Anda di halaman 1dari 115

Formatted: Left: 1.58", Right: 1.18", Top: 1.

58",
Bottom: 1.18"
LOSION MINYAK ATSIRI BUNGA LAVENDER Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single
(Lavandula angustifolia) SEBAGAI REPELEN
TERHADAP Culex sp.

Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single

KARYA TULIS ILMIAHarya Tulis Ilmiah

Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single


Karya Ttulis ini Didibuat Sebagai Salah Satu Syarat Formatted: Not Highlight
Uuntuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Formatted: Small caps

Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single


RAY PARIKESIT
1510121

Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single

Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single

Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG Commented [RP1]: Penomoran halaman nanti saya
2018 update lagi dok, masih bingung cara ngaturnya
Commented [IMD2]: OK
Formatted: Left
Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single

Formatted: Level 1
Formatted: Font: 14 pt

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

ii
LEMBAR PERSETUJUAN Formatted: Font: Times New Roman, 14 pt, Bold
Formatted: Normal, Centered, Level 1, Line spacing:
JUDUL : LOSION MINYAK ATSIRI BUNGA LAVENDER 1.5 lines
(Lavandula angustifolia) SEBAGAI REPELEN Formatted: Font: 14 pt
TERHADAP Culex sp.
PENYUSUN : RAY PARIKESIT
NRP : 1510121

BANDUNG, AGUSTUS 2018


MENYETUJUI,

PEMBIMBING I, PEMBIMBING II,

Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes. Imelda, dr., M.Kes.


NIK: 110018 NIK: 111217

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

iii
SURAT PERNYATAAN Formatted: Level 1
Formatted: Not Different first page header

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Ray Parikesit
NRP : 1510121
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri,
bukan duplikasi dari hasil karya orang lain.
Apabila dikemudian hari diketahui ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku. Commented [IMD3]: Paragrafnya cek lagi, kurang benar
layout-nya
Commented [RP4R3]: Di contoh panduan KTI formatnya
begini dok

Demikian pernyataan saya, Bandung, Agustus


2018

Pas Photo
Warna Ray Parikesit
4x6

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

iii
ABSTRAK

LOSION MINYAK ATSIRI BUNGA LAVENDER (Lavandula angustifolia)


SEBAGAI REPELEN TERHADAP Culex sp.

Penyusun : Ray Parikesit


Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes.
Pembimbing II : Imelda, dr., M.Kes.

Culex sp. merupakan vektor mikroorganisme misalnya penyebab penyakit arbovirus dan, Commented [IMD5]: Jenis virus, sesudahnya nama
filariasis, dan malaria. Sebagian besar repelen mengandung diethyltoluamide (DEET) penyakit,padanan katanya diperhatikan lagi
yang memiliki banyak efek samping, seperti iritasi kulit. Lavandula angustifolia
merupakan tanaman yang dapat digunakan sebagai repeleninsektisida alami. Minyak
atsiri (essential oil, ethereal oil, volatile oil) dihasilkan oleh tumbuhan dan mudah
menguap pada suhu kamar. Losion adalah larutan atau suspensi yang digunakan secara
topikal sebagai penghambat evaporasi. Karena itu, peneliti mengombinasikan minyak
atsiri bunga lavender dengan losion sebagai repelen terhadap Culex sp. dewasa. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui efektivitas losion minyak atsiri bunga lavender
(LMABL) sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp. dan membandingkannya dengan
DEET 15%. Desain penelitian merupakanenggunakan eksperimental laboratorik
sungguhan, menggunakan metode Fradin dan Day, dengan metode cross over design. Commented [IMD6]: Atau mau di “bahasa indonesia”
Subjek penelitian (n=3) mendapat enam perlakuan dengan jeda waktu satu hari, kan?
menggunakan minyak atsiri bunga lavender (MABL) 100%; LMABL 5%, LMABL 10%,
Commented [RP7R6]: Kalau Indonesia jadi “kontrol
LMABL 15%; losion “A” yang mengandung DEET 15%, dan basis losion dengan hewan silang” ya dok? Kalau menurut saya lebih lazim cross over
coba Culex sp. Data yang diukur adalah durasi (menit) sejak lengan pertama kali masuk sih dok. Baiknya bagaimana ya dok?
ke dalam kandang sampai seekor nyamuk mencucuk ke lengan subjek penelitian. Analisis
data menggunakan ANOVA dengan α=0,05, dilanjutkan dengan Tukey HSD. Hasil Formatted: Font: Not Italic
penelitian didapatkan MABL 100% (76,95 ± 6,90 menit), LMABL 5% (96,17 menit ±
Formatted: Font: Not Italic
9,1920 menit), LMABL 10% (116,04 ± 10,67 menit), dan LMABL 15% (147,.73 ±
11,.14 menit) (238,64 menit????) memiliki perbedaan rerata durasi daya repelen yang Formatted: Not Highlight
sangat bermakna (p<0,01) terhadap basis losion (5,5336 ± 4,48 menit) serta dibandingkan
dengan DEET 15% (238,64 ± 15,10 menit) berbeda sangat bermakna (p<0,01). Dengan
demikian, MABL 100% dan LMABL 5%, LMABL 10%, dan LMABL 15%
memiliberefeki efek sebagai repelen tetapi potensinya lebih rendah daripada losion “A”
yang mengandung DEET 15%.
Kata kunci: minyak atsiri, Lavandula angustifolia, repelen, Culex sp., Repelen, Minyak Formatted: Font: 11 pt
Atsiri.

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

iv
ABSTRACT
LOTION OF LAVENDER ESSENTIAL OIL (Lavandula angustifolia) Formatted: Font: Bold, Italic
AS REPELLENT AGAINST Culex sp. Formatted ...
Formatted: Font: Bold

Researcher : Ray Parikesit Formatted: Centered


Mentor I : Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes. Formatted: Font: Italic
Mentor II : Imelda, dr., M.Kes. Formatted: Justified
Nah Loh Mana ini?? coba dibuat jadi bisa dilihat apa yang kurang tepat padanan
Formatted: Font: Italic
katanya
Formatted: Font: Italic
Formatted: Justified, Space After: 0 pt
Culex sp. is a vector of microorganisms that can causing condition such as arbovirus Formatted: Justified
disease and filariasis. Most repellents contain diethyltoluamide (DEET) which have many
side effects. Lavandula angustifolia is a plant that can be used as a natural repellent. Formatted: Font: 11 pt
Essential oil (ethereal oil, volatile oil) is produced from plants and easily evaporates at Formatted ...
room temperature. Lotion is a solution or suspension that used topically as an
evaporation inhibitor. The purpose of this study was to determine the effectiveness of
lavender essential oil lotion (LMABL) as a repellent against Culex sp. and compared to
with DEET 15%. The research designwas used a real experimental laboratoric designy,
usingested by Fradin and Day methodees, with cross over design. Research subjects (n =
3) received six treatments, once per daily, using 100% lavender essential oil (MABL);
5% LMABL, 10% LMABL, 15% LMABL; "A" lotion containing 15% DEET, and lotion
base andagaints Culex sp. The measured data wasis duration (minutes) since the first
arm entereds the cage until a mosquito bite the arm of the research subject. Data
aAnalysis of data using ANOVA with α = 0.05, followed by Tukey HSD. The results
showed that 100% MABL (76,95 ± 6,90 minutes), 5% LMABL (96.17 ± 9,19 minutes),
10% LMABL (116.04 ± 10,67 minutes), and 15% LMABL (147...,73 ± 11,14) showed very
significantly had a differentce in duration of the repellent power which was very
significant (p <0.01) compared to the lotion base group (5.53 ± 4,48 minutes). When and
compared to DEET 15% (238.64 ± 15,10 minutes) treatment groups also showed was
very significant (p<0.01). Thus, each of treatment group that is, 100% MABL is 100%
and LMABL is consecutive 5%, 10%, and 15% LMABL showedhas repelleant effects but
the potential result wereis lower than the "A" lotion with that containing 15% DEET.
Formatted: Font: 11 pt, Italic
Formatted: Justified
Keywords: eEssential oil, Lavandula angustifolia, repellent, Culex sp. Formatted ...
Formatted: Centered
Formatted ...

v
Formatted: Font: Italic

KATA PENGANTAR Formatted: Level 1

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “Losion Minyak Atsiri Bunga Lavender (Lavandula angustifolia)
sebagai Repelen terhadap Culex sp.” ini.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes sebagai Pembimbing Utama yang Formatted: Tab stops: Not at 0.5"

senantiasa dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, pengarahan,


saran, dan waktu dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini mulai dari awal
sampai akhir.
2. Imelda, dr., M.Kes., sebagai Pembimbing serta Pendamping yang dengan
penuh ketekunan dan ketelitian memberikan bimbingan, pengarahan, dan
masukan yang sangat berarti bagi penulis.
2.3. Budi Widyarto L., dr,. MH. dan Fanny Rahardja, dr., M.Si sebagai Penguji
sidang yang senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Formatted: Font: (Default) Times New Roman

3. Fenny, dr., Sp.PK., M.Kes. sebagai dosen wali yang senantiasa mendukung, Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

vi
memberikan pengarahan, saran dan waktu bagi penulis sebagai mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.
4. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
yang telah membantu administrasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Kedua orang tua tercinta, Ayah Yogie Yogaswara dan Ibu Tintin
Berdikariyatin, kakak Eggi Erlangga, dan adik yang tercinta Bryan Ekalaya,
serta seluruh keluarga besar. Terima kasih atas dukungan dan doa yang selalu
diberikan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
6. Teman seperjuangan Victor Godlief, Samuel Septrian Putranto, Genevieve
Zailani, Hanan Aulalia, Muthia Larasati, dan Novanka Qory yang telah
membantu dan berjuang bersama pada tahap perlakuan dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Teman seperjuangan Billy Nicholas Manik, Albertus Yofan, Hendru Pradhana,
Fernando Antonio, Mario Joel, Geraldi Christian, Wilson Wiyanto, Victor
Godlief, Martyn Gothama, Daiva Sanjaya, Vincent Gunawan, Reivan Basten,
Samudra Gemilang, dan Hacantya Pradipta yang saling memberikan semangat
dan doa dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Seluruh subjek penelitian yang bersedia untuk bekerja sama dalam penelitian
ini.
9. Teman-teman FK Maranatha, SURGERY, atas doa dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penelitian. Formatted: Tab stops: Not at 0.5"

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan dan ini
didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis menyadari dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik
yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah
selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat
bagi masyarakat dan perkembangan ilmu kedokteran secara umum terutama di
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

vii
Bandung, Agustus 2018

Ray Parikesit

DAFTAR ISI
Formatted: Font: 1 pt
Halaman Formatted: Right
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................. iiiii

SURAT PERNYATAAN ........................................................................................ iii

ABSTRAK ………………………………………….…………….……………. iv

ABSTRACT …………...……………………………….…………………………v

KATA PENGANTAR……………………………………………………………vi Formatted: Normal

DAFTAR ISI ……...………………………………………………………...…. viii

DAFTAR TABEL ……………………………...………………………………


......................................................................................... xviixiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviixiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xixxiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 4
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
1.3 Maksud dan Tujuan ....................................................................................... 4 Formatted: Centered
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ........................................................................ 54 Formatted: Font: (Default) Times New Roman

viii
1.4.1 Manfaat Akademis ................................................................................ 54
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 5
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian .............................................. 5
1.5.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 5
1.6 Hipotesis ........................................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 7

2.1 Culex sp. ................................................................................................... 7


2.1.1 Taksonomi Culex sp. ......................................................................... 7
2.1.2 Morfologi Culex sp. .......................................................................... 8
1.1.3 Siklus Hidup Culex sp. .................................................................... 12
2.1.1 Perilaku dan Karakteristik Culex sp. ............................................... 13
2.2 Filariasis Limfatik .................................................................................. 15
2.2.1 Epidemiologi Filariasis Limfatik ................................................ 1716
2.2.2 Patofisiologi Filariasis Limfatik...................................................... 19
2.2.3 Gejala Klinik Filariasis Limfatik ................................................ 2120
2.2.4 Penatalaksanaan Filariasis Limfatik................................................ 22
2.3 Repelen ............................................................................................... 2423
2.3.1 Repelen Fisik............................................................................... 2423
2.3.2 Repelen Sintetik .............................................................................. 24
2.3.3 Repelen Alami............................................................................. 2726
2.3.4 Mekanisme Kerja Repelen .......................................................... 2726
2.4 Minyak Atsiri ..................................................................................... 2827
2.5 Lavender ............................................................................................. 2928
2.5.1 Taksonomi Lavandula angustifolia ............................................ 3029
2.6 Minyak Atsiri Bunga Lavender .......................................................... 3029
2.7 Losion ................................................................................................. 3130

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 3231

3.1 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 3231 Formatted: Centered


Formatted: Font: (Default) Times New Roman
3.1.1 Alat-alat Penelitian ........................................................................... 3231
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

ix
3.1.2 Bahan-bahan penelitian..................................................................... 3331
3.2 Subjek Penelitian ..................................................................................... 3332
3.2.1 Hewan Percobaan ............................................................................. 3332
3.2.2 Subjek Penelitian .............................................................................. 3332
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 3332
3.4 Besar Sampel ........................................................................................... 3432
3.5 Rancangan Penelitian .............................................................................. 3433
3.5.1 Desain Penelitian .............................................................................. 3433
3.5.2 Variabel Penelitian............................................................................ 3433
3.6 Prosedur Penelitian ............................................................................. 3534
3.6.1 Persiapan Hewan Coba ..................................................................... 3534
3.6.2 Persiapan Bahan Uji.......................................................................... 3634
3.7 Analisis Data ........................................................................................... 3837

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 4038

4.1 Hasil Penelitian........................................................................................ 4038


4.2 Pembahasan ............................................................................................. 4340

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 4945

5.1 Simpulan .................................................................................................. 4945


5.2 Saran ........................................................................................................ 4945

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 5146

LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 51

RIWAYAT HIDUP........................................................................................... 9165

Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tempat perindukan, tempat istirahat, dan perilaku nyamuk Culex sp. Formatted: Font: Not Bold

dewasa sebagai vektor Filariasis .............................................................. 14 Formatted: Font: Not Bold


Formatted: Font: Not Bold
Tabel 2.2 Filariasis limfatik .................................................................................. 4240
Tabel 4.1 Durasi daya repelen minyak atsiri bunga lavender dan losion minyak Field Code Changed

atsiri bunga lavender dari berbagai kelompok perlakuan..................... 4038


Tabel 4.2 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk ........................................................ 4139 Field Code Changed

Tabel 4.3 Hasil ANOVA rerata durasi daya repelen............................................. 4139 Field Code Changed
Field Code Changed
Tabel 4.4 Hasil uji Tukey HSD rerata durasi daya repelen ................................... 4240
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

xi
Formatted: None
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
DAFTAR GAMBAR
Field Code Changed
Field Code Changed

Gambar 2.1 Telur Culex quinquefasciatus.............................................................. 8 Field Code Changed


Field Code Changed
Gambar 2.2 Larva Culex quinquefasciatus ............................................................. 9
Field Code Changed
Gambar 2.3 Pupa Culex quinquefasciatus .............................................................. 9
Field Code Changed
Gambar 2.4 Nyamuk jantan dan betina dewasa Culex annulirostris .................... 10 Field Code Changed
Gambar 2.5 Kepala Nyamuk jantan dan betina dewasa Culex quinquefasciatus . 10 Field Code Changed

Gambar 2.6 Struktur anatomi nyamuk .................................................................. 11 Field Code Changed


Field Code Changed
Gambar 2.7 Siklus Hidup Nyamuk ....................................................................... 12
Field Code Changed
Gambar 2.8 Mikrofilaria Wuchereria bancrofti .................................................... 16
Field Code Changed
Gambar 2.9 Stadium dewasa dari Wuchereria bancrofti jantan dan betina ......... 16 Field Code Changed
Gambar 2.10 Peta persebaran negara endemis filariasis dengan status MDA setiap Field Code Changed

negara endemis filariasis ................................................................................... 1817 Field Code Changed


Field Code Changed
Gambar 2.11 Siklus hidup Wuchereria bancrofti ............................................ 2019
Field Code Changed
Gambar 2.12 Elephantiasis ............................................................................... 2221
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Gambar 2.13 Hidrokel....................................................................................... 2221 Formatted: Centered
Gambar 2.14 Struktur kimia DEET .................................................................. 2625 Formatted: Font: (Default) Times New Roman

xii
Gambar 2.15 Lavandula angustifolia................................................................ 2928 Formatted: Line spacing: 1.5 lines
Field Code Changed
Field Code Changed
Commented [IMD8]: Font type and size

Field Code Changed


Field Code Changed
Field Code Changed
DAFTAR LAMPIRAN Field Code Changed
Field Code Changed
Field Code Changed
LAMPIRAN I SURAT KEPUTUSAN ETIK PENELITIAN .................... 6251 Field Code Changed

LAMPIRAN II SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT Field Code Changed


Field Code Changed
SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)
Field Code Changed
............................................................................................ 6352
Field Code Changed
LAMPIRAN III HASIL ANALISIS STATISTIK........................................ 6453 Field Code Changed
Field Code Changed
LAMPIRAN IV ALAT DAN BAHAN PENELITIAN ................................ 7856
Field Code Changed
LAMPIRAN V CERTIFICATE OF ANALYSIS........................................... 8661 Field Code Changed
Field Code Changed
LAMPIRAN VI PROSEDUR PENELITIAN .............................................. 8762
Formatted: Font: (Default) +Body (Calibri), 11 pt,
LAMPIRAN VII DOKUMENTASI .............................................................. 8863 English (United States), Check spelling and grammar
Formatted: Normal
Formatted: Font: 14 pt
Formatted: Level 1
Formatted: Font: 14 pt, Not Bold
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
DAFTAR ISI ga bold ya rasanya? Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

xiii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii Formatted: Font: (Default) +Body (Calibri), 11 pt, Not
Bold
ABSTRAK 4 Formatted: Tab stops: Not at 5.74"

ABSTRACT 5

DAFTAR TABEL 11

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 12

BAB I 14

PENDAHULUAN 14

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 14


1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................... 17
1.3 Maksud dan Tujuan ..................................................................................... 17
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ........................................................................ 18
1.4.1 Manfaat Akademis ...................................................................................... 18
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................................... 18
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ............................................ 18
1.5.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 18
1.6 Hipotesis ...................................................................................................... 19
BAB II 20 Formatted: Tab stops: Not at 5.74"

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 20

2.1 Culex sp. ................................................................................................. 20


2.1.1 Taksonomi Culex sp. ............................................................................. 20
2.1.2 Morfologi Culex sp. .............................................................................. 21
2.1.3 Siklus Hidup Culex sp. .......................................................................... 25
2.1.1 Perilaku Culex sp. ................................................................................. 26
2.2 Filariasis Limfatik .................................................................................. 28
2.2.1 Epidemiologi Filariasis Limfatik .......................................................... 30
2.2.2 Patofisiologi Filariasis Limfatik............................................................ 33
2.2.3 Gejala Klinik Filariasis Limfatik .......................................................... 34
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
2.2.4 Penatalaksanaan Filariasis Limfatik...................................................... 36
Formatted: Centered
2.3 Repelen ................................................................................................... 37
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

xiv
2.3.1 Repelen Fisik......................................................................................... 37
2.3.2 Repelen Sintetik .................................................................................... 37
2.3.3 Repelen Alami....................................................................................... 40
2.3.4 Mekanisme Kerja Repelen .................................................................... 40
2.4 Minyak Atsiri ......................................................................................... 41
2.5 Lavender ................................................................................................. 42
2.5.1 Taksonomi Lavandula angustifolia ...................................................... 43
2.6 Minyak Atsiri Bunga Lavender .............................................................. 44
2.7 Losion ..................................................................................................... 45
BAB III 46 Formatted: Tab stops: Not at 5.74"

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 46

3.1 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 46


3.1.1 Alat-alat penelitian...................................................................................... 46
3.1.2 Bahan-bahan penelitian............................................................................... 46
3.2 Subjek Penelitian ......................................................................................... 47
3.2.1 Hewan Percobaan ....................................................................................... 47
3.2.2 Orang Percobaan ......................................................................................... 47
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 47
3.4 Besar Sampel ............................................................................................... 48
3.5 Rancangan Penelitian .................................................................................. 48
3.5.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 48
3.5.2 Variabel Penelitian...................................................................................... 48
3.6 Prosedur Penelitian ................................................................................. 49
3.6.1 Persiapan Hewan Coba ............................................................................... 49
3.6.2 Persiapan Bahan Uji.................................................................................... 50
3.7 Analisis Data ............................................................................................... 53
BAB IV 54 Formatted: Tab stops: Not at 5.74"

