Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKONOMI

MONETER DAN
PERBANKAN

TEORI PENAWARAN
UANG
OLEH : KELOMPOK 8

Nama / Nim KELAS / NAMA DOSEN PA


SEMESTER
Yoaclina D.S. D/III Dra. Yoseba
Ooncok/1803020221 Pulinggomang, M.Si
Ratny/1803020214 D/III Dra. Yoseba
Pulinggomang, M.Si
2.1. Pengertian Penawaran Uang

Pada hakikatnya, penawaran uang adalah jumlah uang yang tersedia


dalam suatu perekonomian. Kita telah mengenal kebijakan moneter,
yaitu kebijakan yang bertujuan untuk mengatur penawaran uang /
mengatur jumlah uang yang beredar. Jadi penawaran uang merupakan
tugas pemerintah melalui bank sentral (Bank Indonesia).

2.1.1. Kurva Penawaran Uang


Kurva penawaran uang pada umumnya memiliki slope positif. Seperti
halnya kurva permintaan uang, jumlah uang yang beredar juga
dipengaruhi oleh tingkat bunga.
Pergeseran kurva penawaran uang

Faktor-faktor yang mempengruhi pergeseran kurva penawaran uang, adalah:


• Tingkat Bunga
Merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar
dalam perekonomian. Jika tingkat bunga terlalu tinggi, dunia usaha akan lesu.
• Tingkat Inflasi
Inflasi yang tinggi dapat melumpuhkan perekonomian. Daya beli masyarakat
menjadi rendah dan perusahaan tidak dapat menjual barang dan jasa yang
ditawarkannya.
• Tingkat Produksi dan Pendapatan Nasional
Bila tingkat produksi dan pendapatan nasional rendah, pemerintah mungkin
akan memperbanyak jumlah uang yang beredar. Dengan tujuan untuk
menggairahkan dunia perbankan dan dunia usaha (melalui peningkatan suku
bunga dan peningkatan harga).
 Kondisi Kesehatan Dunia Perbankan

Setiap bank diharuskan memiliki cadangan uang yang cukup untuk menjaga dana nasabah agar
tetap aman. Bank Indonesia menetapkan tingkat sadangan tertentu, yang sekaligus menjadi
pengukur kesehatan bank.

 Nilai Tukar Rupiah

Jika nilai tukar rupiah menurun, pemerintah akan menurunkan jumlah rupiah yang beredar,
sehingga sesuai hukum keseimbangan permintaan dan penawaran. Tingkat bunga akan naik dan
nilai rupiah pun terangkat.

 Nilai Tukar Rupiah

Jika nilai tukar rupiah menurun, pemerintah akan menurunkan jumlah rupiah yang beredar,
sehingga sesuai hukum keseimbangan permintaan dan penawaran. Tingkat bunga akan naik dan
nilai rupiah pun terangkat.
2.1.2. Penawaran Uang Tanpa Bank

Teori ini merupakan gambaran ketika perekonomian/pertukaran masih menggunakan


emas. Emas adalah satu satunya alat pembayaran & belum ada system perbankan yang
mempengaruhi penggunaan alat tukar tersebut. Jumlah alat tukar ini (peredaran dan
proses penawaran nya) di masyarakat berubah ubah sesuai dengan tersedianya emas di
masyarakat .Ciri penawaran/Supplay emas pada zaman tersebut :
Terjadi perubahan jumlah emas ini juga
Jumlah emas/alat tukar yang
bisa dikarenakan adanya peningkatan
beredar ber ubah ubah ( bisa
penggunaan emas untuk produksi lain (
turun atau naik).
perhiasan ).

Jumlah emas turun apabila terjadi


Jumlah Emas juga akan naik jika
difisit neraca pembayaran luar negeri
untuk pembayaran barang (dikirim
terjadi surplus pembayaran luar
keluar karena impor > ekspor ). negeri atau ditemukan tambang emas
baru
Uang beredar benar benar ditentukan secara otomatis oleh
proses pasar diatas ( tidak ada campur tangan
pemerintah/otoritas moneter yang melakukan kebijakan moneter
)

Penambahan produksi emas ( di tambang dan di murnikan ) oleh


produsen emas mengikuti hukum perilaku produsen / penawaran
(mengikuti permintaan dan harga emas tersebut ) jika harga emas
tinggi dibandingkan barang yang dipertukarkan maka produksi emas
akan tinggi, namun kemudian jika suplay emas berlebih harga emas
akan turun dan suplay nya akan berkurang )

Teory penawaran uang ( system emas ) belum berkembang


dan masih dalam bentuk yang sederhana, karena tidak banyak
memerlukan campur tangan untuk mempengaruhi jumlah-nya
2.1.3. Teori Penawaran Uang Modern

Dalam dunia pertukaran modern, para produsen emas tidak mempunyai


peranan moneter lagi karena dalam system standar uang kertas, sumber dari
terciptanya uang beredar adalah otoritas moneter ( Pemerintah , Bank Sentral (
supplier uang inti) dan Lembaga keuangan/ perbankan (supplier uang
sekunder) ).
Pasar uang itu terdiri dari 2 sub-pasar yaitu sub-pasar uang primer dan sub-
pasar uang sekunder.

