Anda di halaman 1dari 25

Nevus Pigmentosus

Imam Fajarullah Safril, Shinta Novianti Barnas

I. Pendahuluan

Nevus pigmentosus (melanocytic nevi, tahi lalat) adalah tumor jinak yang

tersusun dari melanosit yaitu sel yang memroduksi pigmen yang berkolonisasi

pada epidermis.1 Nevus pigmentosus terjadi pada semua umur, perbandingan

kejadian antara pria dan wanita adalah sama, dan lebih sering terjadi pada individu

berkulit terang dibandingkan dengan individu berkulit gelap, hal ini dikaitkan

dengan adanya komponen proteksi dari pigmen melanin. Nevus pigmentosus

merupakan tumor jinak yang sangat umum ditemukan, dapat berupa makula, papul

atau nodul berpigmen dengan ukuran kecil (<1cm) berbatas tegas, umumnya tidak

bergejala, rasa gatal yang persisten dirasakan pada nevus dapat merupakan

indikasi awal dari keganasan.2

II. Etiologi

Sel-sel nevus kulit berasal dari neural crest, sel-sel ini membentuk

sarang-sarang kecil pada lapisan sel basal epidermis dan pada dermo-epidermal.

Sel-sel ini membelah dan masuk ke dermis dan membentuk sarang-sarang di

dermis. 3

1
III. Epidemiologi

a. Ras

Nevus pigmentosus umumnya lebih sering didapatkan pada individu

berkulit terang dibandingkan berkulit gelap, juga dilaporkan sebagai keadaan

tersering pada ras kauaksia. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa nevus

pigmentosus dikaitkan dengan banyaknya jumlah paparan sinar matahari saat

dan dikatakan bahwa individu dengan kulit lebih gelap memiliki nevus yang

lebih sedikit dikarenakan fungsi proteksi dari melanin.1,2, 4

b. Jenis kelamin

Tidak didapatkan perbedaan prevalensi jenis kelamin pada nevus

pigmentosus. Namun beberapa penelitian menyebutkan bahwa nevus

pigmentosus yang terdapat di organ genital lebih sering ditemukan pada

wanita dibanding laki-laki, hal ini dikaitkan dengan melanosit yang dapat

berpengaruh pada peningkatan hormon seks secara progresive.1,2

c. Usia

Secara definisi, nevus pigmentosus kongenital didapatkan pada saat

lahir, sementara nevus pigmentosus yang didapat tidak terdapat pada saat

kelahiran, namun mulai meningkat pada saat tiga dekade awal kehidupan, dan

puncaknya pada dekade keempat dan kelima. Insidensi jarang didapatkan pada

umur tua.1,2, 5

2
IV. Patofisiologi

Melanosit terdapat pada stratum basal epidermis dengan tingkatan

teritorial tertentu. Melanosit yang non-neoplastik biasanya menunjukan

penghambatan kontak satu sama lain sehingga biasanya ditemukan tidak

berkelompok, namun dengan berbagai bentuk stimulasi seperti iradiasi sinar

ultraviolet dapat meningkatkan kepadatan jumlah melanosit. Nevus

pigmentosus menampilkan proliferasi dari melanosit yang saling kontak satu

sama lain dan membentuk sekumpulan melanosit yang disebut nests (sarang).

Nevus pigmentosus umumnya terbentuk pada awal masa anak, onset ini

dipercaya berhubungan dengan respon terhadap sinar matahari (ultraviolet).

