Anda di halaman 1dari 16

GEOGRAFI MANUSIA

Bab 5
Identitas : Ras, Etnis, Gender, dan Seksualitas

KELOMPOK 5

ANGGI CAHYANI 18/423606/GE/08655

CARLOTTA TILASMAN 18/429730/GE/08915

ITSNA NUR’AINI 18/423676/GE/08725

MILGA PUSPITA EKA JAYANTI 18/429740/GE/08925

PEGI MELATI 18/429720/GE/08905

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
Identitas : Ras, Etnis, Gender, dan Seksualitas
Di Bali, wanita dan pria membuat batu bata dengan cara tradisional. Di Amerika
Serikat, sebagian besar pembuat batu bata adalah pria yang dibantu oleh robot/mesin. Budaya
dan masyarakat yang berbeda membuat munculnya perbedaan gagasan tentang pekerjaan apa
yang cocok untuk pria dan wanita. Pembagian kerja adalah salah satu contoh paling jelas
pengelompokan berdasarkan gender. Geografer Mona Domosh dan Joni Seager
mendefinisikan gender sebagai "Asumsi budaya tentang perbedaan antara pria dan wanita:
karakter mereka, peran yang mereka mainkan dalam masyarakat, dan apa yang mereka wakili."

Di luar pembuatan batu bata, sebagian besar pekerja pabrik di Indonesia dan di negara-
negara miskin di dunia adalah wanita. Peneliti Peter Hancock yang mempelajari hubungan
gender dan pekerjaan wanita di pabrik-pabrik Indonesia melaporkan, "Manajer pabrik
mempekerjakan wanita muda karena mereka lebih mudah dieksploitasi, tidak suka
memberontak, relatif bebas dari tanggung jawab keluarga, dan lebih mahir dalam melakukan
tugas-tugas berulang dan rumit yang berkaitan dengan pekerjaan perakitan”. Sedangkan
keluarga melihat wanita muda sebagai pendukung keuangan keluarga. Oleh sebab itu, banyak
wanita bermigrasi dari desa ke kota. Bahkan, di Indonesia, Malaysia, dan Filipina, banyak
wanita bermigrasi ke Timur Tengah untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Mereka
melakukan itu semua untuk membantu keluarga dan membantu biaya sekolah saudara-
saudaranya. Hal ini sangat jarang terjadi di Amerika. Di Amerika Serikat beberapa wanita
yang bekerja dalam pembuatan batu bata biasanya diberikan tugas-tugas yang hanya
memerlukan sedikit pengangkatan. Masyarakat Amerika meranggapan, pekerjaan yang berat
dengan bayaran yang baik harus diberikan kepada "kepala rumah tangga” yang mana adalah
seorang pria.

Masyarakat menciptakan kotak-kotak lalu menempatkan dan mengharapkan orang-


orang untuk hidup di dalamnya. Kotak-kotak ini adalah wujud dari asumsi yang diharapkan
dari wanita, pria, anggota ras atau kelompok etnis tertentu, serta orang-orang dengan berbagai
preferensi seksual. Hubungan sosial di suatu tempat juga menciptakan kotak untuk identitas
lain.
I. APA ITU IDENTITAS, DAN BAGAIMANA IDENTITAS DIBANGUN?
Identitas lebih dari apa yang kita kendarai, pakai, miliki, atau di mana kita tinggal.
Geografer Gillian Rose mendefinisikan identitas sebagai "bagaimana memahami diri kita
sendiri." Kita membangun identitas kita melalui pengalaman, emosi, hubungan, dan penolakan.
Salah satu cara paling ampuh untuk membangun identitas adalah dengan mengidentifikasi diri.
Pertama-tama kita mendefinisikan "orang lain" kemudian mendefinisikan diri kita sebagai
"bukan orang lain." Edward Said menuliskan bagaimana Eropa membangun identitas untuk
kawasan yang sekarang disebut Timur Tengah dan Asia sebagai "Asia Timur", sebagai tempat
mistis melalui lukisan dan tulisannya. Geografer, James Blaut, menuliskan tentang bagaimana
orang Eropa mendefinisikan orang Afrika dan Amerika "biadab" dan "mistis". Kemudian
melalui cara tadi, selama eksplorasi dan kolonialisme Eropa, orang Eropa mendefinisikan diri
mereka sendiri "tidak mistis" atau "tidak biadab" melainkan "beradab" Ungkapan-ungkapan
seperti ini menunjukan seseorang mendefinisikan dirinya sendiri superior atau lebih hebat.

