Anda di halaman 1dari 7

JST Kesehatan, Januari 2017, Vol. 7 No.

1 : 72 – 78 ISSN 2252-541

VARIASI PERLAKUAN PENANGANAN SAMPEL SERUM DAN PENGARUHNYA TERHADAP


HASIL PEMERIKSAAN KREATININ DARAH

The Variation of Treatment and Handling of Serum Sample and the Effect on Blood Creatinine Test Result

Zulfikar Ali Hasan,1 Mansyur Arif,2 Uleng Bahrun,3


1
Konsentrasi Kimia Klinik, Program Studi Biomedik, Universitas Hasanuddin (email:fikaroxy@gmail.com)
2
Departemen Kimia Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, (email:mansyur_arief@yahoo.com)
3
Departemen Kimia Klinik, Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin Makassar, (email:ulengbahrun@yahoo.com)

ABSTRAK

Tahap pra analitik merupakan salah satu fase penting dari pemeriksaan laboratorium yang meliputi pengumpulan
sampel, penanganan dan pengelolaan sampel serta faktor pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variasi perlakuan penanganan sampel serum terhadap hasil pemeriksaan kreatinin darah. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental laboratorium, yang dilaksanakan sejak bulan September sampai Oktober 2016. Digunakan 56
sampel dengan 4 perlakuan penanganan sampel yang berbeda, yaitu prosedur sentrifugasi sampel darah yang didiamkan
terlebih dahulu selama 45 menit dan 3 jam setelah flebotomi suhu 20 - 25ºC, dan penyimpanan sampel serum secara
primary tube dan secondary tube selama 3 hari suhu 4ºC. Kadar kreatinin diukur dengan menggunakan metode
creatinase alat cobas C311. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kadar kreatinin dengan variasi perlakuan penanganan sampel serum tidak terdapat perbedaan yang
bermakna. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar kreatinin dengan variasi sentrifugasi sampel darah yang
didiamkan selama 45 menit dan 3 jam (p=0.913). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar kreatinin
dengan variasi perlakuan penyimpanan sampel serum secara primary tube dan secondary tube (p=0.918). Tidak
terdapat pengaruh yang bermakna terhadap stabilitas kadar kreatinin dengan penyimpanan sampel serum secara primary
tube (p=0.977). Tidak terdapat pengaruh yang bermakna terhadap stabilitas kadar kreatinin dengan penyimpanan
sampel serum secara secondary tube (p=0.941).

Kata kunci: Kreatinin, Variasi Sentrifugasi, Variasi Penyimpanan Sampel Serum

ABSTRACT
Pre-analytical phase is one of the important phases of laboratory tests which includes sample collection, sample
handling and management as well as patient factors. The research aimed at investigating the effect of the treatment and
handling of the serum sample on the blood creatinine test result. This was a laboratory experimental research. The
research was conducted from September to October 2016 using 56 samples with 4 treatments and handlings of the
different samples, namely the blood sample centrifugation procedure being previously stored for 45 minutes and 3 hours
after the phlebotomy in the temperature of 20 - 25°C, and the storage of serum samples by the primary tube and
secondary tube for 3 days in the temperature of 4°C. The creatinine content was measured using by the creatinase
method of cobas device C311. The data collected were processed using Mann-Whitney test. The research result
indicates that there is no significant difference between the creatinine content and the variation of the treatment and
handling of the serum sample. There is no significant difference between the creatinine content and the centrifugation
variation of the blood sample stored for 45 minutes and 3 hours (p=0.913). There is no significant difference between
the creatinine content and the variation of the serum sample storage by the primary tube and secondary tube (p=0.918).
There is no significant difference between the creatinine content stability and the serum sample storage by the primary
tube (p=0.977). There is no significant difference between the creatinine content stability and the serum sample storage
by the secondary tube (p=0.941)

Keywords: Creatinine, centrifugation variation, serum sample storage variation.

