Anda di halaman 1dari 50

ANALISA PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RISIKO

PADA PROYEK PEMBANGUNAN BTS TELKOMSEL


DI JAWA TIMUR

Suharjo
Manajemen Industri
MMT-ITS Surabaya
LATAR BELAKANG
Data Pelanggan Selular Nasional (Dec 2010)
• Total: 234 jt
• Telkomsel: 94 jt (40%)

Jawa Timur
• Telkomsel: 9jt

Prediksi Awal 2010

Pertumbuhan Pelanggan Penambahan Kapasitas Network

1.5 jt 3000 TRx (1TRx=8E)


• New BTS
16 mE/sub • Upgrade BTS Existing
GAMBARAN PROYEK PEMBANGUNAN
BTS
§ Telkomsel membangun sendiri hampir semua menara BTS baru
§ Pembangunan dilakukan bekerja sama dengan vendor utama: Nokia Siemens
Networks, Ericsson, dan Huawei, dengan sistem Turn-key Project.
§ Dengan turn-key project, Telkomsel akan menerima hasil proyek berupa menara
termasuk di dalamnya perangkat BTS dan pendukungnya dalam kondisi siap pakai.
§ Hampir semua risiko-risiko yang muncul selama implementasi proyek, sudah
ditransfer ke vendor, antara lain:
ü Project management integration (life cycle and enviromental variable)
ü Information/communication (ideas, creatives, data exchange accuracy)
ü Human resources (service, plant, materials: performance)
ü Contract/procurement (cost objectives, restrains)
ü Cost (cost objectives, restraints)
ü Time (time objectives, restraints)
ü Quality (requirement, standard)
ü Scope (expectations, feasibility)
§ Risiko yang masih melekat di Telkomsel adalah keterlambatan penyelesaian
proyek.
§ Keterlambatan pelaksanaan proyek berarti hilangnya potensi untuk mendapatkan
revenue dari area tersebut selama jangka waktu keterlambatan.
PERUMUSAN MASALAH

Pencapaian roll out proyek


pembangunan menara BTS baru < Perencanaan

§ Diperlukan perbaikan dalam implementasi proyek


§ Mengidentifikasi risiko-risiko penyebab kegagalan
pembangunan menara BTS.
PENDAHULUAN
Tujuan Penelitian

• Mengetahui durasi rata-rata aktual pelaksanaan pembangunan menara BTS


• Mengetahui gambaran besarnya biaya pembangunan sebuah BTS new site
• Mengetahui perbandingan pembiayaan antara membangun BTS new site dan menyewa
pada tower provider
• Melakukan analisa kelayakan proyek pembangunan menara BTS di satu lokasi melalui
analisa biaya manfaat
• Melakukan analisa risiko proyek dan langkah mitigasinya
• Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan proyek
• Usulan strategi dalam implementasi BTS new site di waktu mendatang

Manfaat Penelitian

• Mengetahui rentang waktu yang dibutuhkan dalam pelaksaan proyek


• Mengetahui kelayakan proyek pembangunan menara BTS melalui analisa biaya manfaat
• Mendapatkan informasi tentang berbagai risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan proyek
• Mendapatkan langkah-langkah yang terarah dalam penentuan keputusan pelaksanaan
pembangunan menara
PENDAHULUAN (2)
Batasan Masalah

• Penelitian dilakukan terbatas pada proyek pembangunan menara BTS baru yang dibangun
sendiri oleh Telkomsel
• Penelitian dilakukan pada proyek pembangunan menara BTS baru dilihat dari sisi Telkomsel
sebagai owner
• Penelitian mengambil data implementasi 2010
• Perhitungan cost-benefit dilakukan pada saat akuisisi lahan
• Analisa risiko dilakukan pada tahap implementasi proyek pembangunan BTS
• Evaluasi dilakukan di akhir tahun setelah proses pembangunan

Asumsi

• Budget untuk pembangunan menara BTS mencukupi sesuai plan yang ditentukan
SISTEMATIKA PENULISAN
• Latar Belakang
BAB I • Perumusan Masalah
• Tujuan Penelitian
PENDAHULUAN • Ruang Lingkup Penelitian (batasan dan asumsi)
• Sistematika Pelaporan

