peserta didik yanglain.
b. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kat-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide oranglain.
c. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada
orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima
segalaperbedaan.
d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap
peserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalambelajar.
e. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh
untuk meningkatkan prestasi akadernik dan nonakademik.
f. Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri,
menerimaumpan balik.
g. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan peserta
didik menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak
menjadi nyata (real).
2. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Kekurangan dari pembelajaran kooperatif (Trianto, 2007 : 16), di antaranya :
a. Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif
memang butuh waktu karena terdapat perbedaan antara peserta didik
yang memiliki kelebihan dan peserta didik yang merasakurang.
b. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa peserta didik
saling bekerjasama dalam memecahkan permasalahan.
c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan
kepada hasil kerjakelompok.
d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup
panjang.
e. Kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk peserta didik, akan tetapi banyak aktivitas dalam
kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara
individual.
Daftar Pustaka
Ahmadi , I.K, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu “Pengaruhnya
Terhadap Konsep, Mekanisme, dan Proses Pembelajaran Sekolah Swasta dan
Negeri”. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Anatahime. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Metode Teams Game
Tournaments(TGT). Diakses 3 Februari 2019 dari
http://biologyeducationresearch.blogspot.com/2009/11/model-
pembelajaran-kooperatif-metode.html
Arends, Richard I. 2004. Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill Companies.
Arends, R. I. 2009. Learning To Teach Ninth Edition. New York: Mc Graw-Hill Book
Company.
Dahlan. 1990. Model-model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi. Belajar Mengajar).
Bandung : CV. Dipenogoro.
Ibrahim, M., Rachmadiarti F., M. Nur, dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: University Press.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:
Alfabeta.
Istiqomah. 2006. Teams Games Together (TGT). Jakarta:PT. Prima Akasara.
Kagan. (2004). Cooperative Learning Structure : Number Heads Together. Sanjuan:
Capistrano.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
Muslimin, Titik P. dan Taufiq. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Kelas VIIIC SMPN 3 Palopo. Volume 1 Nomor 1.SM ISSN 2502-3802.
Universitas Cokroaminoto Palopo.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Rusman. 2012. Model – model Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Suarjana. 2000. Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) 2. Dipetik 3
Februari 2019 dari http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-
pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/.
Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Slavin, E. Robert. 2008. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung ;
Nusa Media.
Slavin, E. Robert. 2010. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung ;
Nusa Media.
Sukarmin, Azizah, U., & Dwiningsih, K. 2017. Inovasi Pembelajaran 2. Surabaya:
UNESA.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Utami, F. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Teams Assisted
Individualization) dalam Pembelajaran IPA Materi I Gaya Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas IV SD Negeri Panembahan Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Dipetik 3 Februari 2019, dari http://eprints.uny.ac.id
Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovaif Berorientasi Konstruktivitistik,
Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implernentasinya. Jakarta : Prestasi
Pustaka Publisher.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana
Prenada Media Group.
Yamin, M. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi
(GP Press Group)

Anda mungkin juga menyukai