72
Zulfikar Ali Hasan ISSN 2252-541

PENDAHULUAN ini meliputi pengumpulan sampel, penanganan


Laboratorium kesehatan adalah sarana dan pengelolaan sampel serta faktor pasien
kesehatan yang melaksanakan pengukuran, (Narayanan, 2000). Pada tahapan pra analitik
penetapan dan pengujian terhadap bahan yang inilah yang menentukan apakah akan diperoleh
berasal dari manusia untuk penentuan jenis sampel yang baik untuk pemeriksaan
penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan laboratorium tersebut, sehingga fase ini sangat
atau faktor yang dapat berpengaruh pada berpengaruh terhadap kualitas sampel walaupun
kesehatan perorangan dan masyarakat. tidak dapat dinyatakan secara kuantitas.
Laboratorium klinik adalah laboratorium Sampel yang buruk akan memberikan
kesehatan yang melaksanakan pelayanan hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak valid.
pemeriksaan di bidang hematologi, kimia Ada beberapa alasan yang dapat menyebabkan
klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, sampel menjadi tidak layak untuk diperiksa.
imunologi klinik, patologi anatomi dan atau Alasan yang paling sering menyebabkan
bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan ditolaknya sampel pemeriksaan adalah sampel
kesehatan perorangan terutama untuk yang membeku untuk tes hematologi dan
menunjang upaya diagnosis penyakit, koagulasi, volume sampel yang tidak mencukupi
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan untuk tes koagulasi, hemolisis, ikterus dan
(KMK No 298, 2009). lipemia pada serum dan plasma yang dapat
Dalam proses pengendalian mutu menyebabkan interferensi pada pemeriksaan
laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, laboratorium (Pherson & Phincus, 2011).
yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca Tahap pra analitik pada pemeriksaan
analitik. Pada umumnya yang sering diawasi kreatinin darah meliputi tahap pengumpulan
dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik sampel, penanganan dan pengelolaan sampel dan
dan pasca analitik, sedangkan proses pra analitik faktor pasien. Pada penanganan dan pengelolaan
kurang mendapat perhatian (Goswani et al., sampel ada beberapa hal yang harus diperhatikan
2010). Sekumpulan bukti yang dikumpulkan khususnya untuk pemeriksaan kreatinin darah.
dalam beberapa tahun terakhir telah Menurut Hardjoeno dkk (2007), salah satu
menunjukkan bahwa sebagian besar kesalahan penanganan dan pengelolaan sampel yaitu pada
berada diluar fase analitik, sedangkan pada fase saat pemprosesan spesimen, untuk mendapatkan
pra dan pasca analitik didapatkan lebih rentan serum dengan cepat, darah mesti disentrifus
untuk terjadi resiko kesalahan. Kesalahan dalam dalam 1 jam setelah pengambilan darah. Bila
fase pra analitik menjadi penyebab 50% - 75% sentrifugasi dilakukan setelah 2 jam dapat
dari semua kesalahan laboratorium termasuk menyebabkan perubahan nilai seperti glukosa,
kesalahan identifikasi dan masalah sampel kalium, fosfor, kreatinin, SGOT dan SGPT.
(Mario et al., 2013). Dijelaskan pula oleh Norbert (1995), bahwa suhu
Tahap pra analitik adalah semua proses reaksi > 30°C menyebabkan peningkatan nilai
yang terjadi sebelum sampel diproses dalam kreatinin karena efek dari zat mengganggu.
autoanalyzer. Termasuk permintaan tes-tes yang Dengan metode enzimatik, pemisahan yang cepat
tidak tepat, tulisan tangan tidak terbaca pada dari sel dan serum diperlukan untuk menghindari
formulir permintaan, mempersiapkan pasien, produksi ammonia dalam sampel. Berbeda
menerima spesimen, memberi identitas spesimen, dengan pendapat dari CLSI (2010), dalam
pengambilan sampel yang tidak benar, Procedures for the handling and processing of
penundaan transportasi, dan kesalahan blood spesimens; approved guideline-fourth
pengolahan sampel. Tahap analitik yaitu tahap edition yang mengatakan kreatinin tidak
mulai kalibrasi peralatan laboratorium, sampai dipengaruhi oleh waktu kontak pra sentrifugasi
dengan menguji ketelitian-ketepatan dan uji selama 48 jam pada suhu ruangan.
spesimen. Tahap pasca analitik yaitu tahap mulai Proses pra analitik yang lain yang juga
dari mencatat hasil pemeriksaan, interpretasi masih kurang diperhatikan oleh beberapa analis
hasil sampai dengan pelaporan (Yusida, 2011). di laboratorium yaitu tentang penyimpanan
Tahap pra analitik merupakan salah satu spesimen darah. Penyimpan spesimen dilakukan
fase penting dari pemeriksaan laboratorium. Fase jika pemeriksaan ditunda, spesimen akan dikirim
73
Kreatinin, Variasi Sentrifugasi, Variasi Penyimpanan Sampel Serum ISSN 2252-541

