Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH FARMAKOLOGI - TOKSIKOLOGI

“JALUR PEMBERIAN OBAT”

OLEH :

FARMASI B
(KELOMPOK 2)
NI’MA NURMAGFIRAH
NOFRIANI SAFITRI
NUR REZKI AMALIA K
NUR FAEDAH SINAR
NUR HIDAYAH KAMIL
ULFAH FITRIASARI

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA-GOWA
2013
Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Farmakologi-Toksikologi Dasar pada semester IV, tahun ajaran 2013/2014, yang
berjudul “Jalur Pemberian Obat”. Dengan menyelesaikan tugas ini penulis
diharapkan untuk lebih mengetahui tentang apa sebenarnya jalur dan pemberian
obat, keuntungan dan kerugian dari tiap jalur, bentuk sediaan bagi jalur tiap
pemberian, serta sudut prespektif islam dalam memandang jalur pemberian obat
yang merupakan salah satu sub bab dari materi Pengantar Farmakologi Dasar.

Penulis sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,


penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Penulis berharap, semoga
makalah sederhana ini, dapat menjadi pengetahuan dan informasi baru yang
dikemas dalam bentuk singkat, padat dan jelas.

Makassar, 18 Mei 2013

Penulis

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 2


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang…………………………………………….3
B. Rumusan Masalah…………………………………………4
BAB II. Tinjauan Pustaka
A. Jalur Pemberian Obat…………………………………….5
B. Keuntungan dan Kerugian Jalur Pemberian Obat………...11
C. Tepat Pemberian Obat…………………………………….13
D. Bentuk Sediaan Berdasarkan Jalur Pemberian Obat……...15
BAB III. Tinjauan Islam
A. Sains dan Teknologi Kesehatan dalam Pandangan Islam..20
B. Obat Bagi Segala Macam Penyakit……………………….21
C. Hukum Jalur Pemberian Obat…………………………….22

Kesimpulan
Daftar Pustaka

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 3


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rute pemberian obat (Routes of Administration) merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis
anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh
karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim
dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal
ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam
waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat.1
Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya
serta kondisi pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah-masalah
seperti berikut:
a. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik
b. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama
c. Stabilitas obat di dalam lambung atau usus
d. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute
e. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter
f. Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacam-
macam rute
g. Kemampuan pasien menelan obat melalui oral.
Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya
obat yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan
efek terapi obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau
sistemik. Efek sistemik diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah, sedang efek lokal adalah efek obat yang bekerja setempat
misalnya salep2

1
Katzug, Basic and Clinical Pharmacology, 9th ed, 2003. PP. Hal 1567
2
Anief. Ilmu Meracik Obat. UGM Press: Yogyakarta. 2010. Hal 52

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 4


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

Efek sistemik dapat diperoleh dengan cara:


a. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal
b. Parenteral dengan cara intravena, intra muskuler dan subkutan
c. Inhalasi langsung ke dalam paru-paru.
Efek lokal dapat diperoleh dengan cara:
a. Intraokular, intranasal, aural, dengan jalan diteteskan ada mata, hidung,
telinga
b. Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paru
c. Rektal, uretral dan vaginal, dengan jalan dimasukkan ke dalam dubur,
saluran kencing dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada
keringat badan atau larut dalam cairan badan

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jalur pemberian obat?
2. Apa keuntungan dan kerugian dari tiap jalur pemberian obat?
3. Bagaimana optimalisasi tepat pemberian obat?
4. Apa saja bentuk sediaan berdasarkan jalur pemberian obat?
5. Bagaimana sains dan teknologi kesehatan dalam pandangan islam?
6. Dalil tentang obat segala macam penyakit
7. Bagaimana hukum jalur tiap pemberian obat menurut islam?

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 5


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Jalur Pemberian Obat


Jalur pemberian obat turut menetukan kecepatan dan kelengkapan resorpsi obat.
Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh tubuh)
atau efek local (setempat) keadaan pasien dan sifat-sifat fisiko-kimiawi obat,
dapat dipilih dari banyak cara untuk memberikan obat.
1. Efek Sistemik
a. Oral
Pemberian obat melalui mulut (per oral) adalah cara yang paling
lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman. Namun tidak semua obat
dapat diberikan peroral, misalnya obat yang bersifat merangsang (emetin,
aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung, seperti
benzilpenisilin, insulin, oksitosin dan hormone steroida.
Sering kali, resorpsi obat setelah pemberian oral tidak teratur dan
tidak lengkap meskipun formulasinya optimal, misalnya senyawa
ammonium kwartener (thiazianium, tetrasiklin, kloksasilin dan digoksin)
(maksimal 80%). Keberatan lain adalah obat segtelah direpsorbsi harus
melalui hati, dimana dapat terjadi inaktivasi sebelum diedarkan ke lokasi
kerjanya.
Untuk mencapai efek local di usus dilakukan pemberian oral, misalnya
obat cacing atau antibiotika untuk mensterilkan lambung-usus pada
infeksi atau sebelum pembedahan (streptomisin, kanamisin, neomisin,
beberapa sulfonamida). Obat-obat ini justru tidak boleh diserap.3
b. Sublingual
Obat setelah dikunyah halus (bila perlu) diletakkan di bawah lidah
(sublingual), tempat berlangsungnya rebsorpsi oleh selaput lender
setmpat ke dalam vena lidah yang banyak di lokasi ini. Keuntungan cara