BAB II • Manajemen Proyek


• Studi Kelayakan Proyek
TINJAUAN PUSTAKA • Manajemen Risiko Proyek

BAB III • Studi Literatur dan Studi Lapangan


• Pengambilan dan Pengolahan data
METODOLOGI PENELITIAN • Analisa dan Kesimpulan
SISTEMATIKA PENULISAN (2)

• Gambaran Umum Proyek Pembangunan BTS


• Perencanaan Proyek
• Implementasi Proyek
• Perhitungan Durasi Pelaksanaan Proyek
• Analisa Kelayakan Proyek
BAB IV
• Biaya Pembangunan Menara BTS Baru
ANALISA • Prediksi Pendapatan BTS
• Analisa Biaya Manfaat (NPV dan IRR)
PENGOLAHAN DATA • Biaya Sewa Menara pada Tower Provider
• Identifikasi Risiko
• Risk Event
• Risk Agent
• House of Risk (HOR)

BAB V • Kesimpulan
KESIMPULAN DAN SARAN • Saran
MANAJEMEN PROYEK
• Serangkaian aktifitas dan tugas-tugas yang memiliki tujuan spesifik untuk diselesaikan
dengan spesifikasi tertentu, memiliki waktu mulai dan waktu pemyelesaian yang
Definisi sudah ditentukan, memiliki jumlah dana tertentu, membutuhkan sumberdaya
manusia dan sumber daya lainya (material, peralatan, dan lain-lain)
Proyek

Siklus Proyek
MANAJEMEN PROYEK (2)

Interaksi Antar
Proses dalam Suatu
Proyek

• Jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total


jumlah waktu terlama dan menunjukan kurun waktu penyelesaian proyek
Perencanaan Waktu tercepat
Proyek dengan
Metode Jalur Kritis
MANAJEMEN PROYEK (3)
• TE (Earliest Time of Occ.) : Waktu paling awal satu aktifitas proyek bisa dimulai
• TL (Latest Allowable Event) : Waktu paling akhir satu aktifitas proyek dapat dimulai
• ES (Earliest Start Time) : Waktu mulai paling awal dari satu aktifitas proyek
• EF (Earliest Finish Time) : Waktu selesai paling awal dari satu akctivitas proyek
Terminologi dalam • LS (Latest Start Time) : Waktu paling akhir satu aktifitas proyek boleh dimulai
proses identifikasi • LF (Lastest Finish Time) : Waktu paling akhir satu aktifitas proyek boleh selesai
jalur kritis • D (Duration) : Kurun waktu pelaksanaan aktifitas proyek

Jaringan Kerja Proyek


dengan 6 Komponen
Kegiatan
MANAJEMEN PROYEK (4)

Hasil Perhitungan
Durasi Pelaksanaan
Proyek

4
(5) (6)
1 2 5 6
(2) (3)
(3) (4)
3
STUDI KELAYAKAN PROYEK
Studi kelayakan dari aspek financial:

§ Net Present Value (NPV)


Mendiskonto seluruh aliran kas masuk dan keluar selama umur proyek ke nilai
sekarang

§ Internal Return Rate (IRR)


Memberikan gambaran apakah proyek memberi arus pengembalian sesuai yang
diinginkan.
Saat NPV =0, IRR harus lebih besar dari yang diharapkan
MANAJEMEN RISIKO
§ Definisi
Risiko: suatu kejadian yang potensial yang dapat menjadi suatu ancaman dalam
suatu proyek
Manajemen risiko: seni penanganan risiko agar risiko dapat dikendalikan dengan
cara mengidentifikasi, melakukan penilaian, dan menentukan langkah mitigasi
untuk menangani risiko.
§ Menurut Wideman (1992), risiko dapat dikategorikan berdasarkan sumbernya
menjadi 5 kelompok:
§ External Unpredictable,
meliputi: regulatory, natural hazards, postulated events, side effect, completion.
§ External Predictable,
meliputi: market risks, operational, enviromental impacts, social impact, currency changes,
inflation, taxation.
§ Internal Non-technical,
meliputi: management, schedule, cost, cash flow, loss potential.
§ Technical,
meliputi: changes in technology, performance, risks specific in technology, design, complexity
of project.
§ Legal,
meliputi: licences, patent rights, contractual, outsider suit, insider suit, force majeure.
MANAJEMEN RISIKO
§ Macam-macam risiko dalam sebuah proyek dipetakan Wideman (1992) sebagai berikut:
Macam-macam Risiko
MANAJEMEN RISIKO (2)
§ Tahapan dalam Manajemen Risiko (PMBOK,
2004)
vRisk Management Planning
vRisk Identification
vRisk Analysis (Qualitative and Quantitative)
vRisk Response Planning
vRisk Monitoring and Control
PROSES MANAJEMEN RISIKO

