Dalam setiap beberapa detik, para pegawai di toko-toko Zimbabwe terus sibuk
mengganti label-label harga pada barang-barang yang mereka jual, karena terus
terjadi pergantian harga akibat inflasi yang menggila.
Pada 20 Juli 2008, Bank Sentral Zimbabwe bahkan menerbitkan pecahan uang
senilai 100 milyar dollar, yang merupakan rekor pecahan uang dengan nominal
terbesar di dunia. Uang dengan nominal besar itu, ironisnya, tidak memiliki nilai
yang sama besarnya, karena digerus oleh inflasi akibat harga-harga yang
melambung luar biasa tinggi. Untuk membeli sembako, misalnya, orang di
Zimbabwe harus membawa uang sampai seember.
Jadi, negara miskin (ataupun negara yang tidak miskin) tidak mencetak uang
dalam jumlah berlebihan, karena adanya pertimbangan seperti yang
digambarkan di atas.
Lalu Kenapa Suatu Negara Tidak Mencetak Uang Sebanyak-Banyaknya?Kalau
membaca berita tentang hutang negara yang menumpuk serta angka
kemiskinan yang sangat besar, mungkin terpikir oleh kita "bagaimana kalau
Indonesia mencetak uang semaunya, untuk melunasi hutang negara maupun
memberantas kemiskinan ataupun mengembalikan uang korupsi yang hilang".
Beres kan?
Nah, seandainya pemerinta Republik Indonesia mencetak uang sebanyak
banyaknya, semua rakyat dapat hujan uang. Timbul pertanyaan, siapa yang mau
capek kerja sedangkan sudah ada jaminan uang untuk hari ini dan besok. Nah,
kalau gitu siapa yang mau kerja jadi petani padahal uang sudah ada di tangan?
Misalkan, rakyat Indonesia tidak ada yang mau jadi petani. Lalu kita mau maka
apa sedangkan makanan pokok berasal dari sektor pertanian? Akibatnya akan
terjadi inflasi, yaitu kenaikan harga barang barang di pasaran.
Rasio antara uang yang dicetak dan jumlah uang yang beredar adalah salah satu
cara menentukan nilai suatu uang. Makanya, bila uang yang beredar ditambah
tapi jaminannya tidak ditambah maka nilai uang akan turun (inflasi). Akibatnya
bila biasanya Rp. 1.000 bisa membeli x barang, setelah uang mengalami inflasi
Rp.1.000 hanya bila membeli 1/2 x.
Dengan kata lain jumlah uangnya banyak tapi nilainya tidak ada, kalau nilainya
tidak ada maka negara lain tidak ada mau menerima uang kita. ujung-ujungnya
utang tidak akan pernah terbayar.
Jadi inilah alasannya kenapa pemerintah tidak bisa seenaknya mencetak uang
sebanyak banyaknya: karena uang dicetak sebanyak-banyaknya maka para
pedagang selalu akan menaikkan harga. Lagipula, pikir mereka. yang beli
uangnya lebih banyak dari sebelumnya
Efek ini terus berulang bagai lingkaran setan sehingga sebagian besar harga
barang akan mengalami kenaikan harga padahal barangnya sama persis seperti
sebelumnya. Inlah yang dilihat sebagai jatuhnya nilai mata uang dimana nilai
tukar uang terhadap barang turun (karena harga barang naik).
Dus, karena harga barang naik, maka akan ada semakin banyak orang miskin.
Itulah yang aakan terlihat apabila inflasi tidak terkendali....