3
Tjay dkk. Obat-obat Penting. Pt. Alex Media Komputindo; Jakarta. 2006. hlm. 18

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 6


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

ini ialah obat langsung masuk ke peredaran darah besar tanpa melalui
hati. Oleh karena itu, cara ini digunakan bila efek yang pesat dan lengkap
diinginkan, misalnya pada serangan angina (suatu penyakit jantung),
asma atau migrain (nitrogliserin, isoprenalin, ergotamin juga
metiltesteron). Kebertannya adalah kurang praktis untuk digunakan
terus-menerus dan dapat merangsang mukosa mulut. Hanya obat yang
bersifat lipofil saja yang dapat diberikan dengan cara ini.4
c. Injeksi
Pemberian obat secara parenteral (berarti “di luar usus”) biasanya dipilih
bila diinginkan efek yang cepat, kuat dan lengkap atau untuk obat yang
merangsang atau dirusak oleh getah lambung (hormon), atau tidak
diresorpsi usus (streptomisin). Begitu pula pasien yang tidak sadar atau
tidak mau kerja sama. Keberatannya adalah cara ini lebih mahal dan
nyeri serta sukar digunakan oleh pasien sendiri. selain itu ada pula
bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak
pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.5
- Subkutan (hipodermal)
Injeksi dibawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat
yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak.
Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena.
Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada pasien penyakit
gula.
- Intrakutan
Absorpsi sangat lambat, mislanya injeksi tuberculin dari
Mantoux.
- Intramuscular
Dengan injeksi di dalam otot, obat yang terlarut bekerja
dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat resorpsi dengan
maksud memperpanjang kerja obat, sering kali digunakan larutan

4
Ibid, Hal 18-19
5
Ibid, Hal 19

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 7


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

atau suspensi dalam minyak, misalnya suspensi penisilin dan


hormone kelamin. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot
bokong yang tidak memiliki banyak pembuluh dan saraf.
- Intravena
Injeksi ke dalam pembuluh darah menghasilkan menghasilkan
efek tercepat: dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran
darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi lama kerja
obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunkan untuk mencapai
pentakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat
cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut air atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butir darah.
Bahaya injeksi i.v. adalah dapat mengakibatkan terganggunya
zat-zat kolida darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini
‘benda asing’ langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi , misalnya
tekanan darah mendadak turun dan timbul shock. Bahaya ini
lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar
obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena
itu setiap injeksi i.v. sebaiknya dilakukan dengan amat perlahan,
antara 50 dan 70 detik lamanya.
Infus tetes intravena dengan obat sering kali dilakukan di
rumah sakit pada keadaan darurat atau dengan obat yang cepat
metabolisme dan ekskresinya guna mencapai kadar plasma yang
tetap tinggi.
- Intra-arteri
Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk
“membanjiri” suatu organ, misalnya hati, dengan obat yang
sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya obat
kanker nitrogenmustard.
- Intralumbal
Intralumbal (antara ruas tulang belakang), intraperitoneal (ke
dalam ruang selaput perut), intrapleural (selaput paru-paru),

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 8


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

intracardial (jantung) ddan anti-artikuler (ke celah-celah sendi)


adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk memasukkan obat
langsung ke tempat yang diinginkan.
- Implantasi subkutan
Implantasi subkutan adalah memasukkan obat yang berbentuk
pellet steril (tablet silindris kecil) ke bawah kulit dengan
menggunkan suatu alat khusus (trocar). Obat ini terutama
digunakan untuk efek sistemis lama, misalnya hormon kelamin
(estradiol dan testosteran. Akibat resorpsi yangh lambat, satu
pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara teratur selama 3-5
bulan lamanya. Bahkan dewasa ini tersedia implantasi obat
antihamil dengan lama kerja 3 tahun (Implanon, Norplant).
- Rektal
Rektal adalah pemberian obat melalui rectum (dubur) yang
layak untuk obat yang merangsang atau yang diuraikan oleh asam
lambung, biasanya dalam bentuk suppositoria, kadang-kadang
sebagai cairan (klisma: 2-10 mL, lavemen: 10-500 mL). Obat ini
terutama digunakan pada pasien yang mual atau muntah-muntah
(mabuk jalan atau migrain) atau yang terlampau sakit untuk
menelan tablet. Adakalanya juga untuk efek lokal yang cepat,
misalnya laksans (suppose, bisakodil/gliserin) dan klisma
(prednisone atau neomisin).
Sebagai bahan dasar (basis) suppositoria digunakan lemak
yang meleleh pada suhu tubuh (k.l. 36,80C), yakni oleum cacao
dan gliserida sintetis (Estarin, Wittepsol). Demikian pula zat-zat
hidrofil yang melarut dalam getah rectum, misalnya tetrasiklin,
kloramfenikol dan sulfonamida (hanya 20%). Karena ini
sebaiknya diberikan dosis oral dan digunakan pada rectum kosong
(tanpa tinja). Akan tetapi, setelah obat diresopsi, efek sistemiknya
lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan pemberian per oral,
berhubung vena-vena bawah dan tengah dari rectum tidak

