Anda di halaman 1dari 5

MIKROGNATIA DAN MAKROGNATIA

A. Definisi
Micrognatia adalah suatu kelainan pertumbuhan dari maksila dan atau
mandibula, dimana ukurannya lebih kecil dari normal. Biasanya ditemukan
bersamaan dengan microglossi (lidah kecil). Jika micronagtia, microglossi dan
celah pada pallatum molle terjadi bersamaan disebut Sindroma Pierre Robin.

Micrognatia

Macrognatia adalah suatu kelainan dimana mandibula lebih besar dari pada
normal. Kasus ini jarang terjadi, kadang-kadang dapat dijumpai pasien micronagtia
pada praktik dokter gigi yang sering diduga sebagai maloklusi II atau sebaliknya.

Macrognatia
B. Etiologi

Mikrognatia bisa terjadi karena adanya deformasi akibat tekanan


pada saat fetus. Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang
dalam uterus ataupun faktor ibu seperti primigravida, panggul sempit,
abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan kembar. Etiologi
hipoplasia mandibular masih belum jelas. Hal ini mungkin terjadi
akibat hasil dari malformasi posisi, abnormalitas pertumbuhan intrinsik,
atau oleh sebuah kelainan jaringan ikat. Beberapa usaha telah dilakukan
untuk menjelaskan mengapa janin dengan micrognatia disertai dengan
sindrom yang berbeda-beda (Copel, 2012). Mikrognatia biasanya
disertai dengan sindrom genetik (seperti Treacher Collins, Robin and
Robert syndrome); abnormalitas kromosomal (terutama trisomi 18 dan
triploidi); dan obat-obat teratogenik (seperti methotrexate)
(Arulkumaran et al, 2011).
Mikrognatia telah dikaitkan dengan paparan teratogen yang
berbeda, seperti pada sindrom alkohol janin dan penggunaan tamoxifen
dan isotretinoin selama kehamilan. Spektrum anomali terkait dengan
embriopati asam retinoat meliputi asimetri wajah, mikrotia,
mikrognatia, dan palatoskisis sekunder. Malformasi serupa telah
diamati pada beberapa bayi yang terpapar tamoxifen. Kemungkinan
kedua agen tersebut dapat menghasilkan efek embriotoksik sebanding
jika keduanya berfungsi dengan cara yang sama selama embryogenesis
(Copel, 2012). Micrognatia juga berhubungan dengan genetic syndrome
antara lain Pierre Robin syndrome, Hallerman-Streiff syndrome, trisomi
13, trisomi 18, progeria, Teacher-Collins syndrome, Turner syndrome,
Smith-Lemli-Opitz syndrome, Russel-Silver syndrome, Seckel
syndrome, Cri du cat syndrome, dan Marfan syndrome.
Makrognatia terjadi karena perkembangan protuberantia yang
berlebih. Beberapa kondisi yang berhubungan dengan makrognatia
adalah Gigantisme pituitary, Pagets Disease, dan akromegali.
Pertumbuhan berlebihan ini akibat pelepasan hormon pertumbuhan
berlebihan yang disebabkan oleh tumor hipofisa jinak (adenoma).
Penderita biasanya menunjukkan hipertiroidisme, lemah otot, parestesi,
pada tulang muka dan rahang terlihat perubahan orofasial seperti
penonjolan tulang frontal, hipertrofi tulang hidung, dan pertumbuhan
berlebih tulang rahang (mandibula) yang dapat menyebabkan rahang
menonjol (prognatisme) (Morokuma, et. al, 2010).