Namun faktor genetik juga berhubungan dengan perkembangan nevus

pigmentosus yang berhubungan dengan kondisi ekspresi autosomal dominan

yang menyebabkan banyaknya jumlah nevus dalam ukuran besar. Pada

beberapa individu bisa sampai ratusan nevus tersebar diseluruh kulit.1,4

Nevus pigmentosus juga dikaitkan dengan kejadian melepuhnya kulit

seperti pada luka bakar derajat dua, sengatan matahari yang berat dan toxic

epidermal necrosis atau pada individu dengan genetik penyakit kulit melepuh

seperti epidermolysis bullosa, nevus biasa didapatkan pada daerah sekitar kulit

yang melepuh.1

Nevus pigmentosus yang didapat (acquired melanocyte nevi) dianggap

neoplasma jinak. Sebaliknya, nevus pigmentosus congenital kemungkinan

dapat diartikan sebagai cacat bawaan. Melanosit berasal dari neural crest, dan

3
nevus kongenital dapat merupakan bentuk kesalahan dalam perkembangan dan

migrasi unsure neuroectodermal. Bukti kesalahan migrasi embryogenesis dapat

dilihat secara histopatologi pada nevus pigmentosus congenital raksasa. Dalam

hal ini, melanosit dapat didistribusikan ke seluruh dermis, sekitar dan di dalam

dinding pembuluh darah, sekitar struktur adneksa seperti foliker rambut, dalam

subkutis,dan kadang-kadang dalam otot lurik, otot polos, dan saraf atau kelenjar

sebaseus.1,4,5

Nevus pigmentosus yang menunjukan mutasi onkogenik pada BRAF,

yang merupakan onkogen predominan berhubungan dengan melanoma. Nevus

pigmentosus kongenital dan blue nevi sering dijumpai mutasi NRAS dan

GNAQ, sementara Spitz dan atyipical nevi sering menampilkan mutasi HRAS

dan penataan ulang kinase. 5

V. Gambaran Klinis

Nevus pigmentosus dapat terjadi diseluruh permukaan kulit termasuk

membran mukasa dekat permukaan tubuh. Lesi dapat datar, papuler, atatu

papilomatosa, biasanya berukuran 2-4 mm, namun dapat bervariasi.

Pigmentasinya juga dapat bervariasi dari warna kulit sampai coklat kehitaman.2

Nevus pigmentosus yang didapat sejak lahir dapat didefinisikan sebagai nevus

pigmentosus congenital, menurut fenotip klinis dapat dibagi menjadi nevus

terbatas di kutan dengan lesi tunggal atau multiple dan nevus ekstrakutan atau

dapat disebut syndrome nevus congenital.6

4
Nevus pigmentosus didapat biasanya berukuran kurang dari 1 cm (sering

<6mm), dengan permukaan yang halus dan teratur, berdasarkan pada ukuran

dan elevasi, nevus pigmentosus yang didapat bisa terlihat sebagai makula,

papul atau nodul. Secara histologist nevus pigmentosus dapat dibagi menjadi

nevus dermal, nevus juntctional, dan nevus compound.2,4

Junctional Compound Dermal

Gambar 1. Klasifikasi perkembangan dari nevus pigmentosus. (dikutip dari


kepustakaan no.2)

Nevus junctional

Nevus berkembang pada dermal-epidermal junction yaitu pada sisi

dasar membrane epidermal, dengan kata lain terletak pada intraepidermal,

permukaan relatif rata. Lesi dapat berupa makula dengan sangat sedikit

peninggian, bentuk teratur, berwarna cokelat, cokelat gelap atau bahkan hitam.

