58",
Bottom: 1.18"
LOSION MINYAK ATSIRI BUNGA LAVENDER Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single
(Lavandula angustifolia) SEBAGAI REPELEN
TERHADAP Culex sp.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG Commented [RP1]: Penomoran halaman nanti saya
2018 update lagi dok, masih bingung cara ngaturnya
Commented [IMD2]: OK
Formatted: Left
Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single
Formatted: Level 1
Formatted: Font: 14 pt
ii
LEMBAR PERSETUJUAN Formatted: Font: Times New Roman, 14 pt, Bold
Formatted: Normal, Centered, Level 1, Line spacing:
JUDUL : LOSION MINYAK ATSIRI BUNGA LAVENDER 1.5 lines
(Lavandula angustifolia) SEBAGAI REPELEN Formatted: Font: 14 pt
TERHADAP Culex sp.
PENYUSUN : RAY PARIKESIT
NRP : 1510121
iii
SURAT PERNYATAAN Formatted: Level 1
Formatted: Not Different first page header
Pas Photo
Warna Ray Parikesit
4x6
iii
ABSTRAK
Culex sp. merupakan vektor mikroorganisme misalnya penyebab penyakit arbovirus dan, Commented [IMD5]: Jenis virus, sesudahnya nama
filariasis, dan malaria. Sebagian besar repelen mengandung diethyltoluamide (DEET) penyakit,padanan katanya diperhatikan lagi
yang memiliki banyak efek samping, seperti iritasi kulit. Lavandula angustifolia
merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai repeleninsektisida alami. Minyak
atsiri (essential oil, ethereal oil, volatile oil) dihasilkan oleh tumbuhan dan mudah
menguap pada suhu kamar. Losion adalah larutan atau suspensi yang digunakan secara
topikal sebagai penghambat evaporasi. Karena itu, peneliti mengombinasikan minyak
atsiri bunga lavender dengan losion sebagai repelen terhadap Culex sp. dewasa. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui efektivitas losion minyak atsiri bunga lavender
(LMABL) sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp. dan membandingkannya dengan
DEET 15%. Desain penelitian merupakanenggunakan eksperimental laboratorik
sungguhan, menggunakan metode Fradin dan Day, dengan metode cross over design. Commented [IMD6]: Atau mau di “bahasa indonesia”
Subjek penelitian (n=3) mendapat enam perlakuan dengan jeda waktu satu hari, kan?
menggunakan minyak atsiri bunga lavender (MABL) 100%; LMABL 5%, LMABL 10%,
Commented [RP7R6]: Kalau Indonesia jadi “kontrol
LMABL 15%; losion “A” yang mengandung DEET 15%, dan basis losion dengan hewan silang” ya dok? Kalau menurut saya lebih lazim cross over
coba Culex sp. Data yang diukur adalah durasi (menit) sejak lengan pertama kali masuk sih dok. Baiknya bagaimana ya dok?
ke dalam kandang sampai seekor nyamuk mencucuk ke lengan subjek penelitian. Analisis
data menggunakan ANOVA dengan α=0,05, dilanjutkan dengan Tukey HSD. Hasil Formatted: Font: Not Italic
penelitian didapatkan MABL 100% (76,95 ± 6,90 menit), LMABL 5% (96,17 menit ±
Formatted: Font: Not Italic
9,1920 menit), LMABL 10% (116,04 ± 10,67 menit), dan LMABL 15% (147,.73 ±
11,.14 menit) (238,64 menit????) memiliki perbedaan rerata durasi daya repelen yang Formatted: Not Highlight
sangat bermakna (p<0,01) terhadap basis losion (5,5336 ± 4,48 menit) serta dibandingkan
dengan DEET 15% (238,64 ± 15,10 menit) berbeda sangat bermakna (p<0,01). Dengan
demikian, MABL 100% dan LMABL 5%, LMABL 10%, dan LMABL 15%
memiliberefeki efek sebagai repelen tetapi potensinya lebih rendah daripada losion “A”
yang mengandung DEET 15%.
Kata kunci: minyak atsiri, Lavandula angustifolia, repelen, Culex sp., Repelen, Minyak Formatted: Font: 11 pt
Atsiri.
iv
ABSTRACT
LOTION OF LAVENDER ESSENTIAL OIL (Lavandula angustifolia) Formatted: Font: Bold, Italic
AS REPELLENT AGAINST Culex sp. Formatted ...
Formatted: Font: Bold
v
Formatted: Font: Italic
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Losion Minyak Atsiri Bunga Lavender (Lavandula angustifolia)
sebagai Repelen terhadap Culex sp.” ini.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes sebagai Pembimbing Utama yang Formatted: Tab stops: Not at 0.5"
3. Fenny, dr., Sp.PK., M.Kes. sebagai dosen wali yang senantiasa mendukung, Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
vi
memberikan pengarahan, saran dan waktu bagi penulis sebagai mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
4. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
yang telah membantu administrasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Kedua orang tua tercinta, Ayah Yogie Yogaswara dan Ibu Tintin
Berdikariyatin, kakak Eggi Erlangga, dan adik yang tercinta Bryan Ekalaya,
serta seluruh keluarga besar. Terima kasih atas dukungan dan doa yang selalu
diberikan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
6. Teman seperjuangan Victor Godlief, Samuel Septrian Putranto, Genevieve
Zailani, Hanan Aulalia, Muthia Larasati, dan Novanka Qory yang telah
membantu dan berjuang bersama pada tahap perlakuan dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Teman seperjuangan Billy Nicholas Manik, Albertus Yofan, Hendru Pradhana,
Fernando Antonio, Mario Joel, Geraldi Christian, Wilson Wiyanto, Victor
Godlief, Martyn Gothama, Daiva Sanjaya, Vincent Gunawan, Reivan Basten,
Samudra Gemilang, dan Hacantya Pradipta yang saling memberikan semangat
dan doa dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Seluruh subjek penelitian yang bersedia untuk bekerja sama dalam penelitian
ini.
9. Teman-teman FK Maranatha, SURGERY, atas doa dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penelitian. Formatted: Tab stops: Not at 0.5"
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan dan ini
didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis menyadari dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik
yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah
selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat
bagi masyarakat dan perkembangan ilmu kedokteran secara umum terutama di
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
vii
Bandung, Agustus 2018
Ray Parikesit
DAFTAR ISI
Formatted: Font: 1 pt
Halaman Formatted: Right
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................. iiiii
ABSTRAK ………………………………………….…………….……………. iv
ABSTRACT …………...……………………………….…………………………v
viii
1.4.1 Manfaat Akademis ................................................................................ 54
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 5
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian .............................................. 5
1.5.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 5
1.6 Hipotesis ........................................................................................................ 6
ix
3.1.2 Bahan-bahan penelitian..................................................................... 3331
3.2 Subjek Penelitian ..................................................................................... 3332
3.2.1 Hewan Percobaan ............................................................................. 3332
3.2.2 Subjek Penelitian .............................................................................. 3332
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 3332
3.4 Besar Sampel ........................................................................................... 3432
3.5 Rancangan Penelitian .............................................................................. 3433
3.5.1 Desain Penelitian .............................................................................. 3433
3.5.2 Variabel Penelitian............................................................................ 3433
3.6 Prosedur Penelitian ............................................................................. 3534
3.6.1 Persiapan Hewan Coba ..................................................................... 3534
3.6.2 Persiapan Bahan Uji.......................................................................... 3634
3.7 Analisis Data ........................................................................................... 3837
LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 51
Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tempat perindukan, tempat istirahat, dan perilaku nyamuk Culex sp. Formatted: Font: Not Bold
Tabel 4.3 Hasil ANOVA rerata durasi daya repelen............................................. 4139 Field Code Changed
Field Code Changed
Tabel 4.4 Hasil uji Tukey HSD rerata durasi daya repelen ................................... 4240
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
xi
Formatted: None
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
DAFTAR GAMBAR
Field Code Changed
Field Code Changed
xii
Gambar 2.15 Lavandula angustifolia................................................................ 2928 Formatted: Line spacing: 1.5 lines
Field Code Changed
Field Code Changed
Commented [IMD8]: Font type and size
xiii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii Formatted: Font: (Default) +Body (Calibri), 11 pt, Not
Bold
ABSTRAK 4 Formatted: Tab stops: Not at 5.74"
ABSTRACT 5
DAFTAR TABEL 11
BAB I 14
PENDAHULUAN 14
xiv
2.3.1 Repelen Fisik......................................................................................... 37
2.3.2 Repelen Sintetik .................................................................................... 37
2.3.3 Repelen Alami....................................................................................... 40
2.3.4 Mekanisme Kerja Repelen .................................................................... 40
2.4 Minyak Atsiri ......................................................................................... 41
2.5 Lavender ................................................................................................. 42
2.5.1 Taksonomi Lavandula angustifolia ...................................................... 43
2.6 Minyak Atsiri Bunga Lavender .............................................................. 44
2.7 Losion ..................................................................................................... 45
BAB III 46 Formatted: Tab stops: Not at 5.74"
xv
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 62
LAMPIRAN I 69
LAMPIRAN II 70
LAMPIRAN III 72
LAMPIRAN IV 72
LAMPIRAN V 72
LAMPIRAN VI 73
PROSEDUR PENELITIAN.................................................................................. 73
LAMPIRAN VII 75
DOKUMENTASI 75
RIWAYAT HIDUP............................................................................................... 77
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4 1 Durasi daya repelen minyak atsiri bunga lavender dan losion minyak Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.79", Line
spacing: 1.5 lines
atsiri bunga lavender dari berbagai kelompok perlakuan......................... 54
Field Code Changed
Tabel 4 2 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk .............................................................. 55
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Tabel 4 3 Hasil ANOVA rerata durasi daya repelen................................................... 56 Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Tabel 4 4 Hasil uji Tukey HSD rerata durasi daya repelen ......................................... 56 Formatted: Line spacing: 1.5 lines
Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
xvii
DAFTAR GAMBAR
Formatted: Line spacing: 1.5 lines
Gambar 2 1 Telur Culex quinquefasciatus26 .............................................................. 21 Field Code Changed
Gambar 2 2 Larva Culex quinquefasciatus26 .............................................................. 22 Formatted: Hyperlink, Font: (Default) Times New
Roman, 12 pt, Check spelling and grammar
Gambar 2 3 Pupa Culex quinquefasciatus26 ................................................................ 22
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Gambar 2 4 Nyamuk jantan (kiri) dan betina (kanan) dewasa Culex annulirostris26 . 23 Formatted: Hyperlink, Font: (Default) Times New
Gambar 2 5 Kepala Nyamuk jantan (kiri) dan betina (kanan) dewasa Culex Roman, 12 pt, Check spelling and grammar
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
quinquefasciatus26 ....................................................................................................... 23
Formatted: Hyperlink, Font: (Default) Times New
Gambar 2 6 Struktur anatomi nyamuk24 ..................................................................... 24 Roman, 12 pt, Check spelling and grammar
Gambar 2 7 Siklus Hidup Nyamuk28 .......................................................................... 25 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Gambar 2 10 Stadium dewasa dari Wuchereria bancrofti jantan (kiri) dan betina Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
(kanan) 35 ..................................................................................................................... 31
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Gambar 2 11 Siklus hidup Wuchereria bancrofti39..................................................... 33
Formatted ...
