Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

HIPERINFLASI ZIMBABWE YANG MENYEBABKAN NILAI TUKAR


DOLAR ZIMBABWE SANGAT RENDAH

GURU PEMBIMBING
Rizga Ayu Ega Winahyu, M. Pd.

DISUSUN OLEH

ZORA ERLANGGA

SMA NEGRI 1 TANGEN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT, karena dengan berkat dan karunia

Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hiperinflasi

Zimbabwe yang menyebabkan nilai tukar dollar Zimbabwe sangat rendah”

dengan harapan agar Masyarakat mengetahui mengapa dollar Zimbabwe

memiliki nilai tukar yg relatif rendah daripada mata uang lainnya. Dan

juga saya mengucapkan terimakasih kepada pihak yg sudah mendukung

saya dalam pembuatan makalah ini.

Penulis dengan sadar mengetahui bahwa makalah ini masih jauh dari

kata kesempurnaan, maka dari itu diharapkan kritik maupun sarannya

dari pembaca untuk menyempurnakan makalan ini, Terima kasih.

Sragen,18 oktober 2022


penulis

(ZORA ERLANGGA)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Zimbabwe merupakan negara yang berada di bagian selatan benua Afrika,
yang berbatasan dengan Zambia di sebelah utara, Botswana di sebelah barat,
Afrika selatan di sebelah selatan, Dan Mozambik di sebelah timur.Apabila
berbicara mengenai perekonomian suatu negara pasti tidak lepas dari nilai
pertukaran uang. Jika nilai tukar uang suatu negara sangat rendah otomatis
negara tersebut sedang mengalami inflasi yg cukup tinggi dan sedang menuju
kemiskinan.Zimbabwe terletak di benua afrika, dan negara di belahan dunia ini
memiliki iklim tropis namun cenderung kering, Kondisi iklim suatu negara
dapat mempengaruhi perekonomian negara tersebut. Dengan ini peneliti akan
mengajukan judul “Hiperinflasi Zimbabwe yang menyebabkan nilai tukar dollar
Zimbabwe sangat rendah”

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah sumber pendapatan/kekayaan yg ada di zimbabwe?
2. Kronologi yg menyebabkan hiperinflasi di zimbabwe sehingga nilai
tukar menjadi uangnya sangat rendah
3. Adakah usaha dari pemerintah untuk mengatasi hiperinflasi?
4. Dampak hiperinflasi untuk masyarakat Zimbabwe

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana negara zimbabwe dalam perputaran
ekonominya
2. Untuk mengetahui penyebab hiperinflasi di zimbabwe
BAB II
TEORI

2.1 Pengertian Hiperinflasi


Dilansir dari BPIW, Hiperinflasi adalah Inflasi sangat cepat atau di luar
kendali, atau situasi pada saat kenaikan harga di luar kendali, sering terjadi
ketika terdapat peningkatan signifikan pada jumlah uang yang beredar tidak
didukung oleh pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sehingga
mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pasokan dan permintaan uang dan
jika dibiarkan, kondisi ini akan menyebabkan harga meningkat dan akibatnya
mata uang kehilangan nilainya.

2.2 Hiperinflasi Zimbabwe


Hiperinflasi Zimbabwe yakni salah satu kasus hiperinflasi terparah dalam
asal usul yang terjalin pada 2007 sampai 2009. Hiperinflasi Zimbabwe terjalin
imbas masifnya perluasan pasokan duit guna menyubsidi pengeluaran negara
yang membubung imbas Perang Kongo Kedua dan juga agregasi hutang yang
menumpuk di tengah-tengah anjloknya output perekonomian.
Inflasi setiap hari disitu diperkirakan membubung sampai 98%, tidak
mampu dianggap lagi jikalau dalam durasi satu hari harga benda disitu
membubung sampai 2x lipatnya. Dampak hiperinflasi gila-gilaan, ekonomi--
Zimbabwe juga pingsan dimana poin pengangguran naik sampai 80% serta
dekat lebih dari 5 juta orang Zimbabwe kekurangan pangan.