Bentuk bulat atau oval dengan tepi yang lembut dan teratur. Lesi tidak pernah

berukuran lebih dari 1 cm, jika > 1cm dapat berupa nevus kongenital atau

melanoma.2,7

5
Gambar 2. Nevus pigmentosus junctional (dikutip dari kepustakaan no.2)

6
Nevus Compound

Menginvasi pada pars papilaris dermis dan pada tahap ini sarang sel

nevus ditemukan pada kedua intraepidermal dan intradermal, hanya junctional

nevus cell yang memiliki kapasitas untuk membentuk melanin, tetapi nevus

compund tetap berpigmen dan seiring perkembangannya menjadil lebih elevasi

dibandingkan tipe junction. Baik tipe junction dan tipe compound keduanya

sering didapatkan pada usia anak.1,2

Lesi dapat berupa papul atau nodul kecil. Warna nevi dapat berupa

coklat gelap dan terkadang hitam, berbentuk kubah, lembut, atau menyerupai

batu bulat (cobblestone-like), dengan tepi regular dan tajam. Terkadang dapat

berupa papilomatous atau hyperkeratosis. Tidak pernah berukuran > 1cm, dan

jika >1cm dapat merupakan nevus kongenital atau melanoma. Konsistensinya

bisa keras atau lembut. Warna bisa menjadi bercorang sejalan dengan

progresifitas perubahan menjadi nevus dermal. Dapat memiliki rambut.2,7

7
Gambar 3. Nevus compound (dikutip dari kepustakaan no.2)

Nevus Dermal

Merupakan tahap akhir dari perkembangan nevus, semua sel nevus

sudah berada di dermal dan telah kehilangan kemampuan untuk memprodksi

melalin. Lesi berupa papul atau nodul. Warna lesi biasanya menyerupai warna

kulit, gelap, atau bintik kecokelatan, sering dijumpai telengiektasis. Bentuk

bulat, kubah, permukaan lembut, diameter < 1cm. Biasanya belum muncul

sebelum decade kedua atau ketiga. Lesi yang lebih tua, terutama di daerah bada,

biasanya bertangkai dan tidak hilang secara spontan. Dapat berambut.2,7

8
Gambar 4. Nevus dermal (dikutip dari kepustakaan no.2)

Nevus Displastik/Atypical.

Nevus displastik adalah nevus pigmentosus yang didapat yang berproliferasi dikulit

dengan tampilan klinis dan histologist yang berbeda. Ukuran nevus displastik

bervariasi, tetapi biasanya lebih besar dibanding nevus biasa. Nevus umumnya

dianggap atipikal jika memiliki diameter > 15 mm. Nevus displastik berbentuk

9
makula, dan/atau papul yang ireguler, batas tidak jelas, bervariasi dari waena cokelat

hingga hitam kecoklatan dengan dasar yang eritematous. Nevus displastik memiliki

potensi untuk menjadi surface spreading melanoma (SSM).2,7

Gambar 5. Nevus displastik. (dikutip dari kepustakaan no.2)

Nevus biru

Disebut nevus biru karena memiliki warna lesi yang abu-kebiruan mencolok. Nevus

biru biasanya muncul pada masa anak-anak dan remaja, di ekstremitas, bokong, dan

punggung bawah. Biasanya tunggal. Pada umumnya nevus biru berukuran kecil

(<1cm) berbentuk makula, papul, atau plak.2,7

10
Gambar 6. Nevus biru (dikutip dari kepustakaan no.2)

Nevus Spitz

Nevus spitz merupakan varian nevus pigmentosus yang secara klinis dan histologist

berbeda, terdiri darik kumparan (spindell) dan/atau epiteloid melanosit. Gambaran

nevus spitz meliputi varian junctional, compound dan dermal. Nevus spitz pada

umumnya muncul pada kulit kepala dan leher atau pada ekstremitas (lebih sering

ekstremitas bawah). Biasanya nevus spitz tampak tunggal, lunak, batas jelas, tidak

ada luka (non-ulcered), papul berbentuk kubah, biasanya berukuran 6-10 mm dan

berisi gambaran warna merah muda, merah kecoklatan, coklat terang, coklat

kehitaman didalamnya.2,7

11
Gambar 7. Nevus Spitz. (dikutip dari kepustakaan no.2)

VI. Dermoskopi

Berdasarkan gambaran klinis perlunya digunakan pemeriksaan

dermoskopi untuk meningkatkan tingkat akurasi diagnosis dari nevus

pigmentosus. Dengan dermoskopi kita bisa melihat lebih jelas struktur kulit

yang lebih dalam dan karateristik dari nevus tersebut, dengan demikian kita

bisa memprediksikan prognosis dari suatu nevus. Berdasarkan pemeriksaan

dermoskopi ada beberapa klasifikasi nevus seperti, globuler, reticular, starburst

