LEUKOPLAKIA
Disusun oleh :
Pembimbing :
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO) mendefinisikan
leukoplakia sebagai bercak-bercak putih atau plak-plak yang terdapat
pada lapisan mukosa dimana lapisan ini tidak bisa ditanggalkan
dengan mudah dan tidak dapat digolongkan secara klinis atau
histologi sebagai penyakit-penyakit spesifik lainnya (contoh: liken
planus, lupus eritematosus, kandidiasis, white sponge naevus). (1)
Leukoplakia sering terjadi dikalangan orang dewasa; sekitar
1% dari orang dewasa terkena penyakit ini, meskipun setengah
populasi didapati mempunyai prevalensi yang lebih tinggi.
Kebanyakan kasus dijumpai pada kelompok usia 50-70 tahun. (1)
Meskipun leukoplakia tidak termasuk dalam jenis tumor, lesi
ini sering meluas sehingga menjadi suatu lesi pre-kanker. Leukoplakia
merupakan suatu istilah lama yang digunakan untuk menunjukkan
adanya suatu bercak putih atau plak yang tidak normal yang terdapat
pada membran mukosa. Pendapat lain mengatakan bahwa leukoplakia
hanya merupakan suatu bercak putih yang terdapat pada membran
mukosa dan sukar untuk dihilangkan atau terkelupas. (2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
World Health Organization (WHO) mendefinisikan leukoplakia sebagai
bercak-bercak putih atau plak-plak yang terdapat pada lapisan mukosa dimana
lapisan ini tidak bisa ditanggalkan dengan mudah dan tidak dapat digolongkan
secara klinis atau histologi sebagai penyakit-penyakit spesifik lainnya (contoh:
liken planus, lupus eritematosus, kandidiasis, white sponge naevus). (1)
Leukoplakia sering terjadi dikalangan orang dewasa; sekitar 1% dari orang
dewasa terkena penyakit ini, meskipun setengah populasi didapati mempunyai
prevalensi yang lebih tinggi. Kebanyakan kasus dijumpai pada kelompok usia 50-
70 tahun. (1)
Meskipun leukoplakia tidak termasuk dalam jenis tumor, lesi ini sering
meluas sehingga menjadi suatu lesi pre-kanker. Leukoplakia merupakan suatu
istilah lama yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bercak putih atau
plak yang tidak normal yang terdapat pada membran mukosa. Pendapat lain
mengatakan bahwa leukoplakia hanya merupakan suatu bercak putih yang terdapat
pada membran mukosa dan sukar untuk dihilangkan atau terkelupas. (2)
Leukoplakia dalam perkembangannya sering menjadi ganas dan untuk
menyingkirkan diagnosis banding, maka sangat diperlukan biopsi dari leukoplakia
tersebut. Gambaran histologinya dapat bermacam-macam dan tergantung dari umur
lesi pada saat biopsi dilakukan. Kendala dalam menegakkan diagnosis leukoplakia
masih sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti etiologi
leukoplakia yang belum jelas serta perkembangan yang agresif dari leukoplakia
yang mula-mula hanya sebagai hiperkeratosis ringan tetapi pada akhirnya menjadi
karsinoma sel skuamosa dengan angka kematian yang tinggi. (1, 3)
B. ETIOLOGI
Sampai sekarang belum diketahui etiologi Leukoplakia dengan pasti, tetapi
predisposisi terdiri dari berbagai faktor yaitu faktor lokal, faktor sistemik dan
malnutrisi vitamin. Faktor lokal yang diduga sebagai predisposisi terjadinya
leukoplakia diantaranya adalah trauma yang menyebabkan iritasi kronis misalnya
trauma akibat gigitan tepi atau akar gigi yang tajam, iritasi dari gigi yang malposisi,
kebiasaan jelek menggigit-gigit jaringan mulut, pipi, maupun lidah. Faktor lokal
yang lain adalah kimiawi atau termal, misalnya pada penggunaan bahan-bahan yang
kaustik mungkin diikuti oleh terjadinya leukoplakia dan perubahan keganasan. (1,2)
Defisiensi vitamin A diperkirakan dapat mengakibatkan metaplasia dan
keratinisasi dari susunan epitel, terutama epitel kelenjar dan epitel mukosa
respiratorius. Beberapa ahli menyatakan bahwa leukoplakia di uvula merupakan