I.I. Ras
Secara biologis, semua orang adalah bagian dari ras yang sama, ras manusia.
Apa yang masyarakat sebut sebagai "ras" sebenarnya merupakan kombinasi ciri fisik
dalam populasi. Perbedaan warna kulit, warna mata, dan warna rambut adalah variasi
dalam ras manusia. Warna kulit bukanlah indikator kedekatan genetik yang dapat
diandalkan. Orang-orang pribumi di India selatan, New Guinea, dan Australia,
misalnya, berkulit gelap seperti penduduk asli Afrika, tetapi penduduk asli Afrika, India
selatan, dan Aborigin Australia tidak terkait erat secara genetis. Tidak ada dasar
biologis untuk membagi spesies manusia menjadi empat atau lima kelompok
berdasarkan warna kulit yang ada. Sebaliknya, kategori rasial adalah produk dari
bagaimana budaya tertentu memandang warna kulit. Perbedaan rasial yang digunakan
saat ini diambil dari kategori warna kulit yang berakar pada sejarah budaya, hubungan
kekuasaan, dan politik suatu tempat selama beberapa abad terakhir.

I.II. Rasisme di Amerika Serikat


Ras adalah identitas yang diberikan secara paksa. Benjamin Forest menjelaskan,
"Dalam banyak hal, identitas rasial bukanlah kumpulan karakteristik yang dibangun
secara sadar, tetapi suatu kondisi yang dipaksakan oleh serangkaian batasan sosial dan
historis eksternal."
Definisi ras di Amerika Serikat berfokus pada membagi negara menjadi "putih"
dan "tidak putih." Berbagai kelompok migran didefinisikan ulang sebagai "putih" atau
"non kulit putih" tergantung pada angin perubahan politik dan ekonomi pada saat itu.
Misalnya, ketika imigrasi ke Amerika Serikat bergeser dari Eropa utara dan barat ke
Eropa selatan dan timur, pemerintah Amerika Serikat dan masyarakat pada umumnya
harus mendefinisikan kembali apa yang "putih" untuk memungkinkan orang dengan
kulit berwarna zaitun dari Mediterania dihitung sebagai "putih."

Melalui migrasi dan perbedaan tingkat kesuburan di antara orang-orang di


Amerika Serikat, negara ini menjadi semakin "tidak putih." Pada tahun 2000, Sensus
Amerika Serikat mengkategorikan "Hispanik" sebagai etnis daripada ras. Dalam kotak
yang disediakan oleh Biro Sensus Amerika Serikat, seseorang sekarang bisa menjadi
"Putih, non-Hispanik," "Putih, Hispanik," "Hitam, non-Hispanik," "Hitam, Hispanik,"
dan seterusnya. Dengan kumpulan kotak baru, populasi Amerika masih dapat
dipisahkan menjadi "Putih, non-Hispanik" dan "orang lain." Sekitar tahun 2050,
populasi "orang lain" akan melampaui (dalam jumlah) populasi "Putih, non-Hispanik"

I.III. Pemisahan Residensial


Rasisme telah memengaruhi penyebaran ras di Amerika seperti ras Afrika-
Amerika, ras Amerika-India dan ras-ras lainnya. Hal ini memisahan suatu daerah
tempat tinggal berdasarkan ras/etnis. Secara historis, negara dan kota mengeluarkan
undang-undang tentang residential segregation yang melarang migrasi kelompok ras
tertentu ke dalam suatu lingkungan. Hukum yang disahkan setelah gerakan hak-hak
sipil pada tahun 1960-an di Amerika mengilegalkan residential segregation. Namun,
beberapa kota di Amerika tetap melakukan residential segregation.

Geografer Douglas Massey dan Nancy Denton mendefinisikan residential


segregation sebagai "Tingkat di mana dua atau lebih kelompok hidup terpisah satu sama
lain di berbagai bagian lingkungan perkotaan." Massey dan Denton mendefinisikan
berbagai jenis residential segregation dalam sebuah artikel tahun 1988, yang memuat
lima pengukuran yaitu:
1. Kelompok dapat hidup terpisah satu sama lain dan dipisahkan dalam berbagai
cara. Anggota minoritas menyebar sehingga mereka menduduki lebih banyak
daerah , bervariasi pada karakteristik kemerataan.
2. Anggota minoritas dapat disalurkan sehingga eksposur mereka ke anggota
mayoritas dibatasi karena jarang berbagi lingkungan dengan mereka.
3. Anggota minoritas mungkin terkonsentrasi secara spasial dalam area yang
sangat kecil, menempati ruang fisik yang kurang dari anggota mayoritas.
4. Anggota minoritas mungkin terpusat secara spasial, berkumpul di sekitar inti
perkotaan, dan menempati lokasi yang lebih sentral daripada mayoritas.
5. Wilayah-wilayah pemukiman minoritas mungkin bergerombol ke satu suatu
kota besar yang berdekatan, atau tersebar luas di sekitar daerah perkotaan.