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 54

4.1 Hasil Penelitian............................................................................................ 54 Formatted: Tab stops: Not at 5.74"

4.2 Pembahasan ................................................................................................. 58 Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Centered
BAB V 62
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

xv
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 62

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 62


5.2 Saran ............................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63 Formatted: Tab stops: Not at 5.74"

LAMPIRAN I 69

SURAT KEPUTUSAN ETIK PENELITIAN ...................................................... 69

LAMPIRAN II 70

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................... 70

UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN ................................................ 70

(INFORMED CONSENT) ..................................................................................... 70

LAMPIRAN III 72

HASIL ANALISIS STATISTIK .......................................................................... 72

LAMPIRAN IV 72

ALAT DAN BAHAN PENELITIAN ................................................................... 72

LAMPIRAN V 72

CERTIFICATE OF ANALYSIS ............................................................................. 72

LAMPIRAN VI 73

PROSEDUR PENELITIAN.................................................................................. 73

LAMPIRAN VII 75

DOKUMENTASI 75

RIWAYAT HIDUP............................................................................................... 77

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 4 1 Durasi daya repelen minyak atsiri bunga lavender dan losion minyak Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.79", Line
spacing: 1.5 lines
atsiri bunga lavender dari berbagai kelompok perlakuan......................... 54
Field Code Changed
Tabel 4 2 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk .............................................................. 55
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Tabel 4 3 Hasil ANOVA rerata durasi daya repelen................................................... 56 Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Tabel 4 4 Hasil uji Tukey HSD rerata durasi daya repelen ......................................... 56 Formatted: Line spacing: 1.5 lines
Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

xvii
DAFTAR GAMBAR
Formatted: Line spacing: 1.5 lines
Gambar 2 1 Telur Culex quinquefasciatus26 .............................................................. 21 Field Code Changed

Gambar 2 2 Larva Culex quinquefasciatus26 .............................................................. 22 Formatted: Hyperlink, Font: (Default) Times New
Roman, 12 pt, Check spelling and grammar
Gambar 2 3 Pupa Culex quinquefasciatus26 ................................................................ 22
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Gambar 2 4 Nyamuk jantan (kiri) dan betina (kanan) dewasa Culex annulirostris26 . 23 Formatted: Hyperlink, Font: (Default) Times New
Gambar 2 5 Kepala Nyamuk jantan (kiri) dan betina (kanan) dewasa Culex Roman, 12 pt, Check spelling and grammar
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
quinquefasciatus26 ....................................................................................................... 23
Formatted: Hyperlink, Font: (Default) Times New
Gambar 2 6 Struktur anatomi nyamuk24 ..................................................................... 24 Roman, 12 pt, Check spelling and grammar

Gambar 2 7 Siklus Hidup Nyamuk28 .......................................................................... 25 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

35 Formatted: Hyperlink, Font: (Default) Times New


Gambar 2 8 Mikrofilaria Wuchereria bancrofti ....................................................... 30
Roman, 12 pt, Check spelling and grammar
Gambar 2 9 Stadium dewasa dari Wuchereria bancrofti jantan (kiri) dan betina Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
(kanan) 35 ..................................................................................................................... 30 Formatted ...

Gambar 2 10 Stadium dewasa dari Wuchereria bancrofti jantan (kiri) dan betina Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
(kanan) 35 ..................................................................................................................... 31
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Gambar 2 11 Siklus hidup Wuchereria bancrofti39..................................................... 33
Formatted ...
Gambar 2 12 Elephantiasis34 ...................................................................................... 35 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Gambar 2 13 Hidrokel34 .............................................................................................. 35 Formatted ...
45
Gambar 2 14 Struktur kimia DEET .......................................................................... 39 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Gambar 2 15 Lavandula angustifolia50 ....................................................................... 43
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

xviii
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
DAFTAR LAMPIRAN Formatted ...
Formatted ...
LAMPIRAN I Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
SURAT KEPUTUSAN ETIK PENELITIAN .................Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
LAMPIRAN II Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN....................Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN ..........Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
(INFORMED CONSENT) ..................................................Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
LAMPIRAN III Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
HASIL ANALISIS STATISTIK .......................................Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
LAMPIRAN IV Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
ALAT DAN BAHAN PENELITIAN .............................. Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
LAMPIRAN V Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
CERTIFICATE OF ANALYSIS ..........................................Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
LAMPIRAN VI Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
PROSEDUR PENELITIAN ..............................................Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
LAMPIRAN VII Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
DOKUMENTASI Error! Bookmark not defined.
Formatted ...
RIWAYAT HIDUP............................................................. Error! Bookmark not defined. Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...

xix
Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

xx
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Commented [is9]: spektrum
Commented [is10]: perkembangbiakan
Field Code Changed ...
BAB I
Formatted ...
PENDAHULUAN Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Commented [is11]: delete
Formatted ...
1.1 Latar Belakang Formatted ...
Formatted ...
Field Code Changed ...
Indonesia merupakan salah satu negara dengan iklim tropis di dunia. Iklim Formatted ...
tropis memungkinkan tersebarnya berbagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh Formatted ...
nyamuk, seperti malaria, demam berdarah, filariasis, dan chikungunya. Beberapa Formatted ...

penyakit tersebut bahkan menimbulkan epidemi yang berlangsung dalam Formatted ...
Formatted ...
spektrum yang luas dan cepat. Penyebab utama munculnya epidemi berbagai
Formatted ...
penyakit tersebut diakibatkan oleh perkembangbiakan dan penyebaran nyamuk
Commented [IMD12]: buag salah satu yang di bold
sebagai vektor penyakit.1 Formatted ...
Culex sp. merupakan salah satu genus nyamuk yang menjadi vektor penular Formatted ...

berbagai mikroorganisme misalnya penyakit arbovirus, dan filariasis, dan malaria. Field Code Changed ...
2 Formatted ...
Beberapa penyakit yang ditularkan oleh cucukan nyamuk Culex sp. yaitu,
Formatted ...
filariasis, Japanese Encephalitis, Saint Louis Encephalitis, dan West Nile Virus
Formatted ...
fever?..2,33 Formatted ...
Japanese encephalitis virus (JEV) adalah penyebab tersering encephalitis di Formatted ...
Asia yang dapat dicegah oleh vaksin. Japanese encephalitis terjadi di sebagian Formatted ...
4 Formatted ...
besar Asia dan sebagian Pasifik barat. Japanese encephalitis sebagian besar
5
Formatted ...
menjangkit anak-anak kurang dari 15 tahun di Asia. Jumlah kasus di Indonesia
Field Code Changed ...
tahun 2016 dilaporkan sebanyak 326 kasus. Kasus terbanyak dilaporkan terdapat Formatted ...
di Provinsi Bali dengan jumlah kasus 226 (69,3%).4–66 Formatted ...
Saint Louis Encephalitis virus (SLEV), yang termasuk family Flaviviridae, Field Code Changed ...
7 Formatted ...
adalah virus RNA yang ditransmisikan oleh nyamuk Culex sp. Saint Louis
8 Formatted ...
Encephalitis virus diisolasi pertama kali tahun 1933 di St. Louis, Missouri, USA.
Formatted ...

7
2

Penularan Saint Louis Encephalitis virus terjadi antara nyamuk, burung, kelelawar Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
7,8 7 Italic
atau mamalia lain.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
West Nile Virus merupakan arbovirus dari genus Flavivirus dalam familiy
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Flaviviridae.9 Virus ini pertama kali diidentifikasi di sungai Nil bagian barat Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

2
2 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Uganda, Afrika Timur, pada tahun 1937. Pada tahun 2014, virus tersebut telah Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

menginfeksi 12 warga di Surabaya Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. 9,1010 Formatted: Normal, Indent: First line: 0.25"
Field Code Changed
Filariasis atau sering disebut dengan kaki gajah adalah penyakit menular yang
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
disebabkan oleh infeksi cacing filarial yang ditularkan melalui cucukan nyamuk
Culex sp.11 Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko tertular penyakit Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

filariasis yang berada pada lebih dari 83 negara dan 60% kasus berada di Asia Field Code Changed

Tenggara. Pada tanggal 8 April 2002, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Commented [is13]: Trendnya bagaimana? 14 tahun ada
penurunan berate kah secara nasional / minimal di 5 daerah
telah mencanangkan dimulainya eliminasi filariasis di Indonesia dan telah endemis tertinggi?

menetapkan eliminasi filariasis sebagai salah satu program prioritas. Di Indonesia, Commented [RP14R13]: Untuk datanya tiap daerahnya
saya tidak dapat dok, hanya ada total di Indonesia, itu pun
12
pada tahun 2016 terdapat 13.009 kasus filariasis. Lima Provinsi dengan kasus tahun 2016

kronis filariasis tertinggi pada tahun 2016 yaitu Nusa Tenggara Timur (2.864), Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Commented [IMD15]: Urutan penulisannya mulai dari
Aceh (2.372), Papua Barat (1.244), Papua (1.184), dan Jawa Barat (955). Jumlah tahun 2002 lalu baru jelaskan hasilnya, narasi yg di atasnya..
kasus kronis filariasis di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan pada tahun 2016 jangan maju mundur 2016-2002-2016
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
menurun menjadi 249 dan 178 kasus dari 270 dan 232 kasus pada tahun 2015.
Field Code Changed
Sedangkan provinsi dengan jumlah kasus kronis filariasis meningkat, yaitu Jawa
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Barat dan Jawa Tengah sebesar 904 dan 504 kasus pada tahun 2015 menjadi 955
dan 505 kasus pada tahun 2016.13 Pada tanggal 8 April 2002, Menteri Kesehatan
Republik Indonesia telah mencanangkan dimulainya eliminasi filariasis di
Indonesia dan telah menetapkan eliminasi filariasis sebagai salah satu program
prioritas.3 Sampai tahun 2016, dari 236 kabupaten/kota yang merupakan daerah
endemis flariasis, 150 kabupaten/kota masih melaksanakan pemberian obat
pencegahan massal (POPM), sementara 86 kabupaten/kota lainnya telah selesai
melaksanakan POPM selama lima tahun berturut-turut dan sedang dalam tahap
evaluasi.3,11,12 13dapus, semua disarikan di akhir setiap paragraf, tidak per kalimat Field Code Changed

Untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut, upaya pengendalian nyamuk Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

dilakukan dengan prinsip 3M, yaitu menguras, menimbun, menutup. Upaya lain
untuk mencegah penularan adalah dengan penggunaan repelen. Sebagian besar
repelen yang tersedia saat ini mengandung bahan kimia diethyltoluamide (DEET) Commented [is16]: italics

sebagai bahan aktif. DEET mudah diserap melalui kulit dan masuk ke dalam Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

aliran darah sehingga mempengaruhi sistem saraf. Secara khusus, DEET


menyebabkan kejang dan bahkan kematian pada beberapa individu. Militer
3 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Amerika Serikat saat ini merekomendasikan penggunaan repelen repelen


sajapengusir nyamuk dengan kandungan kurang dari 33% DEET. American Formatted: Strikethrough

Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa penggunaan DEET pada Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

pengusir nyamuk untuk anak-anak tidak lebih dari 10%.13 Selain itu, Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Environmental Protection Agency (EPA) juga telah mengklasifikasi DEET Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
sebagai zat yang berpotensi sebagai karsinogenik.12,13
Not Highlight
.14 Tanaman lavender (Lavandula angustifolia) merupakan salah satu tanaman Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
yang dapat digunakan sebagai insektisida alami, karena efektif mengendalikan Formatted: Not Highlight

serangga (nyamuk). Hal ini disebabkan tanaman lavender mempunyai kairomon Field Code Changed
Field Code Changed
sebagai zat kimia yang menimbulkan aroma yang tidak disenangi oleh nyamuk.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Sampai saat ini penelitian tentang tanaman lavender (Lavandula angustifolia) Not Highlight

telah banyak dilakukan. Martha, dkk (2010) menyimpulkan bahwa tanaman Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

lavender ini cukup ampuh untuk mengusir nyamuk dalam waktu 5 menit, dan
melemahkan nyamuk dalam waktu 23 menit. Namun tidak menutup kemungkinan
nyamuk akan mati jika dibiarkan kontak lebih dari 23 menit.14
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang ga
usah diterjemahkan kalau tidak lazim (ethereal oil, volatile oil) adalah minyak
yang dihasilkan oleh tumbuhan. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu
kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tumbuhan
penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.15
Losion adalah istilah yang digunakan untuk larutan atau suspensi yang
digunakan secara topikal. Zat pembawa pada losion dapat mudah menyebar di
permukaan kulit dan absorpsi obat dapat ditingkatkan. Selain itu, zat pembawa
dapat bekerja sebagai penghambat evaporasi.16 Oleh karena itu, minyak atsiri Field Code Changed

perlu ditambahkan dengan basis losion untuk mencegah penguapan. 13 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Not Highlight
Sampai saat ini, belum ada belum ada penelitian daya repelen losion minyak
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
atsiri menggunakan hewan coba Culex sp. dengan metode yang sama dengan Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
peneliti. Tetapi penelitian yang sama dilakukan oleh Putra dkk menggunakan Field Code Changed

hewan coba Aedes aegypti. Hasilnya menunjukkan bahwa losion minyak atsiri Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

bunga lavender berefek sebagai repelen terhadap Aedes aegypti. yang


menggunakan metode yang sama dengan peneliti. Berdasarkan hal tersebut,
4 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

penulis tertarik untuk melakukan penelitian efektivitas repelen losion minyak


atsiri bunga lavender dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15% terhadap Culex sp.16 Commented [is17]: apakah penelitian atau publikasi
sudah ada sebelumnya?
Commented [RP18R17]: Belum ada dok. Ada yang
meneliti tetapi metodenya berbeda. Lengkapnya ada di
bagian akhir Bab IV dok.
Commented [IMD19]: Perlu diisinggung singkat misalkan
dengan publikasi yang metodnya sam tapi spesies nyamuk
berbeda, atau spesies Culex tapi metode yang lain. Nanti di
bab IV ditambahkan dnegan penjelasan yang berkorelasi
dengan hasil penelitian
1.2 Identifikasi Masalah Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Normal, Indent: First line: 0"
adalah:
1. Apakah losion minyak atsiri bunga lavender efektif digunakan sebagai repelen
terhadap nyamuk Culex sp.
2. Bagaimana efek losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, 15%
dibandingkan dengan DEET 15% sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp.
Formatted: Font: 9 pt

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mengetahui efektivitas repelen alami dari sediaan losion minyak atsiri
bunga lavender.

Tujuan :
1. Mengetahui efektivitas losion minyak atsiri bunga lavender sebagai repelen
terhadap nyamuk Culex sp.
2. Membandingkan efektivitas losion minyak atsiri bunga lavender dengan
DEET 15% sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp.
5 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah


Formatted: Font: (Default) +Body (Calibri), Not Bold

1.4.1 Manfaat Akademis Formatted: Normal, Add space between paragraphs of


the same style, Line spacing: single
Formatted: Font: (Default) +Body (Calibri), Not Bold
5 ketukan bukan di-tab / digeser indentasinya Karya Tulis Ilmiah ini Formatted: Normal, Line spacing: single

diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan referensi tentang efektivitas


repelen alami khususnya bunga lavender sebagai repelen nyamuk Culex sp.

1.4.2 Manfaat Praktis


Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi pada
masyarakat dan praktisi kesehatan mengenai durasi waktu serta efektivitas
pemakaian bunga lavender sebagai repelen alami pada nyamuk Culex sp.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian Formatted: Line spacing: Multiple 3 li

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Nyamuk memiliki banyak kelemahan utama, mereka mengandalkan indra


penciuman untuk hidup mereka. Misalnya untuk menemukan sumber makanan
(nektar), mencari lokasi peletakan telur yang sesuai, dan yang terpenting
menemukan host manusia.17 Field Code Changed

Secara umum, nyamuk apa spesifiknya?batau maksud penjelasan secara


umum? betina menghisap darah untuk mengambil protein yang digunakan untuk Commented [RP20]: Maksudnya secara umum dok,
18 semua jenis nyamuk
perkembangan telur-telur nyamuk tersebut. Sejumlah senyawa yang
Field Code Changed
disekresikan manusia terbukti sebagai penarik nyamuk, termasuk asam laktat dari
kulit manusia dan napas yang dihembuskan, 1-oktena-3-ol dari keringat dan napas
manusia, bahkan karbondioksida (CO2) merupakan penarik nyamuk paling
poten.17,18 Field Code Changed
6 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Nyamuk memiliki dua pasang sistem olfaktori, yaitu antena dan maxillary
palps. Organ penciuman itu ditutupi oleh rambut-rambut sensorik yang disebut
dengan sensilla, biasanya terdiri dari dua sampai tiga neuron olfaktori. Bau
mengaktifkan reseptor olfaktori yang diekspresikan pada dendrit neuron olfaktori
untuk mengirimkan sinyal ke otak. Tiga tipe reseptor olfaktori yang merespon
terhadap bau yaitu, odorant receptors (ORs), gustatory receptors (GRs), dan
ionotropic receptors (IRs). Mayoritas neuron olfaktori dari nyamuk
mengekspresikan satu dari 131 reseptor OR (OrX) yang berhubungan dengan
olfactory receptor cereceptor (Orco). OrX membantu membentuk odorant-gated
ion channel yang membuka ketika berikatan dengan bau.17 Field Code Changed

Tanaman lavender mempunyai kandungan aktif berupa flavonoid; rosmarinic


acid, chlorogenic acid, caffeic acid 2-(3,4-dihydroxyphenyl) ethenyl ester
(terdapat pada bunga), flavonoid; hypolaetin, scutellarein, salvigenin, mMalvidin, Commented [is21]: sama / beda dgn flavonoid di awal?

xanthomicrol, delphinidine (terdapat pada daun), dan terpenoid; linalil asetat, Commented [RP22R21]: Itu maksudnya kandungan
flavonoid di bunga ada rosmarinic acid dll, sedangkan
linalol, 1,8-cineole, camphor, ursolic acid, oleanolic acid yang bersifat sebagai flavonoid di daun yaitu hypolaetin dll.

repelen dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun pernapasan.18 Field Code Changed

1.6 Hipotesis

1. Losion minyak atsiri bunga lavender efektif digunakan sebagai repelen


terhadap nyamuk Culex sp.
2. Losion minyak atsiri bunga lavender mempunyai potensi yang sama efektif
dengan losion DEET 15% sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp. Formatted: Font: Not Italic

2.
7 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Different first page header

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Formatted: Line spacing: single

2.1 Culex sp. Formatted: Line spacing: Multiple 2.5 li

Genus Culex terdiri atas sekitar 550 spesies dimana sebagian besar ditemukan
daerah tropis dan subtropis. Beberapa spesies dari genus Culex ini penting sebagai
vector penular penyakit filariasis dan penyakit arbovirus, seperti penyakit
Japanese encephalitis.19 Field Code Changed

Culex pipiens quinquefasciatus atau sering disebut Culex fatigans merupakan


vektor penular filariasis pada manusia, sedangkan Culex pipiens adalah vektor
penyakit St. Louis encephalitis. Culex tarsalis adalah vektor penyakit Western
encephalitis dan St. Louis encephalitis. Culex tritaeniorhynchus merupakan vektor
utama penyakit Japanese B encephalitis yang banyak dijumpai di Asia Tenggara
dan Asia Timur. Spesies Culex yang banyak ditemukan di Indonesia yaitu Culex
quinquefasciatus.20 Field Code Changed

2.1.1 Taksonomi Culex sp. Formatted: Indent: First line: 0", Line spacing:
Multiple 2.5 li

Kingdom : Animalia Formatted: Font: Not Italic

Filum : Arthropoda Formatted: Font: Not Italic

Kelas : Insecta Formatted: Font: Not Italic

Ordo : Diptera Formatted: Font: Not Italic

Subordo : Nematocera Formatted: Font: Not Italic

Famili : Culicidae Formatted: Font: Not Italic


Formatted: Font: Not Italic
Subfamili : Culicinae Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Centered

7
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Genus : Culex. Formatted: Font: Not Italic

Spesies : Culex sp.21 Commented [RP23]: Menurut petugasnya pesiesnya


tidak diketahui dok, karena harus identifikasi lagi lebih
lanjut. Jadi hanyan Culex sp dok. TERUS UDAH GITU AJA,
COBA TANYAKAN LAGI KE PROF SUSY
Field Code Changed
2.1.2 Morfologi Culex sp.