manifestasi dari intake vitamin A yang tidak cukup. Apabila kelainan tersebut
parah, gambarannya mirip dengan leukoplakia. Selain itu, pada percobaan dengan
menggunakan binatang tikus, dapat diketahui bahwa kekurangan vitamin B
kompleks akan menimbulkan perubahan hiperkeratotik.(2, 4)
Selain faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan, ada beberapa faktor
yang menjadi penyebab terjadinya leukoplakia antara lain tembakau, alkohol dan
bakteri. Dalam proses terjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut oleh tembakau
tidak hanya disebabkan oleh asap rokok dan panas yang terjadi pada waktu
merokok, tetapi dapat juga disebabkan oleh zat-zat yang terdapat di dalam
tembakau yang ikut terkunyah. Banyak peneliti yang berpendapat bahwa pipa rokok
juga merupakan benda yang berbahaya, sebab dapat menyebabkan lesi yang
spesifik pada palatum yang disebut stomatitis nicotine. Pada lesi ini, dijumpai
adanya warna kemerahan dan timbul pembengkakan pada palatum. Selanjutnya,
palatum akan berwarna putih kepucatan, serta terjadi penebalan yang sifatnya
merata. Ditemukan pula adanya multinoduler dengan bintik-bintik kemerahan pada
pusat nodul. Kelenjar ludah akan membengkak dan terjadi perubahan di daerah
sekitarnya. Banyak peneliti yang kemudian berpendapat bahwa lesi ini merupakan
salah satu bentuk dari leukoplakia.(1, 4, 5)
Telah banyak diketahui bahwa alkohol merupakan salah satu faktor yang
memudahkan terjadinya leukoplakia, karena pemakaian alkohol dapat
menimbulkan iritasi pada mukosa. Leukoplakia juga dapat terjadi karena adanya
infeksi bakteri, penyakit periodontal yang disertai higiene mulut yang buruk. (1)
C. PATOGENESIS
Pasien dengan leukoplakia idiopathik memiliki resiko tinggi untuk
berkembang menjadi kanker. Penelitian yang dilakukan, 4%-17% lesi
bertransformasi menjadi tumor maligna pada kurun waktu 20 tahun. Dasar
perubahan molekuler pada leukoplakia sampai saat ini masih belum diketahui.
Namun, beberapa data dari hasil penelitian pada pre-maligna leukoplakia
membuktikan bahwa perubahan epitel pada penyakit ini disebabkan oleh
transformasi displastik. Perubahan patologi yang utama pada leukoplakia
diperlihatkan oleh penipisan epitel yang abnormal dengan peningkatan permukaan
keratinisasi menghasilkan penampakan mukosa yang putih . hal ini dikuti pula oleh
penebalan pada epitel, bahkan epitel bisa menjadi atrofi atau akantosis (perubahan
lapisan tanduk).(2, 5)
Banyak penilitian memperlihatkan adanya perubahan genetika akan
mempengaruhi perubahan pada ekspresi gen keratin, perubahan siklus sel, dan
peningkatan ekspresi sel yang kehilangan sifat heterozigotnya. Stres oksidatif dan
kerusakan DNA akibat produk nitrogen reaktif, seperti induksi nitrit oksida dan
mekanisme inflamasi, juga memiliki implikasi pada leukoplakia dan
transformasinya dari dysplasia menjadi karsinoma. Penilitian pada penanda
molecular memperlihatkan bahwa lesi jinak meningkat pada sel yang telah
mengalami cacat pada sel p53 dan pada antigen proliferation marker proliferating
cell nuclear.(2,5)
D. GAMBARAN KLINIS
Penderita leukoplakia tidak mengeluhkan rasa nyeri, tetapi lesi pada mulut
tersebut sensitif terhadap rangsangan sentuh, makanan panasm dan makanan yang
pedas. Dari pemeriksaan klinis ternayat oral leukoplakia mempunyai bermacam-
macam bentuk. Pada umumnya lesi ini sering ditemukan pada penderita dengan
usia di atas 40 tahun dan lebih banyak pada pria daripada wanita. Hal ini terjadi
karena sebagian besar pria adalah perokok berat. Lesi ini sering ditemukan pada
daerah alveolar, mukosa lidah, bibir, palatum mole dan durum, daerah dasar mulut,
ginggiva, mukosa lipatan bucal, serat mandibular alveolar rodge.