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 9


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

tersambung pada system porta dan obat tidak melalui hati pada
peredaran darah pertama, sehingga tidak mengalami perombakan
First Pass Effect. Pengecualian adalah bila obat diserap di bagian
atas rectum dan oleh vena porta dan kemudian ke hati. Misalnya
thiazianium.
Dengan demikian, penyebaran obat di dalam rectum yang
tergantung dari basis suppositoria yang digunakan, dapat
menentukan rutenya ke sirkulasi darah besar. Suppositoria dan
salep juga sering digunakan untuk efek local pada gangguan
poros usus misalnya wasir. Keberatannya ialah dapat
menimbulkan peradangan bila digunakan terus-menerus.
2. Efek Lokal
a. Intranasal
Mukosa lambung-usus dan rectum, juga selaput lendir lainnya dalam
tubuh, dapat menyerap obat dengan baik dan menghasilkan terutama efek
setempat. Secara intranasal (melalui hidung) digunakan tetes hidung pada
selesma untuk menciutkan mukosa yang bengkak (efedrin,
ksilometazolin). Kadang-kadang obat juga untuk memberikan efek
sistemis, misalnya vasopressin dan kortikosteroida (heklometason,
flunisolida).6
b. Intra-okuler dan Intra-aurikuler (dalam mata dan telinga)
Obat berbentuk tetes atau salep digunakan untuk mengobati penyakit
mata atau telinga. Pada penggunaan beberapa jenis obat tetes harus
waspada, karena obat dapat diresorpsi ke darah dan menimbulkan efek
toksik, misalnya atropin.7
c. Inhalasi (Intrapulmonal)
Gas, zat terbang, atau larutan sering kali diberikan sebagai inhalasi
(aerosol), yaitu obat yang disemprotkan ke dalam mulut dengan alat
aerosol. Semprotan obat dihirup dengan udara dan resorpsi terjadi

6
Ibid, hal 20
7
Ibid

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 10


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

melalui mukosa mulut, tenggorokan dan saluran napas. Tanpa melalui


hati, obat dapat dengan cepat memasuki predaran darah dan
menghasilkan efeknya. Yang digunakan secara inhalasi adalah anestetika
umum (eter, halotan) dan obat-obat asam (adrenalin, isoprenalin,
budenosida dan klometason) dengan maksud mencapai kadar setempat
yang tinggi dan memberikan efek terhadap brochia. Untuk maksud ini,
selain larutan obat, juga dapat digunakan zat padatnya (turbuhaler) dalam
keadaan sangat halus (microfine: 1-5 mikron), misalnya
natriumkromoglikat, beklometason dan budesonida.8
d. Intravaginal
Untuk mengobati gangguan vagina secara local tersedia salep, tablet atau
sejenis suppositoria vaginal (ovula) yang harus dimasukkan ke dalam
vagina dan melarut di situ. Contohnya adalah metronidazol pada vaginitis
(radang vagina) akibat parasit trichomonas dan candida. Obat dapat pula
digunakan sebagai cairan bilasan. Penggunaan lain adalah untuk
mencegah kehamilan, di mana zat spermicide (dengan daya mematikan
sel-sel mani) dimasukkan dalam bentuk tablet busa, krem atau foam.9
e. Kulit (topical)
Pada penyakit kulit, obat yang digunakam berupa salep, krim, atau lotion
(kocokan). Kulit yang sehat dan utuh sukar sekali ditembus obat, tetapi
resorpsi berlangsung lebih mudah bila ada kerusakan. Efek sistemis yang
menyusul kadang-kadang berbahaya, seperti degan dengan kortikosterida
(kortison, betametason, dll), terutama bila digunakan dengan cara
occlusi.10

8
Ibid
9
Ibid, Hal 21
10
Ibid

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 11


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

B. Keuntungan dan Kerugian Jalur Pemberian Obat


Secara umum, keuntungan dan kerugian dalam jalur pemberian obat adalah11
1. Oral
 Keuntungan
- Sangat menyenangkan
- Biasanya harganya terjangkau
- Aman, tidak merusak pertahanan kulit
- Pemberian biasanya tidak menyebabkan stress
 Kerugian
- Sulit bagi yang enggan menelan obat
- Rasa cenderung pahit
- Proses cenderung lama
2. Sublingual
 Keuntungan
- Proses absorpsi cepat, langsung pada vena mukosa
- Bentuk kecil tidak ribet diletakkan pada bawah lidah atau pipi
 Kerugian
- Pemakaian bisanya hanya untuk seseorang yang pingsan
- Dapat merangsang mukosa mulut
3. Rectal
 Keuntungan
- Terhindar dari rasa pahit
- Absorpsi cepat karena langsung memasuki vena mukosa
- Cepat melebur pada suhu tubuh
 Kerugian
- Pemakaian kurang menyenangkan
- Sediaan mudah tengik dan harus di jaga kesterilannya dari
mikroorganisme.