ke laboratorium lain atau disimpan karena keluarga, kemudian diminta perkenaannya untuk
dikhawatirkan akan ada tambahan pemeriksaan menandatangani informed consent yang telah
sehingga pasien tidak akan ditindaki ulang untuk disediakan. Wawancara atau anamnesa untuk
pengambilan darah kembali. memperoleh informasi keadaan umum subyek,
Penyimpanan spesimen darah sebaiknya misalnya aktivitas fisik, konsumsi obat – obatan,
dalam bentuk serum aliquot (Ruth & Tankersly, trauma dan seterusnya sesuai dengan kriteria
2012). Akan tetapi beberapa laboratorium dalam inklusi penelitian. Pemeriksaan laboratorium
penyimpanan serum belum sesuai prosedur. untuk mengukur kadar kreatinin pada sampel
Masih banyak yang menyimpan serum secara serum sesuai variasi perlakuan penanganan
primary tube atau tidak terpisah dengan sel darah sampel.
merah atau dalam arti lain penyimpanan serum Analisis Data
masih satu tempat dengan sel darah merah bukan Data yang diperoleh diolah melalui
secara aliquot, sehingga memungkinkan masih program software statistik. Dilakukan analisis uji
dapat terjadi metabolisme oleh sel – sel hidup perbandingan non parametrik. Hasilnya
pada spesimen yang dapat mempengaruhi dinarasikan dan diperjelas oleh tabel. Untuk uji
stabilitas spesimen. statistik, tingkat kemaknaan (signifikansi) yang
Berdasarkan uraian latar belakang, maka digunakan adalah 5%.
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variasi perlakuan penanganan sampel HASIL
serum terhadap kadar pemeriksaan kreatinin Telah dilakukan penelitian eksperimental
darah. laboratorik untuk mengetahui pengaruh variasi
perlakuan penanganan sampel serum terhadap
BAHAN DAN METODE hasil pemeriksaan kreatinin darah. Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium RS Awal Bros
Pengambilan Sampel dilakukan di RSUP Makassar mulai bulan September – Oktober 2016.
DR Wahidin Sudirohusodo dan RS Awal Bros Gambaran Umum Subyek Penelitian
Makassar, pemeriksaan sampel dilakukan di Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Laboratorium Rumah Sakit Awal Bros Makassar September – Oktober 2016 melibatkan 56 subyek.
pada bulan September dan Oktober 2016. Sampel pada penelitian ini menggunakan serum
Desain Penelitian pasien dengan melakukan berbagai variasi
Penelitian ini merupakan penelitian perlakuan penanganan sampel. Pada tahap awal
eksperimental laboratorik, yang bertujuan untuk dilakukan pengambilan sampel darah vena dengan
mengetahui pengaruh variasi perlakuan menggunakan 2 tabung plain yang berasal dari
penanganan sampel serum terhadap hasil satu pasien dan kemudian dilakukan perlakuan
pemeriksaan kreatinin darah. Subyek pada penanganan sampel yang berbeda pada masing-
penelitian ini adalah pasien yang melakukan masing tabung. Tabung yang pertama didiamkan
pemeriksaan kreatinin darah di RSUP DR selama 45 menit suhu 20 - 25ºC kemudian di
Wahidin Sudirohusodo dan RS Awal Bros sentrifus lalu serum yang dihasilkan diperiksa
Makassar. kadar kreatininnya. Tabung yang kedua
Populasi dan Sampel didiamkan selama 3 jam disuhu 20 - 25ºC
Populasi penelitian adalah pasien yang kemudian di sentrifus lalu serum yang dihasilkan
datang memeriksakan diri di Laboratorium RSUP diperiksa kadar kreatininnya.
DR Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Pada tahap selanjutnya variasi perlakuan
Awal Bros Makassar. Sampel yang digunakan penanganan sampel serum yang dilakukan adalah
adalah semua populasi terjangkau yang memenuhi pada proses penyimpanan sampel. Tabung yang
kriteria penelitian. Perkiraan besar sampel telah didiamkan selama 45 menit dan disentrifus,
minimal yang dibutuhkan adalah 56 sampel. dipisahkan serumnya secara aliquot ke sampel
Metode Pengumpulan Data tube yang baru (secondary tube) dan disimpan
Penjelasan singkat tentang latar belakang, selama 3 hari pada suhu 4ºC. Sisa serum yang ada
tujuan dan manfaat penelitian serta cara pada tabung (primary tube) juga disimpan selama
pengambilan sampel darah kepada penderita dan 3 hari pada suhu 4ºC. Pada hari keempat sampel
74
Zulfikar Ali Hasan ISSN 2252-541