Laporan khusus yang diterbitkan oleh United States Census Bureau pada tahun
2002 menganalisis secara statistik dan memetakan residential segregation di wilayah
metropolitan di Amerika, menggunakan lima pengukuran statistik segregasi yaitu:
pemerataan, pemaparan, terkonsentrasi, terpusat, dan bergerombol. Lima pengukuran
ini secara langsung sesuai dengan lima jenis pemisahan yang digariskan oleh Massey
dan Denton. Penulis melaporkan bahwa :

 Residential segregation pada ras Amerika-Indians dan Alaska menurun.


 Residential segregation pada ras Afrika-Amerika antara tahun 1980 - 1990 dan
1990 – 2000 mengalami penurunan.
 Residential segregation meningkat 3% pada ras Amerika-Afrika. Contohnya
pada daerah Orange Country ,California dan diikuti oleh San Jose, California.
 Daerah metropolitan yang paling terpisahkan untuk penduduk asli Amerika dan
penduduk asli Alaska adalah Phoenix Meza, Airzona dan pemukiman yang
paling terpisah adalah kota Oklahoma. Faktanya, keempat daerah metropolitan
yang paling terpinggirkan di pemukiman (dengan setidaknya 3% penduduk
Amerika-India) semuanya berada di Oklahoma.
 Daerah metropolitan yang paling terpisahkan di pemukiman untuk Asian /
Kepulauan Pasifik adalah San Francisco, diikuti oleh New York dan Lose
Angeles. Kota-kota terpisah yang paling terpelihara untuk penduduk Asia /
Kepulauan Pasifik adalah Naussau-Ssuffolk (New York) dan Baltimore,
Maryland.
Angka dan peta yang dihasilkan oleh Census Bureau menunjukkan hasil di
beberapa kota yang paling terpisah, orang tahu di mana yang lain tinggal dan akan
dengan sengaja memilih untuk tinggal di lingkungan dengan orang-orang seperti
mereka daripada yang lain. Agen real estate dan pemimpin komunitas dapat secara
sadar atau tidak sadar mengarahkan orang ke lingkungan mereka sendiri. Di beberapa
kota, ras terkait dengan kelas, sehingga sulit untuk mendapatkan lingkungan kelas yang
lebih tinggi yang juga dihuni oleh ras lain. Di kota-kota lain, orang dapat memilih untuk
tinggal di lingkungan yang mereka ciptakan dan yang mencerminkan budaya mereka.

I.IV. Identitas di Seluruh Skala


Cara kita memahami diri kita di dunia global ini sangat kompleks. Kita memiliki
identitas yang berbeda pada skala yang berbeda: individu, lokal, regional, nasional, dan
global.
 Skala individu, kita dapat melihat diri kita sebagai seorang anak, saudara laki-
laki, atau siswa.
 Skala lokal; kita dapat melihat diri kita sebagai anggota komunitas atau
pemimpin organisasi campus.
 Skala regional; kita dapat melihat diri kita sebagai orang-orang Georgia Utara,
di Atlantans, sebagai Yankees yang tinggal di selatan, atau sebagai migran dari
wilayah lain di dunia.
 Skala nasional; kita dapat melihat diri kita sebagai orang Amerika, sebagai
mahasiswa, atau sebagai anggota partai politik nasional.
 Skala global; kita bisa melihat diri kita sebagai orang Barat, berpendidikan,
relatif lemah, atau bebas.
Identitas mempengaruhi satu sama lain di seluruh skala, dan cara menempatkan
orang-orang berinteraksi di skala secara bersamaan mempengaruhi identitas di dalam
skala.
I.V. Skala dari Kota New York
New York memiliki perbedaan bilangan imigran yang lebih besar daripada kota
lain di Amerika Serikat. Dalam skala dari New York, kita dapat melihat bagaimana
identitas berubah. Jadi, kita tidak lebih gampang Hispanik (keturunan dari negara-negara
berbahasa Spanyol). Imigran-imigran baru yang datang ke sebuah kota seringkali
berpindah ke area yang telah ditempati oleh kelompok-kelompok imigran lama, proses
ini disebut suksesi. Di New York, orang Puerto Rico pindah ke dalam lingkungan imigran
Yahudi di Harlem timur pada awal abad ke-21, beriringan dengan kehadiran mereka yang
dominan di lingkungan tersebut.
New York itu unik karena nomor pengguntingan dan populasi imigran yang
beragam. Bentang budaya dari kota ini mencerminkan populasi yang unik. Sepuluh
hingga lima belas tahun terakhir, pertumbuhan terbesar dari populasi hispanik New York
adalah orang-orang Mexico. Migran Meksiko menetap di berbagai lingkungan etnis,
dengan imigran China di Brooklyn dan dengan orang Puerto Rico di Harlem timur.
Proses suksesi ini berlanjut di New York, dengan imigran Meksiko berpindah dan
menggantikan lingkungan-lingkungan hispanik yang lain, terkadang membentuk
pertikaian diantara dan ditengah-tengah kebudayaan lokal.