Telur Culex sp. berbentuk seperti peluru senapan yang meruncing dengan
puncak seperti mangkuk dan tidak mempunyai pelampung. Telur melekat satu
sama lain membentuk sepertibuah rakit dan diletakkan di permukaan air bersih
(Gambar 2.1). Ukuran panjang telur Culex sp. yaitu sekitar 0,7 mm, dibungkus Commented [IMD24]: Jangan terlalu jauh dari penjelasan
minimal di atas atau di bawah paragraf yang menjelaskan
dalam kulit yang berlapis tiga yang mempunyai saluran berupa corong untuk gambar itu.

masuknya spermatozoa. Jumlah telur yang diletakkan satu kali yaitu maksimum
100 sampai 400 butir. Telur yang baru diletakkan berwarna putih, tetapi setelah
satu sampai dua jam berubah menjadi hitam.22,23 Field Code Changed

Gambar 2 1 Telur Culex quinquefasciatus57 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 10 pt,
Gambar 2.1 Telur Culex quinquefasciatus57 Not Italic, Font color: Auto
Formatted: Caption, Centered, Indent: Left: 0", First
line: 0", Line spacing: single
Larva Culex sp. mempunyai bentuk yang panjang dan tanpa kaki dengan
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 10 pt,
rambut yang tersusun secara simetris sepanjang tubuhnya. Larva Culex sp. terbagi Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 10 pt,
menjadi tiga bagian terpisah, yaitu kepala dengan bagian mulutnya, mata, dan
Not Italic, Font color: Auto, Superscript
sepasang antena; thorax; dan abdomen terdiri dari tujuh segmen dan tiga segmen Formatted: Font: 10 pt

posterior. Kepala mempunyai mata majemuk, antena berbulu, dan bagian mulut.
Segmen posterior abdomen terdiri dari empat tonjolan (papilla analis) dengan
pelana yang tertutup. Sifon yang panjang dan kurus tumbuh dari segmen abdomen
kedelapan dengan lubang udara (spirakel) pada ujungnya untuk bernafas. Sifon
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Culex sp. memiliki beberapa kelompok bulu sifon.23 Larva Culex sp. Field Code Changed

menggantung pada permukaan air secara diagonal, seperti ditunjukkan pada


Gambar 2.2. Commented [IMD25]: Idem, dekatkan gambar terkait
dengan paragraf terkait

Proporsi dan tata penempatan gambar , keterangan gambar perhatikan

Gambar
Gambar 2.
2 2 Larva Culex Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 11 pt,
quinquefasciatus57
57
Not Italic, Font color: Auto
Formatted: Caption, Centered, Indent: Left: 0", First
Pupa Culex sp. mempunyai bentuk bengkok dengan kepala besar yang line: 0", Line spacing: single

berbentuk seperti tanda Ttanya (Gambar 2.3). Pupa Culex sp. terdiri dari Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 11 pt,
Font color: Auto
cephalothorax yang memiliki sepasang tabung pernapasan di bagian dorsalnya Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 11 pt,
untuk bernafas serta abdomen yang sempit dan memanjang dengan pengayuh Not Italic, Font color: Auto, Superscript
Commented [IMD26]: Idem, dekatkan gambar terkait
(paddle) pada ujungnya untuk bergerak. Adanya pengayuh ini memungkinkan dengan paragraf terkait
pupa untuk menyelam ke dasar air dengan cepat. Pupa sangat mudah musnah jika
dibekukan atau dikeringkan. 22,23 Field Code Changed

Gambar 2. titiknya kok ilang di semua


penomoran?3 Pupa Culex quinquefasciatus57 Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Culex sp. stadium dewasa memiliki scutellum trilobus dengan rambut-rambut


halus di setiap lobusnya, kecuali di daerah postspiracular dan spiracular.
Abdomen berbentuk silinder dengan ujung tumpul dan terdiri atas 10 ruas. Dua
ruas terakhir berubah menjadi alat kelamin (cerci) yang pendek dan oval.24 Field Code Changed

Sebagian besar thorax diliputi bulu halus. Sisik sayap Culex sp. sempit dan
panjang, tumbuh mengikuti letak vena pada permukaan sayap. Nyamuk jantan
lebih kecil daripada nyamuk betina. Kepalanya mempunyai probosis halus dan
panjang yang melebihi panjang kepala (Gambar 2.4). Pada nyamuk betina,
probosis dipakai sebagai alat untuk mengisap darah. Sedangkan pada nyamuk
jantan untuk mengisap bahan-bahan cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-
buahan, dan keringat. Di kiri dan kanan probosis terdapat palpus yang terdiri atas
lima ruas dan sepasang antena yang terdiri atas 15 ruas. Pada betina, palpus lebih
pendek daripada probosis dan antenanya berambut jarang (pilose), sedangkan
pada jantan palpus lebih panjang daripada probosis dan antenanya berambut lebat
(plumose) yang dapat dilihat secara kasat mata.23 (Gambar 2.5) Field Code Changed

Gambar 2.4 Nyamuk jantan (kiri) dan betina (kanan) dewasa


Culex annulirostris57

Gambar 2.5 Kepala Nyamuk jantan (kiri) dan betina (kanan) dewasa
Culex quinquefasciatus57

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Culex sp. dewasa memiliki tiga pasang kaki (heksapoda) yang melekat
pada thorax dan setiap kaki terdiriidir dari satu ruas femur, satu ruas tibia, dan Formatted: Not Highlight
23
lima ruas tarsus. (Gambar 2.6) Field Code Changed

Gambar 2.6 Struktur anatomi nyamuk22 Field Code Changed


Field Code Changed

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

1.1.3 Siklus Hidup Culex sp.

Nyamuk Culex sp. mengalami metamorfosis sempurna, yaitu dari telur


menjadi larva, pupa, kemudian dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di
dalam air sedangkan stadium dewasa hidup berterbangan.23 Field Code Changed

Gambar 2.7 Siklus Hidup Nyamuk25 Field Code Changed


Field Code Changed

Stadium telur berlangsung selama satu sampai tiga hari pada suhu 30oC, tetapi
pada suhu 16oC membutuhkan 7 hari. Setelah menetas, telur berubah menjadi
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

larva. Larva Culex sp. memperoleh makanan melalui arus yang dibuat oleh lateral
palatal brushes ke arah mulut. Makanan larva antara lain alga, bakteri, dan bahan-
bahan kecil sebesar 20-100 mikronmeter. Siklus larva berlangsung sekitar 30
minggu, tetapi dapat berkisar antara dua sampai enam bulan bergantung pada
persediaan makanan dan suhu. Larva kemudian menjadi pupa.23 Field Code Changed

Stadium pupa berlangsung dua sampai lima hari, tetapi dapat mencapai 10
hari pada suhu rendah. Di bawah suhu 10oC pupa tidak ada perkembangan. Ketika
menetas, kulit pupa tersobek oleh gelembung udara dan kegiatan nyamuk stadium
dewasa yang melepaskan diri.22 Field Code Changed

Setelah metamorfosis selesai, nyamuk memasuki stadium dewasa. Nyamuk


jantan dan betina berkopulasi, kemudian nyamuk betina mencari darah untuk
perkembangan telur.26 Field Code Changed

2.1.1 Perilaku dan Karakteristik Culex sp. Formatted: Indent: First line: 0"

Nyamuk Culex sp. dewasa mendapat nutrisi dari buah dan nektar untuk energi.
Sedangkan untuk perkembangan telur, nyamuk betina memerlukan darah yang
dapat diambil dari darah hewan (zoofilik) atau darah manusia (antropofilik) pada
malam hari. Nyamuk dewasa mempunyai jarak terbang dari tempat perindukan ke
sumber makanan hanya beberapa puluh meter saja. 22,23 Field Code Changed

Daya penarik jarak jauh disebabkan oleh perangsangan bau dari zat-zat yang
dikeluarkan hewan atau manusia, khususnya karbon dioksida (CO2) beberapa
asam amino serta lokasi yang dekat pada suhu hangat dan kelembaban. Lokasi
hospes yang potensial dideteksi berdasarkan rangsangan olfaktorius, visual, dan
termal. Antena nyamuk betina memiliki sejumlah kemoreseptor yang merespon
bau hospes. Rangsangan olfaktorius yang utama adalah karbon dioksida, asam
laktat, oktenol, aseton, butanon, dan campuran-campuran fenol. Karbon dioksida
dan asam laktat merupakan rangsangan yang paling baik untuk nyamuk. 22,27 Field Code Changed
Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Rangsangan visual berguna pada jarak dekat dan biasanya dimanfaatkan oleh
nyamuk untuk mencucuk pada siang hari. Mata nyamuk dapat membedakan
bentuk, gerakan, intensitas warna, kontras, dan warna. Nyamuk terutama tertarik
pada warna biru, hitam, dan merah, tetapi kurang tertarik pada warna putih dan
kuning. Rangsangan termal dari tubuh dapat diterima oleh nyamuk dengan cara
mendeteksi perbedaan suhu. Nyamuk dapat dengan mudah mendeteksi perbedaan
suhu sebesar 0,2oC.26 Field Code Changed

Setelah mengisap darah, nyamuk betina mencari tempat untuk menunggu


proses perkembangan telur maupun tempat istirahat sementara. Sebagian nyamuk
memilih di dalam rumah (endofilik) yaitu dinding rumah, ada pula yang memilih
di luar rumah (eksofilik) yaitu tanaman, kandang, tempat dekat tanah, atau di
tempat tinggi. Nyamuk Culex sp. lebih sering mengisap darah pada malam hari
(night-biters).23 Field Code Changed

Tabel 2.1 Tempat perindukan, tempat istirahat, dan perilaku nyamuk Culex sp. dewasa Commented [RP27]: Di panduan yang baru formatnya
begini dok
sebagai vektor filariasis23
Formatted: Font: Not Bold
Vektor Tempat perindukan Tempat istirahat Perilaku Formatted: Font: Not Bold
Formatted: Font: Not Bold
Cx.quinquefasciatus Comberan dengan air Di dalam dan luar Antropofilik,
Formatted: Font: Not Bold
keruh dan kotor dekat rumah (pada benda zoofilik, mencucuk
Font, spasi cek lagi
rumah yang menggantung malam hari
dan berwarna gelap)

Cx.annulirostris Sawah, daerah pantai Di dalam dan luar Mencucuk malam


dan rawa yang berair rumah hari
payau

Cx.bitaeniorrhynchus Tempat yang Di luar rumah Antropofilik,


mengandung lumut zoofilik, mencucuk
dalam air tawar atau malam hari di dalam
di air payau dan luar rumah

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Pada umumnya nyamuk betina hidup lebih lama daripada nyamuk jantan. Pada
musim panas, nyamuk betina biasanya dapat bertahan sampai sekitar dua minggu,
sedangkan nyamuk jantan biasanya hanya bertahan enam sampai tujuh hari.24 Field Code Changed

2.2 Filariasis Limfatik

Filariasis limfatik atau disebut juga penyakit kaki gajah merupakan salah satu
penyakit tropis yang sering terabaikan. Penyakit ini disebabkan oleh cacing dari
superfamili Filarioidea dan famili Onchocercidae. Terdapat tiga spesies penyebab
filariasis limfatik pada manusia di Indonesia yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi, dan Brugia timori. Panjang cacing jantan sekitar 3-4 cm, sedangkan untuk
cacing betinajantan sekitar 8-10 cm. Cacing jantan dan betina ini hidup di dalam
sistem limfatik manusia dimana sistem limfatik ini berfungsi untuk keseimbangan
cairan tubuh serta melawan infeksi.28,29 Field Code Changed

Secara epidemiologi cacing filaria dibagi menjadi 6 tipe, yaitu :

a. Wuchereria bancrofti tipe perkotaan (urban)


5ketuk menjorok bukan di tab, cek seluruh draftDitemukan di daerah
perkotaan seperti Bandung, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Semarang, Pekalongan
dan sekitarnya memiliki periodisitas nokturna (mikrofilaria banyak terdapat di
dalam darah tepi pada malam hari, sedangkan pada siang hari banyak terdapat
di kapiler organ dalam seperti paru-paru, jantung dan ginjal), ditularkan oleh
nyamuk Culex quinquefasciatus yang berkembang biak di air limbah rumah
tangga.

b. Wuchereria bancrofti tipe pedesaan (rural)


Ditemukan di daerah pedesaan di luar Jawa, terutama tersebar luas di Papua
dan Nusa Tenggara Timur, mempunyai periodisitas nokturna yang ditularkan
melalui berbagai spesies nyamuk Anopheles, Culex dan Aedes.

c. Brugia malayi tipe periodik nokturna


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada malam hari. Nyamuk penularnya


adalah Anopheles barbirostis yang ditemukan di daerah persawahan.

d. Brugia malayi tipe subperiodik nokturna


Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada siang dan malam hari, tetapi
lebih banyak ditemukan pada malam hari (subperiodik nokturna). Nyamuk
penularnya adalah Mansonia sp. yang ditemukan di daerah rawa.

e. Brugia malayi tipe non periodik


Mikrofilaria ditemukan di darah tepi baik malam maupun siang hari (non
periodik). Nyamuk penularnya adalah Mansonia bonneae dan Mansonia
uniformis yang ditemukan di hutan rimba.

f. Brugia timori tipe periodik nokturna


Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada malam hari. Nyamuk penularnya
adalah Anopheles barbirostis yang ditemukan di daerah persawahan di Nusa
Tenggara Timur, Maluku Tenggara.30 Field Code Changed

Cacing filaria dapat bertahan dalam tubuh manusia hingga 6-7 tahun. Selama
hidupnya, cacing ini bereproduksi hingga jutaan mikrofilaria (larva imatur) yang
bersirkulasi dalam darah.31 Field Code Changed

Formatted: No underline, Font color: Auto

Formatted: No underline, Font color: Auto

Formatted: No underline, Font color: Auto


Gambar 2.8 Mikrofilaria Wuchereria Gambar 2.9 Stadium dewasa dari
bancrofti32 Wuchereria bancrofti jantan (kiri) dan
betina (kanan) 32 Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

32
Field Code Changed

2.2.1 Epidemiologi Filariasis Limfatik

Filariasis limfatik dilaporkan telah menyerang sekitar 67,88 juta orang pada 73
negara di seluruh dunia. Penyakit ini menyebabkan disabilitas permanen, antara
lain menyebabkan 19,43 juta kasus hydrocele; 16,68 juta kasus limfedema; dan
2,02 juta kasus kecacatan. Pada tahun 2000, WHO mencanangkan sebuah
program yaitu Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis (GPELF).
Pada tahun 2012, WHO menetapkan target eliminasi penyakit tropis menjadi
tahun 2020. Program GPELF tersebut mencakup dua program, yaitu pemberian
single-dose mass drug administration (MDA) dengan kombinasi albendazole dan
diethylcarbamazine (DEC) atau ivermectin sampai minimal lima tahun pada
populasi berisiko, serta menurunkan angka kematian akibat filariasis. Hasilnya
pada tahun 2014, 73 negara yang merupakan negara endemis, 18 negara berhasil
menjalankan program tersebut, sedangkan 55 negara sisanya masih memerlukan
MDA. Indonesia mendapat target pengobatan MDA yaitu 49.664.550 orang dan
hanya 21.666.387 orang yang telah menjalani pengobatan, sekitar 23,4% dari total
populasi yang membutuhkan pengobatan MDA (92.760.478 orang) hitung dari
mana? Kalau dari total 49 juta 40% an ?? yang telah menjalani pengobatan.31,33,34 Field Code Changed

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Gambar 2.10 Stadium dewasa dari Wuchereria bancrofti jantan (kiri) dan betina (kanan) Field Code Changed
33
Peta persebaran negara endemis filariasis dengan status MDA setiap negara endemis
Field Code Changed
filariasis34
Field Code Changed

Strategi untuk eliminasi filariasis di Indonesia yaitu Pemberian Obat


Pencegahan Massal (POPM) dengan pemberian obat diethylcarbamazine dan
albendazol, yang merupakan kesepakatan dengan WHO pada tahun 2002. Data di
Indonesia menunjukan pada tahun 2015, kasus filariasis menurun menjadi 13.032
kasus dari 14.932 kasus pada tahun 2014. Pada tahun 2016, kasus filariasis turun
menjadi 13.009 kasus. Indonesia dilaporkan terdapat 29 provinsi dan 239
kabupaten/kota endemis filariasis, sehingga diperkirakan sebanyak 102.279.739
orang di daerah tersebut berisiko terinfeksi filariasis. Jumlah kabupaten/kota
endemis filariasis tersebut menurun pada 2016 diakibatkan karena beberapa telah
menyelesaikan tahapan eliminasinya.35 Field Code Changed

5 ketukanPrevalensi mikrofilaria pada tahun 2015 rata-rata sebesar 4,7%. Jika


penyebaran tidak segera ditangani, diperkirakan penderita filariasis akan
bertambah menjadi 4.807.148 orang. Hingga tahun 2015, terdapat 48
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

kabupaten/kota telah selesai melaksanakan POPM filariasis selama 5 tahun, akan


tetapi hanya 26 kabupaten/kota yang lulus tahap evaluasi. Kabupaten/kota yang
gagal, kembali melaksanakan POPM hingga 2 tahun untuk dievaluasi kembali.35 Field Code Changed

Formatted: Font: 2 pt
Tabel 2. 2 Filariasis limfatik36

Spesies Distribusi Vektor Habitat Habitat Periodisitas Formatted Table


Cacing Mikrofilaria
Dewasa

Wuchereria Daerah tropis Culex, Aedes, Sistem limfatik Darah Nokturna


bancrofti dan subtropis Anopheles,
Mansonia

Brugia Asia tenggara Mansonia, Sistem limfatik Darah Nokturna Formatted: Font: 10 pt
malayi dan subkontinen Anopheles,
India Aedes

Brugia Kepulauan di Anopheles Sistem limfatik Darah Nokturna Formatted: Font: 10 pt


timori Indonesia,
Timor, Nusa
Tenggara

2.2.2 Patofisiologi Filariasis Limfatik Formatted: Indent: Left: 0.15"

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Formatted: Font: Bold


Formatted: Font: Bold

Gambar 2.11 Siklus hidup Wuchereria bancrofti 37 Field Code Changed


Field Code Changed

Ketika mengisap darah, nyamuk betina yang terinfeksi akan melepaskan larva
filaria stadium tiga ke dalam kulit manusia melalui luka akibat cucukan nyamuk
tersebut. Larva tersebut kemudian berkembang menjadi cacing dewasa di dalam
sistem limfatik. Ukuran cacing betina panjangnya kira-kira 80-100 mm dengan
diameter 0,24-0,30 mm. Sedangkan panjang cacing jantan kira-kira 40 mm
dengan diameter 1 mm. Cacing dewasa memproduksi mikrofilaria yang
panjangnya kira-kira 244-296 μm dan diameter 7.5-10 μm dengan pembungkus.
Mikrofilaria tersebut bergerak aktif di dalam pembuluh limfe dan pembuluh
darah. Setelah itu, nyamuk akan mengisap darah manusia yang telah terinfeksi
mikrofilaria. Selanjutnya mikrofilaria tersebut menembus dinding usus nyamuk
dan berkembang di dalam otot thorax. Mikrofilaria berkembang menjadi larva
Commented [IMD28]: Artinya?
stadium satu sampai stadium tiga yang infeksius dan beredar melalui hemocoel
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

(rongga berisi darah pada arthropoda) ke probosis nyamuk. Manusia lainnya bisa
terinfeksi karena cucukan nyamuk tersebut.37 Field Code Changed

Penularan Filariasis dapat terjadi bila ada tiga unsur, yaitu adanya :

a. sumber penularan, baik manusia atau hospes reservoir yang mengandung


mikrofilaria dalam darahnya;
b. vektor, yakni nyamuk yang dapat menularkan Filariasis; dan
c. manusia yang rentan terhadap Filariasis.30 Field Code Changed

2.2.3 Gejala Klinik Filariasis Limfatik

Gejala infeksi filariasis limfatik meliputi asimptomatik, akut dan kronis.