Secara klinis lesi tampak kecil, berwarna putih, terlokalisir, berbatas tegas,
dan permukaan tampak melipat. Bila dilakukan palpasi akan terasa keras, tebal,
berfisure, halus, datar atau agak menonjol. Kadang kala lesi ini dapat berwarna
seperti mutiara atau kekuningan. Pada perokok berat warna jaringan yang terkena
berwarna putih kecoklatan.
E. DIAGNOSIS
Penderita leukoplakia tidak mengeluhkan rasa nyeri, tetapi lesi pada mulut
tersebut sensitif terhadap rangsangan sentuh, makanan panas dan makanan yang
pedas.(2) Dari pemeriksaan klinis, ternyata oral leukoplakia mempunyai bermacam-
macam bentuk. Secara klinis lesi ini sukar dibedakan dan dikenal pasti karena
banyak lesi lain yang memberikan gambaran yang serupa serta tanda-tanda yang
hampir sama. Pada umumnya, lesi ini lebih banyak ditemukan pada penderita
dengan usia di atas 40 tahun dan lebih banyak pria daripada wanita. Hal ini terjadi
karena sebagian besar pria merupakan perokok berat. Lesi ini sering ditemukan
pada daerah alveolar, mukosa lidah, bibir, palatum lunak dan keras, daerah dasar
mulut, gingival, mukosa lipatan bukal, serta mandibular alveolar ridge. Bermacam-
macam bentuk lesi dan daerah terjadinya lesi tergantung dari awal terjadinya lesi
tersebut, dan setiap individu akan berbeda. (2,5)
Gambar 1. Speckled Leukoplakia(1)
Secara klinis, lesi tampak kecil, berwarna putih, terlokalisir, berbatas jelas,
dan permukaannya tampak melipat. Bila dilakukan palpasi akan terasa keras, tebal,
berfisure, halus, datar atau agak menonjol. Kadang-kadang lesi ini dapat berwarna
seperti mutiara putih atau kekuningan. Pada perokok berat, warna jaringan yang
terkena berwarna putih kecoklatan. Ketiga gambaran tersebut di atas lebih dikenal
dengan sebutan speckled leukoplakia. (1,2)
Leukoplakia dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu homogenous
leukoplakia, erosive leukoplakia, speckled atau verocuos leukoplakia. Homogenous
leukoplakia merupakan bercak putih yang kadang-kadang berwarna kebiruan,
permukaannya licin, rata, dan berbatas jelas. Pada tahap ini, tidak dijumpai adanya
indurasi. (1,2)
F. DIAGNOSIS BANDING
Leukoplakia memiliki gambaran klinis yang mirip dengan beberapa
kelainan. Oleh karena itu, diperlukan adanya diagnosis banding untuk membedakan
apakah kelainan tersebut adalah lesi leukoplakia atau bukan. Pada beberapa kasus,
leukoplakia tidak dapat dibedakan dengan lesi yang berwarna putih di dalam rongga
mulut tanpa dilakukan biopsy. Jadi, cara membedakannya dengan leukoplakia
adalah dengan pengambilan biopsi. Ada beberapa lesi berwarna putih yang juga
terdapat dalam rongga mulut, yang memerlukan diagnosis banding dengan
leukoplakia. Lesi tersebut antara lain: syphilitic mucous patches; lupus
erythematous dan white sponge nevus; infeksi mikotik, terutama kandidiasis; white
folded gingivo stomatitis; serta terbakarnya mukosa mulut karena bahan-bahan
kimia tertentu. (1,2,3)
Gambar 3. Liken Planus(3)
