Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MAKROGNATIA DAN MIKROGNATIA

Disusun Oleh:
Sihsusetyaningtyas Tiominar S. G99181061
Periode: 13 Mei 2019 – 26 Mei 2019

Pembimbing:
Sandy Trimelda, drg., Sp.Ort

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2019
TOPIK 1
MIKROGNATIA

I. DEFINISI
Mikrognatia adalah suatu keadaan dimana ukuran rahang yang lebih kecil dari normal
dan bentuknya abnormal, dapat terjadi pada maksila atau mandibula. Mikrognatia umumnya
dipakai untuk mandibula, hal ini disebut juga mandibular hypoplasia. Mikrognatia
digambarkan sebagai hipoplasia mandibular yang disebabkan penyusutan dagu. Mikrognatia
adalah kecilnya ukuran salah satu atau semua bagian mandibula. Mikrognatia harus dibedakan
dari retrognatia. Retrognatia memiliki ukuran mandibula normal, namun posisinya yang
mengalami kemunduran ke belakang yang berhubungan dengan dasar tulang tengkorak.[1,2]
Insidensi dari janin dengan mikrognatia yakni sebanyak 1:1000 kelahiran. Etiologi hipoplasia
mandibular masih belum jelas. Hal ini mungkin terjadi akibat hasil dari malformasi posisi,
abnormalitas pertumbuhan intrinsik, atau oleh sebuah kelainan jaringan ikat.[1] Tanda klinis ini
disebabkan oleh rahang kecil yang belum tumbuh. Saat membuka bibir, biasanya pada
neonatus ada ketidak-selarasan dari tepi alveolar, sementara pada pasien yang lebih tua ada
ketidak-selarasan gigi. Dagu kecil atau, pada pasien dewasa, sering tumbuh tetapi mungkin
memiliki tampakan dagu yang mengalami penyusutan.[3]
Diagnosis untuk mikrognatia dapat ditegakkan berdasarkan temuan tandatanda klinis
mikrognatia, serta beberapa pencitraan diagnostik. Sementara untuk penatalaksanaannya
dibagi menjadi 2 tahap, prenatal dan postnatal.[1,3]
Mikrognatia digambarkan sebagai hipoplasia mandibular yang disebabkan penyusutan
dagu. Mikrognatia adalah kecilnya ukuran salah satu atau semua bagian mandibula.
Mikrognatia harus dibedakan dari retrognatia. Retrognatia memiliki ukuran mandibula normal,
namun posisinya yang mengalami kemunduran ke belakang yang berhubungan dengan dasar
tulang tengkorak.[1,3]
Gambar 1. Pasien dengan mikrognatia
II. EPIDEMIOLOGI
Insidensi dari janin dengan mikrognatia yakni sebanyak 1:1000 kelahiran. Kelainan
ini selalu diikuti dengan retrognatia, meskipun janin dengan retrognatia dapat berdiri sendiri
tanpa mikrognatia. [4]
III. ETIOLOGI
Mikrognatia bisa terjadi karena adanya deformasi akibat tekanan pada saat fetus.
Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun faktor ibu seperti
primigravida, panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan
kembar. Etiologi hipoplasia mandibular masih belum jelas. Hal ini mungkin terjadi akibat
hasil dari malformasi posisi, abnormalitas pertumbuhan intrinsik, atau oleh sebuah kelainan
jaringan ikat. Beberapa usaha telah dilakukan untuk menjelaskan mengapa janin dengan
micrognatia disertai dengan sindrom yang berbeda-beda.[4] Mikrognatia biasanya disertai
dengan sindrom genetik (seperti Treacher Collins, Robin and Robert syndrome);
abnormalitas kromosomal (terutama trisomi 18 dan triploidi); dan obat-obat teratogenik
(seperti methotrexate).[5] Mikrognatia telah dikaitkan dengan paparan teratogen yang
berbeda, seperti pada sindrom alkohol janin dan penggunaan tamoxifen dan isotretinoin
selama kehamilan. Spektrum anomali terkait dengan embriopati asam retinoat meliputi
asimetri wajah, mikrotia, mikrognatia, dan palatoskisis sekunder. Malformasi serupa telah
diamati pada beberapa bayi yang terpapar tamoxifen. Kemungkinan kedua agen tersebut
dapat menghasilkan efek embriotoksik sebanding jika keduanya berfungsi dengan cara yang
sama selama embryogenesis.[4] Micrognatia juga berhubungan dengan genetic syndrome
antara lain Pierre Robin syndrome, Hallerman-Streiff syndrome, trisomi 13, trisomi 18,
progeria, Teacher-Collins syndrome, Turner syndrome, Smith-Lemli-Opitz syndrome,
Russel-Silver syndrome, Seckel syndrome, Cri du cat syndrome, dan Marfan syndrome.