Sebagian besar infeksi bersifat asimptomatik, yaitu tidak menunjukkan tanda-
tanda infeksi. Walaupun demikian, infeksi dapat menyebabkan kerusakan sistem
limfatik dan ginjal, serta mengganggu sistem kekebalan tubuh.31 Field Code Changed

Filariasis akut ditandai dengan gejala demam berulang selama 3-5 hari.
Demam dapat hilang bila istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat. Gejala
kronis seperti pembengkakan kelenjar getah bening (KGB) di daerah lipatan paha,
ketiak (lymphedema) yang tampak kemerahan, panas dan sakit serta penebalan
kulit atau jaringan (elephantiasis) juga dapat terjadi. Abses filarial terjadi akibat
seringnya pembengkakan KGB, dapat pecah dan mengeluarkan nanah dan/atau
darah (Gambar 2.12)31,35 Field Code Changed

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Gambar 2 12 Elephantiasis34

Filariasis kronis memiliki gejala dan tanda klinis berupa pembesaran yang
menetap pada tungkai, lengan, payudara, atau buah zakar. Munculnya gejala dapat
disebabkan oleh mikrofilaria dan cacing dewasa baik yang hidup maupun mati.
Mikrofilaria biasanya tidak menimbulkan kelainan, tetapi dalam keadaan tertentu
dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas terhadap antigen mikrofilaria (occult
filariasis) yang ditandai dengan eosinophilia dan peningkatan kadar IgE. Gejala
yang disebabkan oleh cacing dewasa menyebabkan limfadenitis dan limfangitis
retrograde disusul dengan obstruktif kronis.35 Field Code Changed

Inflamasi dan aliran limfe yang tersumbat menimbulkan manifestasi


lymphedema, elephantiasis, serta hidrokel (akumulasi cairan pada rongga
skrotum). (Gambar 2.13)31 Field Code Changed

Gambar 2 13 Hidrokel31

2.2.4 Penatalaksanaan Filariasis Limfatik


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Diethylcarbamazine (DEC) adalah pilihan terapi filariasis untuk saat ini. Obat
ini mempunyai pengaruh yang cepat terhadap mikrofiaria. Dalam beberapa jam
mikrofilaria di peredaran darah mati. Cara kerja DEC adalah melumpuhkan otot
mikrofilaria dan mengubah komposisi dinding mikrofilaria menjadi lebih mudah
dihancurkan oleh sistem imun tubuh. DEC juga menyebabkan matinya sebagian
cacing dewasa dan menghambat perkembangan cacing dewasa yang masih hidup
selama 9-12 bulan, sehingga penularan dapat dicegah. Beberapa studi mengatakan
untuk membunuh cacing dewasa harus ditambah doksisilklin (200 mg/hari selama
4-6 minggu). DEC dapat diberikan dalam dua belas hari dengan dosis 6 Commented [IMD29]: 1/12 hari??? Kurang jelas
deskripsinya.
mg/kg/hari, 3 dosis/hari setelah makan. Walaupun pengobatan selama dua belas
Commented [RP30R29]: Intinya mau pemberian 12 hari
hari merupakan standar terapi, dosis tunggal sama efeknya. Pemberian selama dua atau 1 hari hasilnya setelah 12 bulan sama saja dok,
perbedaannya di bulan 1, 3, dan 6
belas hari dibandingkan dengan dosis tunggal didapatkan kadar mikrofilaremia
yang sama setelah dua belas bulan, meskipun pada bulan satu, tiga, dan enam
kadar microfilaremia cukup tinggi pada pemberian dosis tunggal. Efek samping
yang paling umum adalah pusing, mual, demam, sakit kepala, mialgia, arthralgia.
DEC juga dapat digunakan untuk kasus asimptomatik.29–31 Field Code Changed

Albendazol dikenal sebagai obat yang digunakan dalam pengobatan cacing


usus (cacing gelang, cacing kremi, cacing cambuk, dan cacing tambang).
Albendazole juga dapat meningkatkan efek DEC dalam membunuh cacing filaria
dewasa dan mikrofilaria. Dosis Albendazole yang dianjurkan yaitu 400 mg, dua
kali dalamselama 21 hari.30 Albendazole dan ivermectin (150-200 mcg/kg) Field Code Changed

digunakan terapi alternatif pada filariasis limfatik. Albendazole bersifat


makrofilarisidal, sedangkan ivermectin bersifat mikrofilarisidal. 30,31 Formatted: Superscript
Field Code Changed
Berdasarkan Permenkes no. 94 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Field Code Changed
Filariasis, obat yang diberikan pada kegiatan POPM adalah DEC dikombinasikan
dengan Albendazole, diberikan sekali setahun minimal 5 tahun berturut-turut.
Gejala seperti sakit kepala, pusing, demam, mual, muntah, menurunnya nafsu
makan, nyeri otot, nyeri sendi, lemas dan kadang-kadang asma bronkial dapat
timbul akibat mikrofilaria dan cacing dewasa yang mati sebagai hasil kerja dari
DEC dan Albendazole (Kejadian Ikutan Pasca Pengobatan Filariasis). Oleh karena
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

itu, obat dan alat yang perlu disiapkan di pos-pos pemberian obat yaitu
parasetamol, kortikosteroid injeksi dan tablet, CTM, adrenalin injeksi, antasida
doen, amoksilin, salep antibiotic, infus set, antibiotika oral, cairan infus Ringer
Laktat, dan vitamin B6.30 Field Code Changed

Lymphoedema dan elephantiasis bukan merupakan indikasi terapi DEC karena


pasien biasanya sudah tidak terinfeksi oleh cacing filaria secara aktif. Sanitasi
yang baik dan perawatan luka yang benar mencegah infeksi bakteri. Fisioterapi
dapat mencegah perburukan lymphedema. Sementara itu, pasien hidrokel hanya
dapat diatasi dengan drainase berulang atau tindakan operasi.29,38 Field Code Changed

2.3 Repelen

Repelen adalah bahan-bahan yang digunakan pada kulit untuk menjauhkan


serangga dan mencegah gigitan serangga pada manusia. Ada tiga jenis repelen,
yaitu repelen fisik, repelen sintetik, dan repelen alami. Repelen sintetik dan alami
sangat efektif ketika diaplikasikan pada kulit, walaupun mungkin ada interaksi
antara kulit dan bahan repelen yang dapat menimbulkan efek samping seperti
iritasi kulitKULIT? oleh karena absorpsi. 39 Commented [IMD31]: Maksudnya? ES kayak apa? Rash?
Atau apa?
Repelen yang baik adalah yang dapat menahan kulit dari gigitan serangga Field Code Changed

kurang lebih delapan jam, tidak menimbulkan iritasi, tidak beracun, tahan
pencucian, tidak berasa dan tidak berbau. Sampai saat ini belum ada yang Commented [RP32]: Dari jurnal memang seharusnya
40 tidak berbau dok, yang diutamakan daya repelennya saja
memenuhi semua kriteria tersebut. dok. Mungkin repelen yang ada itu berbau tdk enak dok,
sehingga ditambahkan pewangi
Field Code Changed

2.3.1 Repelen Fisik

Repelen fisik adalah alat-alat yang mencegah serangga dengan memodifikasi


daya terbang serangga dan/atau indentifikasi manusia. Contoh repelen fisik adalah
alat dengan gelombang ultrasonik dan kelambu.40 Field Code Changed

Formatted: Justified, Indent: Left: 0", First line: 0.24"


2.3.2 Repelen Sintetik
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Repelen sintetik adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menjauhkan


dari serangga. Contoh repelen sintetik adalah N,N-diethyl-meta-toluamid (DEET),
IR3535 (3-(N-buthyl-N-acetyl)-aminopropionic acid), picaridin (2-(2-
hidroxyethyl)-1-piperidinecarboxylic acid 1-methylpropil ester), permethrin,
allethrin, metofluthrin, dimethyl phthalate (DMP), dan ethylhexanediol. Dari
banyaknya repelen sintetik, hanya ada tiga yang cocok untuk manusia, yaitu
DEET, DMP, dan ethylhexanediol. Repelen sintetik yang paling sering digunakan
yaitu DEET.40 Field Code Changed

2.3.2.1 DEET

DEET adalah bahan kimia aktif yang digunakan untuk menangkal serangga.
DEET dipatenkan pada tahun 1943 oleh militer Amerika Serikat dan mulai
dipasarkan sejak 1956. Repelen yang mengandung DEET memiliki proteksi
terbaik untuk menangkal serangga, bukan untuk membunuh serangga. Beberapa
serangga yang dikenal efektif terhadap bahan ini antara lain nyamuk, kutu, larva
tungau, dan sebagainya. Sifat dari bahan ini yaitu berminyak, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak larut air dan gliserin, serta larut dalam alkohol, eter dan
polyethylene glycols. DEET mampu menangkal nyamuk hingga 8 jam. Menurut
penelitian Fradin dan Day, DEET 23,8% dapat menangkal nyamuk rata-rata 301,5
menit.40,41 Field Code Changed

Bahan ini biasanya digunakan secara langsung pada kulit dalam bentuk cairan,
losion, spray, dan bahan yang dapat diserap. Konsentrasi DEET dalam produk ini
bervariasi dari 4% sampai 100%. Konsentrasi tinggi bukan berarti efektivitas
repelennya lebih baik, melainkan durasi efektivitasnya lebih lama. Penggunaan
konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan ruam, lepuh, dan iritasi kulit.42 Field Code Changed

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Gambar 2 14 Struktur kimia DEET43 Field Code Changed


Field Code Changed
2.3.2.1.1 Mekanisme Kerja DEET

DEET bekerja dengan cara menghambat kemoreseptor pada antena nyamuk.


Berdasarkan beberapa penelitian, DEET bertindak sebagai pengecoh (confusant), Commented [RP33]: Pembingung gitu ya dok? Confuse =
bingung menyebabkan distraksi ?
mengganggu pengenalan bau pada olfactory receptor neurons (ORNs) atau Kalau penulis bingung nulisnya, apalagi yang baca

odorant receptor (ORs). Penelitian lain mengatakan bahwa DEET bertindak


sebagai stimulus dengan menonaktifkan ORNs atau OR yang menghasilkan
perilaku penghindaran.44 Field Code Changed

2.3.2.1.2 Farmakologi dan Toksikologi DEET

Studi pada manusia menunjukkan absorbsi DEET berkisar antara 9-56% dari
dosis yang diaplikasikan secara topikal. DEET yang digunakan secara topikal,
diabsorbsi selama kurang lebih 20 menit. DEET yang diabsorbsi dimetabolisme
dalam 12 jam dan eliminasi 99%. Enzim mikrosomal sitokrom P450 hepar terlibat
dalam metabolism DEET. Tidak ada bukti akumulasi dalam stratum korneum atau
sistemik. Sistemik LD50 dari DEET adalah 2 ml/kg pada tikus dan 10 ml/kg pada
kelinci. Hewan coba yang keracunan mengalami kegagalan pernafasan, ataksia,
dan konvulsi. Beberapa kasus ensefalopati ditemukan akibat penggunaan DEET
pada tahun 1961. Gejala yang paling sering muncul yaitu ataksia, ensefalopati,
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

kejang, bradikardia, dan hipotensi. Keracunan dan kematian akibat tertelan DEET
juga pernah dilaporkan.40 Field Code Changed

Kandungan DEET pada repelen tidak dianjurkan lebih dari 33%, sedangkan
pada anak-anak tidak lebih dari 10%. Penggunaan DEET juga tidak dianjurkan
pada kulit yang terbuka seperti luka atau teriritasi, kulit dekat mata atau mulut,
serta pada bayi dan balita.13,14 Field Code Changed

2.3.3 Repelen Alami

Repelen alami adalah repelen yang tidak mengandung bahan kimia apapun,
biasanya didapatkan dari tanaman. Bahan-bahan yang dahulu sering dimanfaatkan
antara lain, asap, tanaman, dan urin hewan. Tanaman yang digunakan biasanya
dalam bentuk minyak atsiri untuk dimanfaatkan baunya. Contoh minyak atsiri
yang dikenal sebagai repelen antara lain, cedar, citronella (serai wangi), cengkeh,
kelapa, eukaliptus, geranium, lavender, mint, bawang, rosemary, dan thyme. Akan
tetapi bahan-bahan tersebut tidak efektif sebagai repelen karena durasi repelen
yang singkat (short-lasting protection).40 Commented [RP34]: Sebetulnya antinyamuk yg sering
diiklankan itu ternyata tidak mengandung lavender dok,
kebanyakan bahan kimia. Dari penelitian lain juga hanya
sekitar 1 jam dok.
2.3.4 Mekanisme Kerja Repelen
Commented [RP35]: Kalau murni tanpa kombinasi ekitar
1,5 jam dok. Dibandingkan dgn DEET yg sudah standar
internasional bisa sampai 6 jam.
Hubungan antara struktur kimia dengan efektivitas repelen saat ini belum
Field Code Changed
diketahui sepenuhnya. Oleh karena itu, repelen tidak dapat diklasifikasikan
berdasarkan mekanisme kerjanya. Bahan kimia yang paling aktif sebagai repelen
yaitu amida, imida, alkohol dan fenol.

Mekanisme repelen sepenuhnya belum diketahui secara pasti. Beberapa teori


mekanisme kerja repelen antara lain:

a. memblok sistem saraf serangga melalui rangsangan kimia


b. aktivasi reseptor yang membuat perilaku tidak biasa
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

c. aktivasi reseptor terhadap bau berbahaya


d. aktivasi terlalu banyak reseptor dan hilangnya daya tarik.40 Commented [IMD36]: Bisa di-elaborate?
Field Code Changed
Commented [RP37R36]: Mekanisme sepenuhnya belum
diketahui pasti dok. Tetapi beberapa menghubungkan dgn
reseptor ORNs dan ORs itu dok. DITULIS Mekanisme
sepenuhnya belum diketahui past
2.4 Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah senyawa beraroma yang didapat dari tanaman dengan
proses distilasi uap. Minyak atsiri disebut juga minyak esensial, minyak eteris,
atau volatile oil karena sifat aromanya yang khas (essence) dan mudah menguap
pada suhu kamar. Minyak atsiri biasanya digunakan untuk parfum, aroma
makanan, dan produk farmasi. Metode dan teknik pembuatan minyak atsiri
diperkenalkan oleh Ibn al-Baitar (1188-1248), seorang dokter, apoteker, dan ahli
kimia dari Andalusia. Pembuatan minyak atsiri dilakukan dengan cara
memasukkan bahan tanaman ke dalam mesin penyulingan yang telah diisi air
kemudian dipanaskan. Uap yang terbentuk dikondensasikan, kemudian air dan
minyak akan terpisah. Minyak atsiri bersifat tidak larut air dan biasanya tidak
berwarna.45,46 Field Code Changed

Secara kimia, minyak atsiri terbentuk oleh mono- dan sesquiterpenes dan
aromatic polypropanoids yang disintesis dari jalur asam mevalonat untuk
terpenoid dan jalur asam shikimic untuk aromatic polypropanoid. Terpenoid
mempunyai gugus kimia 5-carbon isoprene, sedangkan phenylpropanoids
mempunyai rantai 3-carbon yang bergabung dengan cincin benzena (C6H6).45 Field Code Changed

Selain itu, kandungan yang sering ditemukan antara lain hidrokarbon, alkohol,
aldehid, keton, fenol, oksida, dan ester yang memainkan peran dalam bidang
farmakologi dan toksikologi. Sebagai contoh keton lebih aktif dan toksik
dibandingkan alkohol, alkohol dan fenol berpotensi sebagai antimikroba, dan
fenol yang lebih mengiritasi.47,48kalimatanya disederhanakan lagi, ambigu Field Code Changed

Alkohol dan fenol berpotensi sebagai antimikroba, tetapi fenol lebih mengiritasi.
Senyawa keton lebih aktif, tetapi lebih toksik dibandingkan dengan alkohol.45,46 Field Code Changed

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

2.5 Lavender Formatted: Indent: Left: 0.1", Hanging: 0.2"

Lavender adalah jenis tanaman semak yang termasuk family Lamiaceace yang Formatted: Font: Not Italic

berasal dari Mediterania, Semenanjung Arab, Rusia, dan Afrika. Lavender sering
disebut juga true Lavender, garden lavender, lavanda, lavandula. Tanaman ini
dapat tumbuh hingga satu meter. Daun dan batangnya memiliki warna hijau-
perak. Bunganya melingkar, beraroma, runcing, dan berwarna ungu. Lavender
mempunyai genus Lavandula, yang berasal dari Bahasa Latin, lavare, yang berarti
“mencuci”, merujuk pada penggunaan sebagai antiseptik dan desinfektan pada
bangsa Arab, Yunani, dan Roma kuno.47,48 Field Code Changed

Tanaman ini dahulu sering digunakan sebagai kosmetik dan obat. Saat ini,
lavender banyak digunakan untuk aromaterapi, kosmetik, sabun, teh dan lain-lain.
Lavender mempunyai beberapa spesies, yaitu L. angustifolia (English lavender)
yang sering digunakan, L.burnamii, L. dentate, L. dhofarensis, L. latifolia, dan L.
stoechas.48 Field Code Changed

Field Code Changed


Field Code Changed
48
Gambar 2.15 Lavandula angustifolia Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

2.5.1 Taksonomi Lavandula angustifolia

Kingdom : Plantae Formatted: Font: Not Italic

Divisi : Magnoliophyta Formatted: Font: Not Italic

Kelas : Magnoliopsida Formatted: Font: Not Italic

Subkelas : Asteridae Formatted: Font: Not Italic

Ordo : Lamiales Formatted: Font: Not Italic

Famili : Lamiaceae Formatted: Font: Not Italic

Genus : Lavandula Formatted: Font: Not Italic

Spesies : Lavandula angustifolia49 Field Code Changed

2.6 Minyak Atsiri Bunga Lavender

Minyak atsiri bunga lavender memiliki banyak manfaat dalam bidang


kesehatan, contohnya aromaterapi untuk mengatasi kecemasan, stress, insomnia,
dan kelelahan. Beberapa penelitian meneliti bahwa minyak ini dapat digunakan
juga sebagai antiseptik, larvasidal, dan insektisida terhadap beberapa spesies.47 Field Code Changed

Berikut adalah beberapa kandungan dalam minyak atsiri bunga lavender:

a. esters (monoterpenyl): linalyl acetate (17.6%–53%), lavandulyl acetate


(15.9%), geranyl acetate (5.0%);
b. alkohol (monoterpenols): linalool (26%–49%), α-terpineol (6.7%), terpinen-
4-ol (0.03%–6.4%), merol
c. sesquiterpene: β-caryophyllene (2.6%–7.6%);
d. monoterpene: cis-β-ocimene (1.3%–10.9%), trans-ocimene, 3-octanone, α-
pinene Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

e. oxide (monoterpenoid):1,8-cineole (0.5%–2.5%);


f. tanin (12%)
g. camphor (1,6%)

Senyawa linalool dan camphor diketahui memiliki efek sebagai repelen Formatted: Justified

nyamuk. Beberapa studi meneliti linalool dan camphor berefek mengganggu


pengenalan bau pada reseptor yang sama dengan DEET, yaitu pada ORNs dan
ORs. Selain senyawa tersebut, beberapa peneliti meneliti adanya kandungan
Flavonoid; Rosmarinic acid, Chlorogenic acid, Caffeic acid 2-(3,4-
dihydroxyphenyl) ethenyl ester (terdapat pada bunga), Flavonoid; Hypolaetin,
Scutellarein, Salvigenin, Malvidin, Xanthomicrol, Delphinidine (terdapat pada
daun), dan Terpenoid; Linalil asetat, Linalol, 1,8-Cineole, Camphor, Ursolic
acid, Oleanolic acid yang bersifat sebagai repelen dengan cara kerja sebagai racun
kontak dan racun pernapasan.14,50,51 Commented [IMD38]: Format paragraf
Field Code Changed
Field Code Changed
2.7 Losion Formatted: Font: 8 pt

Losion adalah istilah yang digunakan untuk larutan atau suspensi yang
digunakan secara topikal. Sedangkan yang dimaksud larutan adalah sediaan cair
yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal: terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur, yang digunakan secara topikal.52 Field Code Changed

Losion biasanya mengandung bahan serbuk halus yang tidak larut dalam
media dispersi dan disuspensikan dengan menggunakan zat pensuspensi dan zat
pendispersi. Bahan cair fase pendispersi misalnya minyak atsiri membutuhkan
bantuan zat pengemulsi atau bahan penstabil lain yang dapat bercampur dengan
bahan pembawa. Pada umumnya, pembawa dari losion adalah air. Pembuatan
losion tergantung dari sifat bahan-bahannya, mungkin diolah dengan cara yang
sama seperti pembuatan suspensi, emulsi, dan larutan.52 Field Code Changed

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Fase terdispersi dari losion cenderung untuk memisahkan diri dari


pembawanya bila didiamkan, oleh karena itu losion harus dikocok setiap akan
digunakan supaya bahan-bahan yang terpisah akan terdispersi kembali. Wadah
losion harus diberi label petunjuk untuk dikocok dahulu sebelum digunakan, serta
hanya untuk penggunaan luar saja.53,54 Field Code Changed

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian

3.1.1 Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan:


 Aspirator nyamuk
 Kandang terbuat dari besi dan kain kelambu (30 cm x 22 cm x 22 cm)
 Stopwatch
 Timbangan ukur
 Sendok besi
 Gelas ukur
 Cawan penguap
 Water bath (WB) Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

 Termometer kimia
 Kompor
 Mortir dan stamper
 Batang pengaduk

3.1.2 Bahan-bahan penelitian

Bahan-bahan yang digunakan:


 Minyak atsiri bunga lavender 100% yang diperoleh dari Lansida Herbal
Technology, YogyakartaITB
 Basis losion
 Losion minyak lavender 5%, 10%, dan 15%
 Losion “A” yang mengandung DEET 15%
Formatted: Indent: Left: 0"

3.2 Subjek Penelitian

3.2.1 Hewan Percobaan

360 ekor nyamuk Culex sp. yang telurnya didapatkan dari Laboratorium
Entomologi Sekolah Ilmu Tinggi Hayati, Institut Teknologi Bandung.