Dari keseluruhan di Amerika Serikat, kita menemukan bahwa sensus Bureau


menegaskan bahwa lebih dari 2 juta orang New York adalah hispanik. Di New York dan
lingkungan spesifik seperti di Harlem timur, dunia hispanik sedikit menjelaskan tentang
keberagaman dalam kota. Dalam skala ini, identitas yang berbeda diklaim dan ditetapkan,
identitas yang menggambarkan kebudayaan lokal dan lingkungan.

II. BAGAIMANA PENGARUH TEMPAT TERHADAP IDENTITAS DAN


BAGAIMANA KITA MELIHAT IDENTITAS DI SUATU TEMPAT?
Proses dari membangun identitas dan melawan identifikasi, seperti proses sosial atau
kebudayaan yang lain, yang mengakar di suatu tempat. Ketika kita membangun identitas,
bagian yang harus kita lakukan adalah menanamkan arti tempat itu dengan melekatkan memori
dan pengalaman kepada tempat itu. Hal yang menjadi perhatian khusus para geograf adalah
bagaimana orang-orang menjelaskan diri mereka melalui sebuah tempat. Perasaan kita
terhadap suatu tempat menjadi bagian dari identitas kita, dan identitas kita mempengaruhi cara
kita menjelaskan dan merasakan suatu tempat.
Rose menjelaskan : “Satu jalan yang mana identitas terhubung ke sebuah tempat yang
spesial adalah dari perasaan yang kamu punya untuk tempat itu. Ini adalah tempat dimana kamu
merasa nyaman atau seperti di rumah karena bagian dari bagaimana kamu mendefinisikan
dirimu menunjukkan kualitas pasti dari tempat itu. Geograf Relph contohnya, bahkan pernah
bepergian yang sangat jauh untuk membuktikan bahwa “untuk menjadi manusia yang tinggal
di dunia yang dipenuhi dengan tempat-tempat yang berarti : menjadi manusia adalah untuk
mengetahui tempatmu.” Keunikan dari sebuah tempat dapat menjadi bagian dari kita.

II.I. Etnisitas dan Tempat


Etnisitas memberikan contoh yang bagus dari bagaimana identitas mempengaruhi
tempat dan bagaimana tempat mempengaruhi identitas. Gagasan dari etnisitas sebagai
akar identitas dari pikiran dimana orang-orang secara dekat dibatasi, bahkan
berhubungan, di dalam suatu tempat tertentu setiap waktu. Kata etnis berasal dari kata
Yunani kuno ethnos, berarti orang-orang atau bangsa. Geograf Stuart Hall menjelaskan,
“Dimana orang-orang berbagi tidak hanya budaya tetapi sebuah ethnos, kepunyaan
mereka atau ikatan dari kelompok dan tempat, dan perasaan mereka dari identitas
kebudayaan sangat kuat terdefinisikan.” Hal menjelaskan bahwa identitas etnis adalah
“menurut sejarah terbentuk seperti semua identitas kebudayaan,” dan seringkali dianggap
lazim karena termasuk hubungan kuno diantara orang-orang setiap waktu.
Kelompok-kelompok budaya seringkali memunculkan etnis ketika ras tidak dapat
menjelaskan perbedaan dan antagonisme antar kelompok. Sama seperti “konflik rasial”
yang berakar pada persepsi keunikan berdasarkan perbedaan dalam ekonomi, kekuasaan,
agama, bahasa, gaya hidup, atau pengalaman sejarah, demikian juga “konflik etnis”.
Konflik sering disebut etnis ketika pelepasan kesukuan rasial tidak dapat dengan mudah
dilakukan. Misalnya, dengan menggunakan tampilan fisik dan warna kulit, seorang
pengamat tidak dapat membedakan kelompok etnis dalam banyak konflik di seluruh
dunia. Jadi, pihak-pihak dalam konflik menggunakan etnis untuk mengidentifikasikan
diri mereka dengan orang lain. Etnisitas juga dipanggil ketika kelompok budaya yang
berbeda berkerumun dalam satu area.
Dengan demikian, istilah etnisitas dicadangkan untuk sekelompok kecil orang
yang kohesif dan terhubung secara kultural yang berdiri terpisah dari budaya sekitarnya
(seringkali merupakan hasil migrasi). Seperti aspek budaya lainnya, etnisitas adalah
fenomena dinamis yang harus dipahami dalam konteks geografis dan skala dimana ia
berada.
II.I.I. Pecinan di Mexicali
Tidak jauh dari distrik bisnis pusat Mexicali terdapat salah satu pecinan
terbesar di Meksiko. Sebuah studi tahun 1995 tentang Pecinan di Mexicali oleh
geograf James R. Curtis menunjukkan bahwa itu telah menjadi wadah etnis
Tionghoa di lembah Mexicali sepanjang sebagian besar abad ke-20. Orang Cina
mulai berdatangan pada tahun 1902, dan pada tahun 1919 lebih dari 11.000 orang
China mendirikan pecinan yang permanen atau sementara di lembah itu. Mereka
mendirikan sebuah Pecinan yang berkembang di jantung Mexicali yang berfungsi
sebagai pusat kehidupan Cina yang tak terbantahkan di wilayah ini selama
beberapa dekade.
Orang Tionghoa Mexicali adalah pemain terkemuka dalam kehidupan
sosial ekonomi kota selama abad ke-20.mereka memiliki dan mengoperasikan
restoran, mendirikan perdagangan ritel, mengembangkan lahan komersial,
pertukaran mata uang, dan banyak lagi. Pada tahun 1989 mereka memiliki hampir
500 properti komersial atau jasa. Dalam upaya untuk mempertahankan tradisi
budaya mereka dan menambah kehidupan budaya kota, mereka mendirika Asosiasi
Cina yang memainkan peran aktif dalam kehidupan sosial dan sipil Mexicali.