IV. PATOFISIOLOGI
Mikrognatia terjadi karena hipoplasia mandibula di antara minggu ke 7 dan ke 11
pada masa kehamilan. Lidah tetap terletak tinggi di rongga mulut, karena terbelahnya langit-
langit mulut. Teori ini menjelaskan langit-langit berbentuk U terbalik dan ketiadaan
hubungan antara langit-langit dan bibir. Oligohidramnion dapat berperan dalam etiologi
sindroma ini karena terjadinya kekurangan cairan amnion dapat mengakibatkan deformasi
dari dagu dan terjepitnya lidah di antara langit-langit. Kegagalan pembentukan mandibula
menyebabkan posisi lidah lebih ke atas, mencegah palatine lateral menyatu di garis tengah
dan menjelaskan bahwa mikrognatia sering disertai dengan adanya bibir sumbing.
Perkembangan yang harmonis dari struktur-struktur anatomik yang berbeda pada
mandibula dan pertumbuhan keseluruhan dari mandibula diatur oleh beberapa faktor, seperti
aktifitas otot-otot mastikasi prenatal, pertumbuhan lidah, nervus alveolar inferior dan
percabangannya, serta perkembangan dan migrasi gigi. Karena perkembangan mandibula
pada janin normalnya melibatkan proses multifaktorial, maka kelainan perkembangan otot-
otot mastikasi atau nervusnervusnya dapat menyebabkan hipoplastik mandibula. Kegagalan
pembentukan mandibula membuat posisi lidah lebih ke atas, mencegah palatina lateral
menyatu di garis tengah dan menjelaskan bahwa micrognathia disertai dengan adanya bibir
sumbing.[4]
Perkembangan normal mandibula dapat terganggu oleh faktor genetik atau
lingkungan (kromosom dan sindrom non kromosom) atau hanya oleh faktor lingkungan saja.
Pada beberapa kondisi neuromuskular terjadi kontraktur sendi temporomandibular yang
mencegah mulut terbuka. Hal ini berhubungan dengan mikrognatia sekunder di mana terjadi
kegagalan perkembangan mandibular.[4]

V. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari mikrognatia yakni:[7]
1. Mikrognatia sering mengakibatkan rusaknya keselarasan gigi, sempitnya cavum oris dan
maloklusi (kontak abnormal antara gigigigi rahang atas dan rahang bawah yang
diakibatkan oleh perbedaan 7 ukuran rahang dan gigi yaitu rahang terlalu kecil atau gigi
terlalu besar).
2. Dagu yang mengalami penyusutan dengan wajah yang kecil.
3. Kesulitan pemberian makanan pada anak-anak.
4. Kesulitan dalam menyebutkan artikulasi yang tepat dan berbicara.
Tanda klinis ini disebabkan oleh rahang kecil yang belum tumbuh. Saat membuka
bibir, biasanya pada neonatus ada ketidak-selarasan dari tepi alveolar, sementara pada pasien
yang lebih tua ada ketidak-selarasan gigi. Dagu kecil atau, pada pasien dewasa, sering
tumbuh tetapi mungkin memiliki tampakan dagu yang mengalami penyusutan.[8]
Gambar 2. Mikrognatia ringan pada anak laki-laki usia 12 tahun dengan MPS I-H/I-S
compound (A), mikrognati sedang pada infant dengan sindrom cerebro costomandibular
(B&C), dan mikrognatia berat terkait dengan defek reduksi radial pada anak usia 5 tahun
dengan Nager Syndrome (D)[2]