Ranks
serum yang telah disimpan diperiksa kadar Perlakuan Serum Mean ± SD
Median
(Minimum – n p Kreatinin
Maksimum) ↑ ↔ ↓
kreatininnya. Penyimpanan Serum 0.80
1.0125 ± 1.32584
Variasi perlakuan sampel darah yang didiamkan Secondary Tube (0.40 – 10.50)
56 0.918 6 48 2
Penyimpanan Serum 0.80
selama 45 menit dan 3 jam Primary Tube
1.0196 ± 1.33885
(0.40 – 10.60)
Sumber Data Primer 2016
Dari 56 total sampel darah yang Keterangan :
Mean : Rata-rata; SD: Standar Deviasi; Median: Nilai Tengah; Minimum: Nilai Terendah
disentrifus dengan variasi perlakuan sampel darah Maksimum : Nilai Tertinggi; n: Jumlah Sampel; p: Signifikan; ↑: Peningkatan Kadar Kreatinin
↔ : Kadar Kreatinin yang sama; ↓: Penurunan Kadar Kreatinin
yang didiamkan selama 45 menit dan 3 jam suhu Menggunakan Uji Mann-Whitney

20 - 25ºC, didapatkan ada 7 hasil kreatinin yang


berbeda dan 49 hasil kreatinin yang sama. Dari 7 Stabilitas Kadar Kreatinin Dengan Perlakuan
hasil kreatinin yang berbeda didapatkan 2 hasil Penyimpanan Secara Primary Tube
kreatinin yang mengalami peningkatan kadar, dan Dari total 56 sampel serum yang disimpan
5 hasil yang mengalami penurunan kadar. Tidak pada suhu 4ºC secara primary tube, didapatkan
ada perbedaan yang bermakna antara perlakuan ada 7 hasil kreatinin yang tidak stabil dan 49 hasil
sentrifugasi sampel darah yang didiamkan selama kreatinin yang stabil. Dari 7 hasil kreatinin yang
45 menit dan 3 jam terhadap kadar kreatinin darah tidak stabil didapatkan 2 hasil yang mengalami
(p=0.913) (Tabel 1). penurunan kadar kreatinin dan 5 hasil yang
mengalami peningkatan kadar kreatinin. Tidak
Tabel 1. Variasi perlakuan sampel darah yang ada pengaruh yang bermakna kadar kreatinin
didiamkan selama 45 menit dan 3 jam darah terhadap perlakuan penyimpanan sampel
serum secara primary tube terhadap stabilitas
Perlakuan Serum Mean ± SD
Median
(Minimum – n p
Ranks
Kreatinin
kadar kreatinin (p=0.977) (Tabel 3).
Maksimum) ↑ ↔ ↓
0.80
Sentrifugasi 45 menit 1.0143 ± 1.32465
(0.40 – 10.50)
56 0.913 2 49 5
Tabel 3. Stabilitas Kadar Kreatinin Dengan
Sentrifugasi 3 jam 1.0089 ± 1.32545
0.80
(0.40 – 10.50)
Perlakuan Penyimpanan Secara Primary Tube
Sumber Data Primer 2016
Keterangan :
Mean : Rata-rata; SD: Standar Deviasi; Median: Nilai Tengah; Minimum: Nilai Terendah Median Ranks
Maksimum : Nilai Tertinggi; n: Jumlah Sampel; p: Signifikan; ↑: Peningkatan Kadar Kreatinin Perlakuan Serum Mean ± SD (Minimum – n p Kreatinin
↔ : Kadar Kreatinin yang sama; ↓: Penurunan Kadar Kreatinin Maksimum) ↑ ↔ ↓
Menggunakan Uji Mann-Whitney
0.80
Sentrifugasi 45 Menit 1.0143 ± 1.32465
(0.40 – 10.50)
56 0.977 5 49 2
Penyimpanan Serum 0.80
Variasi Perlakuan Penyimpanan Sampel Serum Primary Tube
1.0196 ± 1.33885
(0.40 – 10.60)
Sumber Data Primer 2016
Secara Primary Tube Dan Secondary Tube Keterangan :
Mean : Rata-rata; SD: Standar Deviasi; Median: Nilai Tengah; Minimum: Nilai Terendah
Dari total 56 sampel serum yang disimpan Maksimum : Nilai Tertinggi; n: Jumlah Sampel; p: Signifikan; ↑: Peningkatan Kadar Kreatinin
↔ : Kadar Kreatinin yang sama; ↓: Penurunan Kadar Kreatinin
pada suhu 4ºC dengan variasi perlakuan Menggunakan Uji Mann-Whitney

penyimpanan sampel secara primary tube dan


secondary tube, didapatkan ada 8 hasil kreatinin Stabilitas Kadar Kreatinin Dengan Perlakuan
yang berbeda dan 48 hasil kreatinin yang sama. Penyimpanan Secara Secondary Tube
Dari 8 hasil kreatinin yang berbeda didapatkan 6 Dari total 56 sampel serum yang disimpan
hasil yang mengalami peningkatan kadar, dan 2 pada suhu 4ºC secara secondary tube, didapatkan
hasil kreatinin yang mengalami penurunan kadar. ada 5 hasil kreatinin yang tidak stabil dan 51 hasil
Tidak ada perbedaan yang bermakna antara kreatinin yang stabil. Dari 5 hasil kreatinin yang
penyimpanan sampel serum secara primary tube tidak stabil didapatkan 3 hasil yang mengalami
dan secondary tube terhadap kadar kreatinin darah penurunan kadar kreatinin dan 2 hasil yang
(p=0.918) (Tabel 2). mengalami peningkatan kadar kreatinin. Tidak
ada pengaruh yang bermakna kadar kreatinin
Tabel 2. Variasi Perlakuan Penyimpanan Sampel darah terhadap perlakuan penyimpanan sampel
Serum Secara Primary Tube Dan Secondary Tube serum secara secondary tube terhadap stabilitas
kadar kreatinin (p=0.941) (Tabel 4).

Tabel 4. Stabilitas Kadar Kreatinin Dengan


Perlakuan Penyimpanan Secara Secondary Tube

75
Kreatinin, Variasi Sentrifugasi, Variasi Penyimpanan Sampel Serum ISSN 2252-541

Ranks
Perlakuan Serum Mean ± SD
Median
(Minimum – n p Kreatinin kalium, fosfor, kreatinin, SGOT dan SGPT
↑ ↔ ↓
Maksimum)
(Hardjoeno dkk., 2007).
0.80
Sentrifugasi 45 Menit 1.0143 ± 1.32465
(0.40 – 10.50)
56 0.977 5 49 2
Pengolahan spesimen mencakup tiga
Penyimpanan
Primary Tube
Serum
1.0196 ± 1.33885
0.80
(0.40 – 10.60) tahap yang berbeda, yaitu pra sentrifugasi,
Sumber Data Primer 2016
Keterangan : sentrifugasi, dan pasca sentrifugasi. Pedoman
Mean : Rata-rata; SD: Standar Deviasi; Median: Nilai Tengah; Minimum: Nilai Terendah
Maksimum : Nilai Tertinggi; n: Jumlah Sampel; p: Signifikan; ↑: Peningkatan Kadar Kreatinin yang tepat harus ditetapkan dan dipatuhi oleh
↔ : Kadar Kreatinin yang sama; ↓: Penurunan Kadar Kreatinin
Menggunakan Uji Mann-Whitney personil laboratorium dalam setiap tahapan
penanganan spesimen untuk memastikan hasil
PEMBAHASAN pemeriksaan yang dapat diandalkan dan bermakna
Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak secara medis. Idealnya, semua pengujian harus
ada pengaruh yang signifikan hasil pemeriksaan dilakukan dalam waktu 45 menit sampai 1 jam
kadar kreatinin darah dengan berbagai variasi setelah pengumpulan. Serum paling sering
perlakuan penanganan sampel serum. Perbedaan menjadi pilihan, karena kepraktisan dalam
masing-masing variabel akan dibahas satu persatu pengumpulan dan penanganan. Selain itu,
antara variasi perlakuan penanganan sampel gangguan dari antikoagulan tidak terjadi. Darah
serum dan pengaruhnya terhadap hasil harus tetap berada dalam wadah tertutup aslinya
pemeriksaan kreatinin darah. sampai siap untuk pemisahan untuk mencegah
Pada tahap awal dilakukan pengambilan penguapan air dalam plasma atau serum (Kiswari,
sampel darah vena dengan menggunakan 2 tabung 2014).
plain yang berasal dari satu pasien dan kemudian Variasi perlakuan selanjutnya yaitu
dilakukan perlakuan penanganan sampel yang penyimpanan sampel serum pada suhu 4ºC secara
berbeda pada masing-masing tabung. Tabung primary tube dan secondary tube (aliquot). Serum
yang pertama didiamkan selama 45 menit suhu 20 yang telah dipisahkan kemudian disimpan secara
- 25ºC kemudian di sentrifus lalu serum yang aliquot (secondary tube) pada suhu 4ºC selama 3
dihasilkan diperiksa kadar kreatininnya. Tabung hari, Sisa serum yang ada pada tabung (primary
yang kedua didiamkan selama 3 jam disuhu 20 - tube) juga disimpan selama 3 hari pada suhu 4ºC.
25ºC kemudian di sentrifus lalu serum yang Pada hari keempat sampel serum yang telah
dihasilkan diperiksa kadar kreatininnya. Hasil disimpan diperiksa kadar kreatininnya.
yang didapatkan kemudian dilakukan uji analisis Prosedur yang dilakukan pada hari
statistik menggunakan uji Mann-Whitney untuk keempat sebelum melakukan pemeriksaan
melihat adanya perbedaan tiap perlakuan, dan kreatinin yaitu sampel serum yang disimpan
berdasarkan Tabel 1, didapatkan nilai signifikan secara secondary tube (aliquot) didiamkan
0,913 yang menandakan tidak ada perbedaan yang terlebih dahulu pada suhu ruang (20 - 25ºC)
bermakna antara perlakuan sentrifugasi sampel selama 15 – 30 menit kemudian dilakukan re-
darah yang didiamkan selama 45 menit dan 3 jam centrifugasi untuk mengendapkan senyawa –
terhadap kadar kreatinin darah (p>0,05=tidak ada senyawa yang dapat mengganggu pemeriksaan.
perbedaan). Setelah itu baru dilakukan pemeriksaan kreatinin.
Hal ini sesuai dengan pernyataan CLSI Sedangkan perlakuan penyimpanan sampel serum
dalam procedures for the handling and processing secara primary tube dilakukan penanganan
of blood specimens approved guideline fourth dengan cara didiamkan terlebih dahulu pada suhu
edition yang mengatakan kreatinin tidak ruang (20 - 25ºC) selama 15 – 30 menit, kemudian
dipengaruhi oleh waktu kontak pre sentrifugasi serum yang masih kontak dengan darah
selama 48 jam pada suhu ruangan (CLSI, 2010). dipisahkan serumnya dan disimpan pada tabung
Berbeda dengan pendapat prof hardjoeno reaksi baru kemudian di re-sentrifugasi selama 10
dkk dalam buku interpretasi hasil tes laboratorium menit 3000rpm dan setelah itu baru dilakukan
diagnostik yang mengatakan bahwa untuk pemeriksaan kreatinin.
mendapatkan serum dengan cepat, darah mesti di Hasil pemeriksaan kreatinin darah dengan
sentrifus dalam 1 jam setelah pengambilan darah, membandingkan perlakuan penyimpanan sampel
Bila sentrifugasi dilakukan setelah 2 jam dapat serum baik secara primary tube maupun
menyebabkan perubahan nilai seperti glukosa, secondary tube kemudian dilakukan uji analisis
statistik menggunakan uji Mann-Whitney untuk
76
Zulfikar Ali Hasan ISSN 2252-541

