Trigger Finger
Trigger Finger
PENDAHULUAN
Tendinitis dapat terjadi jika semua beban dari otot harus dialirkan melalui
tendon cables. Jika tekanan terus berlangsung pada cables, maka akan terjadi iritasi
dan sakit yang akhirnya menghasilkan tendinitis. Tendinitis umumnya terjadi pada
pergelangan tangan, siku dan bahu. Gejala tendonitis umumnya terjadi titik
lembut/empuk dan bengkak.
Trigger finger (jari macet) merupakan suatu tipe tendinitis yang terjadi pada
tendon-tendon yang berfungsi untuk fleksi jari-jari tangan. Sebenarnya tidak ada otot
pada jari-jari itu sendiri. Kita menggerakkan jari-jari kita sebenarnya seperti mamakai
remote kontrol, yaitu otot-otot lengan bawah terhubungkan dengan tulang pada jari-
jari oleh sesuatu yang halus, fleksibel, berbentuk benang yang dinamakan tendon.
Otot-otot lengan bawah menarik tendon untuk memfleksikan sendi jari-jari tanga.
Trigger finger merupakan suatu keadaan dimana jari tangan terkunci dalam
posisi tertekuk. Trigger finger yaitu saat kita dapat menekuk jari tetapi tidak dapat
meluruskannya kembali. Hal ini terjadi akibat adanya pengapuran pada tendon otot
jari tangan yang menghambat pergerakan tangan pada saat diluruskan. Pada saat jari
tangan tidak dapat diluruskan setelah menggenggam akan terasa nyeri pada pangkal
jari.
Keadaan ini sering dialami oleh orang yang aktifitasnya banyak merefleksikan
tangan, seperti mengepal dan menggenggam dengan kuat. Gerakan tangan
menggenggam berulang-ulang menimbulkan gerakan pada otot-otot tangan (tendon
flextor jari) dengan first annular pulley (sendi antara jari dan telapak tangan).
Gesekan ini bisa mengakibatkan peradangan dan menimbulkan bengkak pada
tendontendon jari tangan. Kondisi ini biasanya terjadi pada jari tengah, jari manis,
dan kelingking.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Tangan
1. Tulang dan sendi
a. Karpal
Ke delapan ossa karpi yang membentuk carpus kerangka
pergelangan tangan, teratur menjadi dua baris. Dari lateral ke medial, tiga
tulang besar pada baris proksimal, ialah os scaphoideum yang berbentuk
seperti biduk, os lunatum yang menyerupai bulan, os triquetrum yang
menyerupai limas, os pisiforme yang kecil dan menyerupai kacang
polong, terletak pada permulaan palmar os triquetrum. Pada baris distal,
dari lateral ke medial, terdapat os trapezium, os travesium yang sedikit
yang sedikit banyak menyerupai baji, os kapitatum, dan os hamatum yang
menyerupai baji dengan sebuah taju seperti kait, yakni hamulus ossis
hamati. Secara amat mencolok carpus dari sisi ke sisi berwujud cembung
di sebelah dorsal dan cekung disebelah palmar.
2. Otot-otot tangan
Otot tangan intrinsik digolongkan menjadi empat kelompok:
1. Otot thenar dan kompartemen thenar
2. Musculus adductor pollicis dalam kompartemen aduktor
3. Otot-otot hypothenar dalam kompartemen hypothenar
4. Otot-otot tangan pendek (musculi lumbricales dalam kompartemen tengah
dan musculi interossei antara ossa metacarpi.
Otot-otot thenar(musculi abduktor pollicis brevis, musculi fleksor pollicis
brevis, dan musculi opponens pollicics terutama berfungsi untuk mengadakan
oposisi pollex (digitus primus). Gerak majemuk ini dimulai dengan ektensi, lalu
dilanjutkan dengan abduksi, fleksi, endorotasi, dan biasanya aduksi. Kontraksi
bantuan musculus adductor pollicics dan musculus flexor pollicis longus
memperkuat tenaga jepit pollex (digitus primus I) pada oposisi terhadap ujung jari
lainnya.