Sub-pasar uang primer bersifat lebih fundamental karena uang sekunder (giral)
hanya bisa tumbuh karena ada uang primer. Uang sekunder (giral)
diciptakan oleh bank berdasarkan atas uang primer yang dipegang bank
(cadangan bank). Tanpa ada uang primer tersebut tidak akan bisa diciptakan
uang Sekunder. Jadi kedua sub-pasar tersebut bisa dibedakan secara konsepsi
tetapi jelas kiranya bahwa dalam kenyataan keduanya tidak terpisahkan satu
sama lain.
2.1.4. Money Multiplier (Pelipat Uang)

Proses pelipatan uang atau money multiplier merupakan proses pasar (


penyesuaian antara permintaaan dan penawaran uang ).Proses pelipatan itu
dimungkinkan karena adanya lembaga yang disebut bank,yang tidak harus
menjamin secara penuh uang giral yang diciptakannya dengan uang
tunai.Seandainya cash ratio yang dipegang bank adalah 100%,maka proses
pelipatan uang tidak akan terjadi.
Uang giral ( demand deposit,time deposit dan saving deposit) tidak harus
dijamin secara penuh dalam bentuk uang tunai pada bank.Uang giral sebesar
Rp.10.000 misalnya bank hanya perlu menyimpan uang tunai (cadangan bank)
sebesar Rp.500 ( jika cash ratio yang berlaku 5 % ).Artinya dengan memegang
uang inti sebesar Rp.500 bank bias menciptakan uang giral sebesar
Rp.10.000.Jadi bank menciptakan uang giral Rp.9.500 (Rp.10.000 – Rp. 500) .Oleh
karena itu setiap tambahan uang inti sebesar Rp.1 akan dapat menciptakan tambahan
uang beredar yang lebih besar daripada Rp.1.Dalam kenyataanya uang yang diciptakan
bank,tidak hanya bergantung pada kemauan bank semata,tetapi tergantung pula pada
hasil interaksi para pelaku pasar.

Secara ringkas proses pelipatan uang tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

M1 = B ; dimana c = C/M1 dan r = R/DD

Persamaan tersebut menunjukkan bagaimana uang inti B dilipatkan menjadi uang


beredar M1,Sedangkan 1/c+r(1-r) adalah koefisien pelipat uang (money multiplier).Nilai
koefisien pelipat uang biasanya lebih dari satu. Semakin kecil nilai c dan r,akan semakin
besar nilai koefisien pelipat uang.Nilai c yang rendah artinya,masyarakat lebih suka
menyimpan uang tunainya di bank daripada dirumah dan bank memiliki banyak uang inti
yang akan dilipatkan.Sedangkan nilai r yang rendah artinya,lebih banyak uang giral
yang bias diciptakan dari setiap rupiah uang inti yang dipegang olah bank. Nilai c dan r
mencerminkan perilaku masyarakat dan bank. Besarnya uang beredar yang dipegang
oleh masyarakat dalam bentuk tunai mencerminkan keinginan dan perilaku masyarakat
.
Jadi sub-pasar uang inti yang tadinya sudah seimbang menjadi tidak seimbang, dan
tentu kemudian akan ada tindakan-tindakan penyesuaian di sub-pasar ini. Proses
penyesuaian ini akan terus terjadi (di kedua sub-pasar tersebut) sampai kedua sub
pasar tersebut mencapai keseimbangan secara bersama-sama (simultan). Baru apabila
keadaan ini tercapai, maka pasar uang secara keseluruhan mencapai keseimbangan
yang sesungguhnya (equilibrium ).
2.1.5. Pengertian Implikasi

• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata implikasi adalah
keterlibatan atau keadaan terlibat. Sehingga setiap kata imbuhan dari
implikasi seperti kata berimplikasi atau mengimplikasikan yaitu berarti
mempunyai hubungan keterlibatkan atau melibatkan dengan suatu hal.

• Pengertian implikasi menurut ahli belum ada yang dapat menjelaskannya


secara jelas, hal ini dikarenakan cakupan arti implikasi yang luas. Menurut
para ahli, pengertian implikasi adalah suatu konsekuensi atau akibat
langsung dari hasil penemuan suatu penelitian ilmiah. Pengertian lainnya
dari implikasi menurut para ahli adalah suatu kesimpulan atau hasil akhir
temuan atas suatu penelitian.
2.1.6. Implikasi Kebijakan Pemerintah

• Penentuan kebijakan pemerintah/ moneter seperti pertumbuhan,


inflasi serta neraca pembayaran yang sehat hanyalah merupakan
salah satu bagian dari kebijkan moneter/ pemerintah. Masih banyak
masalah yang perlu dipecahkan, terutama dalam implementasinya.
Masalah ini mencakup, pertama bahwa penguasa moneter harus
menentukan arah yang hendak dituju untuk mencapai sesaran
kebijaksanaan, seperti misalnya out put,employment serta harga.
Kedua, mereka harus menentukan bagaimana caranya
mengatur/mengubah instrument kebijaksanaan moneter ( seperti
cadangan minimum, politik diskonto serta jual beli surat
berharga)agar supaya tujuan/sasaran kebijaksanaan moneter
tercapai.

Anda mungkin juga menyukai