Gambar 2 12 Elephantiasis34 ...................................................................................... 35 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Gambar 2 13 Hidrokel34 .............................................................................................. 35 Formatted ...
45
Gambar 2 14 Struktur kimia DEET .......................................................................... 39 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Gambar 2 15 Lavandula angustifolia50 ....................................................................... 43
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
xviii
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
DAFTAR LAMPIRAN Formatted ...
Formatted ...
LAMPIRAN I Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
SURAT KEPUTUSAN ETIK PENELITIAN .................Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
LAMPIRAN II Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN....................Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN ..........Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
(INFORMED CONSENT) ..................................................Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
LAMPIRAN III Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
HASIL ANALISIS STATISTIK .......................................Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
LAMPIRAN IV Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
ALAT DAN BAHAN PENELITIAN .............................. Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
LAMPIRAN V Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
CERTIFICATE OF ANALYSIS ..........................................Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
LAMPIRAN VI Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
PROSEDUR PENELITIAN ..............................................Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
LAMPIRAN VII Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
DOKUMENTASI Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
RIWAYAT HIDUP............................................................. Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
xix
Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
xx
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Commented [is9]: spektrum
Commented [is10]: perkembangbiakan
Field Code Changed ...
BAB I
Formatted ...
PENDAHULUAN Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Commented [is11]: delete
Formatted ...
1.1 Latar Belakang Formatted ...
Formatted ...
Field Code Changed ...
Indonesia merupakan salah satu negara dengan iklim tropis di dunia. Iklim Formatted ...
tropis memungkinkan tersebarnya berbagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh Formatted ...
nyamuk, seperti malaria, demam berdarah, filariasis, dan chikungunya. Beberapa Formatted ...
penyakit tersebut bahkan menimbulkan epidemi yang berlangsung dalam Formatted ...
Formatted ...
spektrum yang luas dan cepat. Penyebab utama munculnya epidemi berbagai
Formatted ...
penyakit tersebut diakibatkan oleh perkembangbiakan dan penyebaran nyamuk
Commented [IMD12]: buag salah satu yang di bold
sebagai vektor penyakit.1 Formatted ...
Culex sp. merupakan salah satu genus nyamuk yang menjadi vektor penular Formatted ...
berbagai mikroorganisme misalnya penyakit arbovirus, dan filariasis, dan malaria. Field Code Changed ...
2 Formatted ...
Beberapa penyakit yang ditularkan oleh cucukan nyamuk Culex sp. yaitu,
Formatted ...
filariasis, Japanese Encephalitis, Saint Louis Encephalitis, dan West Nile Virus
Formatted ...
fever?..2,33 Formatted ...
Japanese encephalitis virus (JEV) adalah penyebab tersering encephalitis di Formatted ...
Asia yang dapat dicegah oleh vaksin. Japanese encephalitis terjadi di sebagian Formatted ...
4 Formatted ...
besar Asia dan sebagian Pasifik barat. Japanese encephalitis sebagian besar
5
Formatted ...
menjangkit anak-anak kurang dari 15 tahun di Asia. Jumlah kasus di Indonesia
Field Code Changed ...
tahun 2016 dilaporkan sebanyak 326 kasus. Kasus terbanyak dilaporkan terdapat Formatted ...
di Provinsi Bali dengan jumlah kasus 226 (69,3%).4–66 Formatted ...
Saint Louis Encephalitis virus (SLEV), yang termasuk family Flaviviridae, Field Code Changed ...
7 Formatted ...
adalah virus RNA yang ditransmisikan oleh nyamuk Culex sp. Saint Louis
8 Formatted ...
Encephalitis virus diisolasi pertama kali tahun 1933 di St. Louis, Missouri, USA.
Formatted ...
7
2
Penularan Saint Louis Encephalitis virus terjadi antara nyamuk, burung, kelelawar Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
7,8 7 Italic
atau mamalia lain.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
West Nile Virus merupakan arbovirus dari genus Flavivirus dalam familiy
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Flaviviridae.9 Virus ini pertama kali diidentifikasi di sungai Nil bagian barat Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
2
2 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Uganda, Afrika Timur, pada tahun 1937. Pada tahun 2014, virus tersebut telah Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
menginfeksi 12 warga di Surabaya Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. 9,1010 Formatted: Normal, Indent: First line: 0.25"
Field Code Changed
Filariasis atau sering disebut dengan kaki gajah adalah penyakit menular yang
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
disebabkan oleh infeksi cacing filarial yang ditularkan melalui cucukan nyamuk
Culex sp.11 Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko tertular penyakit Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
filariasis yang berada pada lebih dari 83 negara dan 60% kasus berada di Asia Field Code Changed
Tenggara. Pada tanggal 8 April 2002, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Commented [is13]: Trendnya bagaimana? 14 tahun ada
penurunan berate kah secara nasional / minimal di 5 daerah
telah mencanangkan dimulainya eliminasi filariasis di Indonesia dan telah endemis tertinggi?
menetapkan eliminasi filariasis sebagai salah satu program prioritas. Di Indonesia, Commented [RP14R13]: Untuk datanya tiap daerahnya
saya tidak dapat dok, hanya ada total di Indonesia, itu pun
12
pada tahun 2016 terdapat 13.009 kasus filariasis. Lima Provinsi dengan kasus tahun 2016
kronis filariasis tertinggi pada tahun 2016 yaitu Nusa Tenggara Timur (2.864), Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Commented [IMD15]: Urutan penulisannya mulai dari
Aceh (2.372), Papua Barat (1.244), Papua (1.184), dan Jawa Barat (955). Jumlah tahun 2002 lalu baru jelaskan hasilnya, narasi yg di atasnya..
kasus kronis filariasis di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan pada tahun 2016 jangan maju mundur 2016-2002-2016
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
menurun menjadi 249 dan 178 kasus dari 270 dan 232 kasus pada tahun 2015.
Field Code Changed
Sedangkan provinsi dengan jumlah kasus kronis filariasis meningkat, yaitu Jawa
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Barat dan Jawa Tengah sebesar 904 dan 504 kasus pada tahun 2015 menjadi 955
dan 505 kasus pada tahun 2016.13 Pada tanggal 8 April 2002, Menteri Kesehatan
Republik Indonesia telah mencanangkan dimulainya eliminasi filariasis di
Indonesia dan telah menetapkan eliminasi filariasis sebagai salah satu program
prioritas.3 Sampai tahun 2016, dari 236 kabupaten/kota yang merupakan daerah
endemis flariasis, 150 kabupaten/kota masih melaksanakan pemberian obat
pencegahan massal (POPM), sementara 86 kabupaten/kota lainnya telah selesai
melaksanakan POPM selama lima tahun berturut-turut dan sedang dalam tahap
evaluasi.3,11,12 13dapus, semua disarikan di akhir setiap paragraf, tidak per kalimat Field Code Changed
Untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut, upaya pengendalian nyamuk Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
dilakukan dengan prinsip 3M, yaitu menguras, menimbun, menutup. Upaya lain
untuk mencegah penularan adalah dengan penggunaan repelen. Sebagian besar
repelen yang tersedia saat ini mengandung bahan kimia diethyltoluamide (DEET) Commented [is16]: italics
sebagai bahan aktif. DEET mudah diserap melalui kulit dan masuk ke dalam Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa penggunaan DEET pada Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
pengusir nyamuk untuk anak-anak tidak lebih dari 10%.13 Selain itu, Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Environmental Protection Agency (EPA) juga telah mengklasifikasi DEET Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
sebagai zat yang berpotensi sebagai karsinogenik.12,13
Not Highlight
.14 Tanaman lavender (Lavandula angustifolia) merupakan salah satu tanaman Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
yang dapat digunakan sebagai insektisida alami, karena efektif mengendalikan Formatted: Not Highlight
serangga (nyamuk). Hal ini disebabkan tanaman lavender mempunyai kairomon Field Code Changed
Field Code Changed
sebagai zat kimia yang menimbulkan aroma yang tidak disenangi oleh nyamuk.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Sampai saat ini penelitian tentang tanaman lavender (Lavandula angustifolia) Not Highlight
telah banyak dilakukan. Martha, dkk (2010) menyimpulkan bahwa tanaman Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
lavender ini cukup ampuh untuk mengusir nyamuk dalam waktu 5 menit, dan
melemahkan nyamuk dalam waktu 23 menit. Namun tidak menutup kemungkinan
nyamuk akan mati jika dibiarkan kontak lebih dari 23 menit.14
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang ga
usah diterjemahkan kalau tidak lazim (ethereal oil, volatile oil) adalah minyak
yang dihasilkan oleh tumbuhan. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu
kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tumbuhan
penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.15
Losion adalah istilah yang digunakan untuk larutan atau suspensi yang
digunakan secara topikal. Zat pembawa pada losion dapat mudah menyebar di
permukaan kulit dan absorpsi obat dapat ditingkatkan. Selain itu, zat pembawa
dapat bekerja sebagai penghambat evaporasi.16 Oleh karena itu, minyak atsiri Field Code Changed
perlu ditambahkan dengan basis losion untuk mencegah penguapan. 13 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Not Highlight
Sampai saat ini, belum ada belum ada penelitian daya repelen losion minyak
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
atsiri menggunakan hewan coba Culex sp. dengan metode yang sama dengan Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
peneliti. Tetapi penelitian yang sama dilakukan oleh Putra dkk menggunakan Field Code Changed
hewan coba Aedes aegypti. Hasilnya menunjukkan bahwa losion minyak atsiri Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Normal, Indent: First line: 0"
adalah:
1. Apakah losion minyak atsiri bunga lavender efektif digunakan sebagai repelen
terhadap nyamuk Culex sp.
2. Bagaimana efek losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, 15%
dibandingkan dengan DEET 15% sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp.
Formatted: Font: 9 pt
Untuk mengetahui efektivitas repelen alami dari sediaan losion minyak atsiri
bunga lavender.
Tujuan :
1. Mengetahui efektivitas losion minyak atsiri bunga lavender sebagai repelen
terhadap nyamuk Culex sp.
2. Membandingkan efektivitas losion minyak atsiri bunga lavender dengan
DEET 15% sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp.
5 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian Formatted: Line spacing: Multiple 3 li
Nyamuk memiliki dua pasang sistem olfaktori, yaitu antena dan maxillary
palps. Organ penciuman itu ditutupi oleh rambut-rambut sensorik yang disebut
dengan sensilla, biasanya terdiri dari dua sampai tiga neuron olfaktori. Bau
mengaktifkan reseptor olfaktori yang diekspresikan pada dendrit neuron olfaktori
untuk mengirimkan sinyal ke otak. Tiga tipe reseptor olfaktori yang merespon
terhadap bau yaitu, odorant receptors (ORs), gustatory receptors (GRs), dan
ionotropic receptors (IRs). Mayoritas neuron olfaktori dari nyamuk
mengekspresikan satu dari 131 reseptor OR (OrX) yang berhubungan dengan
olfactory receptor cereceptor (Orco). OrX membantu membentuk odorant-gated
ion channel yang membuka ketika berikatan dengan bau.17 Field Code Changed
xanthomicrol, delphinidine (terdapat pada daun), dan terpenoid; linalil asetat, Commented [RP22R21]: Itu maksudnya kandungan
flavonoid di bunga ada rosmarinic acid dll, sedangkan
linalol, 1,8-cineole, camphor, ursolic acid, oleanolic acid yang bersifat sebagai flavonoid di daun yaitu hypolaetin dll.
repelen dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun pernapasan.18 Field Code Changed
1.6 Hipotesis
2.
