Bab 5
Identitas : Ras, Etnis, Gender, dan Seksualitas
KELOMPOK 5
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
Identitas : Ras, Etnis, Gender, dan Seksualitas
Di Bali, wanita dan pria membuat batu bata dengan cara tradisional. Di Amerika
Serikat, sebagian besar pembuat batu bata adalah pria yang dibantu oleh robot/mesin. Budaya
dan masyarakat yang berbeda membuat munculnya perbedaan gagasan tentang pekerjaan apa
yang cocok untuk pria dan wanita. Pembagian kerja adalah salah satu contoh paling jelas
pengelompokan berdasarkan gender. Geografer Mona Domosh dan Joni Seager
mendefinisikan gender sebagai "Asumsi budaya tentang perbedaan antara pria dan wanita:
karakter mereka, peran yang mereka mainkan dalam masyarakat, dan apa yang mereka wakili."
Di luar pembuatan batu bata, sebagian besar pekerja pabrik di Indonesia dan di negara-
negara miskin di dunia adalah wanita. Peneliti Peter Hancock yang mempelajari hubungan
gender dan pekerjaan wanita di pabrik-pabrik Indonesia melaporkan, "Manajer pabrik
mempekerjakan wanita muda karena mereka lebih mudah dieksploitasi, tidak suka
memberontak, relatif bebas dari tanggung jawab keluarga, dan lebih mahir dalam melakukan
tugas-tugas berulang dan rumit yang berkaitan dengan pekerjaan perakitan”. Sedangkan
keluarga melihat wanita muda sebagai pendukung keuangan keluarga. Oleh sebab itu, banyak
wanita bermigrasi dari desa ke kota. Bahkan, di Indonesia, Malaysia, dan Filipina, banyak
wanita bermigrasi ke Timur Tengah untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Mereka
melakukan itu semua untuk membantu keluarga dan membantu biaya sekolah saudara-
saudaranya. Hal ini sangat jarang terjadi di Amerika. Di Amerika Serikat beberapa wanita
yang bekerja dalam pembuatan batu bata biasanya diberikan tugas-tugas yang hanya
memerlukan sedikit pengangkatan. Masyarakat Amerika meranggapan, pekerjaan yang berat
dengan bayaran yang baik harus diberikan kepada "kepala rumah tangga” yang mana adalah
seorang pria.
I.I. Ras
Secara biologis, semua orang adalah bagian dari ras yang sama, ras manusia.
Apa yang masyarakat sebut sebagai "ras" sebenarnya merupakan kombinasi ciri fisik
dalam populasi. Perbedaan warna kulit, warna mata, dan warna rambut adalah variasi
dalam ras manusia. Warna kulit bukanlah indikator kedekatan genetik yang dapat
diandalkan. Orang-orang pribumi di India selatan, New Guinea, dan Australia,
misalnya, berkulit gelap seperti penduduk asli Afrika, tetapi penduduk asli Afrika, India
selatan, dan Aborigin Australia tidak terkait erat secara genetis. Tidak ada dasar
biologis untuk membagi spesies manusia menjadi empat atau lima kelompok
berdasarkan warna kulit yang ada. Sebaliknya, kategori rasial adalah produk dari
bagaimana budaya tertentu memandang warna kulit. Perbedaan rasial yang digunakan
saat ini diambil dari kategori warna kulit yang berakar pada sejarah budaya, hubungan
kekuasaan, dan politik suatu tempat selama beberapa abad terakhir.
Laporan khusus yang diterbitkan oleh United States Census Bureau pada tahun
2002 menganalisis secara statistik dan memetakan residential segregation di wilayah
metropolitan di Amerika, menggunakan lima pengukuran statistik segregasi yaitu:
pemerataan, pemaparan, terkonsentrasi, terpusat, dan bergerombol. Lima pengukuran
ini secara langsung sesuai dengan lima jenis pemisahan yang digariskan oleh Massey
dan Denton. Penulis melaporkan bahwa :
Salah satu geograf, Sarah Halvorson mempelajari perbedaan dari kelompok yang
rentan pada anak-anak di utara Pakistan. Dia menguji kerentanan dari anak dengan
menggunakan penyakit diare dengan memberikan perhatian “penyebab dari gender,
politik rumah tangga dan hubungan gender yang mempertahankan keturunan dan
perbedaan antara pria, wanita, serta antar kelompok sosial.” Halvorson menemukan
bahwa orang yang berpendapatan tinggi pada umumnya memiliki tingkat penyakit yang
rendah, tetapi pendapatan bukan satu-satunya factor yang penting. Kenyataanya
pendapatan rendah pun, jika wanita memiliki hubungan social yang kuat, mereka dapat
membantu anak-anak untuk mengurangi kelompok orang yang berpenyakit.
Geograf Joseph Oppong mengakui bahwa analisis ruang dapat memperlihatkan
kerentanan negara yang ada di Amerika Utara dan Eropa, HIV/AIDS lebih umum pada
homoseksual dan untuk laki-laki biseksual daripada pasangan heteroseksual. Oppong
menerangkan bahwa “AIDS dalah permasalahan global yang memiliki ekspresi local
yang unik bahwa pengaruh dari distribusi ruang dan hubungan social dari grup yang
rentan”
Setuju dengan Oppong, di Subsahara Afrika, peringkat HIV/AIDS adalah yang
tertinggi untuk wanita di area urban, dan untuk perempuan yang bekerja sebagai pekerja
seksual. Sementara itu, di Ghana peringkat HIV/AIDS lebih rendah untuk wanita di
daerah urban, Accra, karena mereka memilki akses yang lebih baik untuk perawatan
kesehatan daripada di area pedesaan. Oppong juga menemukan bahwa wanita yang
mengalami poligami di daerah muslim di utara Ghana memiliki tingkat HIV/AIDS yang
lebih rendah. Oppong menawarkan dua teori mengapa wanita muslim yang berpoligami
memiliki tingkat HIV/AIDS yang lebih rendah; yang petama muslim memilki praktik
untuk menghindari persetubuhan seksual, dan yang kedua, muslim di Ghana
mempraktekkan sunatan, yang mana membantu mengurangi rasio perpindahan
HIV/AIDS di negara.
Kerja lapangan membantu geograf menerapkan teori kerentanan untuk
memahami bagaimana struktur keruangan, hubungan kekuatan, dan hubungan sosial
mempengaruhi dampak dari penyakit dan risiko di seluruh dunia.
IV. KESIMPULAN
Identitas adalah konsep yang kuat, karena berhubungan langsung secara politik, social,
dan budaya di aspek kita hidup dan bekerja. Identitas kelompok seperti jenis kelamin, etnis,
dan ras itu sudah tertata dengan baik. Baik secara kesadaran diri maupun dari pandangan orang
lain. Ketika mempelajari tentang tempat baru dan orang-orang baru, kebanyakan individu akan
menilainya dengan stereotipe umum agar mudah di satukan dengan pandangan kita.
Seorang geograf, terutama yang menghabiskan waktunya di lapangan, tentu mengetahui jelas
bagaimana seriap orang membentuk ruang dengan waktu terbatas, baik secara individu maupun
kelompok. Terlepas dari semua stereotipe yang ada, tentu semua hal bahkan yang terlihat
mudah sekalipun, mempunyai proses yang kompleks dan dinamis di belakangnya.