RISK
MANAGEMENT
PLANNING

RISK
IDENTIFICATION
PROSES MANAJEMEN RISIKO (2)

QUALITATIVE
RISK ANALYSIS

QUANTITATIVE
RISK ANALYSIS
PROSES MANAJEMEN RISIKO (3)

RISK
RESPONSES
PLANNING

RISK
MONITORING
AND
CONTROL
HOUSE OF RISK (HOR)
§ Definisi
Metode untuk memanage risiko secara proaktif, dimana risk agent yang
teridentifikasi sebagai penyebab risk event dapat dikelola dengan cara
memberikan urutan berdasarkan besarnya dampak yang mungkin dapat
ditimbulkan.
Berdasarkan urutan tersebut dapat ditentukan langkah proaktif yang efektif untuk
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko

§ Model HOR
§ HOR1
Untuk menentukan prioritas risk agent sebagai penyebab terjadinya risiko
guna pengambilan langkah pencegahan
§ HOR2
untuk memberikan prioritas langkah proaktif yang efektif mengurangi
terjadinya risiko didasarkan kemampuan keuangan dan resources lainya
LANGKAH-LANGKAH DALAM HOR1
§ Mengidentifikasi terjadinya risiko (risk event, Ej) dan menilai tingkat keparahannya
(severity, Sj)
§ Mengidentifikasi risk agent (Aj) dan menilai tingkat keseringan (Oj) untuk
kemungkinan terjadi
§ Memberikan nilai korelasi (Rij) antara risk event dan risk agent dengan 0,1,3,9 (no,
low, moderate, high)
§ Menghitung aggregate risk potential (ARPj) ditentukan oleh kemungkinan
terjadinya risk agent dan agregat dampak dari risk event yang ditimbulkan

ARPj = O j ∑ S i Rij
§ Membuat prioritas risk agent berdasarkan potensi risiko agregat
TABEL HOR1
Risk Agent (Aj)
Business Risk Event Severity
Process (Ei) A1 A2 A3 A4 A5 of Risk
E1 R11 R12 R13 … … S1
E2 R21 R22 … … … S2
E3 R31 … … … … S3
E4 R41 … … … … S4
E5 … … … … … S5
E6 … … … … S6
E7 … … … … … S7
E8 … … … … … S8
E9 … … … … Rij S9
Occurrence of Agent j O1 O2 O3 O4 O5
Aggregate Risk ARP1 ARP2 ARP3 ARP4 ARP5
Priority Rank of
LANGKAH-LANGKAH DALAM HOR2
§ Menentukan beberapa risk agent dengan rangking teratas untuk dijadikan penyebab risiko
yang akan diprioritaskan ditangani
§ Mengidentifikasi langkah proactive action (PAk) yang relevan untuk mencegah risk agent
§ Menentukan tingkat hubungan antara masing-masing PA dan risk agent (Ejk) dengan nilai
0,1,3,9 (no, low, moderate, high)
§ Menghitung total efektifitas masing-masing proactive action

TE k = ∑ ARPj E jk

§ Menilai tingkat kesulitan (Dk) dalam melaksanakan PA


§ Menghitung rasio total efektifitas dengan tingkat kesulitan
TE k
ETDk =
Dk
§ Memberikan ranking prioritas pada proactive action yang paling efektif mengurangi
terjadinya risiko sesuai kemampuan perusahaan
TABEL HOR2