7 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Different first page header
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Formatted: Line spacing: single
Genus Culex terdiri atas sekitar 550 spesies dimana sebagian besar ditemukan
daerah tropis dan subtropis. Beberapa spesies dari genus Culex ini penting sebagai
vector penular penyakit filariasis dan penyakit arbovirus, seperti penyakit
Japanese encephalitis.19 Field Code Changed
2.1.1 Taksonomi Culex sp. Formatted: Indent: First line: 0", Line spacing:
Multiple 2.5 li
7
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Telur Culex sp. berbentuk seperti peluru senapan yang meruncing dengan
puncak seperti mangkuk dan tidak mempunyai pelampung. Telur melekat satu
sama lain membentuk sepertibuah rakit dan diletakkan di permukaan air bersih
(Gambar 2.1). Ukuran panjang telur Culex sp. yaitu sekitar 0,7 mm, dibungkus Commented [IMD24]: Jangan terlalu jauh dari penjelasan
minimal di atas atau di bawah paragraf yang menjelaskan
dalam kulit yang berlapis tiga yang mempunyai saluran berupa corong untuk gambar itu.
masuknya spermatozoa. Jumlah telur yang diletakkan satu kali yaitu maksimum
100 sampai 400 butir. Telur yang baru diletakkan berwarna putih, tetapi setelah
satu sampai dua jam berubah menjadi hitam.22,23 Field Code Changed
Gambar 2 1 Telur Culex quinquefasciatus57 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 10 pt,
Gambar 2.1 Telur Culex quinquefasciatus57 Not Italic, Font color: Auto
Formatted: Caption, Centered, Indent: Left: 0", First
line: 0", Line spacing: single
Larva Culex sp. mempunyai bentuk yang panjang dan tanpa kaki dengan
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 10 pt,
rambut yang tersusun secara simetris sepanjang tubuhnya. Larva Culex sp. terbagi Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 10 pt,
menjadi tiga bagian terpisah, yaitu kepala dengan bagian mulutnya, mata, dan
Not Italic, Font color: Auto, Superscript
sepasang antena; thorax; dan abdomen terdiri dari tujuh segmen dan tiga segmen Formatted: Font: 10 pt
posterior. Kepala mempunyai mata majemuk, antena berbulu, dan bagian mulut.
Segmen posterior abdomen terdiri dari empat tonjolan (papilla analis) dengan
pelana yang tertutup. Sifon yang panjang dan kurus tumbuh dari segmen abdomen
kedelapan dengan lubang udara (spirakel) pada ujungnya untuk bernafas. Sifon
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Culex sp. memiliki beberapa kelompok bulu sifon.23 Larva Culex sp. Field Code Changed
Gambar
Gambar 2.
2 2 Larva Culex Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 11 pt,
quinquefasciatus57
57
Not Italic, Font color: Auto
Formatted: Caption, Centered, Indent: Left: 0", First
Pupa Culex sp. mempunyai bentuk bengkok dengan kepala besar yang line: 0", Line spacing: single
berbentuk seperti tanda Ttanya (Gambar 2.3). Pupa Culex sp. terdiri dari Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 11 pt,
Font color: Auto
cephalothorax yang memiliki sepasang tabung pernapasan di bagian dorsalnya Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 11 pt,
untuk bernafas serta abdomen yang sempit dan memanjang dengan pengayuh Not Italic, Font color: Auto, Superscript
Commented [IMD26]: Idem, dekatkan gambar terkait
(paddle) pada ujungnya untuk bergerak. Adanya pengayuh ini memungkinkan dengan paragraf terkait
pupa untuk menyelam ke dasar air dengan cepat. Pupa sangat mudah musnah jika
dibekukan atau dikeringkan. 22,23 Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Sebagian besar thorax diliputi bulu halus. Sisik sayap Culex sp. sempit dan
panjang, tumbuh mengikuti letak vena pada permukaan sayap. Nyamuk jantan
lebih kecil daripada nyamuk betina. Kepalanya mempunyai probosis halus dan
panjang yang melebihi panjang kepala (Gambar 2.4). Pada nyamuk betina,
probosis dipakai sebagai alat untuk mengisap darah. Sedangkan pada nyamuk
jantan untuk mengisap bahan-bahan cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-
buahan, dan keringat. Di kiri dan kanan probosis terdapat palpus yang terdiri atas
lima ruas dan sepasang antena yang terdiri atas 15 ruas. Pada betina, palpus lebih
pendek daripada probosis dan antenanya berambut jarang (pilose), sedangkan
pada jantan palpus lebih panjang daripada probosis dan antenanya berambut lebat
(plumose) yang dapat dilihat secara kasat mata.23 (Gambar 2.5) Field Code Changed
Gambar 2.5 Kepala Nyamuk jantan (kiri) dan betina (kanan) dewasa
Culex quinquefasciatus57
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Culex sp. dewasa memiliki tiga pasang kaki (heksapoda) yang melekat
pada thorax dan setiap kaki terdiriidir dari satu ruas femur, satu ruas tibia, dan Formatted: Not Highlight
23
lima ruas tarsus. (Gambar 2.6) Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Stadium telur berlangsung selama satu sampai tiga hari pada suhu 30oC, tetapi
pada suhu 16oC membutuhkan 7 hari. Setelah menetas, telur berubah menjadi
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
larva. Larva Culex sp. memperoleh makanan melalui arus yang dibuat oleh lateral
palatal brushes ke arah mulut. Makanan larva antara lain alga, bakteri, dan bahan-
bahan kecil sebesar 20-100 mikronmeter. Siklus larva berlangsung sekitar 30
minggu, tetapi dapat berkisar antara dua sampai enam bulan bergantung pada
persediaan makanan dan suhu. Larva kemudian menjadi pupa.23 Field Code Changed
Stadium pupa berlangsung dua sampai lima hari, tetapi dapat mencapai 10
hari pada suhu rendah. Di bawah suhu 10oC pupa tidak ada perkembangan. Ketika
menetas, kulit pupa tersobek oleh gelembung udara dan kegiatan nyamuk stadium
dewasa yang melepaskan diri.22 Field Code Changed
2.1.1 Perilaku dan Karakteristik Culex sp. Formatted: Indent: First line: 0"
Nyamuk Culex sp. dewasa mendapat nutrisi dari buah dan nektar untuk energi.
Sedangkan untuk perkembangan telur, nyamuk betina memerlukan darah yang
dapat diambil dari darah hewan (zoofilik) atau darah manusia (antropofilik) pada
malam hari. Nyamuk dewasa mempunyai jarak terbang dari tempat perindukan ke
sumber makanan hanya beberapa puluh meter saja. 22,23 Field Code Changed
Daya penarik jarak jauh disebabkan oleh perangsangan bau dari zat-zat yang
dikeluarkan hewan atau manusia, khususnya karbon dioksida (CO2) beberapa
asam amino serta lokasi yang dekat pada suhu hangat dan kelembaban. Lokasi
hospes yang potensial dideteksi berdasarkan rangsangan olfaktorius, visual, dan
termal. Antena nyamuk betina memiliki sejumlah kemoreseptor yang merespon
bau hospes. Rangsangan olfaktorius yang utama adalah karbon dioksida, asam
laktat, oktenol, aseton, butanon, dan campuran-campuran fenol. Karbon dioksida
dan asam laktat merupakan rangsangan yang paling baik untuk nyamuk. 22,27 Field Code Changed
Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Rangsangan visual berguna pada jarak dekat dan biasanya dimanfaatkan oleh
nyamuk untuk mencucuk pada siang hari. Mata nyamuk dapat membedakan
bentuk, gerakan, intensitas warna, kontras, dan warna. Nyamuk terutama tertarik
pada warna biru, hitam, dan merah, tetapi kurang tertarik pada warna putih dan
kuning. Rangsangan termal dari tubuh dapat diterima oleh nyamuk dengan cara
mendeteksi perbedaan suhu. Nyamuk dapat dengan mudah mendeteksi perbedaan
suhu sebesar 0,2oC.26 Field Code Changed
Tabel 2.1 Tempat perindukan, tempat istirahat, dan perilaku nyamuk Culex sp. dewasa Commented [RP27]: Di panduan yang baru formatnya
begini dok
sebagai vektor filariasis23
Formatted: Font: Not Bold
Vektor Tempat perindukan Tempat istirahat Perilaku Formatted: Font: Not Bold
Formatted: Font: Not Bold
Cx.quinquefasciatus Comberan dengan air Di dalam dan luar Antropofilik,
Formatted: Font: Not Bold
keruh dan kotor dekat rumah (pada benda zoofilik, mencucuk
Font, spasi cek lagi
rumah yang menggantung malam hari
dan berwarna gelap)
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Pada umumnya nyamuk betina hidup lebih lama daripada nyamuk jantan. Pada
musim panas, nyamuk betina biasanya dapat bertahan sampai sekitar dua minggu,
sedangkan nyamuk jantan biasanya hanya bertahan enam sampai tujuh hari.24 Field Code Changed
Filariasis limfatik atau disebut juga penyakit kaki gajah merupakan salah satu
penyakit tropis yang sering terabaikan. Penyakit ini disebabkan oleh cacing dari
superfamili Filarioidea dan famili Onchocercidae. Terdapat tiga spesies penyebab
filariasis limfatik pada manusia di Indonesia yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi, dan Brugia timori. Panjang cacing jantan sekitar 3-4 cm, sedangkan untuk
cacing betinajantan sekitar 8-10 cm. Cacing jantan dan betina ini hidup di dalam
sistem limfatik manusia dimana sistem limfatik ini berfungsi untuk keseimbangan
cairan tubuh serta melawan infeksi.28,29 Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Cacing filaria dapat bertahan dalam tubuh manusia hingga 6-7 tahun. Selama
hidupnya, cacing ini bereproduksi hingga jutaan mikrofilaria (larva imatur) yang
bersirkulasi dalam darah.31 Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
32
Field Code Changed
Filariasis limfatik dilaporkan telah menyerang sekitar 67,88 juta orang pada 73
negara di seluruh dunia. Penyakit ini menyebabkan disabilitas permanen, antara
lain menyebabkan 19,43 juta kasus hydrocele; 16,68 juta kasus limfedema; dan
2,02 juta kasus kecacatan. Pada tahun 2000, WHO mencanangkan sebuah
program yaitu Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis (GPELF).