Pecinan Mexicali mengalami transformasi, ketika penduduk Cina telah


menyebar ke pinggiran kota dan sekitarnya (banyak karena mereka dapat berpindah
ke luar kota sekarang). Relatif sedikit orang Tionghoa yang terus tinggal di Pecinan
kota. Beberapa bahkan pindah melintasi perbatasan ke Calexico (kota berpenduduk
27.000 di sisi perbatasan Caliufornia), sambil mempertahankan bisnis di Mexicali.
Bahkan di daerah dimana populasi etnis terus memainkan simbolik yang penting.
Bahkan di daerah dimana populasi etnis berada dalam jumlah yang kecil, jika
mereka mempunyai identitas kelompok dan kesadaran kelompok, mereka dapat
memiliki efek abadi pada lanskap budaya.
II.II. Identitas dan Ruang
Cara lain berpikir tentang tempat adalah menganggapnya sebagai penampang
ruang. Doreen Massey dan Pat Jess mendefinisikan ruang sebagai “relasi sosial
membentang” dan menempatkan sebagai artikulasi khusus dari hubungan sosial tersebut
karena mereka memiliki kota yang bersatu, dari waktu ke waktu, di lokasi tertentu”.
Bagian dari relasi sosial suatu tempat adalah asumsi yang tertanam tentang etnis, gender,
dan seksualitas. Sebuah bangunan dapat dibangun dengan tujuan menciptakan ruang-
ruang gender di dalam, atau dapat menjadi gender berdasarkan cara orang
menggunakannya dan berinteraksi di dalamnya.

II.II.I. Seksualitas dan Ruang


Seksualitas adalah bagian dari kemanusiaan. Sama seperti peran gender yang
dibangun secara budaya, demikian juga budaya memutuskan apa yang “normal”
secara seksual. Dalam angsuran mereka di “Seksualitas dan Ruang” di Geography
in America at the Dawn of the 21st Century, geograf Glen Elder, Lawrence Knopp,
dan Heidi Nast berpendapat bahwa sebagian besar ilmu sosial (di seluruh disiplin
ilmu) ditulis dengan cara heteronormatif. Ini berarti bahwa subjek standar di benak
para akademisi yang menulis studi adalah heteroseksual, kulit putih dan laki-laki.
Perkenalan awal para geograf ke dalam studi tentang masalah seksual
terfokus pada jenis pertanyaan yang sama yang diajukan oleh mereka yang pertama
kali mempelajari ras, jenis kelamin, dan etnis, dimana orang-orang dengan
kelompok identitas bersama, apa yang mereka lakukan untuk menciptakan ruang
bagi diri mereka sendiri dan masalah apa yang mereka hadapi.
Geograf yang mempelajari seksualitas berfokus tidak hanya pada distribusi
dan pengalaman orang-orang di berbagai tempat, tetapi juga pada teori dibalik
pengalaman, teori yang menjelaskan dan menginformasikan pemahaman kita
tentang seksualitas dalam ruang. Banyak geograf yang mempelajari seksualitas saat
ini hanyalah menggunakan teori queer dalam studi mereka. Dengan menyebut
teori-teori beraneka ragam, Penatua, Knopp, dan Nast menjelaskan bahwa para
ilmuwan sosial (dalam geografi dan disiplin yang lain) menyesuaikan kata negatif
yang umum digunakan dalam masyarakat dan mengubah “keterlibatan politik” dari
“orang-orang kafir.”
Mengambil data sensus dari County, kita dapat melihat sebuah pattern dari
rumah tangga sesama jenis di Amerika Serikat, dengan konsentrasi di kota-kota
dengan lingkungan gay dan lesbian yang mapan. Dan kita dapat juga melihat
kehadiran rumah tangga sesama jenis di seluruh negeri, di seluruh negara bagian
dimana serikat pekerja sesama jenis adalah ilegal.