Preventive Action (PAk)


To be treated risk Aggregate Risk
agent (Aj) A1 A2 A3 A4 A5 Potentials (ARPj)
A1 E11 E12 E13 … … ARP1
A2 E21 E22 … … … ARP2
A3 E31 … … … … ARP3
A4 E41 … … … … ARP4
A5 … … … … … ARP5
A6 … … … … … ARP6
A7 … … … … … ARP7
A8 … … … … … ARP8
A9 … … … … Ejk ARP9
Total effectiveness of
action k TE1 TE2 TE3 TE4 TE5
Degree of difficulty
performing action k D1 D2 D3 D4 D5
Effectiveness to
difficulty ratio ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5
Rank of priority R1 R2 R3 R4 R5
METODE PENELITIAN
PENGELOLAAN RISIKO PROYEK
Dari hasil
brainstorming, dan
pembagian kuesioner
diperoleh hasil
indentifikasi risiko
sebagai berikut:

Risk
Event
PENGELOLAAN RISIKO PROYEK
Dari hasil
brainstorming, dan
pembagian kuesioner
diperoleh hasil
indentifikasi risiko
sebagai berikut:

Risk
Agent
HOUSE OF RISK
Langkah-langkah dalam House of Risk:

HOR1

HOR2
HOUSE OF RISK
Pengolahan hasil identifikasi risiko dengan menggunakan Metode House of Risk.

House of Risk terdiri dari 2 Model:


§ Model House of Risk 1
Untuk mengetahui urutan risk agent sebagai penyebab terjadinya risiko yang
memberikan dampak terbesar bila risiko terjadi

§ Model House of Risk 2


Untuk mengetahui urutan langkah mitigasi (proactive action) yang paling paling
efektif dalam mengurangi kemungkinan terjadinya risk agent sesuai kemampuan
pendanaan dan resources yang dimiliki perusahaan

Formula yang digunakan dalam perhitungan pada House of Risk:

TE k
ARPj = O j ∑ S i Rij TE k = ∑ ARPj E jk ETDk =
Dk
*) Si: Severity of Risk Event; Oj: Occurance of Risk Agent; Rij: Relationship Risk Event & Risk Agent; Ejk: Correlation Risk Agent
& Proactive Agent; Dk: Difficulty Level; ARP: Aggregate Risk Pontential; TE : Total Effectiveness of Proactive Action; ETD:
Effectiveness to Difficulty Ratio of Proactive Action
LANGKAH-LANGKAH DALAM HOR1
§ Mengidentifikasi terjadinya risiko (risk event, Ej) dan menilai tingkat keparahannya
(severity, Sj)
§ Mengidentifikasi risk agent (Aj) dan menilai tingkat keseringan (Oj) untuk
kemungkinan terjadi
§ Memberikan nilai korelasi (Rij) antara risk event dan risk agent dengan 0,1,3,9 (no,
low, moderate, high)
§ Menghitung aggregate risk potential (ARPj) ditentukan oleh kemungkinan
terjadinya risk agent dan agregat dampak dari risk event yang ditimbulkan

ARPj = O j ∑ S i Rij
§ Membuat prioritas risk agent berdasarkan potensi risiko agregat
TABEL HOR1
Risk Agent (Aj)
Business Risk Event Severity
Process (Ei) A1 A2 A3 A4 A5 of Risk
E1 R11 R12 R13 … … S1
E2 R21 R22 … … … S2
E3 R31 … … … … S3
E4 R41 … … … … S4
E5 … … … … … S5
E6 … … … … S6
E7 … … … … … S7
E8 … … … … … S8
E9 … … … … Rij S9
Occurrence of Agent j O1 O2 O3 O4 O5
Aggregate Risk ARP1 ARP2 ARP3 ARP4 ARP5
Priority Rank of
HOUSE OF RISK 1
Diagram Pareto ARP dari Risk
Agent
100

90
2000
80

70
1500
60

50 ARPj
1000 Cum. ARPj
40

30

500 20

10

0 0
A8 A2 A1 A9 A11 A7 A6 A21 A4 A23 A14 A12 A18 A13 A22 A5 A17 A16 A10 A15 A24 A3 A20 A19
Urutan Risk Agent
Dalam gambar Diagram Pareto menunjukkan 8 risk agent memberikan kontribusi
total ARP sebesar 1893 atau 80% dari total ARP 2363. Dalam hal ini penanganan risiko
untuk 8 risk agent tersebut harus mendapatkan perhatian utama untuk menjadi
perhatian.