Pada tahun 2012, WHO menetapkan target eliminasi penyakit tropis menjadi
tahun 2020. Program GPELF tersebut mencakup dua program, yaitu pemberian
single-dose mass drug administration (MDA) dengan kombinasi albendazole dan
diethylcarbamazine (DEC) atau ivermectin sampai minimal lima tahun pada
populasi berisiko, serta menurunkan angka kematian akibat filariasis. Hasilnya
pada tahun 2014, 73 negara yang merupakan negara endemis, 18 negara berhasil
menjalankan program tersebut, sedangkan 55 negara sisanya masih memerlukan
MDA. Indonesia mendapat target pengobatan MDA yaitu 49.664.550 orang dan
hanya 21.666.387 orang yang telah menjalani pengobatan, sekitar 23,4% dari total
populasi yang membutuhkan pengobatan MDA (92.760.478 orang) hitung dari
mana? Kalau dari total 49 juta 40% an ?? yang telah menjalani pengobatan.31,33,34 Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Gambar 2.10 Stadium dewasa dari Wuchereria bancrofti jantan (kiri) dan betina (kanan) Field Code Changed
33
Peta persebaran negara endemis filariasis dengan status MDA setiap negara endemis
Field Code Changed
filariasis34
Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: 2 pt
Tabel 2. 2 Filariasis limfatik36
Brugia Asia tenggara Mansonia, Sistem limfatik Darah Nokturna Formatted: Font: 10 pt
malayi dan subkontinen Anopheles,
India Aedes
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Ketika mengisap darah, nyamuk betina yang terinfeksi akan melepaskan larva
filaria stadium tiga ke dalam kulit manusia melalui luka akibat cucukan nyamuk
tersebut. Larva tersebut kemudian berkembang menjadi cacing dewasa di dalam
sistem limfatik. Ukuran cacing betina panjangnya kira-kira 80-100 mm dengan
diameter 0,24-0,30 mm. Sedangkan panjang cacing jantan kira-kira 40 mm
dengan diameter 1 mm. Cacing dewasa memproduksi mikrofilaria yang
panjangnya kira-kira 244-296 μm dan diameter 7.5-10 μm dengan pembungkus.
Mikrofilaria tersebut bergerak aktif di dalam pembuluh limfe dan pembuluh
darah. Setelah itu, nyamuk akan mengisap darah manusia yang telah terinfeksi
mikrofilaria. Selanjutnya mikrofilaria tersebut menembus dinding usus nyamuk
dan berkembang di dalam otot thorax. Mikrofilaria berkembang menjadi larva
Commented [IMD28]: Artinya?
stadium satu sampai stadium tiga yang infeksius dan beredar melalui hemocoel
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
(rongga berisi darah pada arthropoda) ke probosis nyamuk. Manusia lainnya bisa
terinfeksi karena cucukan nyamuk tersebut.37 Field Code Changed
Penularan Filariasis dapat terjadi bila ada tiga unsur, yaitu adanya :
Filariasis akut ditandai dengan gejala demam berulang selama 3-5 hari.
Demam dapat hilang bila istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat. Gejala
kronis seperti pembengkakan kelenjar getah bening (KGB) di daerah lipatan paha,
ketiak (lymphedema) yang tampak kemerahan, panas dan sakit serta penebalan
kulit atau jaringan (elephantiasis) juga dapat terjadi. Abses filarial terjadi akibat
seringnya pembengkakan KGB, dapat pecah dan mengeluarkan nanah dan/atau
darah (Gambar 2.12)31,35 Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Gambar 2 12 Elephantiasis34
Filariasis kronis memiliki gejala dan tanda klinis berupa pembesaran yang
menetap pada tungkai, lengan, payudara, atau buah zakar. Munculnya gejala dapat
disebabkan oleh mikrofilaria dan cacing dewasa baik yang hidup maupun mati.
Mikrofilaria biasanya tidak menimbulkan kelainan, tetapi dalam keadaan tertentu
dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas terhadap antigen mikrofilaria (occult
filariasis) yang ditandai dengan eosinophilia dan peningkatan kadar IgE. Gejala
yang disebabkan oleh cacing dewasa menyebabkan limfadenitis dan limfangitis
retrograde disusul dengan obstruktif kronis.35 Field Code Changed
Gambar 2 13 Hidrokel31
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Diethylcarbamazine (DEC) adalah pilihan terapi filariasis untuk saat ini. Obat
ini mempunyai pengaruh yang cepat terhadap mikrofiaria. Dalam beberapa jam
mikrofilaria di peredaran darah mati. Cara kerja DEC adalah melumpuhkan otot
mikrofilaria dan mengubah komposisi dinding mikrofilaria menjadi lebih mudah
dihancurkan oleh sistem imun tubuh. DEC juga menyebabkan matinya sebagian
cacing dewasa dan menghambat perkembangan cacing dewasa yang masih hidup
selama 9-12 bulan, sehingga penularan dapat dicegah. Beberapa studi mengatakan
untuk membunuh cacing dewasa harus ditambah doksisilklin (200 mg/hari selama
4-6 minggu). DEC dapat diberikan dalam dua belas hari dengan dosis 6 Commented [IMD29]: 1/12 hari??? Kurang jelas
deskripsinya.
mg/kg/hari, 3 dosis/hari setelah makan. Walaupun pengobatan selama dua belas
Commented [RP30R29]: Intinya mau pemberian 12 hari
hari merupakan standar terapi, dosis tunggal sama efeknya. Pemberian selama dua atau 1 hari hasilnya setelah 12 bulan sama saja dok,
perbedaannya di bulan 1, 3, dan 6
belas hari dibandingkan dengan dosis tunggal didapatkan kadar mikrofilaremia
yang sama setelah dua belas bulan, meskipun pada bulan satu, tiga, dan enam
kadar microfilaremia cukup tinggi pada pemberian dosis tunggal. Efek samping
yang paling umum adalah pusing, mual, demam, sakit kepala, mialgia, arthralgia.
DEC juga dapat digunakan untuk kasus asimptomatik.29–31 Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
itu, obat dan alat yang perlu disiapkan di pos-pos pemberian obat yaitu
parasetamol, kortikosteroid injeksi dan tablet, CTM, adrenalin injeksi, antasida
doen, amoksilin, salep antibiotic, infus set, antibiotika oral, cairan infus Ringer
Laktat, dan vitamin B6.30 Field Code Changed
2.3 Repelen
kurang lebih delapan jam, tidak menimbulkan iritasi, tidak beracun, tahan
pencucian, tidak berasa dan tidak berbau. Sampai saat ini belum ada yang Commented [RP32]: Dari jurnal memang seharusnya
40 tidak berbau dok, yang diutamakan daya repelennya saja
memenuhi semua kriteria tersebut. dok. Mungkin repelen yang ada itu berbau tdk enak dok,
sehingga ditambahkan pewangi
Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
2.3.2.1 DEET
DEET adalah bahan kimia aktif yang digunakan untuk menangkal serangga.
DEET dipatenkan pada tahun 1943 oleh militer Amerika Serikat dan mulai
dipasarkan sejak 1956. Repelen yang mengandung DEET memiliki proteksi
terbaik untuk menangkal serangga, bukan untuk membunuh serangga. Beberapa
serangga yang dikenal efektif terhadap bahan ini antara lain nyamuk, kutu, larva
tungau, dan sebagainya. Sifat dari bahan ini yaitu berminyak, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak larut air dan gliserin, serta larut dalam alkohol, eter dan
polyethylene glycols. DEET mampu menangkal nyamuk hingga 8 jam. Menurut
penelitian Fradin dan Day, DEET 23,8% dapat menangkal nyamuk rata-rata 301,5
menit.40,41 Field Code Changed
Bahan ini biasanya digunakan secara langsung pada kulit dalam bentuk cairan,
losion, spray, dan bahan yang dapat diserap. Konsentrasi DEET dalam produk ini
bervariasi dari 4% sampai 100%. Konsentrasi tinggi bukan berarti efektivitas
repelennya lebih baik, melainkan durasi efektivitasnya lebih lama. Penggunaan
konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan ruam, lepuh, dan iritasi kulit.42 Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Studi pada manusia menunjukkan absorbsi DEET berkisar antara 9-56% dari
dosis yang diaplikasikan secara topikal. DEET yang digunakan secara topikal,
diabsorbsi selama kurang lebih 20 menit. DEET yang diabsorbsi dimetabolisme
dalam 12 jam dan eliminasi 99%. Enzim mikrosomal sitokrom P450 hepar terlibat
dalam metabolism DEET. Tidak ada bukti akumulasi dalam stratum korneum atau
sistemik. Sistemik LD50 dari DEET adalah 2 ml/kg pada tikus dan 10 ml/kg pada
kelinci. Hewan coba yang keracunan mengalami kegagalan pernafasan, ataksia,
dan konvulsi. Beberapa kasus ensefalopati ditemukan akibat penggunaan DEET
pada tahun 1961. Gejala yang paling sering muncul yaitu ataksia, ensefalopati,
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
kejang, bradikardia, dan hipotensi. Keracunan dan kematian akibat tertelan DEET
juga pernah dilaporkan.40 Field Code Changed
Kandungan DEET pada repelen tidak dianjurkan lebih dari 33%, sedangkan
pada anak-anak tidak lebih dari 10%. Penggunaan DEET juga tidak dianjurkan
pada kulit yang terbuka seperti luka atau teriritasi, kulit dekat mata atau mulut,
serta pada bayi dan balita.13,14 Field Code Changed
Repelen alami adalah repelen yang tidak mengandung bahan kimia apapun,
biasanya didapatkan dari tanaman. Bahan-bahan yang dahulu sering dimanfaatkan
antara lain, asap, tanaman, dan urin hewan. Tanaman yang digunakan biasanya
dalam bentuk minyak atsiri untuk dimanfaatkan baunya. Contoh minyak atsiri
yang dikenal sebagai repelen antara lain, cedar, citronella (serai wangi), cengkeh,
kelapa, eukaliptus, geranium, lavender, mint, bawang, rosemary, dan thyme. Akan
tetapi bahan-bahan tersebut tidak efektif sebagai repelen karena durasi repelen
yang singkat (short-lasting protection).40 Commented [RP34]: Sebetulnya antinyamuk yg sering
diiklankan itu ternyata tidak mengandung lavender dok,
kebanyakan bahan kimia. Dari penelitian lain juga hanya
sekitar 1 jam dok.
2.3.4 Mekanisme Kerja Repelen
Commented [RP35]: Kalau murni tanpa kombinasi ekitar
1,5 jam dok. Dibandingkan dgn DEET yg sudah standar
internasional bisa sampai 6 jam.
Hubungan antara struktur kimia dengan efektivitas repelen saat ini belum
Field Code Changed
diketahui sepenuhnya. Oleh karena itu, repelen tidak dapat diklasifikasikan
berdasarkan mekanisme kerjanya. Bahan kimia yang paling aktif sebagai repelen
yaitu amida, imida, alkohol dan fenol.