III. BAGAIMANA GEOGRAFI MENCERMINKAN DAN MEMBENTUK


KEKUATAN HUBUNGAN DI ANTARA MASYARAKAT?
Kekuatan hubungan mempengaruhi identitas secara langsung dan sifatnya yang
mengendalikan konteks geografi dimana hal itu terjadi. Kekuatan hubungan juga berdampak
pada budaya. Massey dan Jess menjelaskan bahwa budaya memperlihatkan kesan pada alam,
mempengaruhi kekuatan hubungan. “Identitas baik tempat dan budaya, harus dibuat. Dan
mereka harus dibuat berbeda, meskipun berlawanan. Dan semua ini, akan terpusat pada
kekuatan untuk memenangkan kompetisi tentang bagaimana tempat itu terlihat, itu berarti
untuk memberikan; kekuatan, dalam arti lain, membentuk dominansi geografi imaginative, dari
identitas tempat dan budaya.”
Kekuatan hubungan dapat melakukan lebih dari hanya membentuk budaya. Kekuatan
hubungan dapat juga ditunjukkan oleh seluruh kelompok orang termasuk untuk
menyelenggarakan ide tentang bagaimana orang harus berkelakuan atau di mana orang harus
terbuka. Perubahan ini bentuk distribusi dari masyarakat.

III.I. Siapa yang Menghitung?


Kebijakan dibuat oleh pemerintah dapat membatasi akses dari masyarakat.
Namun tanpa dukungan pemerintah, masyarakatpun dapat membuat tempat dimana
mereka memiliki batas-batas satu sama lain. Sebagai contoh, di Belfast, kota bagian utara
yang sebelum berubah menjadi daerah ke empat belas, saat pemerintah menyebutkan ada
3/5 orang berkulit hitam dari orang yang berkulit putih. Sampai 1924, pemerintah Unites
States tidak mengenali betul semua orang Amerika yang ikut pemilihan. Sekitar tahun
1920, United States mengesahkan 90 perubahan peraturan untuk mengenali orang
Amerika yang mempunyai hak pilih tanpa memperhatikan gender dan etnis.
Saat pemerintah Amerika Serikat memulai untuk menghitung nilai kelebihan dari
produk servis mereka melakukannya dengan asumsi bahwa pekerjaan rumah tangga
adalah bagian dari wanita dan pekerjaan itu tidak berkontribusi bagi perekonomian
negara. Yang paling penting dari kegunaan statistik dalam poduktivitas keuntungan
pendapatan nasional, tidak termasuk pekerjaan rumah tangga, biasanya di desa yang
kurang berkembang. Para sarjana memperkirakan bahwa produktivitas wanita dirumah
tangga sendiri memberikan nilai uang. Di negara yang miskin, produksi wanita lebih dari
setengah pangan, mereka juga membangun rumah, hasil panen, membuat baju, dan
melakukan berbagai kegiatan yang tidak tercatat resmi distatistik sebagai produktivitas
ekonomi.
Statistika menunjukkan seberapa besar produksi wanita dan bagaimana pekerjaan
kecil mereka bernilai menarik. Akan tetapi, pekerjaan geograf yang mempelajari gender
telah selesai melewati pengakomodasian data. Selama lebih dari 2 dekade, geograf telah
bertanya mengapa topik social tentang wanita dan peraturan mereka dan bagaimana ide
ini, terdengar dan terpresentasikan pada kehidupan kita, dan jawabannya kita peroleh.
Sebagai contoh, Ann Oberhauser dan penulisnya mengatakan bahwa orang barat
cenderung untuk berfikir bahwa wanita pekerjaannya adalah bidang tekstil dan perhiasan,
berbeda di negara miskin karena wanita di daerah ini “lebih patuh dan tunduk dengan
tradisi” daripada wanita yang ada di pusat. Studi geograf tentang gender
mempertanyakan dimana ide tentang wanita ini untuk yakin pada pekerjaan dan yakin
pada posisi dilingkungan social-kunci elemen didalam membuat ruang yang mereka mau.

III.II. Populasi yang Rentan


Kekuatan hubungan dapat membuat pengaruh dasar yang mana populasi
atau area yang sebagian diserang penyakit, kematian, dan luka/kelaparan. Geograf
menggunakan pemetaan dan analisis spasial untuk memprediksikan dan menjelaskan
populasi dan orang yang terkena dampak bahaya dari alam, seperti gempa bumi, letusan
gunung, angin topan, dan tsunami serta dari politik lingkungan itu sendiri. Teori
kerentanan menjelaskan pada kita bahwa tidak semua orang terkena efek yang sama,
seperti sosial, politik, ekonomi atau perubahan lingkungan. Akan tetapi, sifat dan
karakter spasial dari struktur sosial berpengaruh pada populasi yang cukup rentan.
Lingkungan kerja adalah cara terbaik untuk memahami bagaimana kekuatan
sosial membuat suatu kelompok yang rentan dan bagaimana kelompok ini terdampak
dari perubahan. Lewat dari lingkungan kerja dan wawancara, geograf dapat melihat
perbedaan dalam kelompok dan individu itu sendiri.