Adapun urutan kedelapan risk agent tersebut masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Warga menolak rencana pembangunan menara (A8) ARP = 2363
2. Kualifikasi pelaksana SIS kurang baik(A2) ARP = 2168
3. Keterlambatan penerbitan PO SIS (A1) ARP = 1704
4. Warga meminta tali asih yang mahal (A9) ARP = 922
5. Belum ada aturan yang jelas perihal menara bersama dan
pemerintah setempat tidak bersedia menerbitkan
IMB menara BTS baru (A11) ARP = 687
6. Pemilik menginginkan harga sewa yang tinggi (A7) ARP = 557
7. Legalitas dan kelengkapan kepemilikan tanah/bangunan
tidak dapat disediakan (A6) ARP = 347
8. Rekomendasi PLN untuk penambahan atau manajemen trafo (A21) ARP = 222
HOUSE OF RISK
Langkah-langkah dalam House of Risk:

HOR1

HOR2
LANGKAH-LANGKAH DALAM HOR2
§ Menentukan beberapa risk agent dengan rangking teratas untuk dijadikan penyebab risiko
yang akan diprioritaskan ditangani
§ Mengidentifikasi langkah proactive action (PAk) yang relevan untuk mencegah risk agent
§ Menentukan tingkat hubungan antara masing-masing PA dan risk agent (Ejk) dengan nilai
0,1,3,9 (no, low, moderate, high)
§ Menghitung total efektifitas masing-masing proactive action

TE k = ∑ ARPj E jk

§ Menilai tingkat kesulitan (Dk) dalam melaksanakan PA dengan nilai 1-5, dimana nilai 1
menunjukan tingkat kemudahan dalam pelaksanaan PA.
§ Menghitung rasio total efektifitas dengan tingkat kesulitan

TE k
ETDk =
Dk
§ Memberikan ranking prioritas pada proactive action yang paling efektif mengurangi
terjadinya risiko sesuai kemampuan perusahaan
TABEL HOR2
Proactive Action (PAk)
To be treated risk Aggregate Risk
agent (Aj) PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 Potentials (ARPj)
A1 E11 E12 E13 … … ARP1
A2 E21 E22 … … … ARP2
A3 E31 … … … … ARP3
A4 E41 … … … … ARP4
A5 … … … … … ARP5
A6 … … … … … ARP6
A7 … … … … … ARP7
A8 … … … … … ARP8
A9 … … … … Ejk ARP9
Total effectiveness of
action k TE1 TE2 TE3 TE4 TE5
Degree of difficulty
performing action k D1 D2 D3 D4 D5
Effectiveness to
difficulty ratio ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5
Rank of priority R1 R2 R3 R4 R5
HOUSE OF RISK 2
Urutan Proactive Action
Dari hasil perhitungan pada Tabel House of Risk 2 didapatkan peringkat proactive
action (PA) dengan nilai efektifitas tertinggi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
risiko pada proyek pembangunan menara BTS.

Urutan peringkat proactive action berdasarkan nilai ETDk besar adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan terhadap masyarakat, aparat, dan tokoh setempat untuk memberikan
pengertian pentingnya sarana telekomunikasi yang akan dibangun (PA8) dengan nilai
ETDk = 6370
2. Radius pencarian site yang diperluas dari central point (PA7) dengan nilai ETDk = 6104
3. Pesyaratan kebutuhan ideal terhadap new site dari Operasional yang lebih fleksible (PA6)
dengan nilai ETDk = 5809
4. Perhatian Top Management untuk mendukung seluruh aktifitas proyek (PA1) dengan
nilai ETDk = 5664
5. Penyediaan anggaran perijinan proyek yang lebih besar (PA10) dengan nilai ETDk = 5104
6. Pemilihan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan (PA2) dengan nilai
ETDk = 4345
PENGOLAHAN DATA IMPLEMENTASI
PROYEK
Durasi Pelaksanaan Proyek

Dari perhitungan durasi rata-rata tiap aktifitas proyek dalam bisnis proses
diperoleh durasi total pelaksanaan pembangunan menara BTS baru adalah 408
hari.