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Minyak atsiri adalah senyawa beraroma yang didapat dari tanaman dengan
proses distilasi uap. Minyak atsiri disebut juga minyak esensial, minyak eteris,
atau volatile oil karena sifat aromanya yang khas (essence) dan mudah menguap
pada suhu kamar. Minyak atsiri biasanya digunakan untuk parfum, aroma
makanan, dan produk farmasi. Metode dan teknik pembuatan minyak atsiri
diperkenalkan oleh Ibn al-Baitar (1188-1248), seorang dokter, apoteker, dan ahli
kimia dari Andalusia. Pembuatan minyak atsiri dilakukan dengan cara
memasukkan bahan tanaman ke dalam mesin penyulingan yang telah diisi air
kemudian dipanaskan. Uap yang terbentuk dikondensasikan, kemudian air dan
minyak akan terpisah. Minyak atsiri bersifat tidak larut air dan biasanya tidak
berwarna.45,46 Field Code Changed
Secara kimia, minyak atsiri terbentuk oleh mono- dan sesquiterpenes dan
aromatic polypropanoids yang disintesis dari jalur asam mevalonat untuk
terpenoid dan jalur asam shikimic untuk aromatic polypropanoid. Terpenoid
mempunyai gugus kimia 5-carbon isoprene, sedangkan phenylpropanoids
mempunyai rantai 3-carbon yang bergabung dengan cincin benzena (C6H6).45 Field Code Changed
Selain itu, kandungan yang sering ditemukan antara lain hidrokarbon, alkohol,
aldehid, keton, fenol, oksida, dan ester yang memainkan peran dalam bidang
farmakologi dan toksikologi. Sebagai contoh keton lebih aktif dan toksik
dibandingkan alkohol, alkohol dan fenol berpotensi sebagai antimikroba, dan
fenol yang lebih mengiritasi.47,48kalimatanya disederhanakan lagi, ambigu Field Code Changed
Alkohol dan fenol berpotensi sebagai antimikroba, tetapi fenol lebih mengiritasi.
Senyawa keton lebih aktif, tetapi lebih toksik dibandingkan dengan alkohol.45,46 Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Lavender adalah jenis tanaman semak yang termasuk family Lamiaceace yang Formatted: Font: Not Italic
berasal dari Mediterania, Semenanjung Arab, Rusia, dan Afrika. Lavender sering
disebut juga true Lavender, garden lavender, lavanda, lavandula. Tanaman ini
dapat tumbuh hingga satu meter. Daun dan batangnya memiliki warna hijau-
perak. Bunganya melingkar, beraroma, runcing, dan berwarna ungu. Lavender
mempunyai genus Lavandula, yang berasal dari Bahasa Latin, lavare, yang berarti
“mencuci”, merujuk pada penggunaan sebagai antiseptik dan desinfektan pada
bangsa Arab, Yunani, dan Roma kuno.47,48 Field Code Changed
Tanaman ini dahulu sering digunakan sebagai kosmetik dan obat. Saat ini,
lavender banyak digunakan untuk aromaterapi, kosmetik, sabun, teh dan lain-lain.
Lavender mempunyai beberapa spesies, yaitu L. angustifolia (English lavender)
yang sering digunakan, L.burnamii, L. dentate, L. dhofarensis, L. latifolia, dan L.
stoechas.48 Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Senyawa linalool dan camphor diketahui memiliki efek sebagai repelen Formatted: Justified
Losion adalah istilah yang digunakan untuk larutan atau suspensi yang
digunakan secara topikal. Sedangkan yang dimaksud larutan adalah sediaan cair
yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal: terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur, yang digunakan secara topikal.52 Field Code Changed
Losion biasanya mengandung bahan serbuk halus yang tidak larut dalam
media dispersi dan disuspensikan dengan menggunakan zat pensuspensi dan zat
pendispersi. Bahan cair fase pendispersi misalnya minyak atsiri membutuhkan
bantuan zat pengemulsi atau bahan penstabil lain yang dapat bercampur dengan
bahan pembawa. Pada umumnya, pembawa dari losion adalah air. Pembuatan
losion tergantung dari sifat bahan-bahannya, mungkin diolah dengan cara yang
sama seperti pembuatan suspensi, emulsi, dan larutan.52 Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
BAB III
METODE PENELITIAN
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Termometer kimia
Kompor
Mortir dan stamper
Batang pengaduk
360 ekor nyamuk Culex sp. yang telurnya didapatkan dari Laboratorium
Entomologi Sekolah Ilmu Tinggi Hayati, Institut Teknologi Bandung.
Tiga orang dewasa yang telah menandatangani informed consent. Ketiga Commented [is39]: Dasarnya hanya 3 orang saja?
Hasilnya akan valid kah ?
subjek penelitian masing-masing menggunakan kedua lengannya (r=6). 1 lengan mewakili 1 kelompok ?
Commented [RP40R39]: Menurut besar sampel cukup
dok. Iya dok, OP pakai lengan kanan kiri jadi total 6
kelompok
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
1. Variabel perlakuan: minyak atsiri bunga lavender, losion minyak atsiri bunga
lavender, kontrol negatif, dan kontrol positif.variabel yang dimanipulasi
untuk dipelajari perubahan efeknya.
a. Kontrol positif: perlakuan yang mempunyai efek yang diinginkan.
1.b.Kontrol negatif: perlakuan yang tidak mempunyai efek yang diinginkan. Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style:
a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at:
2. Variabel respon: variabel yang dipengaruhi oleh variabel perlakuandurasi 0.3" + Indent at: 0.55"
waktu (menit).
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Nyamuk Culex sp. dibiakkan dari telur menjadi larva, pupa, kemudian menjadi
nyamuk dewasa. Telur nyamuk diperoleh dari Laboratorium Entomologi Sekolah
Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB. Telur nyamuk akan berkembang menjadi Commented [is41]: suhu & kelembaban udara tertentu
atau tidak? Atau optimal di kisaran berapa?
larva dalam waktu 1-2 hari kemudian. Kemudian menjadi pupa dalam waktu 8-12
Commented [RP42R41]: Kurang tahu dok, dari ITB hanya
hari dan akhirnya menjadi dewasa dalam waktu 1-3 hari. disimpan diruangan lab biasa. Kalau dari buku optimal
sekitar 30 derajat dok. IDEALNYA TAU< KARENA DI BDG VS
JKT VS PONTIANAK beda, maksudnya ke sana
Commented [RP43R41]:
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
3. Bahan B dipanaskan pada cawan penguap (2) diatas WB hingga larut pada
suhu 70-82 °C
4. Bahan A dan bahan B dicampurkan sekaligus dalam mortir panas kemudian
diaduk secara konstan sampai terbentuk emulsi pada suhu ruangan (15?-30
°C)
5. Diaduk kembali hingga menjadi agak kental.
Pembuatan losion minyak bunga lavender 5%, 10%, 15% Formatted: Indent: Left: 0"
1. Proses pembuatan sama dengan langkah pembuatan basis losion, jumlah zat Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.3"
Cara kerja:
1. Disiapkan enam kandang nyamuk ukuran 30 cm x 22 cm x 22 cm untuk
digunakan dalam penelitian
2. Uji dilakukan pada suhu antara suhu ruang (24-32°C) dan pada kelembaban
udara relatif sebesar 60% sampai 70%
3. Durasi proteksi oleh masing-masing repelen diteliti dengan uji lengan dalam
kandang dan subjek penelitian memasukkan masing-masing lengannya yang Commented [is44]: Subjek penelitian
darah.
4. Setelah dicuci bersih dengan sabun, masing-masing kedua lengan bawah
enamtiga orang percobaan yang telah menandatangani informed consent,
dimasukkan ke dalam masing-masing sangkar nyamuk yang masing-masing
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
berisi 10 ekor nyamuk Culex sp. betina usia antara 7-24 hari dan belum
pernah mengisap darah serta setelah dipuasakan 1 hari
5. Jika didapatkan 5 ekor nyamuk yang hinggap, segera lengan-lengan tersebut
dikeluarkan dari dalam sangkar tersebut dan percobaan segera dimulai dengan
durasi masing-masing insersi adalah 1 menit
6. Masing-masing daerah sasaran penelitian yaitu seluruh lengan bawah sampai
ke ujung jari diolesi 1 ml repelen kemudian dimasukkan ke dalam masing-
masing kandang tersebut selama 1 menit dan diperhatikan apakah ada
nyamuk yang hinggap dan mengisap darah.
7. Jika ada nyamuk yang hinggap dan mengisap darah, untuk repelen tersebut
percobaan dihentikan dan berarti tidak ada efek repelennya. Jika tidak ada
nyamuk yang mengisap darah, insersi dilakukan lagi tiap 5 menit.
8. Jika setelah 20 menit belum ada nyamuk yang mengisap darah, interval waktu
memasukkan lengan tersebut diperpanjang menjadi tiap 15 menit.
9. Dan jika setelah 4 jam masih belum ada nyamuk yang mengisap darah,
interval waktu pemasukkan lengan ditingkatkan lagi menjadi tiap 1 jam untuk
jangka waktu 4 jam
10. Setelah itu, interval waktu pemasukkan lengan diturunkan lagi menjadi tiap
15 menit sampai ada nyamuk yang mengisap darah dan dicatat waktu pertama
kali nyamuk mengisap darah. Commented [is45]:
20’----------------------4 x @5’
11. Andaikata selama pengamatan ini didapatkan adanya nyamuk yang hinggap Jam ke-4 ~ 240’ ----15 x @15’
Jam ke- 8--------------4 x @60’
tetapi tidak mengisap darah, dikatakan oleh Fradin bahwa ini merupakan 15’ sampai gigitan pertama?
kegagalan iminen dari repelen, interval waktu pengamatan kembali lagi tiap 5
Jadi total percobaan berapa lama??
menit sampai ada nyamuk yang mengisap darah.41
Risiko kelelahan pasien dan operator?
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Data yang diukur adalah durasi (menit) yang dibutuhkan sejak lengan pertama
masuk ke dalam kandang sampai seekor nyamuk hinggap dan mencucuk ke
lengan subjek penelitian. Analisis data menggunakan ANOVA dengan α = 0,05,
yang dilanjutkan dengan Tukey HSD. Formatted: Font: Not Italic
Hipotesis Statistik
H0 : Tidak terdapat perbedaan durasi yang dibutuhkan sejak lengan pertama kali
masuk ke dalam kandang sampai nyamuk mencucuk lengan subjek (menit)
minimal pada sepasang kelompok perlakuan.antar setiap perlakuan.
H1 ; Terdapat perbedaan durasi yang dibutuhkan sejak lengan pertama kali masuk
ke dalam kandang sampai nyamuk mencucuk lengan subjek (menit) minimal pada
sepasang kelompok perlakuan.antar setiap perlakuan.