Salah satu geograf, Sarah Halvorson mempelajari perbedaan dari kelompok yang
rentan pada anak-anak di utara Pakistan. Dia menguji kerentanan dari anak dengan
menggunakan penyakit diare dengan memberikan perhatian “penyebab dari gender,
politik rumah tangga dan hubungan gender yang mempertahankan keturunan dan
perbedaan antara pria, wanita, serta antar kelompok sosial.” Halvorson menemukan
bahwa orang yang berpendapatan tinggi pada umumnya memiliki tingkat penyakit yang
rendah, tetapi pendapatan bukan satu-satunya factor yang penting. Kenyataanya
pendapatan rendah pun, jika wanita memiliki hubungan social yang kuat, mereka dapat
membantu anak-anak untuk mengurangi kelompok orang yang berpenyakit.
Geograf Joseph Oppong mengakui bahwa analisis ruang dapat memperlihatkan
kerentanan negara yang ada di Amerika Utara dan Eropa, HIV/AIDS lebih umum pada
homoseksual dan untuk laki-laki biseksual daripada pasangan heteroseksual. Oppong
menerangkan bahwa “AIDS dalah permasalahan global yang memiliki ekspresi local
yang unik bahwa pengaruh dari distribusi ruang dan hubungan social dari grup yang
rentan”
Setuju dengan Oppong, di Subsahara Afrika, peringkat HIV/AIDS adalah yang
tertinggi untuk wanita di area urban, dan untuk perempuan yang bekerja sebagai pekerja
seksual. Sementara itu, di Ghana peringkat HIV/AIDS lebih rendah untuk wanita di
daerah urban, Accra, karena mereka memilki akses yang lebih baik untuk perawatan
kesehatan daripada di area pedesaan. Oppong juga menemukan bahwa wanita yang
mengalami poligami di daerah muslim di utara Ghana memiliki tingkat HIV/AIDS yang
lebih rendah. Oppong menawarkan dua teori mengapa wanita muslim yang berpoligami
memiliki tingkat HIV/AIDS yang lebih rendah; yang petama muslim memilki praktik
untuk menghindari persetubuhan seksual, dan yang kedua, muslim di Ghana
mempraktekkan sunatan, yang mana membantu mengurangi rasio perpindahan
HIV/AIDS di negara.
Kerja lapangan membantu geograf menerapkan teori kerentanan untuk
memahami bagaimana struktur keruangan, hubungan kekuatan, dan hubungan sosial
mempengaruhi dampak dari penyakit dan risiko di seluruh dunia.

III.III. Wanita di Subsahara Afrika


Aliran migrasi, tingkat kelahiran, dan kematian anak-anak mempengaruhi
komposisi gender di kota, negara, dan wilayah. Kebanyakan Subsahara di Afrika,
khususnya daerah pedesaan, didominasi oleh wanita. Domosh dan Seager menerangkan
bahwa laki-laki meninggalkan pedesaan untuk bekerja diperindustrian yang berat dan
menambang di kota. “Sementara wanita menetap untuk merawat kebun dan mengatur
ekonomi rumah tangga. Tentu saja bagian dari pedesaan Afrika Selatan dan Zimbabwe
menjadi zona dengan populasi kebanyakan pria.”
Wanita di Subsahara Afrika memilki respon yang tinggi, sedikit haknya, dan
sedikit untuk bicara. Mereka mengestimasi 30 % dari bidang makanan, kebanyakan tanpa
teknologi modern. Laki-laki pergi dari kota, terkadang menikah dengan istri lain dan
memilki anak, wanitanya ditinggalkan di desa untuk berjuang.
Biasanya disana sangat minim biaya untuk sekolah; apa yang tersedia pertama
untuk laki-laki. Saat Pemerintah Kenya mencoba untuk manaikkan produktivitas
tanaman the pada tahun 1970 dan tahun 1980-an pemerintah mendapat bonus. Bukan
untuk wanita yang melakukan seluruh pekerjaan tetapi untuk pria yang memilki tanah.
Kekuatan hubungan social sangat terpengaruh oleh banyak hal, antara lain,
wilayah, kedudukan social, gender, fisik, tingkat intelegensi, politik, ekonomi dan masih
banyak lagi. Salah satu factor yang cukup berpengaruh adalah gender. Pada tahun 1990-
an tingkat gender sangat berpengaruh diseluruh dunia, khusunya di negara Afrika dan
sebagian di Asia. Wanita disana sangat dibatasi untuk hal pekerjaan khususnya yang
berkaitan dengan perekonomian dan juga pemerintahan. Kebanyakan wanita disana
hanya bekerja dalam hal urusan rumah tangga. Selain hal tersebut wanita juga sangat
rentan untuk terkena penyakit, seperti HIV/AIDS.