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

3.2.2 Subjek Penelitian Formatted: Normal, Indent: Left: 0"

Tiga orang dewasa yang telah menandatangani informed consent. Ketiga Commented [is39]: Dasarnya hanya 3 orang saja?
Hasilnya akan valid kah ?
subjek penelitian masing-masing menggunakan kedua lengannya (r=6). 1 lengan mewakili 1 kelompok ?
Commented [RP40R39]: Menurut besar sampel cukup
dok. Iya dok, OP pakai lengan kanan kiri jadi total 6
kelompok

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

3.3.1 Lokasi Penelitian Formatted: Indent: Left: 0"

1. Laboratourium Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen


Maranatha, Bandung
2. Laboratourium Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha, Bandung

3.4 Besar Sampel

Besarnya replikasi ditentukan berdasarkan rumus Federer:


(t-1)(r-1) ≥ 15
(6-1)(r-1) ≥ 15
5r-5 ≥ 15 Keterangan :
5r ≥ 20 t=treatment/perlakuan
r≥4 r=replication/pengulangan
Jadi, r=4 telah memenuhi kriteria.
3.5 Rancangan Penelitian

3.5.1 Desain Penelitian

Desain penelitian eksperimental laboratorik sungguhan. Daya repelen losion


minyak atsiri bunga lavender diuji dengan metode Fradin dan Day, dengan cross
over design (Lampiran VI). Subjek penelitian (n=3) mendapat enam perlakuan
dengan jeda waktu satu hari, menggunakan hewan coba Culex sp.

3.5.2 Variabel Penelitian

3.5.2.1 Definisi Konsepsional Variabel

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

1. Variabel perlakuan: minyak atsiri bunga lavender, losion minyak atsiri bunga
lavender, kontrol negatif, dan kontrol positif.variabel yang dimanipulasi
untuk dipelajari perubahan efeknya.
a. Kontrol positif: perlakuan yang mempunyai efek yang diinginkan.
1.b.Kontrol negatif: perlakuan yang tidak mempunyai efek yang diinginkan. Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style:
a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at:
2. Variabel respon: variabel yang dipengaruhi oleh variabel perlakuandurasi 0.3" + Indent at: 0.55"

waktu (menit).

3.5.2.2 Definisi Operasional Variabel

 Variabel perlakuan pada penelitian ini adalah :


Kontrol negatif: basis losion Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

1. Minyak atsiri bunga lavender 100% Formatted: Normal, No bullets or numbering

2. Losion minyak atsiri bunga lavender 15%


3. Losion minyak atsiri bunga lavender 10%
4. Losion minyak atsiri bunga lavender 15%
5.1.Kontrol negatif: basis losion
5. Kontrol positif: losion DEET 15%
Kontrol negatif: basis losion
6.
 Masing-masing perlakuan dioleskan secara merata sebanyak 1 ml ke seluruh
lengan bawah dari lipat siku sampai ke ujung jari tangan subjek penelitian
 Formatted: Indent: Left: 0.2", No bullets or

 Variabel respon pada penelitian ini adalah :


Durasi waktu dalam menit dari lengan dimasukkan ke dalam kandang sampai
nyamuk mencucuk lengan subjek

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Persiapan Hewan Coba


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Nyamuk Culex sp. dibiakkan dari telur menjadi larva, pupa, kemudian menjadi
nyamuk dewasa. Telur nyamuk diperoleh dari Laboratorium Entomologi Sekolah
Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB. Telur nyamuk akan berkembang menjadi Commented [is41]: suhu & kelembaban udara tertentu
atau tidak? Atau optimal di kisaran berapa?
larva dalam waktu 1-2 hari kemudian. Kemudian menjadi pupa dalam waktu 8-12
Commented [RP42R41]: Kurang tahu dok, dari ITB hanya
hari dan akhirnya menjadi dewasa dalam waktu 1-3 hari. disimpan diruangan lab biasa. Kalau dari buku optimal
sekitar 30 derajat dok. IDEALNYA TAU< KARENA DI BDG VS
JKT VS PONTIANAK beda, maksudnya ke sana
Commented [RP43R41]:

3.6.2 Persiapan Bahan Uji

 Minyak atsiri bunga lavender 100%


 Pembuatan basis losion
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan basis losion:
 Bahan A (fase minyak)
1. Setil alkohol
2. Asam stearat
3. Propil paraben
 Bahan B (fase air)
1. Karbomer
2. Metil paraben
3. Gliserin
4. Trietanolamin yg botol TEA? Lebih baik bila di lampiran
dikelompokkaan yang fase cair dengan fase minyak, agar pembaca ga
bingung

Cara pembuatan basis losion:


1. Mortir dan stamper dipanaskan terlebih dahulu dengan cara diisi air mendidih
sampai bagian luar dinding mortir terasa panas.
2. Bahan A dipanaskan pada cawan penguap (1) diatas WB hingga larut pada
suhu 70-82 °C

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

3. Bahan B dipanaskan pada cawan penguap (2) diatas WB hingga larut pada
suhu 70-82 °C
4. Bahan A dan bahan B dicampurkan sekaligus dalam mortir panas kemudian
diaduk secara konstan sampai terbentuk emulsi pada suhu ruangan (15?-30
°C)
5. Diaduk kembali hingga menjadi agak kental.

Pembuatan losion minyak bunga lavender 5%, 10%, 15% Formatted: Indent: Left: 0"

1. Proses pembuatan sama dengan langkah pembuatan basis losion, jumlah zat Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.3"

disesuaikan dengan yang dibutuhkan. Dibuat tiga sediaan basis losion.


2. Pada bahan A pada masing-masing sediaan ditambahkan minyak atsiri bunga
lavender sesuai dengan konsentrasi yang akan digunakan dalam penelitian,
yaitu 5%, 10%, dan 15%
3. Kemudian ketiga sediaan tersebut ditambahkan akuades hingga memenuhi
volume yang telah ditentukan.
4. Diaduk kembali hingga menjadi agak kental.

Cara kerja:
1. Disiapkan enam kandang nyamuk ukuran 30 cm x 22 cm x 22 cm untuk
digunakan dalam penelitian
2. Uji dilakukan pada suhu antara suhu ruang (24-32°C) dan pada kelembaban
udara relatif sebesar 60% sampai 70%
3. Durasi proteksi oleh masing-masing repelen diteliti dengan uji lengan dalam
kandang dan subjek penelitian memasukkan masing-masing lengannya yang Commented [is44]: Subjek penelitian

telah diolesi repelen ke dalam kandang yang berisi masing-masing 10 ekor


nyamuk Culex sp. betina dewasa yang lapar dan belum pernah menghisap Formatted: Font: Not Bold

darah.
4. Setelah dicuci bersih dengan sabun, masing-masing kedua lengan bawah
enamtiga orang percobaan yang telah menandatangani informed consent,
dimasukkan ke dalam masing-masing sangkar nyamuk yang masing-masing

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

berisi 10 ekor nyamuk Culex sp. betina usia antara 7-24 hari dan belum
pernah mengisap darah serta setelah dipuasakan 1 hari
5. Jika didapatkan 5 ekor nyamuk yang hinggap, segera lengan-lengan tersebut
dikeluarkan dari dalam sangkar tersebut dan percobaan segera dimulai dengan
durasi masing-masing insersi adalah 1 menit
6. Masing-masing daerah sasaran penelitian yaitu seluruh lengan bawah sampai
ke ujung jari diolesi 1 ml repelen kemudian dimasukkan ke dalam masing-
masing kandang tersebut selama 1 menit dan diperhatikan apakah ada
nyamuk yang hinggap dan mengisap darah.
7. Jika ada nyamuk yang hinggap dan mengisap darah, untuk repelen tersebut
percobaan dihentikan dan berarti tidak ada efek repelennya. Jika tidak ada
nyamuk yang mengisap darah, insersi dilakukan lagi tiap 5 menit.
8. Jika setelah 20 menit belum ada nyamuk yang mengisap darah, interval waktu
memasukkan lengan tersebut diperpanjang menjadi tiap 15 menit.
9. Dan jika setelah 4 jam masih belum ada nyamuk yang mengisap darah,
interval waktu pemasukkan lengan ditingkatkan lagi menjadi tiap 1 jam untuk
jangka waktu 4 jam
10. Setelah itu, interval waktu pemasukkan lengan diturunkan lagi menjadi tiap
15 menit sampai ada nyamuk yang mengisap darah dan dicatat waktu pertama
kali nyamuk mengisap darah. Commented [is45]:
20’----------------------4 x @5’
11. Andaikata selama pengamatan ini didapatkan adanya nyamuk yang hinggap Jam ke-4 ~ 240’ ----15 x @15’
Jam ke- 8--------------4 x @60’
tetapi tidak mengisap darah, dikatakan oleh Fradin bahwa ini merupakan 15’ sampai gigitan pertama?
kegagalan iminen dari repelen, interval waktu pengamatan kembali lagi tiap 5
Jadi total percobaan berapa lama??
menit sampai ada nyamuk yang mengisap darah.41
Risiko kelelahan pasien dan operator?

Field Code Changed

Kapan stop bila nyamuk ga mencucuk juga, ada ketentuannya


menurut Fradin? Total penelitian maksimal berapa jam ? Commented [RP46]: Di metode Fradin tidak dijelaskan
sih dok. Saya coba tanya ke Prof Susy dok.

3.7 Analisis Data

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Data yang diukur adalah durasi (menit) yang dibutuhkan sejak lengan pertama
masuk ke dalam kandang sampai seekor nyamuk hinggap dan mencucuk ke
lengan subjek penelitian. Analisis data menggunakan ANOVA dengan α = 0,05,
yang dilanjutkan dengan Tukey HSD. Formatted: Font: Not Italic

Hipotesis Statistik
H0 : Tidak terdapat perbedaan durasi yang dibutuhkan sejak lengan pertama kali
masuk ke dalam kandang sampai nyamuk mencucuk lengan subjek (menit)
minimal pada sepasang kelompok perlakuan.antar setiap perlakuan.
H1 ; Terdapat perbedaan durasi yang dibutuhkan sejak lengan pertama kali masuk
ke dalam kandang sampai nyamuk mencucuk lengan subjek (menit) minimal pada
sepasang kelompok perlakuan.antar setiap perlakuan.

Kriteria Uji:
Bila p<0,05 maka H0 ditolak
Bila p≥0,05 maka H0 gagal ditolak

Formatted: Normal
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian Losion Minyak Atsiri Bunga Lavender sebagai Repelen terhadap


Culex sp. dengan metode Fradin dan Day, telah dilakukan dengan menggunakan
nyamuk betina Culex sp. sebanyak 360 ekor. Sebagai bahan uji percobaan Commented [RP47]: Dari perhitungan 10x6x6 dok, ada di
BAB II
diberikan minyak atsiri bunga lavender (MABL) dengan kadar 100% dan losio 1 kandang berisi 10 ekor
1 perlakuan butuh 6 kandang
minyak atsiri bunga lavender dengan kadar 5%, 10%, dan 15%. Sebagai kontrol, Total semua perlakuannya 6x –maksudnya replikasinya (r)?
Waktu penelitiannya berapa hari to be exact?
digunakan basis losion untuk kontrol negatif dan losion “A” yang mengandung
Commented [RP48R47]: r untuk pengulangan dok, di
DEET 15%. Replikasi dilakukan sebanyak 6 kali. Data yang diukur adalah durasi perhitungan besar sampel r=4, saya menambahkan 2 utk
cegah drop out, jadi r=6.
(menit) yang dibutuhkan sejak lengan pertama kali masuk ke dalam kandang 6 kandang itu maksudnya r=6
penelitian sampai seekor nyamuk mencucuk lengan subjek penelitian. (orang Total 6 hari dok, 1 hari 1 perlakuan
percobaan? Konsisten). Data hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1

Formatted: Font: 11 pt, Bold


Formatted: Font: 11 pt, Bold
Tabel 4 1 Durasi daya repelen minyak atsiri bunga lavender dan losion minyak atsiri Formatted: Font: 11 pt, Bold
bunga lavender dari berbagai kelompok perlakuan format (bold, etc panduan Formatted: Font: 11 pt
penulisan kti hal.44) anak judul di bawah awal judul bukan bawah nomor tabel
Formatted: Font: Not Bold
Tabel 4.1 Durasi daya repelen minyak atsiri bunga lavender dan losion minyak atsiri Formatted: Font: Not Bold
bunga lavender dari berbagai kelompok perlakuan
Commented [RP49]: DIpanduan yang baru di bold dok,
Replikasi Durasi daya repelen (menit) tetapi bingung karena di tulisannya “Capitalize each word”,
tapi di contohnya tidak kapital
(r=6) Kel. I Kel. II Kel. III Kel. IV Kel. V Kel. VI
Formatted: Font: Not Bold
KN MABL LMABL LMABL LMABL KP Formatted: Line spacing: single
100% 5% 10% 15%
Formatted Table
1 10,09 80,57 90,18 110,37 130,53 220,39
Commented [RP50]: Saya balik kontrol negatifnya jadi kel
2 5,31 65,10 100,41 120,47 155,06 235,21 1 dok, kemarin diminta Prof Susy supaya tdk pusing

3 10,54 75,27 85,45 105,28 160,21 260,42 Formatted: Line spacing: single
Formatted: Right, Line spacing: single
4 0,25 80,29 90,38 130,24 140,32 225,21
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

5 5,57 85,17 110,44 125,13 155,10 250,23


6 0,38 75,31 100,18 105,09 145,18 240,45

Rerata 5,35 76,95 96,17 116,04 147,73 238,64 Formatted: Line spacing: single
Keterangan: Formatted: Right, Line spacing: single
Font dalam tabel, bold/unbold? ; font keterangan rata semua 12? Spasi 1.5? liat panduan penulisan KTI lagi hal 46
Kel. I : kontrol negatif (basis losion) Kel. IV : losion minyak atsiri bunga lavender 10%
Kel. II : minyak atsiri bunga lavender 100% Kel. V : losion minyak atsiri bunga lavender 15%
Kel. III : losion minyak atsiri bunga lavender 5% Kel. VI : kontrol positif (DEET 15%)
Rerata durasi daya repelen antar kelompok diuji dengan ANOVA. Untuk
ANOVA, syaratnya data yang diuji harus berdistribusi normal. Uji normalitas data Formatted: Font: 8 pt
menggunakan tes Shapiro-Wilk yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 4.2. Formatted: Font: Not Bold
Formatted: Font: Not Bold
Formatted: Font: Not Bold
Tabel 4. 2 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk Formatted: Font: Not Bold
Kelompok perlakuan Statistik df p Formatted: Line spacing: single

Kel. I KN 0,876 6 0.249 Formatted: Font: Not Bold


Formatted: Font: Not Bold
Kel. II MABL 100% 0,925 6 0,544
Formatted: Font: Not Bold
Kel. III LMABL 5% 0,929 6 0,575
Formatted: Font: Not Bold
Kel. IV LMABL 10% 0,898 6 0,363
Formatted: Font: Not Bold
Kel. V LMABL 15% 0,936 6 0,624
Formatted: Line spacing: single
Kel. VI KP 0,971 6 0,900 Formatted: Font: Not Bold
Keterangan: Formatted: Font: Not Bold
Kel. I : kontrol negatif (basis losion) Kel. IV : losion minyak atsiri bunga lavender 10%
Kel. II : minyak atsiri bunga lavender 100% Kel. V : losion minyak atsiri bunga lavender 15% Formatted: Font: Not Bold
Kel. III : losion minyak atsiri bunga lavender 5% Kel. VI : kontrol positif (losion DEET 15%)
Formatted: Font: Not Bold
Formatted: Font: 10 pt
Dari hasil uji normalitas, untuk semua kelompok perlakuan diperoleh nilai Formatted: Font: 3 pt
p>0,05. Hal ini berarti hasil uji data berdistribusi normal. Dengan demikian, Commented [RP51]: Sudah dibalik kolom dan barisnya
dok.
ANOVA dapat dilakukan. Analisis data rerata durasi repelen yang telah
Formatted: Font: 11 pt
didapatkan diolah menggunakan uji analisis varian atau ANOVA (Tabel 4.3). Formatted: Centered
Formatted: Font: Not Bold

Kalau tabel terpotong , atur paragrafnya atau tambah kurangi narasi sesuai Formatted: Font: 11 pt
Formatted: Font: 11 pt
kebutuhan
Formatted: Font: Not Bold
Formatted: Font: 11 pt
Formatted: Font: 11 pt
Tabel 4. 33 Hasil ANOVA rerata durasi daya repelen
Formatted: Font: 11 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted ...
Formatted Table ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...

Kelompok perlakuan Rerata durasi Standar Fhitung p Formatted ...


daya repelen deviasi Formatted ...
Kel. I KN 5,53 4,48 Formatted ...
Kel. II MABL 100% 76,95 6,90 Formatted ...
Formatted ...
Kel. III LMABL 5% 96,17 9,19
351,531 0,000 Formatted
Kel. IV LMABL 10% 116,04 10,67 ...
Formatted ...
Kel. V LMABL 15% 147,73 11,14
Formatted ...
Kel. VI KP 238,64 15,10
Formatted ...
Keterangan:
Kel. I : kontrol negatif (basis losion) Kel. IV : losion minyak atsiri bunga lavender 10% Formatted ...
Kel. II : minyak atsiri bunga lavvender 100% Kel. V : losion minyak atsiri bunga lavender 15%
Formatted ...
Kel. III : losion minyak atsiri bunga lavender 5% Kel. VI : kontrol positif (losion DEET 15%)
Formatted ...
Formatted ...
Hasil ANOVA diperoleh nilai Fhit=531,351 dan p=0,000. Hal ini
Formatted ...
menunjukkan terdapat perbedaan rerata durasi daya repelen pada minimal Formatted ...
sepasang kelompok perlakuan. Pengolahan data dilanjutkan dengan uji post-hoc Formatted ...

yaitu menggunakan uji Tukey HSD untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan Formatted ...
Formatted ...
rerata durasi repelen antar kelompok perlakuan (Tabel 4.4).
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Tabel 4. 4 Hasil uji Tukey HSD rerata durasi daya repelen
Formatted ...

Kelompok Durasi daya repelen (menit) Formatted ...


perlakuan (n=6) Formatted ...
Kel. I Kel. II Kel. III Kel. IV Kel. V Kel. VI
Formatted ...
5,35 76,95 96,17 116,04 147,73 238,64
Formatted ...
Kel. I 5,35 ** ** ** ** **
Formatted ...
Kel. II 76,95 ** * ** ** ** Formatted ...
Kel. III 96,17 ** * * ** ** Formatted ...
Kel. IV 116,04 ** ** * ** ** Formatted ...
Kel. V 147,73 ** ** ** ** ** Formatted ...