dan homogenous blue. Pembagian nevus tersebut berdasarkan gambaran

dermoskop dan signifikansi histopatologis. Tabel 1 di bawah ini merupakan

klasifikasi nevus berdasarkan gambaran dermoskopi. Tipe globular merupakan

nevus congenital atau didapat dengan tipe dermal maupun compound dan

memiliki risiko rendah terjadinya melanoma. Tipe retikular, berasal dari lapisan

basal seperti pada junctional nevi, umumnya terjadi pada orang dewasa dan

12
terjadi involusi. Tipe starburst, secara klinis mirip dengan nevus Spitz, dapat

mengalami involusi.11

Tabel. 1. Struktur dermoskopik dan korelasi dengan histopatologi pada nevus


pigmentosus
Klasifikasi Nevus Gambaran Dermoskopi Korelasi histopatologi
1. Globular Suatu struktur bulat/oval banyak, Black dots merupakan akumulasi
Umumnya berbagai ukuran, dengan warna dari melanosit atau melanin
kongenital atau bervariasi cokelat, abu-abu dalam korneosit. Globulos coklat
muncul sebelum kehitaman. Dapat bergabung merupakan jaringan dari
pubertas. Berasal menyerupai tumpukan batu besar. melanosit pada dermo-epidermal
dari dermal, junction atau pada papila dermis.
persisten dan
sebagai precursor
melanoma.

Referensi Kasus

2. Reticular Nevi Gambaran dermoskopi Korelasi histopatologi


Melanositik nevi Struktur linier berinterkoneksi warna Pemanjangan secara regular
yang didapat kecoklatan di atas latar belakang pigmen pada rete ridge dengan
(aquired), umumnya pigmentasi yang difus. peningkatan melanosit pada
muncul pada lapisan basal dan beberapa sarang
pubertas akibat melanosit pada puncak rete
eksogen, berasal dari ridges.
epidermal. Terjadi
pada dewasa.
Biasanya simetris,
dapat terjadi
involusi, sedikit
meninggi berwarna
coklat kehitaman.
Sebagai indikator
akan terjadinya
melanoma.
Referensi Kasus

13
3. Starburst Gambaran dermoskopi Korelasi histopatologi
Klinis, nevus Suatu bentukan pseudopodia dan Suatu sarang melanosit junctional
berwarna coklat radial streaming, Mereka adalah berbatas tegas. Bentuk
kehitaman, datar proyeksi bulat dan sering kinked longitudinal dari melanositik
atau sedikit atau jari-seperti yang terlihat di tepi junctional membentuk untai,
meninggi,simetris. lesi. seperti struktur paralel ke
Dapat di berbagai permukaan kulit surface
lokasi. Umumnya
didapat, berasal dari
epidermal, terjadi
pada anak, maupun
dewasa. Sebagai
stimulator
melanoma.

Referensi Kasus
4.Homogenous blue Gambaran dermoskopi Korelasi histopatologi
Dapat congenital Suatu struktur berwarna biru Infiltrasi difus dari dendritic
atau didapat. Terjadi homogen karena tidak adanya melanocytes dan melanofag pada
pada anak maupun jaringan pigmen. papillary dan/atau reticular
dewasa, beasal dari dermis
dermal, bersifat
persisten. Berupa
plak atau nodul
sedikit meninggi
biru kehitaman
dengan ukuran
bervariasi.Stimulator
terjadinya
melanoma.
Referensi Kasus

VII. Histopatologi

Diagnosis banding secara histopatologis melibatkan perbedaan

melanoma dari varian bentuk dari nevus pigmentosus, termasuk nevus spitz.