11
Nastity, Gemy. Farmakologi. Cakrawala Publishing; Yogyakarta. 2009. hlm. 46

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 12


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

4. Topical
 Keuntungan
- Memberikan efek local
- Efek samping sedikit
 Kerugian
- Mungkin kotor dan dapat mengotori pakaian
- Cepat memasuki tubuh melalui abrasi dan efek sistematik
5. IM
 Keuntungan
- Nyeri akibat iritasi kurang
- Dapat diberikan dalam jumlah yang besar dari pemberian SC
- Obat diabsorpsi dengan cepat
 Kerugian
- Merusak barier kulit
- Dapat menyebabkan kecemasan
6. Sub Cutan
 Keuntungan
- Kerja obat lebih cepat dari pemberian oral
 Kerugian
- Harus menggunakan teknik steril karena merusak barier kulit
- Diberikan hanya dalam jumlah kecil
- Lebih lambat dari pemberian intaramuscular
- Lebih mahal dari obat oral, beberapa obat dapat mengiritasi
jaringan kulit dan menyebabkan nyeri
- Dapat menimbulkan kecemasan
7. Intar Dermal
 Keuntungan
- Absorpsi lambat
- Digunakan untuk melihat reaksi alergi

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 13


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

 Kerugian
- Jumlah obat yang digunakan harus kecil
- Merusak barier kulit
8. IV
 Keuntungan
- Efek kerja cepat
 Kerugian
- Terbatas pada obat dengan daya larut tinggi
- Distribusi obat mungkin dihambat oleh sirkulasi darah yang
menurun
9. Inhalasi
 Keuntungan
- Pemberian obat melalui saluran pernapasan
- Obat dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar
 Kerugian
- Obat dimaksudkan pada efek setempat
- Menghasilkan efek sistemik
- Hanya digunakan untuk saluran pernapasan

C. Tepat Pemberian Obat


Farmasis mempunyai tanggungjawab yang besar berkaitan dengan pemberian
obat. Antara lain harus mengecek mulai dari perintah melalui (telepon, resep,
catatan medik), frekuensi pemberian (jika perlu, 1 kali perhari atau 4 kali
perhari), indikasi, dosis dan jalur pemberian. Setelah pengecekan, paramedic
harus memastikan bahwa pemberian obat yang diberikan mengikuti 6 benar atau
tapat, yaitu tepat pasien, obat, waktu, dosis jalur pemberian dan tepat
dokumentasi.12
1. Tepat Pasien
Pemberian obat yang tidak tepat pasien dapat terjadi seperti pada saat
ordernya lewat telepon, pasien yang masuk bersamaan, kasus penyakit sama,
12
Priyanto. Farmakologi Dasar. Leskonfi:Yogyakarta. 2008. Hlm. 17-19

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 14


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

suasana pasien sedang kusut atau adanya pindahan pasien dari ruang satu ke
ruang lainnya.
2. Tepat obat
Untuk menjamin obat yang diberikan benar, label atau etiket harus dibaca
dengan teliti setiap akan memberikan obat. Label atau etiket yang perlu
diteliti antara lain nama obat, sediaan, konsentrasi, dan cara pemberiaan serta
Experied date. Kesalahan pemberian obat sering terjadi jika perawat
memberikan obat yang disiapkan oleh perawat lain atau pemberian obat
melalui wadah (spuit) tanpa identitas atau label yang jelas. Harus diusahakan
menyiapkan sendiri obat yang akan diberikan.
3. Tepat Waktu
Pemberian obat berulang, lebih berpotensi menimbulkan pemberian obat
yang tidak tepat waktu. Banyak obat yang pemberiannya menuntut harus
tepat waktu. Misalnya pada kasus gawat darurat henti jantung, efinefrin
diberikan setiap 3-5 menit, jika tidak dipatuhi akan menghasilkan kadar obat
yang tidak sesuai. Kekurangan atau kelebihan keduanya sangat berbahaya.
Termasuk tepat waktu juga mencakup tepat kecepatan pemberian obat
melalui injeksi (bolus atau lambat) atau pemberian melalui infus. Banyak
obat yang menuntut harus tepat waktu pemberian obat terlalu cepat atau
lambat dapat berakibat serius. Contoh dopamin harus diberikan antara 2-10
g/kg/menit, atropin harus diberikan melalui injeksi IV bolus (cepat).
Pemberian dopamin secara bolus dapat menimbulkan kematian, sedangkan
pemberian atropin secara lambat akan memperparah brandikardi
(perlambatan denyut jantung) yang paradoksial. Adenosin yang mempunyai
waktu paruh (t1/2) sangat pendek harus diberikan dengan cepat supaya
efektif.
4. Tepat dosis
Dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan terapi atau timbul efek
yang berbahaya. Kesalahan dosis sering terjadi pada pasien anak-anak, lansia
atau pada orang obesitas. Perhitungan dosis secara cermat harus dilakukan