Kriteria Uji:
Bila p<0,05 maka H0 ditolak
Bila p≥0,05 maka H0 gagal ditolak
Formatted: Normal
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
BAB IV
3 10,54 75,27 85,45 105,28 160,21 260,42 Formatted: Line spacing: single
Formatted: Right, Line spacing: single
4 0,25 80,29 90,38 130,24 140,32 225,21
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Rerata 5,35 76,95 96,17 116,04 147,73 238,64 Formatted: Line spacing: single
Keterangan: Formatted: Right, Line spacing: single
Font dalam tabel, bold/unbold? ; font keterangan rata semua 12? Spasi 1.5? liat panduan penulisan KTI lagi hal 46
Kel. I : kontrol negatif (basis losion) Kel. IV : losion minyak atsiri bunga lavender 10%
Kel. II : minyak atsiri bunga lavender 100% Kel. V : losion minyak atsiri bunga lavender 15%
Kel. III : losion minyak atsiri bunga lavender 5% Kel. VI : kontrol positif (DEET 15%)
Rerata durasi daya repelen antar kelompok diuji dengan ANOVA. Untuk
ANOVA, syaratnya data yang diuji harus berdistribusi normal. Uji normalitas data Formatted: Font: 8 pt
menggunakan tes Shapiro-Wilk yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 4.2. Formatted: Font: Not Bold
Formatted: Font: Not Bold
Formatted: Font: Not Bold
Tabel 4. 2 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk Formatted: Font: Not Bold
Kelompok perlakuan Statistik df p Formatted: Line spacing: single
Kalau tabel terpotong , atur paragrafnya atau tambah kurangi narasi sesuai Formatted: Font: 11 pt
Formatted: Font: 11 pt
kebutuhan
Formatted: Font: Not Bold
Formatted: Font: 11 pt
Formatted: Font: 11 pt
Tabel 4. 33 Hasil ANOVA rerata durasi daya repelen
Formatted: Font: 11 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
45
Formatted ...
Formatted Table ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
yaitu menggunakan uji Tukey HSD untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan Formatted ...
Formatted ...
rerata durasi repelen antar kelompok perlakuan (Tabel 4.4).
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Tabel 4. 4 Hasil uji Tukey HSD rerata durasi daya repelen
Formatted ...
Hasil uji Tukey HSD ANOVA?Tukey HSD didapatkan rerata durasi daya Commented [RP53]: Sepertinya
tukey dok bukan ANOVA, dilihat dari table sebelumnya
repelen dalam satuan menit kelompok II (76,95 menit ± SD), kelompok III (96,17
Formatted: Font: Italic
menit± 9,19), kelompok IV (116,04 ± SD menit), dan kelompok V (238,64??? ±
SDnya benar SD menit) memiliki perbedaan rerata durasi daya repelen yang
sangat bermakna (p<0,01) terhadap kelompok I (5,35± menit). Hal ini berarti Formatted: Not Highlight
minyak atsiri bunga lavender 100% dan losion minyak atsiri bunga lavender 5%,
10%,dan 15% berefek sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp. betina dewasa.
Efek repelen dari minyak atisiri bunga lavender ini disebabkan oleh adanya
kandungan fFlavonoid; rRosmarinic acid, cChlorogenic acid, cCaffeic acid 2- Formatted: Not Highlight
sebagai repelen dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun pernapasan,
14,50,51
terutama senyawa lLinalool dan cCamphor. rasanya tidak capitalize each Commented [IMD54]: Kalau sejenis ya masa harus
ditandain semua.. diperbaiki small caps yang mana saja
word, kecuali di JUDUL / dapus
Field Code Changed
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
kelompok V (238,64 menit) bila dibandingkan dengan kelompok VI (238,64 Formatted: Font: Bold, Font color: Red
menit) berbeda sangat bermakna (p<0,01). Dengan demikian, minyak atsiri bunga
lavender 100% dan losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15%
berefek sebagai repelen tetapi potensinya lebih rendah daripada losion “A” yang
mengandung DEET 15%. Hal ini disebabkan karena berat molekul DEET (BM =
191,27 g/mol) lebih berat daripada Llinalool (BM = 154,25 g/mol) dan cCamphor
(BM = 152,23 g/mol).55. Selain itu, ikatan antar molekul dalam minyak atsiri Field Code Changed
bunga lavender ini kurang kuat dan kurang bersinergi dalam meningkatkan Formatted: Not Highlight
stabilitas sebagai repelen nyamuk.55,56 jai hubungan BM dengan durasi repelen Field Code Changed
rerata 147,73 ± 11,14 menit, sedangkan untuk r. erata durasi paling singkat
didapatkan pada losion minyak atsiri bunga lavender 5% yaitu 96,17 ± 9,19SD
menit. Artinya, efektivitas repelen losion minyak atsiri bunga lavender 15%
>lebih baik dibandingkan dengan 10% > dan 5%. Hal ini disebabkan karena
kandungan aktif minyak atsiri bunga lavender, terutama linalool dan camphor,
yang terdapat dalam losion minyak atsiri bunga lavender 15% lebih banyak
daripada losion minyak atsiri bunga lavender 10% dan 5%.
Penelitian dalam bentuk sediaan losion dilakukan untuk mendapat durasi daya
repelen yang lebih lama. Durasi minyak atsiri bunga lavender 100% (76,95 menit
± SD6,90 menit). lebih rendah daripada losion minyak atsiri bunga lavender 5%,
yaitu rerata (96,17 menit ± 9,19 menitSD). Artinya, walaupun konsentrasi minyak
atsirinya tinggi, tanpa penambahan losion durasi repelennya tetap rendah. Hal ini
diakibatkan oleh sifat minyak atsiri yang mudah menguap. Absorpsi obat dapat
ditingkatkan oleh adanya zat pembawa pada losion yang dapat mudah menyebar
di permukaan kulit. Selain itu, zat pembawa dapat bekerja sebagai penghambat
evaporasi.53 Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2014)
menggunakan losion minyak atsiri bunga lavender dengan konsentrasi 15%
dengan metode standar pengujian efikasi pestisida Departemen Pertanian, Jakarta.
Pengujian dilakukan dengan memasukkan lengan yang telah dioleskan bahan uji
secara bergantian selama 10 detik ke dalam kandang nyamuk, lalu dihitung
jumlah nyamuk yang hinggap. Hasil penelitian menunjukan losion minyak atsiri
bunga lavender 15% berefek sebagai repelen. Akan tetapi kekurangan penelitian
ini yaitu tidak disebutkan spesies bunga lavender dan spesies nyamuk yang
digunakan.13 Field Code Changed
Penelitian sejenis dilakukan oleh Putra dkk (2016) dengan bahan dan metode
yang sama tetapi mengunakan jenis nyamuk yang berbeda, yaitu Aedes aegypti.
Penelitian menggunakan empat subjek penelitian. Hasilnya rerata waktu yang
dibutuhkan nyamuk untuk mencucuk lengan subjek penelitian durasi minyak atsiri
bunga lavender 100% yaitu 65,558 menit, sedangkan rerata durasi losion minyak
atsiri bunga lavender 15% yaitu 131,408 menit. Dikatakan bahwa losion
memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga
mudah menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan, serta meninggalkan
lapisan tipis pada permukaan kulit.16 Formatted: Not Highlight
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Penelitian lain dilakukan oleh Utomo (2014) menggunakan losion minyak Formatted: Indent: First line: 0.24"
atsiri bunga lavender dengan konsentrasi 15% dengan metode standar pengujian
efikasi pestisida Departemen Pertanian, Jakarta. Pengujian dilakukan dengan
memasukkan lengan yang telah dioleskan bahan uji secara bergantian selama 10
detik ke dalam kendang nyamuk, lalu dihitung jumlah nyamuk yang hinggap,
Daya proteksi nyamuk dihitung dengan persamaan:
Hasil penelitian menunjukan daya proteksi rata-rata (%) pada jam ke 0 Formatted: Justified
sampaiberturut-turut yaitu, 78,6; 68,6; 69,5; 65,8; 63,2; 60,5; dan 56,5.kan tetapi
kekurangan penelitian ini yaitu tidak disebutkan jenis spesies bunga lavender dan
spesies nyamuk yang digunakan.13 Field Code Changed
Penelitian lain dilakukan oleh Putra dkk (2016) dengan bahan dan metode
yang sama tetapi mengunakan jenis nyamuk yang berbeda, yaitu Aedes aegypti.
Hasilnya rata-rata ? rerata ? mau pakai yang mana? durasi minyak atsiri bunga
lavender 100% yaitu 65,558 menit, sedangkan rata-rata durasi losion minyak atsiri
bunga lavender 15% yaitu 131,408 menit.16 waktu yang dibutuhkan untuk hinggap Field Code Changed
16
/ sampai mencucuk. Tambahkan kurang jelas Formatted: Not Highlight
Sampai saat ini, belum ada penelitian lain yang menggunakan metode,
bahan uji, dan spesies nyamuk yang sama dengan peneliti. Namun dari hasil
penelitian ini dan beberapa penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
minyak atsiri bunga lavender berefek sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp.
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Pengujian hipotesis penelitian dapat dilihat dari hasil penelitian yang dianalisis
menggunakan ANOVA dan uji Tukey HSD.
Hipotesis I
Losion minyak atsiri bunga lavender efektif digunakan sebagai repelen terhadap
nyamuk Culex sp.
1. Hasil ANOVA untuk rerata durasi daya repelen minyak atsiri bunga lavender
100%, losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15%, serta kontrol
negatif dan kontrol positif menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna,
yaitu nilai F=531,351 dan p=0,000. Artinya, terdapat perbedaan rerata durasi Formatted: Not Highlight
Simpulan:
Hipotesis I diterima dan teruji oleh data.
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Hipotesis II
Losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10% dan 15% mempunyai potensi yang
sama efektif dengan losion DEET 15% sebagai repelen terhadap nyamuk Culex
sp.
Simpulan?
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
BAB V
5.1 Simpulan
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan kesimpulan yaitu: Formatted: Justified, Indent: Left: 0", First line: 0.24"
1. Losion minyak atsiri bunga lavender (Lavandula angustifolia) efektif Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.25"
5.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lanjutan dalam identifikasi kandungan zat aktif lain dari Formatted: Justified, Indent: Left: 0.05"
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
outdoor?Mungkin maksudnya penelitian yang lebih luas lingkup areanya?)- misal Formatted: Strikethrough
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
di bangsal A, pakai L. angustifolia, bangsal B tidak menggunakan losio. *agak
Strikethrough
susah aplikasinya ya
45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 16 pt
Formatted: List Paragraph, Justified, Indent: Left:
0.05", Space After: 8 pt, Numbered + Level: 1 +
Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment:
Left + Aligned at: 0.55" + Indent at: 0.8"
Lihat lagi tata penulisan untuk dapus jurnal, textbook, internet, urutannya
beda-beda. Justified/ left/center cek lagi
51
birds.html
7. Chiu CY, Coffey LL, Murkey J, Symmes K, Sample HA, Wilson MR, et al.
Diagnosis of Fatal Human Case of St. Louis Encephalitis Virus Infection
by Metagenomic Sequencing, California, 2016. Emerg Infect Dis.
2017;23(10):1694–8.
8. Ortiz-Martínez Y, Vega-Useche L, Villamil-Gómez WE, Rodriguez-
Morales AJ. Saint Louis Encephalitis Virus, Another Re-emerging
Arbovirus: A Literature Review of Worldwide Research. Infez Med.
2017;25(1):77–9.
9. The Centre for Food Security and Public Health. West Nile Virus Infection.
2013;1–19. Available from:
http://www.cfsph.iastate.edu/Factsheets/pdfs/west_nile_fever.pdf
10. Ikawati B. Virus West Nile: Epidemiologi, Klasifikasi dan Dasar
Molekuler. Balaba. 2014;10(21).
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016. Profil Kesehatan Provinsi Bali. 2016. 1-220 p.
12. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. Tahun Ini, 13
Kabupaten/Kota Dapat Sertifikat Eliminasi Filariasis [Internet].