VI. DIAGNOSIS
Subjective diagnosis dibuat berdasarkan tampakan profile wajah. Adapun, objective
diagnosis mengandalkan pengukuran indexes dan angles. Dianosis mikrognatia berat dapat
tampak dengan jelas.[6] Biasanya penderita mikrognatia mengalami masalah estetika, oklusi,
pernapasan, dan pemberian makan pada bayi. Modalitas yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis mikrognatia, yaitu sebagai berikut:[2,4]
1. Two-dimensional ultrasound
2. Three-dimensional ultrasound
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Mikrognatia merujuk pada ukuran mandibula, sedangkan retrognatia merujuk pada
posisi terhadap maxilla. Pada kebanyakan kasus, kedua anomali tersebut biasanya tampak,
karena mandibular yang kecil juga terkait dengan posisi yang abnormal.[6]

VII. TATALAKSANA
1. Prenatal
Pada kasus mikrognatia yang berat di mana terdapat polihidramnion, amnioreduksi
dapat dipertimbangkan untuk mengurangi tekanan intrauterin dan memperpanjang masa
kehamilan.[4]
2. Postnatal
Pengobatan pada kasus-kasus mikrognatia yang berat harus direncanakan secara
hati-hati. Untuk mencegah obstruksi jalan napas dan sulitnya melakukan intubasi
neonatus pada saat kelahiran, maka Ex Utero Intrapartum Treatment (EXIT) harus
dipertimbangkan sebelum kelahiran. EXIT dirancang untuk mempertahankan sirkulasi
uteroplasenta dan menstabilkan bayi saat jalan napas sedang diselamatkan. [4]
Tidak ada kriteria standar untuk memilih kasus mikrognatia yang mungkin cukup
berat untuk menjamin potensi risiko ibu dan janin dari EXIT. Morrisetal
merekomendasikan menggunakan kriteria seleksi mikrognatia dengan indeks rahang
bawah di persentil 5 dan dengan tanda obstruksi saluran aerodigestif. Pada kasus yang
berat, beberapa penulis lebih suka melakukan trakeostomi sementara untuk dukungan
uteroplasenta, untuk memastikan transisi yang aman dari oksigenasi ibu kepertukaran gas
postnatal. [4]
Neonatus dengan hipoplasia mandibular berat mungkin memiliki obstruksi jalan
napas berat, yang secara sederhana dapat ditangani dengan trakeostomi. Distraction
Osteogenesis (DO) dianggap sebagai pengobatan alternatif. Teknik ini digunakan dengan
menginduksi pembentukan tulang baru antara permukaan tulang, dengan pembedahan
osteotomy. Pilihan terapi ini sebagai alternatif untuk trakeostomi dianggap sangat penting
karena tingkat kematian dari trakeostomi sendiri bedasarkan diagnosis yang mendasari
adalah sebanyak 5%.[4]
Gambar 3. (A) Kiri: Kondisi pre-operative, tampak anterior, pasien dengan mikrognatia;
Kanan: Post-operative. tampak anterior dan lateral. Tampilan 1 tahun setelah mandibular
distraksi. Mikrongatia masih tampak pada pasien ini; Gambar(B) Kiri: Kondisi pre-
operative, tampak lateral, pasien dengan mikrognatia; Kanan: Post-operative, tampak lateral
setelah distraksi mandibular.[9]
VIII. PROGNOSIS
Prognosis kelainan mikrognatia ini bergantung pada ada tidaknya kelainan anomali.
Beratnya mikrognatia bisa jadi merupakan kegawatdaruratan neonatal yang disebabkan
karena adanya obstruksi jalan napas oleh lidah pada cavitas oral yang kecil. Bila sebelumnya
telah dibuat diagnosis prenatal terhadap kecurigaan micrognatia ini, maka seorang ahli anak
harus hadir saat proses kelahiran bayi yang menderita kelainan ini dan mempersiapkan
intubasi pada bayi.[5]
Dalam sebuah studi retrospektif di Harvard Medical School didapatkan data bahwa dari
20 fetus yang didiagnosis prenatal sebagai mikrognatia, hanya 4 dari 20 fetus (20%) tersebut
yang dapat bertahan hidup. Sementara itu, ada 25% fetus yang memiliki kariotipe yang
abnormal. Hanya ada 3 fetus (15%) dengan mikrognatia yang dapat ditentukan dengan
temuan sonografi, dua di antaranya dapat hidup, yakni satu fetus dengan keterbatasan
pertumbuhan intrauterin dan satu lagi dengan A B 12 sindrom Pierre-Robin. Berdasarkan
hasil studi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa fetus yang didiagnosis in utero sebagai
mikrognatia memiliki prognosis yang buruk dan memiliki resiko tinggi mengalami defek
kongenital serius.[10]
KESIMPULAN