C. Patofisiologi
Mikrognatia terjadi karena hipoplasia mandibula di antara minggu ke 7 dan ke
11 pada masa kehamilan. Lidah tetap terletak tinggi di rongga mulut, karena
terbelahnya langit-langit mulut. Teori ini menjelaskan langit-langit berbentuk U
terbalik dan ketiadaan hubungan antara langit-langit dan bibir. Oligohidramnion
dapat berperan dalam etiologi sindroma ini karena terjadinya kekurangan cairan
amnion dapat mengakibatkan deformasi dari dagu dan terjepitnya lidah di antara
langit-langit. Kegagalan pembentukan mandibula menyebabkan posisi lidah lebih
ke atas, mencegah palatine lateral menyatu di garis tengah dan menjelaskan bahwa
mikrognatia sering disertai dengan adanya bibir sumbing.
Perkembangan yang harmonis dari struktur-struktur anatomik yang berbeda
pada mandibula dan pertumbuhan keseluruhan dari mandibula diatur oleh
beberapa faktor, seperti aktifitas otot-otot mastikasi prenatal, pertumbuhan lidah,
nervus alveolar inferior dan percabangannya, serta perkembangan dan migrasi
gigi. Karena perkembangan mandibula pada janin normalnya melibatkan proses
multifaktorial, maka kelainan perkembangan otot-otot mastikasi atau nervus-
nervusnya dapat menyebabkan hipoplastik mandibula. Kegagalan pembentukan
mandibula membuat posisi lidah lebih ke atas, mencegah palatina lateral menyatu
di garis tengah dan menjelaskan bahwa micrognathia disertai dengan adanya bibir
sumbing (Copel, 2012).
Perkembangan normal mandibula dapat terganggu oleh faktor genetik atau
lingkungan (kromosom dan sindrom non kromosom) atau hanya oleh faktor
lingkungan saja. Pada beberapa kondisi neuromuskular terjadi kontraktur sendi
temporomandibular yang mencegah mulut terbuka. Hal ini berhubungan dengan
mikrognatia sekunder di mana terjadi kegagalan perkembangan mandibular
(Copel, 2012).
Makrognatia disebabbkan oleh pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan
hormon pertumbuhan yang berlebihan yang disebabkan oleh tumor hipofisa jinak
(adenoma). Brophy mengatakan bahwa ligamen articular menjadi longgar dan
memungkinkan mandibula untuk bergerak ke depan. Ketika gigi anterior rahang
bawah tumbuh untukpertama kali, rahang bawah akan mendesak maju, sehingga
bagian posterior rahang bawah lebih luas dibandingkan bagian anterior rahang
atas. Keadaan ini terus berkembang sehingga dapat menyebabkan macrognathia
(Lubowitz, 2011).

D. Klasifikasi

Micrognantia dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Micrognatia sejati, adalah keadaan dimana rahang cukup kecil


yang terjadi akibat hipoplasia rahang.
b. Micrognatia palsu, adalah keadaan jika terlihat salah satu posisi
rahang terletak lebih ke posterior atau hubungan abnormal maksila
dan mandibula (Santoso, 2009).

E. Penegakan Diagnosis
Manifestasi klinis dari mikrognatia meliputi:
1. Kerusakan keselarasan gigi, menyempitnya cavum oris dan maloklusi
2. Dagu yang mengalami penyusutan dengan wajah yang kecil
3. Kesulitan pemberian makanan pada anak-anak
4. Kesulitan dalam menyebutkan artikulasi yang tepat dan berbicara
Tanda klinis ini disebabkan oleh rahang kecil yang belum tumbuh. Saat membuka
bibir, biasanya pada neonatus ada ketidak-selarasan dari tepi alveolar, sementara pada
pasien yang lebih tua ada ketidak-selarasan gigi. Dagu kecil atau, pada pasien dewasa,
sering tumbuh tetapi mungkin memiliki tampakan dagu yang mengalami penyusutan.
Diagnosis mikrognatia berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan ukuran rahang yang lebih kecil dari normal, pada
bayi tampak kesusahan dalam minum dan adanya maloklusi. Pemeriksaan penunjang
dapat dilakukan MRI, foto rontgen gigi dan skull ray.
Manifestasi klinis dari mikrognatia meliputi:
1. Kerusakan keselarasan gigi, jarang menyebabkan maloklusi
2. Kesulitan pemberian makanan pada anak-anak
3. Kesulitan dalam menyebutkan artikulasi yang tepat dan berbicara

Diagnosis makrognatia berdasarkan pemeriksaan fisik dan


penunjang. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ukuran rahang
yang lebih besar dari normal, rusaknya keselarasan gigi dan sulitnya
artikulasi yang tepat. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan foto
rontgen gigi dan skull ray.

F. Penatalaksanaan

Terapi yang direkomendasikan yakni operasi orthognathic untuk


memperluas atau mengecilkan maksila dan mandibula. Perawatan pada
micrognathia yang mengganggu penderita saat makan dapat diatasi
dengan menggunakan teknik makan dan peralatan khusus. Penderita
dapat mempelajari teknik-teknik tersebut melalui program khusus yang
tersedia di kebanyakan rumah sakit (Thimmappa et al., 2011).

Anda mungkin juga menyukai