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 15


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

juga pada obat yang diberikan melalui infus, termasuk perhitungan


kecepatan tetesan setiap menitnya.
5. Tepat rute
Jalur atau rute pemberian obat adalah jalur obat masuk kedalam tubuh. Jalur
pemberian yang salah dapat berakibat fatal atau minimal obat yang diberikan
tidak efektif. Sebagai contoh epinefrin diberikan secara subkutan pada pasien
asma karena diabsorbsi secara lambat dan dapat berefek kira-kira 20 menit.
Jika diberikan secara injeksi IM akan menyebabkan nekrosis jaringan karena
terjadi vasokonstriksi berlebihan selain pasien juga tidak akan mendapatkan
manfaat dari cara pemberian ini. Ketika diminta memberikan efinefrin secara
subkutan dan diberikan secara injeksi IV dapat menimbulkan efek
detrimental pada pasien dewasa karena peningkatan kebutuhan oksigen di
jantung. Sebaliknya pemberian obat secara subkutan untuk pengurangan rasa
sakit yang seharusnya diberikan secara injeksi IV akan menyebabkan
perlambatan efek atau obat kurang efektif.
6. Tepat Dokumentasi
Aspek dokumentasi sangat penting dalam pemberian obat karena sebagai
sarana untuk evaluasi. Menurut beberapa ahli, dokumentasi merupakan
bagian dari pemberian obat yang rasional. Pemberian obat yang harus
didokumentasikan meliputi nama obat, dosis, jalur pemberian, tempat
pemberian, alasan pemberian obat, dan tandatangan yang memberikan.

D. Bentuk Sediaan Berdasarkan Jalur Pemberian


1. Sediaan Oral
a. Tablet yang digunakan melalui mulut13
 Tablet kempa atau tablet kempa standar
Kategori ini menunjukan bahwa tablet yang tidak disalut standar
dibuat dengan pencetakan dan penggunaan salah satu dari
pembuatan tablet yaitu granulasi basah pencetakan ganda dan
pencetakan langsung.

13
Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri II. UIP: Jakarta. 2008. Hlm. 707-712

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 16


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

 Tablet kempa ganda


Tablet kempa ganda adalah dua kelompok tablet yang dikempa
beberapa kali yaitu tablet berlapis dari tablet yang disalut
dengan pengempaan. Kedua jenis tablet ini merupakan system
dua komponen atau tiga lapisan adalah salah satu tablet di dalam
tablet.
 Tablet dengan kerja berulang
Cara kerja dari tablet dengan kerja berulang dan batasan yang
berdasarkan pada pengosongan lambung yang tidak dapat
dikontrol dan tidak dapat diamalkan.
 Tablet aksi dipertama dan tablet salut enteric
Bentuk sediaan tablet pertama dimasukkan untuk melepaskan
obat sesudah penundaan beberapa lama atau setelah tablet
melalui satu bagian saluran cerna bagian lainnya.
Contohnya : tablet salut enteric
 Tablet salut gula dan tablet salut coklat
Tablet yang disalut dengan coklat sebetulnya sudah kuno. Anak-
anak sudah salah sangka dikira permen. Tablet yang disalut
dengan gulayang menyebabkan kerugian serupa.
 Tablet bersalut lapis tipis
Tablet yang disalut dengan lapisan tipis atau film sudah
dikembangkan sebagai suatu alternatif produsen untuk
pembentukan tablet salut yang obatnya tidak diperlukan dalam
penyalutan.
 Tablet kunya
Tablet kunya dimaksudkan untuk dikunya dimulut sebelum
ditelan dan bukan untuk ditelan utuh. Tujuan dari tablet kunya
adalah untuk memberikan suatu bukan pengobatan yang dapat
diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau orang tua yang
mungkin sukar menelan obat utuh.

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 17


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

b. Tablet yang digunakan dalam rongga mulut14


 Tablet buccal atau sublingual
Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk diletakkan di dalam
mulut agar dapat melepaskan ibatnya sehingga di serap langsung
oleh selaput lendir.
 Traches dan lotenges
Kedua jenis ini adalah bentuk lain tablet untuk pemakaian dalam
rongga mulut, penggunaan kedua jenis tablet ini dimasukkan
untuk member efek local pada mulut atau kerongkongan.
 Kerucut gigi (dental cones)
Adalah suatu bentuk tablet yang cukup kecil dirancang untuk di
tempatkan di dalam gigi yang kosong setelah pencabutan gigi.
c. Tablet yang digunakan untuk membuat larutan15
 Tablet effervercent
Tablet ini di masukkan untuk menghasilkan larutan secara cepat
dengan menghasilkan CO2 secara serentak.
 Tabet Dispending (DT)
Tablet dimaksudkan untuk ditambahkan kedalam air dengan
volume larutan oleh ahli farmasi atau konsumen untuk mendapat
suatu larutan obat dengan kosentrasi tertentu.
 Tablet Hipodermik (HT)
Tablet ini terdiri dari suatu obat atau lebih dengan bahan yang
lain dengan secara larut dalam air dan dimasukkan untuk di
tambahkan kedalam air yang sehat/air untuk injeksi.
 Tablet Triturasi (TT)
Biasanya kecil dan silindris dibuat dengan menuang atau dengan
mengempa.