Mikrognatia digambarkan sebagai hipoplasia mandibular yang disebabkan penyusutan


dagu. Mikrognatia adalah kecilnya ukuran salah satu atau semua bagian mandibula. Insidensi
dari janin dengan mikrognatia yakni sebanyak 1:1000 kelahiran. Penyebab mikrognatia dapat
terjadi secara congenital dan didapat. 4. Manifestasi klinis dari mikrognatia yakni:
1. Mikrognatia sering mengakibatkan rusaknya keselarasan gigi, sempitnya cavum oris
dan maloklusi (kontak abnormal antara gigigigi rahang atas dan rahang bawah yang
diakibatkan oleh perbedaan ukuran rahang dan gigi yaitu rahang terlalu kecil atau gigi
terlalu besar).
2. Dagu yang mengalami penyusutan dengan wajah yang kecil.
3. Kesulitan pemberian makanan pada anak-anak.
4. Kesulitan dalam menyebutkan artikulasi yang tepat dan berbicara.
Subjective diagnosis dibuat berdasarkan tampakan profile wajah. Adapun, objective
diagnosis mengandalkan pengukuran indexes dan angles. 6. Modalitas yang dapat digunakan
untuk mendiagnosis mikrognatia, yaitu Two-dimensional ultrasound, Three-dimensional
ultrasound, Magnetic Resonance Imaging (MRI). Penatalaksanaan mikrognatia dapat dibagi
prenatal, misalnya amnioreduksi, dan postnatal, misalnya melalui Ex Utero Intrapartum
Treatment (EXIT) dan Distraction Osteogenesis (DO). 8. Prognosis kelainan mikrognatia ini
bergantung pada ada tidaknya kelainan anomali. Beratnya mikrognatia bisa jadi merupakan
kegawat-daruratan neonatal yang disebabkan karena adanya obstruksi jalan napas oleh lidah
pada cavitas oral yang kecil
DAFTAR PUSTAKA

1. Pilu G, Nicolaides KH. Diagnosis of Fetal Abnormalities: The 18-23-Week Scan. New
York: Parthenon Publishing Group; 2008.
2. Budiyanto C, Darmani T. Makalah Kasus Log Book Gigi dan Mulut. Kepaniteraan Klinik
Ilmu Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran UNS / RSUD dr. Moewardi Surakarta. 2011: 1-
42.
3. Stevenson RE, Hall JG.Human Malfromations and Related Anomalies. Second edition.
New York:Oxford University Press; 2008.
4. Copel JA. Obstetric Imaging. Philadelphia:Elsevier Saunders Inc; 2012.
5. Arulkumaran S, Regan L, Papageorghiou A, Monga A, Farquharson D. Oxford Desk
Reference: Obstetrics and Gynaecology. New York: Oxford University Press; 2011.
6. Paladini. Fetal Micrognathia. Fetal Medicine & Cardiology Unit Dept. Ob./Gyn -Univ.
Federico II Naples. 2012.
7. Paul RR, Ray JG, Pal TK.Essential of Oral Pathology. Thrid edition. USA:Jaypee; 2012.
8. Reardon W.The Bedside Dysmorphologist. New York:Oxford University Press; 2008.
9. Boaz G, Kreshanti P, Handayani S, Bangun K. Distraction Osteogenesis for Micrognathia
in Cipto Mangun kusumo Hospital: A Case Series. Jurnal Plastik Rekonstruksi. 2013; 2(1):
15-20.
10. Nyberg DA, McGaham JP, Pretorius DH, Pilu G. Diagnostic Imaging of Fetal Anomalies.
USA: Lippincott Williams & Walkins; 2008
TOPIK 2
MAKROGNATIA