Vagina fibrosa digiti manus adalah pembungkus yang kuat untuk tendon
fleksor serta sarung in meluas dari caput ossis metacarpalis sampai basis phalangis
distalis dan menghindari tendon fleksor tertarik menjauhi jari-jari. Vagina fibrosa
digiti manus adalah pembungkus yang kuat unutk tendon fleksor serta sarung
synovialnya. Vagina fibrosa digiti manus bersama tulang-tulang membentuk
terowongan osteofibrotik yang didahului oleh tendo untuk mencapai jari-jari. Pada
Vagina fibrosa digiti manus dapat dibedakan bagian yang tebal dan bagian yang
tipis: bagian yang tebal membentuk ligamentum anulare dan ligamentum
cruciatum.
B. Trigger Finger
1. Definisi
Penyebab pasti dari trigger finger belum diketahui dan belum pasti
(idiopatic). Dimungkinkan akibat perubahan morfologi nodule dan pulley
seperti subluksasi m.ekstensor digitorum communis, melekatnya ligamen
kolateral dari sendi metacapophalangeal pada prominen tulang pada sisi
metatarsal, dll. Orang dengan riwayat penyakit collagen vascullar seperti
rheumatoid artritis, diabetes mellitus, arthitis psoriatis, amyloidosis,
hipotiroid, sarkoidosis, dan pigmented vilonodular synovitis memiliki faktor
resiko lebih besar terkena trigger finger dibandingkan orang yang yang tidak
memiliki riwayat tersebut.
3. Patofisiologi
Tendon adalah ujung otot yang melekat pada tulang. Fungsinya untuk
menghubungkan berbagai organ tubuh seperti otot dengan tulang-tulang,
tulang dengan tulang, juga memberikan perlindungan terhadap organ tubuh.
tendon merupakan struktur dalam tubuh yang lentur tapi kuat yang
menghubungkan otot ke tulang. Ketika otot berkontraksi, tendon akan
menarik tulang, sehingga terjadi gerakan sendi. Tendon pada jari-jari
melewati ligamen, yang bertindak sebagai katrol.
Gambar 3. Tendinitis
Tendon yang bengkak (tendinitis) muncul pada seseorang yang
mempunyai kecenderungan terjadi pengumpulan cairan disekitar tendon dan
sendinya. Hal ini bisa terjadi akibat aktifitas-aktifitas yang berat dan
berulang-ulang. Ketika tendon fleksor ini terititasi, maka akan muncul nyeri,
bengkak dan kekakuan. Tendon yang bengkak ini bisa mengganggu gerakan
normal pada tendon dan bisa mengakibatkan jari-jari mengeluarkan suara
"klik", macet ( "triggering"), atau terkunci pada posisinya.
Tendon yang memfleksikan jari-jari ini mudah mengiritasi dan
melengketi bagian depan sendi pangkal jari-jari pada telapak tangan. Tendon
ini masuk ke dalam selubung, dimana selubung ini memanjang sampai ujung
jari. Tetapi permasalahan yang muncul hanya terjadi pada awal tempat
masuknya saja, yaitu yang paling sempit. Secara khas ditandai dengan
peradangan berat.
4. Gambarann Klinis
Manifestasi klinis dari trigger finger/stenosing tenosynovitis adalah
jari sulit untuk diluruskan atau ditekuk (jari seperti macet atau terkunci)
muncul biasanya dimulai tanpa adanya cedera. Gejala-gejala ini termasuk
munculnya benjolan kecil, nyeri di telapak tangan, pembengkakan, rasa tidak
nyaman di jari dan sendi. Kekakuan akan bertambah setelah tidak melakukan
aktivitas. Kadang jika tendon terasa bebas bisa bergerak tegak atau
dilakukan usaha meluruskan atau menekuk akan dirasakan sendi seperti
terjadi dislokasi/ pergeseran sendi. Pada kasus yang berat jari tidak dapat
diluruskan bahkan dengan bantuan.
Hal tersebut biasanya terjadi di pagi hari ketika baru bangun tidur.
Saat kondisi tidur, detak jantung berbeda dibanding saat dalam kondisi
terjaga. Sirkulasi dalam tubuh terjadi lebih lambat, yang dapat menyebabkan
semacam penggenangan, sehingga terjadilah trigger finger.
5. Diagnosa
Secara umum penegakan diagnosis pada Trigger Finger cukup
dengan pemeriksaan fisik saja, tidak ada tes laboratorium yang diperlukan
dalam diagnosis jari macet. Jika ada kecurigaan tentang kondisi, adanya
diagnosis yang terkait, seperti diabetes, rheumatoid arthritis, atau penyakit
lain pada jaringan ikat, antara lain, hemoglobin glikosilasi (HgbA1c), gula
darah puasa, atau faktor rheumatoid harus diperiksa. Tidak ada pencitraan
yang diperlukan dalam kasus jari macet. Tidak ada tes lebih lanjut yang
biasanya diperlukan.