14
Ibid, Hlm. 713-714
15
Ibid, Hlm. 715-717

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 18


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

2. Sediaan Rectal dan Vaginal


Sediaan rectal/vaginal antara lain;16
a. Suppositoria rektal/analia
Untuk dewasa kalau tidak dinyatakan lain beratnya adalah 3 g; bentuk
lonjong pada salah satu atau kedua ujungnya, sedangkan untuk anak-
anak kalau tidak dinyatakan lain beratnya adalah 2 g.
b. Suppositoria vaginal/ovula
Berbentuk bulat atau bulat telur, umumnya memiliki berat 5-15 g,
sering disebut tablet vaginal.
c. Suppositoria urethal
Ukuran untuk pria adalah panjang 125-140 mm, diameter 3-6 mm,
massa 4 g. Sedangkan untuk wanita panjangnya 50-70 mm dan
massanya 2 g (setengah ukuran laki-laki).
d. Suppositoria Suspensi
Bentuk ini memiliki kelarutan bahan obat yang rendah di dalam basis
sehingga bahan obat berada dalam bentuk tersuspensi (suspensi beku).
e. Suppositoria Emulsi
Basis pengemulsi mempunyai berbagai keuntungan dalam teknologi
pembuatan dan biofarmasi. Sedangkan kerugiannya adalah pengerasan
akibat penguapan airnya, mudah mengering, mudah tercemari mikroba,
mempengaruhi stabilitas bahan obat dan masa lemak, serta dapat
mengurangi resorpsi bahan obat
3. Sediaan Implantasi
Sediaan Implantasi yakni17
 Tablet inplantasi atau tablet depo
Dimasukkan untuk ditanam di bawah kulit manusia dan hewan

16
Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri III. UIP: Jakarta. 2008. Hlm. 1177-1178
17
Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri II. UIP: Jakarta. 2008. Hlm. 714

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 19


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

4. Sediaan Parenteral
Sediaan Prenteral meliputi18
a. Obat, larutan, atau emulsi yang digunakan untuk injeksi ditandai
dengan nama: injeksi. Contoh: Injeksi Insulin
b. Sediaan padat kering atau cairan pekat yang tidak mengandung dapar,
pengencer, atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah
penambahan pelarut yang memenuhi persyaratan injeksi. Kita dapat
membedakan dari nama bentuknya: steril. Contoh: Sodium steril
c. Sediaan seperti tertera pada no. 2, tetapi mengandung satu atau lebih
dapar, pengencer, atau bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari
nama bentuknya: untuk injeksi. Contoh: Methicillin Sodium untuk
injeksi.
d. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan
tidak disuntikan secara intravena atau ke dalam saluran spinal. Kita
dapat membedakannya dari nama bentuknya: suspensi steril. Contoh:
Cortison Suspensi steril
e. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk
larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan pembawa yang sesuai. kita dapat membedakan dari nama
bentuknya: steril untuk suspensi

18
Ibid, Hlm. 1295

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 20


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

BAB III
TINJAUAN ISLAM

A. Sains dan Teknologi Kesehatan dalam Pandangan Islam


Tolak ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan teknologi
mengalami perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan manusia. Dalam
setiap waktu para ahli dan ilmuwan terus mengkaji dan meneliti sains dan
teknologi sebagai penemuan yang paling canggih dan modern. Keduanya sudah
menjadi simbol kemajuan pada abad ini. Oleh karena itu, apabila ada suatu
bangsa atau negara yang tidak mengikuti perkembangan sains dan teknologi,
maka bangsa atau negara itu dapat dikatakan negara yang tidak maju dan
terbelakang.
Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru
Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen
dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi
adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya.
Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini, dianugerahkan kepada
manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.19
Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-
prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad
saw:
‫اقرأ بسم ربك الذي خلق۝ خلق اإلنسان من علق۝ اقرأ وربك األكرم۝ الذي‬
‫علم باالقلم۝ علم اإلنسان مالم يعلم‬
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan

19
Abbas, At Tibyan wal Ittikhaf Fi Ahkamis Shiyam Wal I’tikaf. Saudi Arabia: Darul Qiyam. 2003.
Hlm. 109

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 21


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak


diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 1-5)”

Peradaban Islam pernah memiliki khazanah ilmu yang sangat luas dan
menghasilkan para ilmuwan yang begitu luar biasa. Ilmuwan-ilmuwan ini
ternyata jika kita baca, mempunyai keahlian dalam berbagai bidang. Sebut saja
Ibnu Sina. Dalam umurnya yang sangat muda, dia telah berhasil menguasai
berbagai ilmu kedokteran. Mognum opusnya al-Qanun fi al-Thib menjadi
sumber rujukan utama di berbagai Universitas Barat.
Selain Ibnu Sina, al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang representatif
untuk kita sebut di sini. Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal
sebagai orang yang menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan
itu. Dia juga ahli fiqih. Al-Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang
ushul fiqih. Tidak hanya itu, al-Ghazali juga ternyata mempunyai paradigma
yang begitu modern. Dia pernah mempunyai proyek untuk menggabungkan,
tidak mendikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Baginya, kedua jenis ilmu
tersebut sama-sama wajib dipelajari oleh umat Islam.20

B. Obat bagi Segala Penyakit


Salah satu nikmat dari Allah Azza wajalla, ketika Allah Subhaanahu
wata’aala, memberikan obat dari penyakit apa saja yang diderita oleh seorang
hamba. Telah disebutkan dalam sahih Bukhari dari hadits Abu Hurairah
Radhiallohu Anhu bahwa Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, bersabda:

‫ما أ َ ْنزَ َل هللا دَا ًء إال أ َ ْنزَ َل له ِشفَا ًء‬


“Tidaklah Allah menurunkan satu penyakit melainkan Allah telah menurunkan
untuknya obat penyembuh.” (HR.Bukhari).