I. DEFINISI
Macrognathia adalah penyakit di mana rahang atas tumbuh membesar dan tidak normal
tetapi tidak menimbulkan sakit. Makrognasia adalah rahang yang besar. Jika terjadi pada
rahang bawah, hal ini dapat menyebabkan protusi (kelas III Angle) dengan dagu menonjol.
Keadaan ini dapat bersifat kongenital dan dapat pula bersifat dapatan melalui penyakit serta

dapat dikoreksi dengan tindakan bedah. Hal ini juga disebut sebagai megagnathia.1
Macrognathia dapat dikaitkan dengan gigantisme hipofisa, tumor, dan gangguan lain.
Hal ini dapat disebabkan karena trauma, bawaan atau bisa diwariskan. Macrognathia dikaitkan
dengan tumor dan gangguan lain. Macrognathia juga dikenal sebagai mandibula prognathic.
Macrognathia adalah suatu keadaan dimana mandibula dan regio protuberansia pada penderita
lebih besar daripada ukuran normal, biasanya terjadi pertumbuhan berlebih dari maksila dan
atau mandibula penderita. Macrognathia juga kadang disebut sebagai megagnathia.
Macrognathia mengalami gambaran klinis yaitu dagu berkembang lebih besar. Sebagian besar

macrognathia ini tidak menyebabkan terjadinya maloklusi pada penderita.2,3 Macrognathia ini
paling mudah terjadi pada kondisi hormonal yaitu akromegali. Disini pertumbuhan terus
berlanjut karena sekresi yang berlebihan dari hormon pertumbuhan (growth hormone). Pada
akromegali selain rahang nya besar gigi juga mengalami pembesaran yang tidak normal.
Macrognathia ini juga merupakan salah satu yang menyebabkan gigi tidak rata.
Seseorang dapat menyadari hal ini dengan melihat gigi nya secara dekat. Seiring berjalannya
waktu gigi tidak memiliki ruang yang cukup untuk pertumbuhan gigi tersebut. Dilain hal,
macrognathia juga dapat dikaitkan dengan tumor dan gangguan lain. Kondisi ini dapat
menimbulkan masalah masalah lainnya seperti dapat mengubah penampilan, gaya berbicara

dan gaya makannya.3

II. ETIOLOGI
Makrognatia terjadi karena perkembangan protuberantia yang berlebih. Beberapa kondisi
yang berhubungan dengan makrognatia adalah Gigantisme pituitary, Paget’s Disease, dan
akromegali Macrognathia disebabkan oleh beberapa factor pencetus seperti herediter, pitituary
gigantisme, paget’s disease of bone, akromegali dan leosntiasis ossea. Namun diantara
tersebut yang paling banyak terjadi adalah karena trisomi kromosom 13 maupun 18. Juga
etiologi macrognathia berhubungan dengan perkembangan protuberantia yang berlebih yang
dapat bersifat kongenital dan dapat pula bersifat dapatan melalui penyakit. Ada beberapa
kondisi yang berhubungan dengan macrognathia, yaitu gigantisme ptituary, paget’s disease,