6. Diagnosa Banding
a. Carpal tunnel syndrome
b. De Quervain syndrome
7. Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi
1) Pengobatan NSAID
Berikan pengobatan non steroid seperti aspirin, ibuprofen, naprosyn,
atau ketoprofen.
2) Injeksi Korstikosteroid
Injeksi kortikosteroid untuk pengobatan trigger finger telah dilakukan
sejak 1953. Tindakan Ini harus dicoba sebelum intervensi bedah
karena sangat efektif (hingga 93%), terutama pada pasien non-
diabetes dengan onset baru-baru ini terkena gejala dan satu digit
dengan nodul teraba. Hal ini diyakini bahwa injeksi kortikosteroid
kurang berhasil pada pasien dengan penyakit lama (durasi > 6 bulan),
diabetes mellitus, dan keterlibatan beberapa digit karena tidak mampu
untuk membalikkan perubahan metaplasia chondroid yang terjadi
pada katrol A1. Injeksi diberikan secara langsung ke dalam selubung
tendon, Namun, laporan menunjukkan bahwa injeksi extrasynovial
mungkin efektif, sambil mengurangi risiko tendon rupture(pecah).
Pecah Tendon adalah komplikasi yang sangat jarang, hanya satu
kasus yang dilaporkan. Komplikasi lain termasuk atrofi kulit, nekrosis
lemak, hipopigmentasi kulit sementara elevasi glukosa serum pada
penderita diabetes, dan infeksi. Jika gejala tidak hilang setelah injeksi
pertama, atau muncul kembali setelah itu, suntikan kedua biasanya
lebih mungkin untuk berhasil sebagai tindakan awal.
4) Pembedahan
Tindakan pembedahan dinilai sangat efektif pada trigger
finger. Indikasi untuk perawatan bedah umumnya karena kegagalan
perawatan konservatif untuk mengatasi rasa sakit dan gejala. Waktu
operasi agak kontroversial dengan data yang menunjukkan
pertimbangan bedah setelah kegagalan baik tunggal maupun
beberapa suntikan kortikosteroid. Bedah pembebasan nodul sangat
efektif, yang mengarah ke perbaikan yang bersifatpermanen pada
gejala trigger finger. Operasi tersebut harus disediakan untuk pasien
yang metode pengobatan konservatif gagal
5) Fisioterapi
Fisioterapi membantu menghilangkan masalah-masalah
bengkak, nyeri, dan kekakuan gerak pada bagian-bagian tangan yang
lain, dimana tidak bisa dihilangkan dengan tindakan operasi.
8. Komplikasi
Potensi komplikasi utama dari jari macet adalah nyeri dan penurunan
penggunaan fungsionaldari tangan yang terkena. Potensi komplikasi injeksi
kortikosteroid meliputi:
a. Infeksi
Penggunaan teknik steril dapat meminimalkan masalah ini.
b. Perdarahan ini dapat diminimalkan dengan menerapkan pembebatan
langsung segera setelah prosedur. Perhatian harus dilakukan sebelum
menyuntikkan pasien yangmengambil antikoagulan atau individu dengan
gangguan perdarahan.
c. Melemahnya tendon - ini meningkatkan risiko ruptur tendon berikutnya,
kemungkinan yang menjadi perhatian khusus jika suntikan dilakukan
salah (khususnya, jika suntikan tersebutdiberikan ke tendon itu sendiri
bukan hanya dalam selubung tendon) risiko dapat meningkat dengan
beberapa suntikan. Namun, setidaknya beberapa peneliti klinis (misalnya,
Anderson dan Kaye) tidak menemukan episode ruptur tendon setelah
injeksi kortikosteroid untuk kondisi ini, bahkan dengan suntikan berulang.
d. Atrofi lemak yang terjadi secara lokal di tempat suntikan - atrofi
kulit.
e. infiltrasi saraf dan cedera saraf berikutnya. Komplikasi ini jarang terjadi,
9. Prognosis
kasus jari macet mungkin dapat sembuh secara spontan dan kemudian
terulang kembali tanpa korelasi yang jelas dengan pengobatan atau factor
yang memperburuk.
sangat baik. Prognosis juga sangat baik untuk ibu jari macet kongenital