III.IV. Dowry Deaths di India


Lisa Ling, seorang penjelajah yang pergi ke India untuk penelitian, menyatakan
bahwa memang masih banyak kasus dowry deaths. Dowry sendiri merupakan kata yang
memiliki makna barang atau uang yang di bawa oleh pihak pengantin perempuan kepada
pihak pengantin laki-laki, sebagai syarat pra-nikah. Tuntutan tersebut tentu memiliki
ketentuan khusus. Jika tidak memenuhi ketentuan yang ada, maka wanita-wanita muda
itu akan disiksa dengan kejam atau bahkan dibunuh atas tanda gagalnya ayah mereka
akan melaksanakan tanggungannya. Terhitung dari tahun 1985 sampai tahun 2006,
tercatat ada lebih dari 1000 kasus kematian wanita tiap tahunnya. Sebagian besar kasus
kematian wanita itu disebabkan oleh dowry deaths dan terus mengalami peningkatan.
Bahkan mencapai 7000 kasus di tahun 2006. Perbedaan kedudukan wanita yang jauh
berada di bawah laki-laki sangatlah memprihatikan.
Jalur hukum di India juga masih dibilang tidak adil bagi pihak wanita yang
mengalami kasus dowry deaths. Hal ini karena kebanyakan penegak hukum setempat
bervisi untuk mempertahankan rumah tangga, bukan meneggakan keadilan bagi semua
pihak terutama pihak wanita. Dowry deaths sebagian besar disebabkan oleh pernikahan
paksa. Kasus ini menuntut banyak hal secara finansial kepada pihak pengantin wanita.
Tidak banyak wanita yang berani memperjuangkan tingkat kedudukannya karena
kurangnya pendidikan sebagai fondasi. Setelah kasus ini dikemukakan secara global,
sekarang Ling mengatakan bahwa kedudukan wanita sudah lebih baik. Dalam arti kata,
kasus ini sudah sedikit mereda karena banyaknya pasang mata yang menaruh perhatian.
Tapi, mereda berarti belum sepenuhnya hilang.

III.V. Mengubah Kekuatan Hubungan Antar Kelompok Etnis


Keragaman adat dan budaya disuatu daerah menciptakan hubungan yang kuat.
Hal itu berkaitan erat dengan aspek ekonomi. Jika ekonomi mengalami kenaikan, maka
kebanyakan individu akan lebih bersifat “menerima”. Tetapi, jika ada penurunan
ekonomi maka kebanyakan individu akan menyalahi satu sama lain. Perbedaan nyata
hingga saat ini dapat kita lihat dari perbedaan ras. Contohnya kehidupan makmur yang
dirasakan orang-orang berkulit putih dan sebaliknya dirasakan oleh orang-orang berkulit
gelap serta berdarah Asia. Stereotipe ini tidak jarang menimbulkan perdebatan melalui
diskriminasi bahkan kekerasan sekalipun.

III.V.I. Kekuatan Hubungan di Los Angeles


Terhitung sejak 4 dekade lalu, migrasi terbesar ke California datang dari
Mexico. Masuknya negara asing ke negara lainnya tentu membawa perubahan pada
berbagai aspek, terutama pada aspek budaya. Los Angeles merupakan salah satu
negara yang menunjukan perubahan etnis dan budaya terbesar. Dari data yang
diambil dari buku yang berjudul “The Los Angeles Rebellion: A Retrospective
View”, pada tahun 1960-1980, dapat dilihat ada perkembangan pesat etnis orang-
orang Afrika-Amerika. Serta yang berhubungan dengan lapangan kerja seperti
bisnis-bisnis yang dikelola oleh Korea.

IV. KESIMPULAN
Identitas adalah konsep yang kuat, karena berhubungan langsung secara politik, social,
dan budaya di aspek kita hidup dan bekerja. Identitas kelompok seperti jenis kelamin, etnis,
dan ras itu sudah tertata dengan baik. Baik secara kesadaran diri maupun dari pandangan orang
lain. Ketika mempelajari tentang tempat baru dan orang-orang baru, kebanyakan individu akan
menilainya dengan stereotipe umum agar mudah di satukan dengan pandangan kita.
Seorang geograf, terutama yang menghabiskan waktunya di lapangan, tentu mengetahui jelas
bagaimana seriap orang membentuk ruang dengan waktu terbatas, baik secara individu maupun
kelompok. Terlepas dari semua stereotipe yang ada, tentu semua hal bahkan yang terlihat
mudah sekalipun, mempunyai proses yang kompleks dan dinamis di belakangnya.

Anda mungkin juga menyukai