Hal ini berarti awal implementasi harus memulai pekerjaanya 408 hari sebelum
sebuah site dibutuhkan untuk on air di suatu tempat.
PENGOLAHAN DATA IMPLEMENTASI PROYEK
Studi Kelayakan Proyek Penambahan BTS Baru
(Membangun Sendiri Menara BTS Baru)
Pembiayaan dan Pendapatan:
§ Biaya SITAC : Rp 175.000.000;
§ Biaya CME : Rp 455.000.000;
§ Biaya EQP : Rp 748.000.000;

§ Pendapatan per bulan : Rp 84.000.000;


§ Biaya Operasional per bulan : Rp 4.000.000;

Diperoleh perhitungan:
NPV : Rp 2.315.009.878
IRR : 51%, masih diatas nilai yang diharapkan sebesar 25% sesuai
pertumbuhan perusahaan 2009.

Dalam hal ini berarti proyek layak untuk dilanjutkan.


PENGOLAHAN DATA IMPLEMENTASI
PROYEK
Studi Kelayakan Proyek Penambahan BTS Baru
(Menyewa Menara pada Tower Provider)
Biaya sewa sebesar rata-rata Rp 2.000.000.000; selama jangka waktu 10 th.
Biaya yang hilang:
§ Biaya operasional
§ Biaya implementasi SITAC
§ Biaya implementasi CME

Diperoleh perhitungan:
NPV : Rp 2.309.844.571;
IRR : 32%

Dalam hal ini berarti sistem menyewa layak untuk dijadikan alternatif pilihan bila
pada satu lokasi yang akan dibangun menara BTS terdapat menara existing.
KESIMPULAN
§ Durasi pelaksanaan seluruh rangkaian aktifitas proyek pembangunan menara BTS dari mulai terbitnya PO
Survey sampai dengan BTS on air adalah rata-rata selama 408 hari. Hal ini berarti bahwa proses implementasi
harus dimulai 408 hari sebelum sebuah BTS diperlukan untuk on air di lokasi tertentu untuk melayani trafik

§ Analisa biaya manfaat dapat digunakan untuk menentukan kelayakan rencana pembangunan menara BTS
baru di suatu lokasi. Dari salah satu rencana proyek pembangunan menara BTS didapatkan hasil perhitungan
dengan menggunakan metode NPV sebesar Rp 2.315.009.878; dan IRR sebesar 51%. Hal ini berarti proyek
pembangunan layak untuk dilaksanakan dan tingkat pengembalian masih diatas nilai yang diharapkan yaitu
pertumbuhan perusahaan sebesar 25%.

§ Menyewa sarana penunjang penempatan BTS pada tower provider menjadi alternatif pilihan yang menarik.
Dari hasil perhitungan, nilai NPV masih positif dan nilai IRR masih diatas prosentase pertumbuhan
perusahaan.

§ Penggunaan metode House of Risk sangat membantu mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi selama
proses pelaksanaan proyek dan langkah mitigasi yang efektif untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
risiko tersebut. Dua langkah mitigasi yang menjadi prioritas adalah pendekatan terhadap masyarakat, aparat,
dan tokoh setempat untuk memberikan pengertian pentingnya sarana telekomunikasi yang akan dibangun
tersebut dan radius pencarian site yang diperluas dari central point. Hal ini memungkinkan untuk
mendapatkan banyak kandidat yang memungkinkan untuk dibangun menara BTS, sehingga kemungkinan
untuk berhasil juga lebih besar. Dengan demikian pencapaian roll out proyek pembangunan menara baru
dapat sesuai dengan perencanaan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai