Anda di halaman 1dari 3

INFLASI DI ZIMBABWE

Sebelum menjadi Zimbabwe yang sekarang Zimbabwe dikenal sebagai Rhodesia


Selatan sebuah negara yang menerapkan apartheid. Perdana mentri kulit putih terakhir adalah
Ian Smith yang turun tahun 1979. Pada jaman-jaman itu, Rhodesia adalah lumbung pangan
Afrika bagian selatan yang makmur. Tanah pertaniannya dikelola oleh petani-petani atau
dengan bahasa yang sinisnya tuan-tuan tanah adalah orang kulit putih. Orang kulit hitam
banyak yang menjadi buruh tani.

Namun, kini porak poranda karena kesalahan manajemen industri, kekurangan pangan,
dan kejatuhan nilai mata uang, serta korupsi yang merajalela. Pimpinan militer telah
mengambilalih negara itu dengan aksi yang nampak seperti kudeta, dengan mengerahkan
tank di jantung ibu kota, dan menempatkan Presiden Robert Mugabe sebagai tahanan rumah.
Mugabe dikabarkan telah mengundurkan diri karena terus mendapatkan desakan, bahkan dari
partai yang dibentuknya, Zanu-PF. Mugabe telah berkuasa di negeri itu selama hampir empat
dekade. Dia juga disalahkan atas keterpurukan ekonomi di Zimbabwe.

Berikut perjalanan perekonomian Zimbabwe selama 37 tahun terakhir.

1980-an
Awalnya, Mugabe terpilih menjadi pemimpin dari sebuah negara yang baru merdeka tahun
1980. Dia dipuji banyak orang karena mirip Nelson Mandela, yang mampu memimpin
negaranya dari cengkeraman kolonial. Mugabe dikenal dunia internasional dari sisi
inisiatifnya di bidang pendidikan dan kesehatan. Pada masa ini, bangsa ini terus
menumbuhkan ekspor produk manufaktur dan pertanian. Zimbabwe terkenal dengan produksi
tembakau. Dalam setahun, cuaca di sana sangat mendukung untuk pertnian.

1990-an
Momen politik Mugabe pada tahun-tahun ini mulai memudar. Kritik terus mengalir
kepadanya karena menggunakan kekejaman dan penyuapan untuk mempertahankan
kekuasaannya. Secara konsisten, dia menyangkal telah berbuat sesuatu yang salah. Kesalahan
manajemen Mugabe dalam sektor pertanian menjadi titik balik melapetaka perekonomian di
Zimbabwe. Pemerintah mengeluarkan reformasi lahan untuk mengakhiri kepemilikan
pertanian selama puluhan tahun oleh bangsa kulit putih. Mugabe menerbitkan Undang-
Undang Pembebasan Lahan pada tahun 1992 yang memungkinkannya untuk memaksa
pemilik tanah menyerahkan lahannya. Pada tahun 1993, Mugabe mengancam akan mengusir
pemilik tanah keberatan dengan peraturan tersebut.

2000-an
Pada 2000, Mugabe memaksa 4000 petani kulit putih untuk menyerahkan lahan mereka.
Walaupun hanya 4000 petani kulit putih yang dizalimiHasil produksi pertanian di Zimbabwe
tumbang dalam satu malam. Perubahan diikuti masa panen yang buruk dalam dua tahun dan
musim kering menyelimuti Zimbabwe, menjadikannya negara dengan tingkta kelaparan
terburuk dalam 60 tahun terakhir. Di tengah kekurangan stok kebutuhan dasar yang kronis,
bank sentral menggenjot mesin cetak uangnya seakan tiada hari esok. Hasilnya, inflasi
merajalela. Pada puncak krisis, harga di Zimbabwe meningkat dua kali lipat setiap 24 jam
Uang kertas yang beredar semakin banyak nolnya, yang terakhir hingga pecahan
Z$100.000.000.000. Ekonomi Calto Institute memperkirakan inflasi bulanan melonjak hingga
7,9 miliar persen pada tahun 2008. Penganggguran melonjak tajam hingga 80 persen, fasilitas
layanan publik bangkrut, dan perekonomian menyusut 18 persen pada tahun 2008. Banyak
warga yang mengungsi ke negara-negara tetangga. Saking parahnya inflasi, pemerintah
sampai tidak mengumumkan lagi tingkat inflasi ini dan pecahan uang Z$100 milyar ditarik
dari peredaran. Zimbabwe memutuskan untuk tidak menggunakan mata uangnya, dolar
Zimbabwe, sehingga transaksi dilakukan dalam dolar Amerika Serikat, rand Afrika Selatan,
dan 7 mata uang lainnya.