Demikian pula disebutkan dalam sahih Muslim dari hadits Jabir radiallohu anhu,
bahwa Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, bersabda:

20
Ibid

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 22


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

َّ ‫يب دَ َوا ُء الد َِّاء بَ َرأ َ بِإِذْ ِن‬


‫َّللاِ عز وجل‬ َ ‫ص‬ِ ُ ‫ِل ُك ِل دَاءٍ دَ َوا ٌء فإذا أ‬
“Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu sesuai dengan penyakitnya, akan
sembuh dengan izin Allah Azza wajalla,”(HR.Muslim).

Disebutkan pula dari hadits Usamah bin Syarik radiallohu anhu, berkata :
Telah datang seorang Baduwi kepada Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam,
lalu berkata: Wahai Rasulullah, Siapakah manusia terbaik? Beliau menjawab:
yang paling baik akhlaknya. Lalu Ia bertanya lagi: Wahai Rasulullah, Apakah
boleh kami berobat? Jawab Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, :

ُ‫َّللاَ لم يُن َِز ْل دَا ًء أال أ َ ْنزَ َل له ِشفَا ًء َع ِل َمهُ من َع ِل َمهُ َو َج ِهلَهُ من َج ِهلَه‬
َّ ‫تَدَ َاو ْوا فان‬
“Berobatlah wahai hamba Allah, sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu
penyakit melainkan Allah menurunkan obat untuknya, ada yang mengetahuinya
dan ada pula yang tidak mengetahuinya.”

Dalam riwayat lain dengan lafaz:

‫َّللاِ وما هو قال ا ْله ََر ُم‬ ِ ‫َّللاَ عز وجل لم يُ ْن ِز ْل دَا ًء إِال أ َ ْن َز َل له د ََوا ًء غير دَاءٍ َو‬
ُ ‫اح ٍد قالوا يا َر‬
َّ ‫سو َل‬ َّ َّ‫إِن‬

“Sesungguhnya Allah Azza wajalla, tidak menurunkan satu penyakit melainkan


Allah menurunkan untuknya obat, kecuali satu penyakit”. Mereka bertanya: apa
itu wahai Rasulullah?, Beliau menjawab: “Pikun”.(HR.Ahmad lafazh yang kedua
diriwayatkan oleh Abu Dawud, Thabarani dalam al-kabir, Ibnu Hibban, Al-Hakim
dalam Al-Mustadrak, Al-Humaidi dalam musnad, Al-Mukhtarah, disahihkan Al-
Albani dalam shahih al-jami’).

C. Hukum Jalur Pemberian Obat.


Pada dasarnya, semua jalur pemberian obat diperbolehkan sesuai dengan
dalil-dalil obat bagi segala macam penyakit pada bagian sebelumnya. Namun,
dalam keadaan puasa ada beberapa pendapat dan fatwa mengenai kehalalan jalur
pemberian obat saat puasa antara lain;

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 23


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

1. Hukum Suntik Saat Berpuasa


Marilah kita simak teks Arab di bawah ini dengan seksama supaya
diperoleh hukum yang jelas.21

Dari teks di atas, dapat diketahui bahwa hukum mengenai suntik


pengobatan adalah tidak membatalkan puasa. Pendapat ini merupakan
pendapat Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad Utsaimin,
Syaikh Muhammad Bukhoit, Syaikh Muhammad Syaltut, Dr. Fadhl
Abbas, Dr Muhammad Haitu, dan Muhammad Basyir as Saqfah. Mereka
berpendapat demikian karena puasa itu tetap sah sampai ada dalil yang
menunjukkan kerusakannya dan injeksi (suntik) tidak termasuk kategori
makan, tidak termasuk kategori minum, dan tidak bisa disamakan dengan
makan dan minum. Sehingga suntik tidak membatalkan puasa.
2. Hukum Tetes Telinga Saat Berpuasa
Obat tetes telinga adalah obat farmasi yang diteteskan pada telinga.
Apakah obat ini membatalkan puasa ataukah tidak? maka marilah kita
simak teks dibawah ini supaya tidak terjadi kesimpangsiyuran dalam
memahami masalah yang ada22:

21
Abdul.Majmuul Fatawa al Mu’ashiroh. Saudi Arabia: Darul Ilmi. 2003.Hlm 257
22
Utsaimin. Majmuul Fatawa al Mu’ashiroh. Saudi Arabia: Darus Salam. Hlm. 220-221

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 24


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

Dari teks di atas dapat diketahui bahwa hukum obat tetes telinga
masih diperselisihkan. Pendapat pertama, Madzhab Hanafi dan Maliki
menghukumi batal puasanya sedangkan Madzhab Syafi’i dan hambali
menghukumi batal puasanya jika obat yang diteteskan tersebut sampai ke
otak. Pendapat ini didasarkan pada alasan jika obat yang diteteskan tadi
sampai pada otak atau tenggorokan. Sedangkan pendapat kedua
menyatakan tidak membatalkan puasa. Pendapat ini disampaikan oleh
sebagian pengikut Madzhab syafi’i dan Ibnu Hazm al Andalusy
dikarenakan apa yang diteteskan tidak sampi ke otak dan hanya sampai
pada pori-pori.
Selain itu, kedokteran modern telah menjelaskan bahwa tidak ada
saluran antara telinga dan otak yang bisa menghantarkan benda cair
kecuali pada satu keadaan, yaitu jika terjadi kerusakan celah pada gendang
telinga. Berdasarkan hal ini, maka yang benar adalah obat tetes telinga
tidak membatalkan puasa. Permasalahannya sekarang, Jika ada celah pada
gendang telinga, apakah hal tersebut membatalkan puasa. Apabila hal ini
terjadi maka ketika itu pengobatan melalui jalur telinga hukumnya sama
dengan pengobatan melalui jalur hidung.