melihat adanya perbedaan tiap perlakuan, dan stabilitas kadar kreatinin darah (p>0,05=tidak ada
didapatkan nilai signifikan 0,918 yang perbedaan).
menandakan tidak ada perbedaan yang bermakna Hal ini sesuai kit insert reagen kreatinin
antara penyimpanan sampel serum secara primary pada alat cobas c311 yang mengatakan stabilitas
tube dan secondary tube terhadap kadar kreatinin kreatinin pada suhu 4ºC dapat bertahan selama 7
darah (p>0,05=tidak ada perbedaan). hari. Serum atau plasma harus disimpan pada suhu
Selama penyimpanan, konsentrasi 4 – 6ºC jika pengujian harus tertunda lebih dari 4
konstituen darah pada spesimen dapat berubah jam (Kiswari, 2014). Suhu reaksi > 30°C
sebagai hasil dari berbagai proses, termasuk menyebabkan peningkatan nilai kreatinin karena
adsorpsi tabung kaca atau plastik, denaturasi efek dari zat mengganggu. Dengan metode
protein, penguapan senyawa volatil, pergerakan enzimatik, pemisahan yang cepat dari sel dan
air kedalam sel yang mengakibatkan serum diperlukan untuk menghindari produksi
hemokonsentrasi dan aktivitas metabolisme ammonia dalam sampel (Norbert, 1995).
leukosit dan eritrosit. Perubahan ini terjadi dalam Pada spesimen plasma atau serum, kristal
berbagai tingkat, pada suhu kamar, dan selama es yang terbentuk menyebabkan efek yang
pendinginan atau pembekuan. Studi stabilitas mengganggu struktur molekul, khususnya pada
telah menunjukkan bahwa perubahan analit yang molekul protein besar. Lambatnya pembekuan
signifikan secara klinis terjadi jika serum atau memungkinkan terbentuknya kristal yang lebih
plasma kontak dalam waktu yang lama dengan sel besar, menyebabkan efek degradatif yang lebih
darah (Kiswari, 2014). serius. Dengan demikian, pembekuan secara cepat
Serum yang disimpan secara primary tube direkomendasikan untuk stabilitas yang optimal
maupun secondary tube dalam 3 hari suhu 4ºC (Kiswari, 2014).
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan hal
ini dapat terjadi jika perlakuan penyimpanan KESIMPULAN DAN SARAN
sampel dilakukan sesuai prosedur (SOP). Hal ini Peneliti meyimpulkan bahwa untuk
juga sesuai dengan pernyataan Kiswari yang tidak pemeriksaan kreatinin darah dengan variasi
memasukkan kreatinin sebagai analit yang tidak perlakuan sentrifugasi sampel darah yang
stabil, serum dan plasma yang tidak terpisahkan didiamkan terlebih dahulu selama 45 menit dan 3
menghasilkan peningkatan yang signifikan jam setelah flebotomi tidak memberikan pengaruh
terhadap bilirubin total, natrium, urea nitrogen, yang bermakna terhadap kadar kreatinin darah.
albumin, kalsium, magnesium dan protein total. Begitu juga dengan variasi penyimpanan sampel
Perubahan ini disebabkan pergerakan air kedalam serum secara primary tube dan secondary tube
sel setelah 24 jam, menyebabkan tidak memberikan pengaruh yang bermakna
hemokonsentrasi. Penelitian lain menemukan terhadap kadar kreatinin darah. Disarankan karena
kalium, fosfor dan glukosa menjadi analit yang tidak ada perbedaan kadar kreatinin dengan
paling tidak stabil dalam serum dan tidak hilang variasi sentrifugasi dan penyimpanan sampel
dari bekuan dalam waktu 30 menit. Albumin, serum, maka sentrifugasi untuk pemeriksaan
bikarbonat, klorida, C-peptida, kolesterol HDL, kreatinin bisa dilakukan sampai 3 jam setelah
zat besi, kolesterol LDL, dan protein total yang flebotomi, dan penyimpanan sampel serum untuk
ditemukan menjadi tidak stabil setelah 6 jam, bila pemeriksaan kreatinin dapat dilakukan secara
serum tersebut tidak dipisahkan dari bekuan primary tube dan secondary tube pada suhu 4ºC
(Kiswari, 2014). tetapi tidak boleh lebih dari 3 hari.
Stabilitas kreatinin yang disimpan secara
primary tube dan secondary tube selama 3 hari DAFTAR PUSTAKA
pada suhu 4ºC setelah diuji statistik Mann- CLSI. (2010). Procedures for the Handling and
Whitney menunjukkan nilai signifikan 0,977 dan Processing of Blood Specimens for
0,941 yang menandakan tidak ada pengaruh yang Common Laboratory Tests; Approved
bermakna kadar kreatinin darah terhadap Guideline - Fourth Edition. CLSI
perlakuan penyimpanan sampel serum secara document H18-A4. Wayne, PA: Clinical
primary tube dan secondary tube terhadap and Laboratory Standards