2010-an
Mugabe mulai merespon sanksi internasional pada tahun 2010 dengan mengancam akan
merebut semua investasi milik negara barat di negara tersebut. Ancaman tersebut membuat
calon investor kian menjauh. Pemerintahan Mugabe telah mengalihkan fokusnya dari
pertanian ke pertambangan. Dia juga memerintahkan semua penambang berlian untuk
menghentikan aktivias dan mninggalkan area tambang. Rencananya, sebuah entitas yang
dikelola negara akan mengambilalih operasi pertambangan. Kono, Zimbabwe sedang
berjuang untuk mendapatkan kucuran dana segar dari negara lain, setela industri ekspor
utama tercekik.

Menurunnya ekonomi di Zimbabwe juga disebabkan oleh Mugabe yang terlalu


menghamburkan uang untuk keperluan pribadinya. Saat pertma kali menjabat sebagai
presiden Mugabe digaji dibawah dari $1 juta, tapi seiring dengan berjalannya waktu dia
menaikkan sendiri gajinya hingga 1000 persen. Ia bahkan menghabiskan 6 juta poundsterling
untuk membangun Mugabe’s Place yakni rumah 3 tingkat yang memiliki25 kamar tidur serta
kamar mandi, serta ada spa pribadi. Selain itu banyak yang berpendapat bahwa istri kedua
dari Magabe, setelah istri pertamanya meninggal, Grace Marufu ikut menyalahkan gunakan
keuangan negara. Ia merupakan sosok yang gila belanja hingga sanggup menghabiskan 7000
poundsterling dalam 2 jam saja. Sampai-sampai negara di Uni Eropa melarang dia untuk
berbelanja di neraga mereka karena tidak sesuai dengan tingkat kemiskinan di negaranya.

Kurang dari sebulan setelah intervensi militer memaksa pemmimpin lama Zimbabwe,
Robert Mugabe untuk turun, para pemimpin baru partai ZANU-PF yang berkuasa memiliki
rencana untuk Zimbabwe. Pensiunan Jenderal Sibusiso Moyo yang mengumumkan
pengambilalihan militer pada 15 November 2017 telah ditunjuk sebagai menteri luar negeri
Zimbabwe. Moyo melihat peluang untuk menghidupkan kembali ekonomi zimbabwe yang
sedang terpuruk. Dia berpendapat investasi asing langsung, pariwisata dan ekspor ke pasar
dunia akan menghidupkan kebali perekonomian Zimbabwe. Prioritas utamanya adalah
pembangunan ekonomi dan emansipasi pada rakyat. ZANU-PF berharap dapat memulai
perbaikan ekonomi dengan berkerja sama dengan masyarakat Zimbabwe yang berada di luar
negeri dan menciptakan lingkungan investasi yang lebih menarik. Data dari Partnership
Africa Canaada (PAC) menunjukan rezim Mugabe telah mencuri lebih dari 2 milyar dolar AS
dari pendapatan tambang berlian. Pemerintahan baru Zimbabwe sedang berupaya untuk
menekan pejabat agar mengembalikan uang negara.
TINGKAT PENGANGGURAN TERBANYAK DAN
TERENDAH
Pengangguran dengan tingkat terbanyak menurut trading economic yakni di Kongo,
dimana 46,1 perssen penduduknya adalah pengangguran. Sedangkan pengangguran dengan
tingkat terendah diduduki oleh Qatar dengan persentase 0,1 persen dari penduduknya.
Banyaknya korupsi, manajemen yang salah, terjadinya inflasi, kehancuran akibat penyakit
dan aksi militer yang sangat mahal di Kongo menyebabkan pengangguran semakin banyak.
Berbeda dengan di Qatar, seorang mahasiswa yang lulus tidak sempat untuk menganggur
karena perusahaan akan langsung datang untuk menawarkan pekerjaan, di Qatar juga tidak
ada pajak penghasilan. Qatar sangat menyadari akan batasan sumber daya alamnya, untuk
mengurangi ketergantungan atas SDA yang dimiliki, Qatar menguatkan diri menjadi podusen
di sektor jasa, contohnya maskapai Qatar Airways, perusahaan telekomunikasi Ooredo.

Anda mungkin juga menyukai