Kel. VI 238,64 ** ** ** ** ** Formatted ...


Formatted ...
Keterangan: Formatted ...
Kel. I : kontrol negatif (basis losion) Kel. VI : kontrol positif (losion DEET 15%)
Kel. II : minyak atsiri bunga lavender 100% * : berbeda bermakna (p<0,05) Formatted ...
Kel. III : losion minyak atsiri bunga lavender 5% ** : berbeda perbedaan? sangat bermakna
Kel. IV : losion minyak atsiri bunga lavender 10% (p<0,01)) Formatted ...
Kel. V : losion minyak atsiri bunga lavender 15%
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
45
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

4.2 Pembahasan Commented [RP52]: Pembahasannya perlu ditambahkan


apa lagi ya dok untuk analisis hasilnya? Penjelasan tiap
tabelnya diminta Prof Susy utk dihapus karena sudah ada di
Penelitian Losion Minyak Atsiri Bunga Lavender sebagai Repelen terhadap bawah tabelnya.
Culex sp. telah dilakukan terhadap tiga subjek penelitian (subjek penelitian
PENELITIAN SEBELUMNYA SEJENIS< ENTAH METODENYA<
menggunakan kedua lengannya) dengan enam kelompok perlakuan (t=6) dengan ENTAH SPECIES NYAMUKNYA
Formatted: Not Highlight
replikasi sebanyak enam kali (r=6) Kelompok II diberi perlakuan minyak atsiri Formatted: Not Highlight
bunga lavender 100%, kelompok III losion minyak atsiri bunga lavender 5%,
kelompok IV losion minyak atsiri bunga lavender 10%, kelompok V losion
minyak atsiri bunga lavender 15%, kelompok VI kontrol positif menggunakan
losion “A “ yang mengandung DEET 15%, dan kelompok I kontrol negatif
menggunakan basis losion.

Hasil uji Tukey HSD ANOVA?Tukey HSD didapatkan rerata durasi daya Commented [RP53]: Sepertinya
tukey dok bukan ANOVA, dilihat dari table sebelumnya
repelen dalam satuan menit kelompok II (76,95 menit ± SD), kelompok III (96,17
Formatted: Font: Italic
menit± 9,19), kelompok IV (116,04 ± SD menit), dan kelompok V (238,64??? ±
SDnya benar SD menit) memiliki perbedaan rerata durasi daya repelen yang
sangat bermakna (p<0,01) terhadap kelompok I (5,35± menit). Hal ini berarti Formatted: Not Highlight

minyak atsiri bunga lavender 100% dan losion minyak atsiri bunga lavender 5%,
10%,dan 15% berefek sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp. betina dewasa.
Efek repelen dari minyak atisiri bunga lavender ini disebabkan oleh adanya
kandungan fFlavonoid; rRosmarinic acid, cChlorogenic acid, cCaffeic acid 2- Formatted: Not Highlight

(3,4-dihydroxyphenyl) ethenyl ester (terdapat pada bunga), fFlavonoid;


hHypolaetin, sScutellarein, sSalvigenin, mMalvidin, xXanthomicrol,
dDelphinidine (terdapat pada daun), dan tTerpenoid; lLinalil asetat, lLinalool,
1,8-cCineole, uUrsolic acid, cCamphor, dan oOleanolic acid yang bersifat Formatted: Not Highlight

sebagai repelen dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun pernapasan,
14,50,51
terutama senyawa lLinalool dan cCamphor. rasanya tidak capitalize each Commented [IMD54]: Kalau sejenis ya masa harus
ditandain semua.. diperbaiki small caps yang mana saja
word, kecuali di JUDUL / dapus
Field Code Changed

Rerata (namanya rerata pasti pakai ± SD)durasi daya repelen kelompok II


(76,95 menit), kelompok III (96,17 menit), kelompok IV (116,04 menit), dan
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

kelompok V (238,64 menit) bila dibandingkan dengan kelompok VI (238,64 Formatted: Font: Bold, Font color: Red

menit) berbeda sangat bermakna (p<0,01). Dengan demikian, minyak atsiri bunga
lavender 100% dan losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15%
berefek sebagai repelen tetapi potensinya lebih rendah daripada losion “A” yang
mengandung DEET 15%. Hal ini disebabkan karena berat molekul DEET (BM =
191,27 g/mol) lebih berat daripada Llinalool (BM = 154,25 g/mol) dan cCamphor
(BM = 152,23 g/mol).55. Selain itu, ikatan antar molekul dalam minyak atsiri Field Code Changed

bunga lavender ini kurang kuat dan kurang bersinergi dalam meningkatkan Formatted: Not Highlight

stabilitas sebagai repelen nyamuk.55,56 jai hubungan BM dengan durasi repelen Field Code Changed

apa? Dibahas kalau ada referensi jurnalnya, tambahkan

Durasi daya repelen losion minyak atsiri bunga lavender menunjukkan


peningkatan sebanding dengan kenaikan kadar minyak atsiri bunga lavender.
Diantara kelompok LMABL 5%, 10% dan 15%, Ddurasi daya repelen paling
lama didapatkan pada losion minyak atsiri bunga lavenderLMABL 15% yaitu Formatted: Not Highlight

rerata 147,73 ± 11,14 menit, sedangkan untuk r. erata durasi paling singkat
didapatkan pada losion minyak atsiri bunga lavender 5% yaitu 96,17 ± 9,19SD
menit. Artinya, efektivitas repelen losion minyak atsiri bunga lavender 15%
>lebih baik dibandingkan dengan 10% > dan 5%. Hal ini disebabkan karena
kandungan aktif minyak atsiri bunga lavender, terutama linalool dan camphor,
yang terdapat dalam losion minyak atsiri bunga lavender 15% lebih banyak
daripada losion minyak atsiri bunga lavender 10% dan 5%.

Penelitian dalam bentuk sediaan losion dilakukan untuk mendapat durasi daya
repelen yang lebih lama. Durasi minyak atsiri bunga lavender 100% (76,95 menit
± SD6,90 menit). lebih rendah daripada losion minyak atsiri bunga lavender 5%,
yaitu rerata (96,17 menit ± 9,19 menitSD). Artinya, walaupun konsentrasi minyak
atsirinya tinggi, tanpa penambahan losion durasi repelennya tetap rendah. Hal ini
diakibatkan oleh sifat minyak atsiri yang mudah menguap. Absorpsi obat dapat
ditingkatkan oleh adanya zat pembawa pada losion yang dapat mudah menyebar
di permukaan kulit. Selain itu, zat pembawa dapat bekerja sebagai penghambat
evaporasi.53 Field Code Changed
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2014)
menggunakan losion minyak atsiri bunga lavender dengan konsentrasi 15%
dengan metode standar pengujian efikasi pestisida Departemen Pertanian, Jakarta.
Pengujian dilakukan dengan memasukkan lengan yang telah dioleskan bahan uji
secara bergantian selama 10 detik ke dalam kandang nyamuk, lalu dihitung
jumlah nyamuk yang hinggap. Hasil penelitian menunjukan losion minyak atsiri
bunga lavender 15% berefek sebagai repelen. Akan tetapi kekurangan penelitian
ini yaitu tidak disebutkan spesies bunga lavender dan spesies nyamuk yang
digunakan.13 Field Code Changed

Penelitian sejenis dilakukan oleh Putra dkk (2016) dengan bahan dan metode
yang sama tetapi mengunakan jenis nyamuk yang berbeda, yaitu Aedes aegypti.
Penelitian menggunakan empat subjek penelitian. Hasilnya rerata waktu yang
dibutuhkan nyamuk untuk mencucuk lengan subjek penelitian durasi minyak atsiri
bunga lavender 100% yaitu 65,558 menit, sedangkan rerata durasi losion minyak
atsiri bunga lavender 15% yaitu 131,408 menit. Dikatakan bahwa losion
memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga
mudah menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan, serta meninggalkan
lapisan tipis pada permukaan kulit.16 Formatted: Not Highlight

Beberapa penelitian sebelumnya siapa?. Penelitian Nindatu tahun 1979???


(waduh batas dapus 10 tahun ke belakang, ini 1979?, 39 thn yl? Kamu belum lahir
2 x lipat umur kamu lo?? ) kalau memang tidak ada penelitian serupa ya boleh,
tapi akan jadi BIG QUESTION. Minimal pasti ada penelitian lanjutan, kalau
memang hasil penelitian tahun 1979 signifikan). ada yang dilakukan dengan
metode, bahan, spesies nyamuk, dan subjek penelitian yang berbeda, berkaitan
dengan daya repelen bunga lavender. Penelitian dilakukan oleh Nindatu
(2011menggunakan ekstrak etanol daun lavender 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4%, 0,5%
pada larva Culex sp. dengan metode Rancangan Acak Lengkap. Hasilnya
menunjukan ekstrak etanol daun lavender 0,5% mampu membunuh 93,3%
nyamuk dan konsentrasi ekstrak etanol lavender yang efektif untuk membunuh
Field Code Changed
50% nyamuk yaitu 0,259%.14
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Penelitian lain dilakukan oleh Utomo (2014) menggunakan losion minyak Formatted: Indent: First line: 0.24"

atsiri bunga lavender dengan konsentrasi 15% dengan metode standar pengujian
efikasi pestisida Departemen Pertanian, Jakarta. Pengujian dilakukan dengan
memasukkan lengan yang telah dioleskan bahan uji secara bergantian selama 10
detik ke dalam kendang nyamuk, lalu dihitung jumlah nyamuk yang hinggap,
Daya proteksi nyamuk dihitung dengan persamaan:

P = jumlah nyamuk pada lengan


𝐾−𝑃
Daya Proteksi = × 100% perlakuan
𝐾

K = jumlah nyamuk pada lengan


kontrol

Hasil penelitian menunjukan daya proteksi rata-rata (%) pada jam ke 0 Formatted: Justified

sampaiberturut-turut yaitu, 78,6; 68,6; 69,5; 65,8; 63,2; 60,5; dan 56,5.kan tetapi
kekurangan penelitian ini yaitu tidak disebutkan jenis spesies bunga lavender dan
spesies nyamuk yang digunakan.13 Field Code Changed

Penelitian lain dilakukan oleh Putra dkk (2016) dengan bahan dan metode
yang sama tetapi mengunakan jenis nyamuk yang berbeda, yaitu Aedes aegypti.
Hasilnya rata-rata ? rerata ? mau pakai yang mana? durasi minyak atsiri bunga
lavender 100% yaitu 65,558 menit, sedangkan rata-rata durasi losion minyak atsiri
bunga lavender 15% yaitu 131,408 menit.16 waktu yang dibutuhkan untuk hinggap Field Code Changed
16
/ sampai mencucuk. Tambahkan kurang jelas Formatted: Not Highlight

Sampai saat ini, belum ada penelitian lain yang menggunakan metode,
bahan uji, dan spesies nyamuk yang sama dengan peneliti. Namun dari hasil
penelitian ini dan beberapa penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
minyak atsiri bunga lavender berefek sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp.

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian Formatted: Indent: Left: 0"

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Pengujian hipotesis penelitian dapat dilihat dari hasil penelitian yang dianalisis
menggunakan ANOVA dan uji Tukey HSD.

Hipotesis I

Losion minyak atsiri bunga lavender efektif digunakan sebagai repelen terhadap
nyamuk Culex sp.

Hal-hal yang mendukung hipotesis:

1. Hasil ANOVA untuk rerata durasi daya repelen minyak atsiri bunga lavender
100%, losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15%, serta kontrol
negatif dan kontrol positif menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna,
yaitu nilai F=531,351 dan p=0,000. Artinya, terdapat perbedaan rerata durasi Formatted: Not Highlight

daya repelen pada minimal sepasang kelompok perlakuan. P< 0.01?


1.
2. Hasil Tukey HSD untuk rerata durasi daya repelen minyak atsiri bunga
lavender 100%, losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15%,
menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna terhadaplebih baik dibanding
kontrol negatif, yaitu (p=0,000. P<0.01).? Commented [RP55]: Kalau ini untuk Tukey dok

Hal-hal yang tidak mendukung hipotesis:


Tidak ada hal yang tidak mendukung hipotesis.

Simpulan:
Hipotesis I diterima dan teruji oleh data.

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Hipotesis II
Losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10% dan 15% mempunyai potensi yang
sama efektif dengan losion DEET 15% sebagai repelen terhadap nyamuk Culex
sp.

Hal-hal yang mendukung hipotesis:

Tidak ada hal yang mendukung hipotesis.

Hal-hal yang tidak mendukung hipotesis:


Durasi daya repelen DEET 15% lebih lama dibandingkan losion minyak atsiri
bunga lavender 5%, 10%, dan 15% (p<0.01). Commented [RP56]: Kalau ini untuk Tukey dok
Formatted: Not Highlight
Formatted: Font: Not Bold
Simpulan:
Formatted: Justified, Space After: 0 pt, Tab stops: Not
at 0.2" + 0.39"
Hipotesis II ditolak.
Formatted: Normal, Left, Indent: First line: 0", Space
After: 10 pt, Line spacing: 1.5 lines, Tab stops: 0.2",
Left + 0.39", Left

Simpulan?

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan kesimpulan yaitu: Formatted: Justified, Indent: Left: 0", First line: 0.24"

1. Losion minyak atsiri bunga lavender (Lavandula angustifolia) efektif Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.25"

digunakan sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp.


2. Efektivitas losion minyak atsiri bunga lavender lebih rendah dibandingkan
dengan DEET 153% ? atau 15% ini DEET nya? Ada foto losion “A” nya? Commented [RP57]: Maaf 15% dok, saya salah ketik dari
awal hehehe…
Tampilkan di bahan penelitian sebagai repelen terhadap nyamuk Culex sp.
Formatted: Justified

5.2 Saran

1. Diperlukan penelitian lanjutan dalam identifikasi kandungan zat aktif lain dari Formatted: Justified, Indent: Left: 0.05"

bunga lavender (Lavandula angustifolia) yang berfungsi sebagai repelen


terhadap nyamuk Culex sp. Bukannya sudah ada di konten produk di Commented [RP58]: Maksud saya kandungan lain yang
ada efek repelennya, selain linalool, camphor dll dok,
lampiran? , kalau mau mungkin L. angustifolia segar yang dilakukan seperti linalyl acetate, lavandulol dll. Apakah ada efek
repelennya juga atau tidak. Apa sebaiknya diganti saja dok?
fitokimia. Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

2. Diperlukan penelitian lanjutan menggunakan losion dengan konsentrasi


minyak atsiri bunga lavender yang lebih besar serta kombinasi dengan bahan
apa? Akan ditanya kalau saran dikombinasi dengan bahan lain lagi..selain
losion agardengan harapan repelen bekerja lebih lama terhadap nyamuk Culex
sp.mendekati durasi daya repelen DEET 15%.
3. Diperlukan penelitian lanjutan menggunakan losion minyak atsiri bunga
lavender untuk mengetahui daya repelen terhadap nyamuk lain selain Culex
sp.
3.4.Diperlukan uji toksisitas untuk mengetahui adanya efek samping atau tidak. Formatted: Justified, Indent: Left: 0.05"

Diperlukan uji penelitian di (lapangan.maksudnya di lapangan ? Formatted: Strikethrough

outdoor?Mungkin maksudnya penelitian yang lebih luas lingkup areanya?)- misal Formatted: Strikethrough
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
di bangsal A, pakai L. angustifolia, bangsal B tidak menggunakan losio. *agak
Strikethrough
susah aplikasinya ya

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

45
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 16 pt
Formatted: List Paragraph, Justified, Indent: Left:
0.05", Space After: 8 pt, Numbered + Level: 1 +
Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment:
Left + Aligned at: 0.55" + Indent at: 0.8"

DAFTAR PUSTAKA diperbaiki, masih kacau balau

Lihat lagi tata penulisan untuk dapus jurnal, textbook, internet, urutannya
beda-beda. Justified/ left/center cek lagi

Field Code Changed


Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
1. Kadarohman A. Efektivitas Biolarvasida Ekstrak Etanol Limbah
Penyulingan Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) terhadap Larva
Nyamuk Aedes aegypti , Culex sp. dan Anopheles sundaicus. J Sains dan
Teknol Kim. 2010;1(1):59–65.
2. Soedarto. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Riefmanto, editor. Jakarta:
CV Sagung Seto; 2011. 272 p.
3. Sholichah Z. Ancaman dari Nyamuk Culex yang Terabaikan. Balaba
[Internet]. 2009;5:21–3. Available from:
http://download.portalgaruda.org/article.php
4. Fischer M, Lindsey N, Staples JE, Hills S, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC). Japanese Encephalitis Vaccines: Recommendations of
the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR
Recomm reports Morb Mortal Wkly report Recomm reports [Internet].
2010;59(RR-1):1–27. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20224546
5. Young PR. Arbovirus Infections. In: Manson’s Tropical Disease. Elsevier
Saunders; 2014. p. 147.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Japanese Enchepalitis
Berkorelasi dengan Banyaknya Area Persawahan, Peternakan Babi dan
Burung Rawa. Kemenkes RI [Internet]. 2017;20–1. Available from:
http://www.depkes.go.id/article/view/17040400003/japanese-encephalitis- Formatted: Font: (Default) Times New Roman
disease-correlates-with-numbers-of-rice-field-area-pig-farms-and-wading-
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

51
birds.html
7. Chiu CY, Coffey LL, Murkey J, Symmes K, Sample HA, Wilson MR, et al.
Diagnosis of Fatal Human Case of St. Louis Encephalitis Virus Infection
by Metagenomic Sequencing, California, 2016. Emerg Infect Dis.
2017;23(10):1694–8.
8. Ortiz-Martínez Y, Vega-Useche L, Villamil-Gómez WE, Rodriguez-
Morales AJ. Saint Louis Encephalitis Virus, Another Re-emerging
Arbovirus: A Literature Review of Worldwide Research. Infez Med.
2017;25(1):77–9.
9. The Centre for Food Security and Public Health. West Nile Virus Infection.
2013;1–19. Available from:
http://www.cfsph.iastate.edu/Factsheets/pdfs/west_nile_fever.pdf
10. Ikawati B. Virus West Nile: Epidemiologi, Klasifikasi dan Dasar
Molekuler. Balaba. 2014;10(21).
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016. Profil Kesehatan Provinsi Bali. 2016. 1-220 p.
12. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. Tahun Ini, 13
Kabupaten/Kota Dapat Sertifikat Eliminasi Filariasis [Internet].
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Available from:
http://www.depkes.go.id/article/view/17100900001/t
13. Utomo P. Perbandingan Daya Proteksi Losion Anti Nyamuk Dari Beberapa
Jenis Minyak Atsiri Tanaman Pengusir Nyamuk. Baristand Ind Pontianak.
2014;79–84.
14. Nindatu, Maria. Tuhumury, Novita L. Kaihena M. Pengembangan Ekstrak
Etanol Daun Lavender (Lavandula angustifolia) sebagai Anti Nyamuk
Vektor Filariasis Culex sp. Molucca Medica. 2011;4(1):19–27.
15. Yuda Pratama DGA, Gede Bawa IGA, Gunawan IWG. Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri dari Tumbuhan Sembukan (Paederia
foetida L.) Dengan Metode Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-
MS). J Kim. 2016;10(1):149–54.
16. Putra RAK. Efektivitas Minyak Atsiri dan Losion Minyak Lavender
(Lavandula angustifolia) sebagai Repelen terhadap Aedes aegypti pada
Manusia. Universitas Kristen Maranatha; 2016.
17. Potter CJ. Stop the Biting: Targeting a Mosquito’s Sense of Smell. Cell
[Internet]. 2014;156(5):878–81. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cell.2014.02.003
18. Rutledge CR, Day JF. Mosquito Repellents. 2014;(Figure 1):1–4. Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