2.3 Latar Belakang Hiperinflasi di Zimbabwe

Semua berubah ketika Presiden Robert Mugabe memberlakukan


serangkaian program penyesuaian ekonomi struktural atau Economic Structural
Adjustment Programme (ESAP) diantaranya yaitu pengusiran kaum kulit putih
pemilik tanah pertanian. Pada 1991, program ini mulai dilaksanakan. Ketika
banyak pemilik tanah pertanian dari kalangan kulit putih diusir, pengelolaan--
---tanah pertanian pun diserahkan kepada penduduk lokal Zimbabwe yang
tidak memiliki keahlian dalam bidang pertanian.
Akibat kesalahan pengelolaan ini, produksi pertanian mereka pun anjlok.
Produksi gandum jatuh dari 300.000 ton pada 1990, menjadi hanya 50.000 ton
pada 2007. Secara total, produksi pangan disana jatuh hingga 45%. Tidak hanya
pertanian, sektor ekonomi lain pun juga mengalami penurunan seperti produksi
manufaktur yang menurun sebanyak 26% pada 2006, serta jatuhnya sektor
perbankan yang berakibat pada menurunnya kredit bank untuk membiayai
perekonomian.
Pemasukan ekspor pun juga menurun secara signifikan yang tadinya
sebesar US$600 juta ppada 2000, menjadi kurang dari US$125 juta pada 2007.
Akibat jatuhnya output perekonomian, demi memenuhi kebutuhan pangan
dalam negeri pemerintah pun terpaksa impor dan impor pun mengalir deras
memasuki Zimbabwe. Karena pemasukan pemerintah yang anjlok, pemerintah
pun mulai mencetak uang dalam skala yang masif demi membayar cicilan
hutang yang semakin menumpuk akibat defisit berkepanjangan pada neraca
anggaran dan perdagangan.
Di tengah kemelut menurunnya kualitas ekonomi, pemerintahan Mugabe
justru memutuskan untuk membiayai Perang Kongo Kedua yang meletus pada
1998-2003. Presiden Mugabe pun memerintahkan bank-bank milik negara
untuk mencetak uang sebanyak mungkin untuk membiayai perang terutama
untuk gaji dan bonus yang besar bagi para prajuritnya. Diperkirakan, Zimbabwe
menghabiskan dana sekitar US$23 juta per bulan untuk membiayai perang ini.

2.4 Kebijakan perbaikan pemerintah Zimbabwe

Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh pemerintah Zimbabwe untuk


memperbaiki kemelut ekonominya karena selain dilanda krisis ekonomi, negara
ini juga dilanda krisis politik hingga masalah kekeringan. Pada 2009,
pemerintah Zimbabwe akhirnya resmi memberhentikan pencetakan uang demi
menahan laju hiperinflasi.
Pemerintah sempat memberlakukan kontrol harga agar kenaikan harga
dapat diredam. Namun, kebijakan ini justru memperparah keadaan karena
pemberlakuan kontrol harga di saat lonjakan biaya produksi sama saja mereka
tidak boleh mendapatkan keuntungan. Insentif untuk memproduksi barang
pun menurun, akibatnya suplai barang semakin anjlok dan harga barang pun
semakin melonjak.
Demi menstabilkan harga, pemerintah Zimbabwe memperbolehkan
warganya untuk bertransaksi menggunakan mata uang asing seperti Dollar AS,
Euro, dan Rand Afrika Selatan.

2.5 Dampak dari hiperinflasi Zimbabwe

Akibat hiperinflasi, rakyat Zimbabwe yang sudah miskin pun semakin


miskin karena jatuhnya nilai kekayaan secara drastis dalam waktu singkat.
Naiknya harga-harga barang yang melonjak drastis melebihi kenaikan upah
membuat jutaan rakyat Zimbabwe tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan
pokoknya.
Uang yang didapat harus segera dibelanjakan agar nilainya tidak semakin
anjlok. Kondisi ini membuat tingkat perputaran sirkulasi uang semakin
meningkat, akibatnya nilai uang yang sudah anjlok justru semakin anjlok.
Akibatnya, tidak ada uang yang tersisa untuk ditabung buat hari esok.
Sektor perbankan pun kolaps karena anjloknya nilai aset mereka apalagi
tabungan juga kosong melompong. Terjadinya hiperinflasi tentu membuat nilai
pinjaman bank menyusut dan bank pun mengalami kerugian, sedangkan
debitur bank justru mendapatkan keuntungan lantaran beban hutang mereka
yang menyusut drastis. Bank-bank terpaksa memberhentikan aktivitas
pinjaman dan suplai kredit pun anjlok. Anjloknya tabungan dan suplai kredit
tentu sangatlah membahayakan perekonomian.
Mereka yang telah menabung pun kehilangan sebagian besar nilainya.
Tidak hanya uang, nilai aset properti dan aset ekonomi lainnya pun juga ikut
anjlok karena kemelut ekonomi yang terjadi. Walaupun mereka memiliki uang
hingga miliaran dan triliunan dollar, namun mereka tetap miskin. Memiliki
uang hingga miliaran dollar, namun jika harga 3 butir telur saja mencapai 100
miliar dollar, maka sama saja bohong. --
--Kondisi hiperinflasi akibat buruknya kondisi makroekonomi Zimbabwe
membuat indeks keyakinan bisnis jatuh. Banyak perusahaan Zimbabwe yang
satu per satu mulai kolaps karena lonjakan biaya produksi dan kebijakan
kontrol harga. Angka pengangguran pun diperkirakan melonjak hingga 80%.

Anda mungkin juga menyukai