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 25


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

3. Hukum Tetes Mata Saat Berpuasa


Marilah kita simak teks dibawah ini supaya tidak terjadi kesimpangsiyuran
dalam memahami masalah yang ada:23

Dari teks di atas dapat diketahui bahwa hukum obat tetes mata
dalam konteks pembatal puasa adalah adalah: Pendapat pertama, Bahwa
obat tetes mata tidak membatalkan puasa. Ini pendapat Syaikh Abdul
Aziz Ibnu Baz, Syaikh Muhammad Sholeh Ibnu Utsaimin, Dr Fadhl
Abbas, Dr Hasan Haitu, Wahbah Az Zuhaily, Dr Ujail an Nasyimy, dan
Ali As Salusy. Mereka berdalil bahwa satu tetes obat mata ini = 0,06
cm3. Dan ukuran ini tidak sampai ke dalam perut. Karena tetesan ini
dalam perjalanannya melewati saluran air mata diserap seluruhnya dan
tidak akan sampai pada tenggorokan. Jika kita katakan ada yang masuk
ke dalam perut, maka itu adalah sangat sedikit sekali. Dan sesuatu yang
sangat sedikit bisa dimaafkan. Sebagaimana dimaafkannya air yang
tersisa dari kumur-kumur. Selain itu, alasan lainnya adalah obat tetes ini
bukanlah perkara yang ada nashnya, dan tidak pula yang semakna dengan
perkara yang ada nashnya. Pendapat kedua membatalkan puasa.

23
Syalthut, Al Fatawa. Saudi Arabia: Darul Ilmiyah.2005. Hlm.136

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 26


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

Pendapat tersebut diprakarsai dua ahli fiqih kontemporer yaitu Dr


Muhammad Mukhtar as Salamy dan Dr Muhamad Alfy. Alasan mereka
adalah obat tetes mata tersebut di dianalogikan kepada celak. Adapun
analogi terhadap celak, maka tidak bisa dibenarkan (i) Karena celak
sendiri belum jelas apakah membatalkan puasa, sedangkan hadits yang
ada tentangnya adalah hadits yang dhoif (lemah) (ii) Karena itu adalah
analogi terhadap sesuatu perkara yang masih diperselisihkan (iii) Dan
karena dalil-dalil yang telah disebutkan pada pendapat yang pertama.
Karena itu hal ini qiyasnya tidak benar.
Pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang pertama. Hal ini
dikarenakan pada dasarnya obat tetes mata tidak hukumi sama dengan
makan dan minum. karena dia tidak semakna dengan makan dan minum.
Oleh karena itu, puasanya tidak batal jika seseorang melakukan ini.

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 27


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

KESIMPULAN

 Jalur Pemberian obat dikelompokkan berdasarkan efeknya. Efek sistemis


meliptuti; oral, sublingual, injeksi, implantasi dan rectal. Sedangkan efek
local meliputi; intranasal, inhalasi, intravaginal dan topical.
 Setiap jalur pemberian memiliki keuntungan dan kerugian
 Enam tepat pemberian obat meliputi; tepat pasien, obat, waktu, dosis, rute dan
dokumentasi
 Setiap jalur pemberiann obat memiliki bentuk-bentuk sediaan tertentu yang
mendukung jalur pemberian tersebut.
 Islam menghalalkan sains dan teknologi kesehatan berdasarkan (QS: al-
A’laq: 1-5)
 Terdapat hadits-hadits yang menyatakan obat bagi segala macam penyakit
 Hukum jalur pemberian obat, hingga kini masih menjadi perdebatan para
ulama.

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 28


Makalah Jalur Pemberian Obat (Farmakologi Dasar)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, At Tibyan wal Ittikhaf Fi Ahkamis Shiyam Wal I’tikaf. Saudi Arabia: Darul
Qiyam. 2003.
Abdul.Majmuul Fatawa al Mu’ashiroh. Saudi Arabia: Darul Ilmi. 2003.
Anief, Moeh. Ilmu Meracik Obat. UGM Press: Yogyakarta. 2010.
Handayani, Gemy Nastity. Farmakologi. Cakrawala Publishing; Yogyakarta.
2009.
Katzug,B.G. Basic and Clinical Pharmacology, 9th ed, PP. 2003
Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri II. UIP: Jakarta. 2008.
Lachman. Teori dan Praktik Farmasi Industri III. UIP: Jakarta. 2008.
Priyanto. Farmakologi Dasar. Leskonfi:Yogyakarta. 2008.
Utsaimin. Majmuul Fatawa al Mu’ashiroh. Saudi Arabia: Darus Salam. 2008
Syalthut, Al Fatawa. Saudi Arabia: Darul Ilmiyah.2005. Hlm.136
Tjay, Tan Hoan, dkk. Obat-obat Penting. PT. Alex Media Komputindo; Jakarta.
2006.

Kelompok 2 (Farmasi B) Page 29

Anda mungkin juga menyukai