52
19. Rozendaal JA. Mosquitos and Other Biting Diptera. Vector Control
Methods use by Individ communities. 1997;6–28.
20. Safar R. Parasitologi Kedokteran. Bandung: CV Yrama Widya; 2010. 224
p.
21. USAF - Public Health Information and Resources. Mosquitoes.
22. Brown HW. Dasar Parasitologi Klinis. Pribadi W, editor. Jakarta: PT
Gramedia Jakarts; 1982. 419-426 p.
23. Departemen Parasitologi FKUI. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat.
2016.
24. Herms WB. Herms Medical Entomology. 3rd ed. New York: The
Macmillan Company; 1969. 169-171 p.
25. North Shore Mosquito Abetement District. Mosquito Biology [Internet].
Available from: http://www.nsmad.com/about-mosquitoes/mosquito-
biology/
26. Becker N, Jöst A, Weitzel T. The Culex pipiens Complex in Europe. J Am
Mosq Control Assoc. 2012;28(4s):53–67.
27. Fradin MS. Mosquitoes and Mosquito Repellents: a Clinician’s Guide. Ann
Intern Med. 1998;128(11):931–40.
28. Simonsen PE, Malecela MN, Michael E, C.D. M. Urban Lymphatic
Filariasis. Parastol Res. 2008;1–155.
29. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites - Lymphatic
Filariasis. 2013.
30. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Repubik Indonesia Nomor 94 tahun 2014, tentang Penanggulangan
Filariasis. 2014;1–118.
31. World Health Organization. Lymphatic Filariasis. 2018.
32. North Shore Mosquito Abetement District. Wuchereria bancrofti [Internet].
[cited 2018 Jul 6]. Available from: https://medlab.id/wuchereria-bancrofti/
33. Knapp S, Paton A, Challis K, Nicolson N. Run for Your Lives, End of the
World. Taxon. 2010;59(4):1009–10.
34. Dickson B, Graves P, McBride W. Lymphatic Filariasis in Mainland
Southeast Asia: A Systematic Review and Meta-Analysis of Prevalence
and Disease Burden. Trop Med Infect Dis. 2017;2(3):32.
35. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Filariasis di Indonesia Tahun 2015. Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Infodatin. 2016. p. 8. Formatted: Font: (Default) Times New Roman

53
36. World Health Organization. Bench Aids for the Diagnosis of Filarial
Infections: Introduction. 1997.
37. Centers for Disease Control and Prevention. Laboratory Identification of
Parasites of Public Health Concern. 2017.
38. Klion AD, Nutman TB. Immunity to Parasitic Worms. Encycl Life Sci.
2001;(March 2015).
39. United States Environtmental Protection Agency. Repellents: Protection
against Mosquitoes, Ticks and Other Arthropods. 2017.
40. Motta S, Monti M. Insect Repellents. In: A.D. Katsambas TML, editor.
European Handbook of Dermatological Treatments. 2nd ed. New York:
Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2003. p. 747–50.
41. Fradin M. Comparative Efficacy of Insect Repellents Against Mosquito
Bites. 2002;347(1):13–8.
42. Centers for Disease Control and Prevention. Fight the Bite for Protection
from Malaria Guidelines for DEET Insect Repellent.
43. No Title [Internet]. [cited 2018 Jul 6]. Available from:
https://www.absource.de/product/deet/
44. Liu F, Xia X, Liu N. Molecular Basis of N,N-diethyl-3-methylbenzamide
(DEET) in Repelling the Common Bed Bug, Cimex lectularius. Front
Physiol. 2017;8(JUN):1–13.
45. Mills S. Principles And Practice of Phytotherapy: Modern Herbal
Medicine. 2nd ed. Texas: Elsevier; 2013.
46. Kementerian Perdagangan RI. Indonesian Essential Oils : The Scents of
Natural Life. Indones Essent Oil Secents Nat Life. 2011;
47. Geetha R V., Roy A. Essential Oil Repellents- A Short Review. Int J Drug
Dev Res. 2014;6(2):20–7.
48. Denner SS. Lavandula angustifolia miller: English Lavender. Holist Nurs
Pract. 2009;23(1):57–64.
49. United States Department of Agriculture. Classification for Kingdom
Plantae Down to Genus Lavandula L.
50. Hidayat M, Rosnaeni, Hendranata K fitria. Reppelent Effect of Lavender,
Rose and Rosemary Oil on Aaedes Aegypti Mosquitoes. Vol. 1, Jurnal
Medika Planta. 2010. p. 67–74.
51. Hui L, He L, Huan L, Xiaolan L, Aiguo Z. Chemical Composition of
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Lavender Essential Oil and Its Antioxidant Activity and Inhibition Against
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

54
Rhinitis- Related Bacteria. African J Microbiol Res. 2010;4(4):309–13.
52. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. 5th ed.
Jakarta; 2014. 46 p.
53. Ansel. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Terjemahan: Farida Ibrahim.
4th ed. Ibrahim F, editor. Jakarta; 1989. 212-217 p.
54. Remington. Remington: The Science And Practice Of Pharmacy. 21st ed.
Beringer, editor. Lippincott Williams & Wilkins; 2006. 722 p.
55. Germany D. IR3535, the Nature Inspired Repellent from Merck. 2011;1–
25.
56. Rizki Anindhita D, Retno Hestiningsih D, Bagian Kesehatan Lingkungan
Mk, Kesehatan Masyarakat F, Kunci K. Daya Tolak Repellent Bentuk
Lotion dengan Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana Mill) terhadap
nyamuk Aedes aegypti. J Kesehat Masy [Internet]. 2015;3(3):2356–3346.
Available from: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
57. NSW Health. Mosquito Photos Culex Adults & Larvae [Internet]. [cited
2018 Jul 5]. Available from:
http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/mosquitophotos_culex
.htm

Formatted: Justified, None, Line spacing: single

1. Kadarohman A. sundaicus. Ef Biolarvasida Ekstrak Etanol Limbah Field Code Changed

Penyulingan Miny Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) terhadap Larva Nyamuk


Aedes aegypti , Culex sp , dan Anopheles sundaicus. 2010;1(1):59–65.

2. Soedarto. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Riefmanto, editor. Jakarta:


Formatted: Font: (Default) Times New Roman
CV Sagung Seto; 2011. 272 p.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

55
3. Sholichah Z. Ancaman dari Nyamuk Culex yang Terabaikan. Balaba
[Internet]. 2009;5:21–3. Available from:
http://download.portalgaruda.org/article.php

4. Fischer M, Lindsey N, Staples JE, Hills S, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC). Japanese encephalitis vaccines: recommendations of the
Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). [Internet]. Vol.
59, MMWR. Recommendations and reports : Morbidity and mortality
weekly report. Recommendations and reports. 2010. 1-27 p. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20224546

5. Young PR. Arbovirus Infections. In: Manson’s Tropical Disease. Elsevier


Saunders; 2014. p. 147.

6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Japanese Enchepalitis


Berkorelasi dengan Banyaknya Area Persawahan, Peternakan Babi dan
Burung Rawa. Kemenkes RI [Internet]. 2017;20–1. Available from:
http://www.depkes.go.id/article/view/17040400003/japanese-encephalitis-
disease-correlates-with-numbers-of-rice-field-area-pig-farms-and-wading-
birds.html

7. Chiu CY, Coffey LL, Murkey J, Symmes K, Sample HA, Wilson MR, et al.
Diagnosis of fatal human case of St. Louis encephalitis virus infection by
metagenomic sequencing, California, 2016. Emerg Infect Dis.
2017;23(10):1694–8.

8. Ortiz-Martínez Y, Vega-Useche L, Villamil-Gómez WE, Rodriguez-


Morales AJ. Saint Louis encephalitis virus, another re-emerging arbovirus:
A literature review of worldwide research. Infez Med. 2017;25(1):77–9.

9. The Centre for Food Security and Public Health. West Nile Virus Infection.
2013;1–19. Available from:
http://www.cfsph.iastate.edu/Factsheets/pdfs/west_nile_fever.pdf
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
10. Ikawati B. Virus West Nile: Epidemiologi, Klasifikasi dan Dasar Formatted: Font: (Default) Times New Roman

56
Molekuler. Balaba. 2014;10(21).

11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2016. Profil Kesehatan Provinsi Bali. 2016. 1-220 p.

12. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. Tahun Ini, 13


Kabupaten/Kota Dapat Sertifikat Eliminasi Filariasis [Internet].
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Available from:
http://www.depkes.go.id/article/view/17100900001/t

13. Utomo P. Perbandingan Daya Proteksi Losion Anti Nyamuk Dari Beberapa
Jenis Minyak Atsiri Tanaman Pengusir Nyamuk. Baristand Ind Pontianak.
2014;79–84.

14. Nindatu, Maria. Tuhumury, Novita L. Kaihena M. Pengembangan ekstrak


etanol daun lavender (lavandula angustifolia) sebagai anti nyamuk vektor
filariasis Culex sp. Molucca Medica. 2011;4(1):19–27.

15. Yuda Pratama DGA, Gede Bawa IGA, Gunawan IWG. Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Minyak Atsiri dari Tumbuhan Sembukan (Paederia
foetida L.) Dengan Metode Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-
MS). J Kim. 2016;10(1):149–54.

16. Putra RAK. Efektivitas Minyak Atsiri dan Losion Minyak Lavender
(Lavandula angustifolia) sebagai Repelen terhadap Aedes aegypti pada
Manusia. Universitas Kristen Maranatha; 2016.

17. Potter CJ. Stop the biting: Targeting a mosquito’s sense of smell. Cell
[Internet]. 2014;156(5):878–81. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cell.2014.02.003

18. Rutledge CR, Day JF. Mosquito Repellents 1 How Do Mosquito Repellents
What Kinds of Mosquito Repellents Are Available ? Combine Repellents
and What about Devices That Emit Will Garlic , Bananas , or Vitamin B.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
2014;(Figure 1):1–4.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

57
19. Rozendaal JA. Mosquitos and other biting Diptera. Vector Control
Methods use by Individ communities. 1997;6–28.

20. Safar R. Parasitologi Kedokteran. Buku parasit biru. Bandung: CV Yrama


Widya; 2010. 224 p.

21. USAF - Public Health Information and Resources. Mosquitoes.

22. Brown HW. Dasar Parasitologi Klinis. Pribadi W, editor. Jakarta: PT


Gramedia Jakarts; 1982. 419-426 p.

23. Departemen Parasitologi FKUI. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat.


2016.

24. Herms WB. Herms Medical Entomology. 3rd ed. New York: The
Macmillan Company; 1969. 169-171 p.

25. Mosquito Biology [Internet]. Available from:


http://www.nsmad.com/about-mosquitoes/mosquito-biology/

26. Becker N, Jöst A, Weitzel T. The Culex pipiens Complex in Europe. J Am


Mosq Control Assoc. 2012;28(4s):53–67.

27. Fradin MS. Mosquitoes and mosquito repellents: a clinician’s guide. Ann
Intern Med. 1998;128(11):931–40.

28. Simonsen PE, Malecela MN, Michael E, C.D. M. Lymphatic filariasis.


Africa. 2008. 1-155 p.

29. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites - Lymphatic


Filariasis. 2013.

30. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan


Repubik Indonesia Nomor 94 tahun 2014, tentang Penanggulangan
Filariasis. 2014;1–118.

31. World Health Organization. Lymphatic Filariasis. 2018. Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

58
32. No Title [Internet]. [cited 2018 Jul 6]. Available from:
https://medlab.id/wuchereria-bancrofti/

33. Knapp S, Paton A, Challis K, Nicolson N. “Run for your lives! End of the
world!”* - Electronic publication of new plant names. Taxon.
2010;59(4):1009–10.

34. Dickson B, Graves P, McBride W. Lymphatic Filariasis in Mainland


Southeast Asia: A Systematic Review and Meta-Analysis of Prevalence
and Disease Burden. Trop Med Infect Dis. 2017;2(3):32.

35. Kementerian Kesehatan RI. Situasi filariasis di Indonesia tahun 2015.


Infodatin. 2016. p. 8.

36. World Health Organization. Bench Aids for the diagnosis of filarial
infections: Introduction. 1997.

37. Centers for Disease Control and Prevention. Laboratory Identification of


Parasites of Public Health Concern. 2017.

38. Klion AD, Nutman TB. Immunity to Parasitic Worms. Encycl Life Sci.
2001;(March 2015).

39. United States Environtmental Protection Agency. Repellents: Protection


against Mosquitoes, Ticks and Other Arthropods. 2017.

40. Motta S, Monti M. Insect Repellents. In: A.D. Katsambas TML, editor.
European Handbook of Dermatological Treatments. 2nd ed. New York:
Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2003. p. 747–50.

41. Fradin M. Comparative Efficacy of Insect Repellents Against Mosquito


Bites. 2002;347(1):13–8.

42. Centers for Disease Control and Prevention. Fight the Bite for Protection
from Malaria Guidelines for DEET Insect Repellent Use What.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
43. No Title [Internet]. [cited 2018 Jul 6]. Available from: Formatted: Font: (Default) Times New Roman

59
https://www.absource.de/product/deet/

44. Liu F, Xia X, Liu N. Molecular basis of N,N-diethyl-3-methylbenzamide


(DEET) in repelling the common bed bug, Cimex lectularius. Front
Physiol. 2017;8(JUN):1–13.

45. Kementerian Perdagangan RI. Indonesian Essential Oils : The Scents of


Natural Life. Indones Essent Oil Secents Nat Life. 2011;

46. Mills S. Principles And Practice of Phytotherapy: Modern Herbal


Medicine. 2nd ed. Texas: Elsevier; 2013.

47. Geetha R V., Roy A. Essential oil repellents- A short review. Int J Drug
Dev Res. 2014;6(2):20–7.

48. Denner SS. Lavandula angustifolia miller: English lavender. Holist Nurs
Pract. 2009;23(1):57–64.

49. United States Department of Agriculture. Classification for Kingdom


Plantae Down to Genus Lavandula L.

50. Hidayat M, Rosnaeni, Hendranata K fitria. Reppelent Effect of Lavender,


Rose and Rosemary Oil on Aaedes Aegypti Mosquitoes. Vol. 1, Jurnal
Medika Planta. 2010. p. 67–74.

51. Hui L, He L, Huan L, Xiaolan L, Aiguo Z. Chemical composition of


lavender essential oil and its antioxidant activity and inhibition against
rhinitis- related bacteria. African J Microbiol Res. 2010;4(4):309–13.

52. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. 5th ed.


Jakarta; 2014. 46 p.

53. Ansel. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Terjemahan: Farida Ibrahim.


4th ed. Ibrahim F, editor. Jakarta; 1989. 212-217 p.

54. Remington. Remington: The Science And Practice Of Pharmacy. 21st ed.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Beringer, editor. Lippincott Williams & Wilkins; 2006. 722 p. Formatted: Font: (Default) Times New Roman

60
55. Germany D. IR3535, the nature inspired repellent from Merck. 2011;1–25.

56. Rizki Anindhita D, Retno Hestiningsih D, Bagian Kesehatan Lingkungan


Mk, Kesehatan Masyarakat F, Kunci K. Daya Tolak Repellent Bentuk
Lotion dengan Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana Mill) terhadap
nyamuk Aedes aegypti. J Kesehat Masy [Internet]. 2015;3(3):2356–3346.
Available from: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

57. No Title [Internet]. [cited 2018 Jul 5]. Available from:


http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/mosquitophotos_culex
.htm

Formatted: None

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

61
Formatted: None

Formatted: Left

Formatted: None

LAMPIRAN I

SURAT KEPUTUSAN ETIK PENELITIAN Commented [RP59]: menyusul dok, kertasnya ada di kost
hehehe..

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

62
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Bold

LAMPIRAN II

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN


UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
(INFORMED CONSENT)
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

63
Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :
Usia :
Alamat :
Pekerjaan :
No. KTP/lainnya:
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa:
setelah mendapat keterangan sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami
tentang tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian, serta
sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikut sertaannya, maka saya
setuju ikut serta dalam penelitian yang berjudul:

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa
paksaan.

Bandung,....................
Mengetahui, Yang menyatakan
Penanggung jawab penelitian, Peserta penelitian,

(Ray Parikesit 1510121) ( )

Saksi-saksi:
1. …………………………… ( )

2. …………………………… ( )

*) Surat pernyataan persetujuan penelitian/uji klinik

LAMPIRAN III

HASIL ANALISIS STATISTIK


Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

64
Formatted ...
Formatted Table ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Hasil Uji Normalitas Data Durasi Daya Repelen
Formatted ...
Tests of Normality Formatted ...
Formatted ...
Perlakuan Kolmogorov- Shapiro-Wilk
Formatted ...
Smirnov
Formatted ...
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Formatted ...
Kontrol Negatif 0,200 6 0,200 0,876 6 0,249
Formatted ...
MABL 100% 0,237 6 0,200 0,925 6 0,544
Formatted ...
LMABL 5% 0,236 6 0,200 0,929 6 0,575
Formatted ...
LMABL 10% 0,203 6 0,200 0,898 6 0,363
Formatted ...
LMABL 15% 0,245 6 0,200 0,936 6 0,624
Formatted ...
MABL 100% 0,237 6 0,200 0,925 6 0,544
Formatted Table ...
Kontrol Positif 0,146 6 0,200 0,971 6 0,900
Formatted ...
Formatted ...
Hasil Uji ANOVA Durasi Daya Repelen
Formatted ...

Mean SD SD 95% CI Min. Max. Formatted ...


Error Lower Upper Formatted ...
Bound Bound
Kontrol 5.36 4.48 1.82 0.66 10.05 0.25 10.54 Formatted ...
Negatif Formatted ...
MABL 76.95 6.90 2.82 69.71 84.19 65.10 85.17
100% Formatted ...
LMABL 96.17 9.20 3.75 86.53 105.84 85.45 110.44 Formatted ...
5%
Formatted ...
LMABL 116.04 10.70 4.35 104.85 127.24 105.09 130.24
10% Formatted ...
LMABL 147.73 11.14 4.55 136.04 159.43 130.53 160.21
Formatted ...
15%
Kontrol 238.64 15.10 6.16367 222.80 254.49 220.32 260.42 Formatted ...
Positif
Formatted ...
Sum of df Mean Square F Sig. Formatted ...
Squares Formatted ...
Between Groups 181016.24 5 36203.25 351.53 .000
Within Groups 3089.62 30 102.99 Formatted ...
Total 184105.86 35 Formatted ...
Formatted ...

Hasil Uji Post Hoc Tukey HSD Formatted ...