77
Kreatinin, Variasi Sentrifugasi, Variasi Penyimpanan Sampel Serum ISSN 2252-541

Goswani B., Singh B., Chawla R., & Mallika V. Indicators. Biochemia Medica 2014; 24
(2010). Identification of The Types of (1) : 105 – 13
Preanalytical Errors in the Clinical Mc-Pherson R. & Pincus M. (2011). Henry’s
Chemistry Laboratory: 1-Year Study at Clinical Diagnosis and Management by
G.B Pant Hospital. Labmedicine Vol: 41 Laboratory Methods. 22 ed. Elsevier
Number 2 : 89 – 92 Sanders. 3: 24 – 36201
Hardjoeno dkk. (2007). Interpretasi Hasil Tes Narayanan S. (2000). The Pre Analytical Phase –
Laboratorium Diagnostik. Penerbit Buku An Important Component of Laboratory
Universitas Hasanuddin: Makassar. 7 – 8 Medicine. Am J Clin Pathol; 113: 429 –
Kepmenkes RI No 298/Menkes/SK/III/2008 52.
tentang Pedoman Akreditasi Norbert W T. (1995). Clinical Guide to
Laboratorium Kesehatan. Direktorat Laboratory Tests. WB Saunders
Jendral Bina Pelayanan Medik Company. USA. Third Edition Hal 187
Departemen Kesehatan Republik Ruth M C. & Tankersly CM. (2012). Phlebotomy
Indonesia. Jakarta. 2009 Essential 5thed. Lippincot Williams &
Kiswari R. (2014). Hematologi dan Transfusi. Wilkin
Erlangga: Semarang Jawa Tengah Yusida N. (2011). Identifikasi Jumlah Dan Jenis
Mario P., Laura S., Ada A., & Maria L C. (2013). Kesalahan Pra Analitik di Laboratorium
Harmonization of Pre Analytical Quality Patologi Klinik RSUD Dr Moewardi.
Surakarta:

78

Anda mungkin juga menyukai