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Available from:
http://www.depkes.go.id/article/view/17100900001/t
13. Utomo P. Perbandingan Daya Proteksi Losion Anti Nyamuk Dari Beberapa
Jenis Minyak Atsiri Tanaman Pengusir Nyamuk. Baristand Ind Pontianak.
2014;79–84.
14. Nindatu, Maria. Tuhumury, Novita L. Kaihena M. Pengembangan Ekstrak
Etanol Daun Lavender (Lavandula angustifolia) sebagai Anti Nyamuk
Vektor Filariasis Culex sp. Molucca Medica. 2011;4(1):19–27.
15. Yuda Pratama DGA, Gede Bawa IGA, Gunawan IWG. Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri dari Tumbuhan Sembukan (Paederia
foetida L.) Dengan Metode Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-
MS). J Kim. 2016;10(1):149–54.
16. Putra RAK. Efektivitas Minyak Atsiri dan Losion Minyak Lavender
(Lavandula angustifolia) sebagai Repelen terhadap Aedes aegypti pada
Manusia. Universitas Kristen Maranatha; 2016.
17. Potter CJ. Stop the Biting: Targeting a Mosquito’s Sense of Smell. Cell
[Internet]. 2014;156(5):878–81. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cell.2014.02.003
18. Rutledge CR, Day JF. Mosquito Repellents. 2014;(Figure 1):1–4. Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
52
19. Rozendaal JA. Mosquitos and Other Biting Diptera. Vector Control
Methods use by Individ communities. 1997;6–28.
20. Safar R. Parasitologi Kedokteran. Bandung: CV Yrama Widya; 2010. 224
p.
21. USAF - Public Health Information and Resources. Mosquitoes.
22. Brown HW. Dasar Parasitologi Klinis. Pribadi W, editor. Jakarta: PT
Gramedia Jakarts; 1982. 419-426 p.
23. Departemen Parasitologi FKUI. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat.
2016.
24. Herms WB. Herms Medical Entomology. 3rd ed. New York: The
Macmillan Company; 1969. 169-171 p.
25. North Shore Mosquito Abetement District. Mosquito Biology [Internet].
Available from: http://www.nsmad.com/about-mosquitoes/mosquito-
biology/
26. Becker N, Jöst A, Weitzel T. The Culex pipiens Complex in Europe. J Am
Mosq Control Assoc. 2012;28(4s):53–67.
27. Fradin MS. Mosquitoes and Mosquito Repellents: a Clinician’s Guide. Ann
Intern Med. 1998;128(11):931–40.
28. Simonsen PE, Malecela MN, Michael E, C.D. M. Urban Lymphatic
Filariasis. Parastol Res. 2008;1–155.
29. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites - Lymphatic
Filariasis. 2013.
30. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Repubik Indonesia Nomor 94 tahun 2014, tentang Penanggulangan
Filariasis. 2014;1–118.
31. World Health Organization. Lymphatic Filariasis. 2018.
32. North Shore Mosquito Abetement District. Wuchereria bancrofti [Internet].
[cited 2018 Jul 6]. Available from: https://medlab.id/wuchereria-bancrofti/
33. Knapp S, Paton A, Challis K, Nicolson N. Run for Your Lives, End of the
World. Taxon. 2010;59(4):1009–10.
34. Dickson B, Graves P, McBride W. Lymphatic Filariasis in Mainland
Southeast Asia: A Systematic Review and Meta-Analysis of Prevalence
and Disease Burden. Trop Med Infect Dis. 2017;2(3):32.
35. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Filariasis di Indonesia Tahun 2015. Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Infodatin. 2016. p. 8. Formatted: Font: (Default) Times New Roman
53
36. World Health Organization. Bench Aids for the Diagnosis of Filarial
Infections: Introduction. 1997.
37. Centers for Disease Control and Prevention. Laboratory Identification of
Parasites of Public Health Concern. 2017.
38. Klion AD, Nutman TB. Immunity to Parasitic Worms. Encycl Life Sci.
2001;(March 2015).
39. United States Environtmental Protection Agency. Repellents: Protection
against Mosquitoes, Ticks and Other Arthropods. 2017.
40. Motta S, Monti M. Insect Repellents. In: A.D. Katsambas TML, editor.
European Handbook of Dermatological Treatments. 2nd ed. New York:
Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2003. p. 747–50.
41. Fradin M. Comparative Efficacy of Insect Repellents Against Mosquito
Bites. 2002;347(1):13–8.
42. Centers for Disease Control and Prevention. Fight the Bite for Protection
from Malaria Guidelines for DEET Insect Repellent.
43. No Title [Internet]. [cited 2018 Jul 6]. Available from:
https://www.absource.de/product/deet/
44. Liu F, Xia X, Liu N. Molecular Basis of N,N-diethyl-3-methylbenzamide
(DEET) in Repelling the Common Bed Bug, Cimex lectularius. Front
Physiol. 2017;8(JUN):1–13.
45. Mills S. Principles And Practice of Phytotherapy: Modern Herbal
Medicine. 2nd ed. Texas: Elsevier; 2013.
46. Kementerian Perdagangan RI. Indonesian Essential Oils : The Scents of
Natural Life. Indones Essent Oil Secents Nat Life. 2011;
47. Geetha R V., Roy A. Essential Oil Repellents- A Short Review. Int J Drug
Dev Res. 2014;6(2):20–7.
48. Denner SS. Lavandula angustifolia miller: English Lavender. Holist Nurs
Pract. 2009;23(1):57–64.
49. United States Department of Agriculture. Classification for Kingdom
Plantae Down to Genus Lavandula L.
50. Hidayat M, Rosnaeni, Hendranata K fitria. Reppelent Effect of Lavender,
Rose and Rosemary Oil on Aaedes Aegypti Mosquitoes. Vol. 1, Jurnal
Medika Planta. 2010. p. 67–74.
51. Hui L, He L, Huan L, Xiaolan L, Aiguo Z. Chemical Composition of
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Lavender Essential Oil and Its Antioxidant Activity and Inhibition Against
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
54
Rhinitis- Related Bacteria. African J Microbiol Res. 2010;4(4):309–13.
52. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. 5th ed.
Jakarta; 2014. 46 p.
53. Ansel. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Terjemahan: Farida Ibrahim.
4th ed. Ibrahim F, editor. Jakarta; 1989. 212-217 p.
54. Remington. Remington: The Science And Practice Of Pharmacy. 21st ed.
Beringer, editor. Lippincott Williams & Wilkins; 2006. 722 p.
55. Germany D. IR3535, the Nature Inspired Repellent from Merck. 2011;1–
25.
56. Rizki Anindhita D, Retno Hestiningsih D, Bagian Kesehatan Lingkungan
Mk, Kesehatan Masyarakat F, Kunci K. Daya Tolak Repellent Bentuk
Lotion dengan Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana Mill) terhadap
nyamuk Aedes aegypti. J Kesehat Masy [Internet]. 2015;3(3):2356–3346.
Available from: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
57. NSW Health. Mosquito Photos Culex Adults & Larvae [Internet]. [cited
2018 Jul 5]. Available from:
http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/mosquitophotos_culex
.htm
55
3. Sholichah Z. Ancaman dari Nyamuk Culex yang Terabaikan. Balaba
[Internet]. 2009;5:21–3. Available from:
http://download.portalgaruda.org/article.php
4. Fischer M, Lindsey N, Staples JE, Hills S, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC). Japanese encephalitis vaccines: recommendations of the
Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). [Internet]. Vol.
59, MMWR. Recommendations and reports : Morbidity and mortality
weekly report. Recommendations and reports. 2010. 1-27 p. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20224546
7. Chiu CY, Coffey LL, Murkey J, Symmes K, Sample HA, Wilson MR, et al.
Diagnosis of fatal human case of St. Louis encephalitis virus infection by
metagenomic sequencing, California, 2016. Emerg Infect Dis.
2017;23(10):1694–8.
9. The Centre for Food Security and Public Health. West Nile Virus Infection.
2013;1–19. Available from:
http://www.cfsph.iastate.edu/Factsheets/pdfs/west_nile_fever.pdf
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
10. Ikawati B. Virus West Nile: Epidemiologi, Klasifikasi dan Dasar Formatted: Font: (Default) Times New Roman
56
Molekuler. Balaba. 2014;10(21).
13. Utomo P. Perbandingan Daya Proteksi Losion Anti Nyamuk Dari Beberapa
Jenis Minyak Atsiri Tanaman Pengusir Nyamuk. Baristand Ind Pontianak.
2014;79–84.
15. Yuda Pratama DGA, Gede Bawa IGA, Gunawan IWG. Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri dari Tumbuhan Sembukan (Paederia
foetida L.) Dengan Metode Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-
MS). J Kim. 2016;10(1):149–54.
16. Putra RAK. Efektivitas Minyak Atsiri dan Losion Minyak Lavender
(Lavandula angustifolia) sebagai Repelen terhadap Aedes aegypti pada
Manusia. Universitas Kristen Maranatha; 2016.
17. Potter CJ. Stop the biting: Targeting a mosquito’s sense of smell. Cell
[Internet]. 2014;156(5):878–81. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cell.2014.02.003
18. Rutledge CR, Day JF. Mosquito Repellents 1 How Do Mosquito Repellents
What Kinds of Mosquito Repellents Are Available ? Combine Repellents
and What about Devices That Emit Will Garlic , Bananas , or Vitamin B.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
2014;(Figure 1):1–4.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
57
19. Rozendaal JA. Mosquitos and other biting Diptera. Vector Control
Methods use by Individ communities. 1997;6–28.
24. Herms WB. Herms Medical Entomology. 3rd ed. New York: The
Macmillan Company; 1969. 169-171 p.
27. Fradin MS. Mosquitoes and mosquito repellents: a clinician’s guide. Ann
Intern Med. 1998;128(11):931–40.
31. World Health Organization. Lymphatic Filariasis. 2018. Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
58
32. No Title [Internet]. [cited 2018 Jul 6]. Available from:
https://medlab.id/wuchereria-bancrofti/
33. Knapp S, Paton A, Challis K, Nicolson N. “Run for your lives! End of the
world!”* - Electronic publication of new plant names. Taxon.
2010;59(4):1009–10.
36. World Health Organization. Bench Aids for the diagnosis of filarial
infections: Introduction. 1997.
38. Klion AD, Nutman TB. Immunity to Parasitic Worms. Encycl Life Sci.
2001;(March 2015).
40. Motta S, Monti M. Insect Repellents. In: A.D. Katsambas TML, editor.
European Handbook of Dermatological Treatments. 2nd ed. New York:
Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2003. p. 747–50.
42. Centers for Disease Control and Prevention. Fight the Bite for Protection
from Malaria Guidelines for DEET Insect Repellent Use What.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
43. No Title [Internet]. [cited 2018 Jul 6]. Available from: Formatted: Font: (Default) Times New Roman
59
https://www.absource.de/product/deet/
47. Geetha R V., Roy A. Essential oil repellents- A short review. Int J Drug
Dev Res. 2014;6(2):20–7.
48. Denner SS. Lavandula angustifolia miller: English lavender. Holist Nurs
Pract. 2009;23(1):57–64.