Formatted ...
Formatted ...
(I) (J) Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Perlakuan Perlakuan Difference Lower Upper Formatted ...
(I-J) Bound Bound Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
65
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
KN MABL -71.59500* 5.85910 .000 -89.4160 -53.7740Formatted: Right
100%
LMABL - 5.85910 .000 -160.1977 -124.5556Formatted: Right
*
15% 142.37667
LMABL - 5.85910 .000 -128.5060 -92.8640Formatted: Right
10% 110.68500*
LMABL -90.81667* 5.85910 .000 -108.6377 -72.9956Formatted: Right
5%
KP - 5.85910 .000 -251.1044 -215.4623Formatted: Right
*
233.28333
MABL LMABL -70.78167* 5.85910 .000 -88.6027 -52.9606Formatted: Right
100% 15%
LMABL -39.09000* 5.85910 .000 -56.9110 -21.2690Formatted: Right
10%
LMABL -19.22167* 5.85910 .029 -37.0427 -1.4006Formatted: Right
5%
KP - 5.85910 .000 -179.5094 -143.8673Formatted: Right
161.68833*
KN 71.59500* 5.85910 .000 53.7740 89.4160Formatted: Right
LMABL MABL 70.78167 *
5.85910 .000 52.9606 88.6027Formatted: Right
15% 100%
LMABL 31.69167* 5.85910 .000 13.8706 49.5127Formatted: Right
10%
LMABL 51.56000* 5.85910 .000 33.7390 69.3810Formatted: Right
5%
KP -90.90667* 5.85910 .000 -108.7277 -73.0856Formatted: Right
KN 142.37667 *
5.85910 .000 124.5556 160.1977Formatted: Right
LMABL MABL 39.09000 *
5.85910 .000 21.2690 56.9110Formatted: Right
10% 100%
LMABL -31.69167* 5.85910 .000 -49.5127 -13.8706Formatted: Right
15%
LMABL 19.86833* 5.85910 .022 2.0473 37.6894Formatted: Right
5%
KP - 5.85910 .000 -140.4194 -104.7773Formatted: Right
*
122.59833 Formatted: Right
KN 110.68500* 5.85910 .000 92.8640 128.5060
Formatted: Right
LMABL MABL 19.22167* 5.85910 .029 1.4006 37.0427
Formatted: Right
5% 100%
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
LMABL -51.56000* 5.85910 .000 -69.3810 -33.7390
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

66
15%
LMABL -19.86833* 5.85910 .022 -37.6894 -2.0473Formatted: Right
10%
KP - 5.85910 .000 -160.2877 -124.6456Formatted: Right
142.46667*
KN 90.81667* 5.85910 .000 72.9956 108.6377Formatted: Right
KP MABL 161.68833* 5.85910 .000 143.8673 179.5094Formatted: Right
100%
LMABL 90.90667* 5.85910 .000 73.0856 108.7277Formatted: Right
15%
LMABL 122.59833* 5.85910 .000 104.7773 140.4194Formatted: Right
10%
LMABL 142.46667* 5.85910 .000 124.6456 160.2877Formatted: Right
5%
KN 233.28333* 5.85910 .000 215.4623 251.1044Formatted: Right

LAMPIRAN III

HASIL ANALISIS STATISTIK


Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

67
Hasil Uji Normalitas Data Durasi Daya Repelen Formatted: Font: 11 pt

Tests of Normality

Kolmogorov- Shapiro-Wilk Formatted: Font: 10 pt, Not Bold


Smirnov Formatted: Font: 10 pt
Statistic df Sig. Statistic df Sig. Formatted Table
Kontrol 0,200 6 0,200 0,876 6 0,249 Formatted: Font: 10 pt
Negatif Formatted: Font: 10 pt
MABL 0,237 6 0,200 0,925 6 0,544 Formatted: Font: 10 pt
100% Formatted: Font: 10 pt, Not Bold
LMABL 0,236 6 0,200 0,929 6 0,575 Formatted: Font: 10 pt
5% Formatted: Font: 10 pt
LMABL 0,203 6 0,200 0,898 6 0,363 Formatted: Font: 10 pt, Not Bold
10% Formatted: Font: 10 pt
LMABL 0,245 6 0,200 0,936 6 0,624 Formatted: Font: 10 pt
15% Formatted: Font: 10 pt, Not Bold
MABL 0,237 6 0,200 0,925 6 0,544 Formatted: Font: 10 pt
100% Formatted: Font: 10 pt
Kontrol 0,146 6 0,200 0,971 6 0,900 Formatted: Font: 10 pt, Not Bold
Positif Formatted: Font: 10 pt
Formatted: Font: 10 pt
Hasil Uji ANOVA Durasi Daya Repelen Formatted: Font: 10 pt, Not Bold
Formatted: Font: 10 pt
Mean S S 95% CI Min. M
Formatted: Font: 10 pt
D D L Upper Bound ax
Formatted: Font: 10 pt, Not Bold
Er o .
Formatted: Font: 10 pt
ro w
Formatted: Font: 10 pt
r er
B Formatted: Font: 10 pt, Not Bold

ou Formatted: Font: 11 pt

nd Formatted: Font: 10 pt
Kontrol 5.36 4. 1. 0. 10.05 0.25 Formatted:
10 Left
Negatif 48 82 66 Formatted
.5 Table
Formatted:
4 Font: 10 pt
MABL 76.95 6. 2. 69 84.19 65.10 85
Formatted: Font: 10 pt
100% 90 82 .7 .1
Formatted: Font: 10 pt
1 7
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
LMABL 96.17 9. 3. 86 105.84 85.45 11
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

68
5% 20 75 .5 0.
3 44
LMABL 116.04 10 4. 10 127.24 105.09 Formatted:
13 Font: 10 pt
10% .7 35 4. 0.
0 85 24
LMABL 147.73 11 4. 13 159.43 130.53 Formatted:
16 Font: 10 pt
15% .1 55 6. 0.
4 04 21
Kontrol 238.64 15 6. 22 254.49 220.32 Formatted:
26 Font: 10 pt
Positif .1 16 2. 0.
0 36 80 42
7

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Formatted: Font: 10 pt

Between Groups 181016.24 5 36203.25 351.53 .000 Formatted Table


Within Groups 3089.62 30 102.99 Formatted: Font: 10 pt
Total 184105.86 35 Formatted: Font: 10 pt
Formatted: Font: 10 pt

Hasil Uji Post Hoc Tukey HSD


Formatted: Not Highlight
Tabel Fontnya diperhatikan
Formatted: Not Highlight
( ( M Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
I J e Lower Bound Upper Bound Formatted: Font: 10 pt

) ) a Formatted Table

n
P P
e e D
r r i
l l f
a a f
k k e
u u r
a a e
n n n
c
e

(
I Formatted: Font: (Default) Times New Roman
- Formatted: Font: (Default) Times New Roman

69
J
)
K M - 5.85910 .000 -89.4160 -53.7740 Formatted: Font: 10 pt
N A 7
B 1
L .
5
1 9
0 5
0 0
% 0
*

L - 5.85910 .000 -160.1977 -124.5556 Formatted: Font: 10 pt


M 1
A 4
B 2
L .
3
1 7
5 6
% 6
7
*

L - 5.85910 .000 -128.5060 -92.8640 Formatted: Font: 10 pt


M 1
A 1
B 0
L .
6
1 8
0 5
% 0
0
*

L - 5.85910 .000 -108.6377 -72.9956 Formatted: Font: 10 pt


M 9
A 0
B .
L 8 Formatted: Font: (Default) Times New Roman
1 Formatted: Font: (Default) Times New Roman

70
5 6
% 6
7
*

K - 5.85910 .000 -251.1044 -215.4623 Formatted: Font: 10 pt


P 2
3
3
.
2
8
3
3
3
*

M L - 5.85910 .000 -88.6027 -52.9606 Formatted: Font: 10 pt


A M 7
B A 0
L B .
L 7
1 8
0 1 1
0 5 6
% % 7
*

L - 5.85910 .000 -56.9110 -21.2690


M 3
A 9
B .
L 0
9
1 0
0 0
% 0
*

L - 5.85910 .029 -37.0427 -1.4006


M 1
A 9
B . Formatted: Font: (Default) Times New Roman
L 2 Formatted: Font: (Default) Times New Roman

71
2
5 1
% 6
7
*

K - 5.85910 .000 -179.5094 -143.8673


P 1
6
1
.
6
8
8
3
3
*

K 7 5.85910 .000 53.7740 89.4160


N 1
.
5
9
5
0
0
*

L M 7 5.85910 .000 52.9606 88.6027 Formatted: Font: 10 pt


M A 0
A B .
B L 7
L 8
1 1
1 0 6
5 0 7
*
% %
L 3 5.85910 .000 13.8706 49.5127
M 1
A .
B 6
L 9 Formatted: Font: (Default) Times New Roman
1 Formatted: Font: (Default) Times New Roman

72
1 6
0 7
*
%
L 5 5.85910 .000 33.7390 69.3810
M 1
A .
B 5
L 6
0
5 0
% 0
*

K - 5.85910 .000 -108.7277 -73.0856


P 9
0
.
9
0
6
6
7
*

K 1 5.85910 .000 124.5556 160.1977


N 4
2
.
3
7
6
6
7
*

L M 3 5.85910 .000 21.2690 56.9110 Formatted: Font: 10 pt


M A 9
A B .
B L 0
L 9
1 0
1 0 0 Formatted: Font: (Default) Times New Roman
0 0 0 Formatted: Font: (Default) Times New Roman

73
*
% %
L - 5.85910 .000 -49.5127 -13.8706
M 3
A 1
B .
L 6
9
1 1
5 6
% 7
*

L 1 5.85910 .022 2.0473 37.6894


M 9
A .
B 8
L 6
8
5 3
% 3
*

K - 5.85910 .000 -140.4194 -104.7773


P 1
2
2
.
5
9
8
3
3
*

K 1 5.85910 .000 92.8640 128.5060


N 1
0
.
6
8
5
0 Formatted: Font: (Default) Times New Roman
0 Formatted: Font: (Default) Times New Roman

74
*

L M 1 5.85910 .029 1.4006 37.0427 Formatted: Font: 10 pt


M A 9
A B .
B L 2
L 2
1 1
5 0 6
% 0 7
*
%
L - 5.85910 .000 -69.3810 -33.7390
M 5
A 1
B .
L 5
6
1 0
5 0
% 0
*

L - 5.85910 .022 -37.6894 -2.0473


M 1
A 9
B .
L 8
6
1 8
0 3
% 3
*

K - 5.85910 .000 -160.2877 -124.6456


P 1
4
2
.
4
6
6
6 Formatted: Font: (Default) Times New Roman
7 Formatted: Font: (Default) Times New Roman

75
*

K 9 5.85910 .000 72.9956 108.6377


N 0
.
8
1
6
6
7
*

K M 1 5.85910 .000 143.8673 179.5094 Formatted: Font: 10 pt


P A 6
B 1
L .
6
1 8
0 8
0 3
% 3
*

L 9 5.85910 .000 73.0856 108.7277


M 0
A .
B 9
L 0
6
1 6
5 7
*
%
L 1 5.85910 .000 104.7773 140.4194
M 2
A 2
B .
L 5
9
1 8
0 3
% 3
*
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

76
L 1 5.85910 .000 124.6456 160.2877
M 4
A 2
B .
L 4
6
5 6
% 6
7
*

K 2 5.85910 .000 215.4623 251.1044


N 3
3
.
2
8
3
3
3
*

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

77
LAMPIRAN IV

ALAT DAN BAHAN PENELITIAN

Alat-alat pembuatan losion

Cawan penguap Termometer Kimia

Cawn penguap Termometer Kimia Formatted: Normal, Left


Formatted: Normal, Left

Mortir dan stamper Botol

Mortir dan stamper Botol Formatted: Normal, Left


Formatted: Normal, Left

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

78
Persiapan bahan uji

Losion “A” yang mengandung DEET 15%

Minyak atsiri bunga lavender 100% Losion “A” yang mengandung DEET 15% Formatted: Normal, Left

Bahan-bahan
Minyak pembuatan
atsiri bunga lavenderlosion
100% Formatted: Normal, Left

A. Fase Minyak

Asam stearat Formatted: Font: 11 pt

SetCetylil Formatted: Font: 11 pt


alkohol
Asam stearat Formatted: Font: 11 pt
Formatted: Font: 11 pt

Cetylil alkohol Formatted: Font: 11 pt


Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: Bold
Formatted: Normal, Left

Propil Paraben
79

Propil Paraben
B. Fase Air

Karbomer Methyl Paraben Gliserin

Karbomer Methyl Paraben Gliserin Formatted: Normal, Left


Formatted: Normal, Left
Formatted: Normal, Left

Formatted: Width: 8.27", Height: 11.69"

Trietanolamine

Trietanolamine Formatted: Normal, Left

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

80
Proses pembuatan losion Commented [IMD60]: Keterangan Setil alkohol apakah
demikian penulisannya?
Commented [RP61R60]:

Bahan-bahan fase minyak


dan fase minyak yang telah
dicampurkan membentuk
basis losion

Bahan-bahan fase minyak


dan fase minyak yang telah
dicampurkan membentuk
basis losion

Commented [IMD62]: Jangan terpotong

Basis losion, lLosion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15%

Basis losion, Losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15% Formatted: Normal, Left

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

81
Alat-alat untuk uji penelitian

Aspirator nyamuk

Aspirator nyamuk Formatted: Normal, Left

Kandang berisi nyamuk Culex sp.


dewasa

Kandang berisi nyamuk Culex sp. Formatted: Normal, Left


dewasa

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

82
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
LAMPIRAN IV Formatted ...
Formatted ...
ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Water Bath Termometer Kimia
Formatted ...
Formatted ...
Water Bath Termometer Kimia Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Water Bath Termometer Kimia
Formatted ...
Formatted ...
Termometer Kimia Formatted ...
Water Bath
Formatted ...
Formatted ...
Water Bath Termometer Kimia Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Water Bath Termometer Kimia
Water bath, cawan penguap,
Basis Losion Formatted ...
Botol
dan termometer kimiaProses Formatted ...
pemanasan bahan
Water Bath Termometer Kimia Formatted ...
Tambahkan losio merk “A” untuk dokumentasi, boleh diblur tapi baiknya
Basis Losion
Botol Formatted ...

ada dokumentasinya Water bath, cawan penguap, Formatted ...


Water Bath Termometer
dan termometer Kimia
kimiaProses Formatted ...
pemanasan bahan
Basis Losion
Botol Formatted ...
Karbomer Methyl Paraben Gliserin
CetylSetil alkohol Formatted ...
Water bath, cawan penguap,
Basis Losion Formatted ...
Botol
Karbomer Methyl Paraben dan termometer kimiaProses
Gliserin Formatted ...
CetylSetil alkohol pemanasan bahan
Formatted ...
Basis Losion
Botol Formatted ...
Karbomer 83
Methyl Paraben Gliserin
CetylSetil alkohol Water bath, cawan penguap, Formatted ...
Basis losion, Losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%,kimiaProses
dan termometer dan 15% Formatted ...
pemanasan Botol
Basis Losion
bahan
Formatted ...
Karbomer
CetylSetil alkohol Methyl Paraben Gliserin
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Trietanolamine Formatted: Font color: Auto

Trietanolamine Formatted: Font color: Auto

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Minyak atsiri
bunga lavender
Trietanolamine Formatted: Font color: Auto
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Minyak atsiri
Trietanolamine Formatted: Font color: Auto
bunga lavender

Trietanolamine Formatted: Font color: Auto


Minyak atsiri
bunga lavender
Trietanolamine Propil Paraben Formatted: Font color: Auto

Minyak atsiri
bunga lavender Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Trietanolamine Propil Paraben Bold
Formatted: Font color: Auto
Minyak atsiri
Trietanolamine bunga lavender Propil Paraben Formatted: Font color: Auto

Minyak atsiri Propil Paraben


bunga lavender

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Propil Paraben
Asam stearat
Minyak atsiri
bunga lavender
Propil Paraben Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Asam stearat
Formatted: Left
Minyak atsiri
bunga lavender Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Propil Paraben
Asam stearat

Propil Paraben
Asam stearat
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Water Bath Termometer Kimia Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Asam stearat

84
Water Bath Termometer Kimia
Asam stearat

Water Bath Termometer Kimia


Asam stearat
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Bold
Formatted: Left

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Botol Proses pemanasan bahan Basis Losion
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Botol Proses pemanasan bahan Basis Losion Formatted: Left

Botol Proses pemanasan bahan Basis Losion Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Botol Proses pemanasan bahan Basis Losion
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto

Basis Losion Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Botol Proses pemanasan bahan
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Basis losion, Losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15% Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto

Botol Proses pemanasan bahan Basis Losion Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Basis losion, Losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15%
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Botol Proses pemanasan bahan Basis Losion
Aspirator nyamuk Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Basis losion, Losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15%
Basis Losion Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Botol Proses pemanasan bahan
Aspirator nyamuk
Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Basis losion, Losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15% Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto

Aspirator nyamuk Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto


Kandang berisi nyamuk Culex sp. Formatted: Font: 11 pt, Font color: Auto
Basis losion, Losion minyak atsiri bunga lavender 5%, 10%, dan 15%
dewasa
Aspirator nyamuk 85
Basis losion, Losion minyak atsiri bungaKandang
lavenderberisi
5%, nyamuk
10%, dan 15%sp.
Culex
dewasa
Aspirator nyamuk
LAMPIRAN V

CERTIFICATE OF ANALYSIS

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

86
LAMPIRAN VI
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
PROSEDUR PENELITIAN
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

87
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Metode Fradin dan Day Formatted ...
Formatted ...
Uji pendahuluan Uji ke-2 dan ke-3 Formatted ...
(Dilakukan pada setiap subjek (Dilakukan pada setiap subjek
penelitian untuk setiap repelen) penelitian untuk setiap repelen) Formatted ...
Formatted ...
Aplikasikan repelen
Uji pendahuluan Uji ke-2 dan ke-3 Formatted ...
(Dilakukan pada setiap subjek (Dilakukan pada setiap subjek
Formatted ...
penelitian untuk setiap repelen) penelitian untuk setiap repelen)
Aplikasikan repelen Formatted ...
Masukan lengan ke Masukan lengan selama 1 Formatted ...
dalam kandang selama Jika Catat Jika <20 menit setiap 5 menit sampai
1 menit dicucuk durasi menit cucukan pertama untuk setiap Formatted ...
waktu perlakuan
Jika tidak dicucuk mulai Formatted ...
dari
Masukan lengan ke
Jika
Masukan lengan selama 1 Formatted ...
dalam kandang
Masukan lenganselama
selama pertama Jika20<20
Jika menit Masukan
menit setiaplengan selama
15 menit 1
sampai
Jika
1 menit1 setiap
menit 5 menit dicucuk kali menit4 jam
sampai menit setiap
cucukan 5 menit
pertama untuksampai
setiap Formatted ...
Jika tidak20dicucuk
sampai menit dicucuk lengan cucukan pertama untuk setiap
perlakuan
masuk perlakuan Formatted ...
Jika tidak dicucuk kandang
Masukan lengan selama sampai
Masukan lengan selama 1
Masukan
Formatted ...
Jika 20 menit menit setiaplengan
1 jamselama
sampai14
Jika cucukan
1 menit setiap
Masukan lengan5selama
menit
dicucuk
sampai
Jika >4 4jam
jam menitkemudian
jam, setiap 151menit
menitsampai
setiap Formatted ...
sampai
1 menit 20 menit
setiap 15 menit pertama cucukan
15 menit,pertama untukwaktu
catat durasi setiap
sampai
Jika cucukan pertama
tidak dicucuk perlakuan
sampai cucukan pertama untuk Formatted ...
setiap perlakuan
Formatted ...
Jika >4 jam
Masukan
Jika selama lengan selama
pengamatan ini didapatkan Catat
adanya nyamuk yang hinggapMasukan
tetapi tidak mengisap Formatted ...
1 menit setiap 15 menit lengan selama 1
darah (tanda kegagalan
sampai cucukan pertama iminen dari repelen),
durasi interval waktu pengamatan
menit kembali
setiap 1 jamlagi tiap
sampai 4 5 Formatted
waktu jam, kemudian 1 menit setiap ...
menit sampai ada nyamuk yang mengisap darah.
mulai 15 menit, catat durasi waktu Formatted ...
dari sampai cucukan pertama untuk
pertama setiap perlakuan Formatted ...
kali
Jika selama pengamatan ini didapatkanlengan
adanya nyamuk yang hinggap tetapi tidak mengisap Formatted ...
masuk interval waktu pengamatan kembali lagi tiap 5
darah (tanda kegagalan iminen dari repelen), Formatted ...
kandang
menit sampai ada nyamuk yang mengisap darah.
sampai Formatted ...
cucukan
pertama Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
LAMPIRAN VII Formatted ...
Formatted ...
DOKUMENTASI
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
88
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted ...
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,
Bold

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Subjek penelitian melakukan penelitian harusnya ga da botol aqua, hp dan


pengganggu semacem tempat tabung reaksi, memang lab demikian adanya, tapi
bisa difoto dari atas atau diturunkan tempatnya, agar tidak tampak pada foto,
pengalaman . Muka subjek apakah perlu diblur atau seperti foto kedua, tidak
sejelas foto 1 Commented [RP63]: Untuk botolnya terpaksa saya edit
dok karena tidak ada foto lain hehehe… Agak sulit fotonya
kalau dari atas dok, jadi saya foto posisi begini. Kalau hp
dipakai untuk stopwatch dok

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

89
Subjek penelitian memasukkan kedua lengannya ke dalam kandang berisi masing-
masing 10 ekor nyamuk Culex sp. betina dewasa

Seekor nyamuk hinggap di jari subjek penelitian

Seekor nyamuk hinggap di lengan subjek penelitian


Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

90
Tiga ekor nyamuk hinggap di tanganlengan?? subjek penelitian

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ray Parikesit

Nomor Pokok Mahasiswa : 1510121

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 30 April 1997

Alamat : Lingkungan Cilengkrang RT 01/RW 17, Kel. Situ,


Kec. Sumedang Utara, Kab. Sumedang

Pendidikan

1. Tahun 2009: Lulus Sekolah Dasar Negeri Panyingkiran I,


Sumedang

2. Tahun 2012: Lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri I


Sumedang

3. Tahun 2015: Lulus Sekolah Menengah Atas Negeri I Sumedang

4. Tahun 2015-sekarang: Sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Kristen Maranatha

Formatted: Font: (Default) Times New Roman


Formatted: Font: (Default) Times New Roman

91
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

92

Anda mungkin juga menyukai