dan akromegali.4

III. PATOGENESIS
Beberapa kondisi yang berhubungan dengan macrognathia adalah gigantisme pituitary,
paget’s disease dan akromegali. Gigantisme dan akromegali adalah pertumbuhan berlebihan
akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan yang disebabkan oleh tumor hipofise
jinak (adenoma). Penderita biasanya menunjukkan hipertiroidisme, lemas otot, parestesi, pada
tulang muka dan rahang terlihat perubahan orofasial seperti penonjolan tulang rontal, hipertrofi
tulang hidung, dan pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) yang bisa
menyebabkan rahang menonjol (prognatisme). Selain itu, macrognathia juga bisa disebabkan
oleh faktor keturunan (herediter). Brophy mengatakan bahwa ligamen articular menjadi
longgar dan memungkinkan mandibula untuk bergerak ke depan. Ketika gigi anterior rahang
bawah tumbuh untuk pertama kali, rahang bawah akan mendesak maju, sehingga bagian
posterior rahang bawah lebih luas dibandingkan bagian anterior rahang atas. Keadaan ini terus
5
berkembang sehingga dapat menyebabkan macrognathia.

IV. MANFESTASI KLINIS


Diagnosa ditegakkan dengan mengetahui tanda-tanda klinis dan pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang diperlukan adalah dental x-ray dan rontgen kepala. Biasanya
penderita mikronagtia dan makronagtia mengalami masalah estetika, oklusi, dan pernapasan .
Macrognathia ditandai dengan penonjolan pada dagu. Kurva gigi rahang bawah berada jauh di
luar dari gigi rahang atas, menghasilkan penampilan yang tidak simetris pada wajah. Biasanya
ada jarak antara gigi-geligi anterior rahang bawah dan rahang atas. Ketika rahang ditutup, gigi
seri rahang bawah gigi menutupi gigi anterior rahang atas dan gigi molar mandibula letaknya

miring ke dalam.6
Gambar 1. Manifestasi Klinis Makrognatia
V. TATALAKSANA
Terapi yang direkomendasikan yakni operasi orthognathic untuk memperluas atau
mengecilkan maksila dan mandibula. Perawatan pada micrognathia yang mengganggu
penderita saat makan dapat diatasi dengan menggunakan teknik makan dan peralatan khusus.
Penderita dapat mempelajari teknik-teknik tersebut melalui program khusus yang tersedia di
kebanyakan rumah sakit.
Pengobatan dilakukan dengan proses pembedahan. Mandibula macrognathia umumnya
dilakukan pengobatan dengan reseksi sebagian dari mandibula diikuti oleh perawatan
ortodontik.

Gambar 2. Model pre-operatif7


Gambar 3. Pre operatif head plate7

Gambar 4. Foto pre-operatif7


Gambar 5. Koreksi oklusi7

Gambar 6. 3 tahun setelah operasi7


Gambar 7. Head plate 3 tahun setelah operasi7

Gambar 8. Foto 3 tahun setelah operasi7


DAFTAR PUSTAKA

1. Gruendemann, B. J. dan Fernseber , B .2005. Compehensive Perioperative Nursing,


Vol.2 Practice . Jones and Bartlett Publishers, Inc . Sudbury .
2. Sudiono, J . Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial . 2008. EGC . Jakarta.
3. Chetan. What is macrognathia?. 2 Januari 2010.
http://www.drchetan.com/macrognathia.html. Diakses : Mei 2019
4. Dinar C. Kasus Log Book Gigi dan Mulut. Juli 2010.
http://www.scribd.com/doc/93870952/Presentasi-Logbook-Cherelia. Diakses : Mei
2019
5. Lubowits A. Macrognathia. 2 April 2011.
(http://www.medindia.net/patients/patientinfo/pagets_macrognathia.htm ). Diakses :
Mei 2019
6. Rahmalia. Kasus Log Book Gigi dan Mulut. Maret 2011.
http://www.scribd.com/doc/54123450/4/MICROGNATIA-dan-MACROGNATIA.
Diakses : Mei 2019
7. Lubowitz. 1957. Macrognathia: Diagnosis, Treatment And Cephalometric Appraisal.
The Angle Orthodontist: January 1957, Vol. 27, No. 1, pp. 52-60.

Anda mungkin juga menyukai