Untuk menentukan diagnosis yang tepat, perlu dilakukan pemeriksaan yang
teliti baik secara klinis maupun histopatologis, karena lesi ini secara klinis
mempunyai gambaran yang serupa dengan liken planus dan “white sponge
naevus”. (1,2,3)
G. PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan leukoplakia yang terpenting adalah mengeliminir
faktor predisposisi yang meliputi penggunaan tembakau (rokok), alkohol,
memperbaiki higiene mulut, memperbaiki maloklusi, dan memperbaiki gigi tiruan
yang letaknya kurang baik. Penatalaksanaan lain yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan eksisi secara chirurgis atau pembedahan terhadap lesi yang
mempunyai ukuran kecil atau agak besar. Bila lesi telah mengenai dasar mulut dan
meluas, maka pada daerah yang terkena perlu dilakukan stripping. (1,4)
Pemberian vitamin B kompleks dan vitamin C dapat dilakukan sebagai
tindakan penunjang umum, terutama bila pada pasien tersebut ditemukan adanya
faktor malnutrisi vitamin. Peranan vitamin C dalam nutrisi erat kaitannya dengan
pembentukan substansi semen intersellular yang penting untuk membangun
jaringan penyangga. Karena, fungsi vitamin C menyangkut berbagai aspek
metabolisme, antara lain sebagai transport electron. Pemberian vitamin C dalam
hubungannya dengan lesi yang sering ditemukan dalam rongga mulut adalah untuk
perawatan suportif melalui regenerasi jaringan, sehingga mempercepat waktu
penyembuhan. Perawatan yang lebih spesifik sangat tergantung pada hasil
pemeriksaan histopatologi. (1,4)
Operasi (scalpel atau laser excision) adalah pilihan yang utama untuk
tatalaksana leukoplakia yang cenderung berubah menjadi maligna seperti speckled
leukoplakia, leukoplakia pada area beresiko tinggi (contoh: dasar mulut, lidah,
palate durum, pada pasien dengan riwayat kanker di traktus pernafasan-pencernaan,
dysplasia dan lain-lain.(1)
DAFTAR PUSTAKA
1. The Oral Cavity and Lips. In: Tony Burns SB, Neil Cox, Christopher G,
editor. Rook’s Textbook Of Dermatology. 7 ed. Australia: Blackwell Publishing;
2004. p. 66.14-66.87.
2. Disorders of the Mucous Membranes. In: James W.D BTG, Elston D.M,
editor. Andrews Diseases of The Skin Clinical Dermatology. 100 ed. UK: Saunders
Elsevier; 2006. p. 804-8.
3. Skin Sign of Hair, nail, mucosal Disorders and Eye. In: Wolff Klaus RAJ,
editor. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 6 ed. United
States: McGraw Hill Medical; 2009. p. 1036-9.
4. Adriana Spinola Ribeiro PRS, Tarcília Aparecida da Silva, Ricardo Alves
Mesquita. A Review of the Nonsurgical Treatment of Oral Leukoplakia Hindawi
Publishing Corporation; 2010 [cited 2013 Juni]; Available from:
http://www.hindawi.com/journals/ijd/2010/186018/.
5. Wei Liu L-JS, Lan Wu, Jin-Qiu Feng, Xi Yang, Jiang Li, Zeng- Tong Zhoul,
Chen-Ping Oral Cancer Development in Patients with Leukoplakia. Germany:
PLoS ONE; 2012 [cited 2013 April 12]; Available from:
http://www.plosone.org/article/info:doi/10.1371/journal.pone.0034773.