54. Remington. Remington: The Science And Practice Of Pharmacy. 21st ed.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Beringer, editor. Lippincott Williams & Wilkins; 2006. 722 p. Formatted: Font: (Default) Times New Roman
60
55. Germany D. IR3535, the nature inspired repellent from Merck. 2011;1–25.
Formatted: None
61
Formatted: None
Formatted: Left
Formatted: None
LAMPIRAN I
SURAT KEPUTUSAN ETIK PENELITIAN Commented [RP59]: menyusul dok, kertasnya ada di kost
hehehe..
62
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Bold
LAMPIRAN II
63
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Usia :
Alamat :
Pekerjaan :
No. KTP/lainnya:
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa:
setelah mendapat keterangan sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami
tentang tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian, serta
sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikut sertaannya, maka saya
setuju ikut serta dalam penelitian yang berjudul:
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa
paksaan.
Bandung,....................
Mengetahui, Yang menyatakan
Penanggung jawab penelitian, Peserta penelitian,
Saksi-saksi:
1. …………………………… ( )
2. …………………………… ( )
LAMPIRAN III
64
Formatted ...
Formatted Table ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Hasil Uji Normalitas Data Durasi Daya Repelen
Formatted ...
Tests of Normality Formatted ...
Formatted ...
Perlakuan Kolmogorov- Shapiro-Wilk
Formatted ...
Smirnov
Formatted ...
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Formatted ...
Kontrol Negatif 0,200 6 0,200 0,876 6 0,249
Formatted ...
MABL 100% 0,237 6 0,200 0,925 6 0,544
Formatted ...
LMABL 5% 0,236 6 0,200 0,929 6 0,575
Formatted ...
LMABL 10% 0,203 6 0,200 0,898 6 0,363
Formatted ...
LMABL 15% 0,245 6 0,200 0,936 6 0,624
Formatted ...
MABL 100% 0,237 6 0,200 0,925 6 0,544
Formatted Table ...
Kontrol Positif 0,146 6 0,200 0,971 6 0,900
Formatted ...
Formatted ...
Hasil Uji ANOVA Durasi Daya Repelen
Formatted ...
66
15%
LMABL -19.86833* 5.85910 .022 -37.6894 -2.0473Formatted: Right
10%
KP - 5.85910 .000 -160.2877 -124.6456Formatted: Right
142.46667*
KN 90.81667* 5.85910 .000 72.9956 108.6377Formatted: Right
KP MABL 161.68833* 5.85910 .000 143.8673 179.5094Formatted: Right
100%
LMABL 90.90667* 5.85910 .000 73.0856 108.7277Formatted: Right
15%
LMABL 122.59833* 5.85910 .000 104.7773 140.4194Formatted: Right
10%
LMABL 142.46667* 5.85910 .000 124.6456 160.2877Formatted: Right
5%
KN 233.28333* 5.85910 .000 215.4623 251.1044Formatted: Right
LAMPIRAN III
67
Hasil Uji Normalitas Data Durasi Daya Repelen Formatted: Font: 11 pt
Tests of Normality
ou Formatted: Font: 11 pt
nd Formatted: Font: 10 pt
Kontrol 5.36 4. 1. 0. 10.05 0.25 Formatted:
10 Left
Negatif 48 82 66 Formatted
.5 Table
Formatted:
4 Font: 10 pt
MABL 76.95 6. 2. 69 84.19 65.10 85
Formatted: Font: 10 pt
100% 90 82 .7 .1
Formatted: Font: 10 pt
1 7
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
LMABL 96.17 9. 3. 86 105.84 85.45 11
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
68
5% 20 75 .5 0.
3 44
LMABL 116.04 10 4. 10 127.24 105.09 Formatted:
13 Font: 10 pt
10% .7 35 4. 0.
0 85 24
LMABL 147.73 11 4. 13 159.43 130.53 Formatted:
16 Font: 10 pt
15% .1 55 6. 0.
4 04 21
Kontrol 238.64 15 6. 22 254.49 220.32 Formatted:
26 Font: 10 pt
Positif .1 16 2. 0.
0 36 80 42
7
) ) a Formatted Table
n
P P
e e D
r r i
l l f
a a f
k k e
u u r
a a e
n n n
c
e
(
I Formatted: Font: (Default) Times New Roman
- Formatted: Font: (Default) Times New Roman
69
J
)
K M - 5.85910 .000 -89.4160 -53.7740 Formatted: Font: 10 pt
N A 7
B 1
L .
5
1 9
0 5
0 0
% 0
*
70
5 6
% 6
7
*
71
2
5 1
% 6
7
*
72
1 6
0 7
*
%
L 5 5.85910 .000 33.7390 69.3810
M 1
A .
B 5
L 6
0
5 0
% 0
*
73
*
% %
L - 5.85910 .000 -49.5127 -13.8706
M 3
A 1
B .
L 6
9
1 1
5 6
% 7
*
74
*
75
*
76
L 1 5.85910 .000 124.6456 160.2877
M 4
A 2
B .
L 4
6
5 6
% 6
7
*
77
LAMPIRAN IV
78
Persiapan bahan uji
Minyak atsiri bunga lavender 100% Losion “A” yang mengandung DEET 15% Formatted: Normal, Left
Bahan-bahan
Minyak pembuatan
atsiri bunga lavenderlosion
100% Formatted: Normal, Left
A. Fase Minyak
Propil Paraben
79
Propil Paraben
B. Fase Air
Trietanolamine
80
Proses pembuatan losion Commented [IMD60]: Keterangan Setil alkohol apakah
demikian penulisannya?
Commented [RP61R60]:
Basis losion, lLosion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15%
Basis losion, Losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15% Formatted: Normal, Left
81
Alat-alat untuk uji penelitian
Aspirator nyamuk
82
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
LAMPIRAN IV Formatted ...
Formatted ...
ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Water Bath Termometer Kimia
Formatted ...
Formatted ...
Water Bath Termometer Kimia Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Water Bath Termometer Kimia
Formatted ...
Formatted ...
Termometer Kimia Formatted ...
Water Bath
Formatted ...
Formatted ...
Water Bath Termometer Kimia Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Water Bath Termometer Kimia
Water bath, cawan penguap,
Basis Losion Formatted ...
Botol
dan termometer kimiaProses Formatted ...
pemanasan bahan
Water Bath Termometer Kimia Formatted ...
Tambahkan losio merk “A” untuk dokumentasi, boleh diblur tapi baiknya
Basis Losion
Botol Formatted ...
Minyak atsiri
Trietanolamine Formatted: Font color: Auto
bunga lavender
Minyak atsiri
bunga lavender Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Trietanolamine Propil Paraben Bold
Formatted: Font color: Auto
Minyak atsiri
Trietanolamine bunga lavender Propil Paraben Formatted: Font color: Auto
Propil Paraben
Asam stearat
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Water Bath Termometer Kimia Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Asam stearat
84
Water Bath Termometer Kimia
Asam stearat
Botol Proses pemanasan bahan Basis Losion Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Botol Proses pemanasan bahan Basis Losion
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Botol Proses pemanasan bahan Basis Losion Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Basis losion, Losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15%
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Botol Proses pemanasan bahan Basis Losion
Aspirator nyamuk Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Basis losion, Losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15%
Basis Losion Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Botol Proses pemanasan bahan
Aspirator nyamuk
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Basis losion, Losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15% Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
CERTIFICATE OF ANALYSIS
86
LAMPIRAN VI
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
PROSEDUR PENELITIAN
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
87
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Metode Fradin dan Day Formatted ...
Formatted ...
Uji pendahuluan Uji ke-2 dan ke-3 Formatted ...
(Dilakukan pada setiap subjek (Dilakukan pada setiap subjek
penelitian untuk setiap repelen) penelitian untuk setiap repelen) Formatted ...
Formatted ...
Aplikasikan repelen
Uji pendahuluan Uji ke-2 dan ke-3 Formatted ...
(Dilakukan pada setiap subjek (Dilakukan pada setiap subjek
Formatted ...
penelitian untuk setiap repelen) penelitian untuk setiap repelen)
Aplikasikan repelen Formatted ...
Masukan lengan ke Masukan lengan selama 1 Formatted ...
dalam kandang selama Jika Catat Jika <20 menit setiap 5 menit sampai
1 menit dicucuk durasi menit cucukan pertama untuk setiap Formatted ...
waktu perlakuan
Jika tidak dicucuk mulai Formatted ...
dari
Masukan lengan ke
Jika
Masukan lengan selama 1 Formatted ...
dalam kandang
Masukan lenganselama
selama pertama Jika20<20
Jika menit Masukan
menit setiaplengan selama
15 menit 1
sampai
Jika
1 menit1 setiap
menit 5 menit dicucuk kali menit4 jam
sampai menit setiap
cucukan 5 menit
pertama untuksampai
setiap Formatted ...
Jika tidak20dicucuk
sampai menit dicucuk lengan cucukan pertama untuk setiap
perlakuan
masuk perlakuan Formatted ...
Jika tidak dicucuk kandang
Masukan lengan selama sampai
Masukan lengan selama 1
Masukan
Formatted ...
Jika 20 menit menit setiaplengan
1 jamselama
sampai14
Jika cucukan
1 menit setiap
Masukan lengan5selama
menit
dicucuk
sampai
Jika >4 4jam
jam menitkemudian
jam, setiap 151menit
menitsampai
setiap Formatted ...
sampai
1 menit 20 menit
setiap 15 menit pertama cucukan
15 menit,pertama untukwaktu
catat durasi setiap
sampai
Jika cucukan pertama
tidak dicucuk perlakuan
sampai cucukan pertama untuk Formatted ...
setiap perlakuan
Formatted ...
Jika >4 jam
Masukan
Jika selama lengan selama
pengamatan ini didapatkan Catat
adanya nyamuk yang hinggapMasukan
tetapi tidak mengisap Formatted ...
1 menit setiap 15 menit lengan selama 1
darah (tanda kegagalan
sampai cucukan pertama iminen dari repelen),
durasi interval waktu pengamatan
menit kembali
setiap 1 jamlagi tiap
sampai 4 5 Formatted
waktu jam, kemudian 1 menit setiap ...
menit sampai ada nyamuk yang mengisap darah.
mulai 15 menit, catat durasi waktu Formatted ...
dari sampai cucukan pertama untuk
pertama setiap perlakuan Formatted ...
kali
Jika selama pengamatan ini didapatkanlengan
adanya nyamuk yang hinggap tetapi tidak mengisap Formatted ...
masuk interval waktu pengamatan kembali lagi tiap 5
darah (tanda kegagalan iminen dari repelen), Formatted ...
kandang
menit sampai ada nyamuk yang mengisap darah.
sampai Formatted ...
cucukan
pertama Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
LAMPIRAN VII Formatted ...
Formatted ...
DOKUMENTASI
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
88
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Bold
89
Subjek penelitian memasukkan kedua lengannya ke dalam kandang berisi masing-
masing 10 ekor nyamuk Culex sp. betina dewasa
90
Tiga ekor nyamuk hinggap di tanganlengan?? subjek penelitian
RIWAYAT HIDUP
Pendidikan
91
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
92