Pemeriksaan mikroskopis konvensional merupakan kriteria standar untuk

membedakannya. Analisis genomik menggunakan Comparative Genomic

14
Hymbridization (CGH) atau Fluorescene in situ Hybridization (FISH) juga

digunakan untuk mendukung interpretasi histopatologi konvensional. Analisis

genomic membantu skrining untuk memastikan jaringan tumor dari

penyimpangan sitogenetik. Saat ini, penelitian-penelitian mengindikasikan

bahwa penyimpangan sitogenik yang multiple merupakan pertanda dari

melanoma, dimana kebanyakan nevus pigmentosus memiliki structural

sitogenik yang normal.1,4, 8

Nevus pigmentosus kebanyakan berkembang disekitar dermoepidermal

junction, dimana letak normal dari melanosit adalah dilapisan terdalam dari

epidermis. Melanosit selalu terdistribusi dalam jumlah kecil di dalam dermis,

sehingga, seluruh nevus dermal dapat timbul. Nevus pigmentosus terdapat di

dermal termasuk kelompok lesi yang di kategorikan sebagai nevus blue. Nevus

pigmentosus dapat dikategorikan pada basis fenotip (tampilan sitologi) dari

melanosit yang membentuk lesi tersebut. Melanosit neoplastik jinak(terkadang

disebut dengan sel nevus) pada umumnya memiliki nucleus berbentuk

bulat/oval, sedikit sitoplasma, dan predileksi pembentuk sarang dan syncitium.

Bagaimanapun, melanosit adalah sel yang secara morfologi cepat berubah yang

dapat menyebabkan tampilan yang bervariasi luas, termasuk bentuk spindle,

epiteloid dan dendritik. Hiperkromasia nucleus, molding nucleus, mitosis

atypical, dan sebuah kromatin berpola pepper-moth dapat dicuragai mengarah

ke melanoma dibandingkan dengan nevus.1

15
Penilaian arsitektur dari berbagai neoplasma melanositik adalah penting

sebagai langkah awal dari evaluasi. Kebanyakan nevus pigmentosus relatif

kecil, sering simetris, dan sering menunjukan batas yang cukup tegas.

Melanoma secara khas menunjukan konversi dari tampilan-tampilan tersebut.

Kebanyakan (tapi tidak semua) nevus pigmentosus tersusun sebagai sarang

(nest) dan fasikula sel, yang selalu memiliki bentuk dan ukuran yang relatif

seragam. Pada pemberian kontras, variasi bentuk dan ukuran dari sarang (nest)

dapat ditandai sebagai kemungkinan dari melanoma. Lesi melanositik dari

sebuah nevus khas muncul lebih kecil secara mikroskopis, dengan awalan pada

dermis. Lihat gambar dibawah merupakan fenomena maturasi.1

Gambar 8. Histologi nevus pigmentosus (dikutip dari kepustakaan no.1)

Secara histopatologi, nevus pigmentosus kongenital berbeda dari nevus

pigmentosus didapat karena melanosit sering terdistribusi didasar retikular

16
dermis, dalam dermis advetisial sekitar unsur adneksa, dan terkadang di

subkutis. Nevus congenital menunjukan sebuah susunan melanosit yang

folikulosentrik. Nevus pigmentosus didapat, berkembang sebagai proliferasi

dari satu melanosit sepanjang dermoepidermal junction. Sebagai proliferasi dari

melanosit, sarang-sarang (nest) kecil dapat berkembang di bagian paling dasar

dari epidermis, dan lesi yang dihasilkan di sebut nevus pigmentosus junctional.

Dengan proliferasi yang berkelanjutan, sarang-sarang tersebut menetap di

“junction” , tetapi juga dapat ditemukan dalam dermis superficial, yang di sebut

dengan nevus pigmentosus compound. Seiring usia nevus, komponen

penghubung (junctional) sering berkurang, menghasilkan nevus yang disebut

dengan nevus pigmentosus intradermal, perhatikan gambar dibawah.1

Gambar 9. Sebuah nevus pigmentosus compound. Ditandai dengan adanya

melanosit dengan nukleus kecil dalam sarang-sarang di sekitar

17
dermoepidermal junction dan adanya melanosut serupa di dalam sarang-

sarang dan sycntia terletak di bawah dermis. (dikutip dari kepustakaan no.1)

Nevus pigmentosus congenital serupa dengan nevus didapat, karena

juga dapat dilihat di junctional, compound, dan intradermal. Kebanyakan nevus

congenital berkembang dengan baik dalam dermis, dengan posisi melanosit di

dermis intertisial diantara kolagen. Kedalaman dari perkembangannya dalam

dermis bervariasi. Beberapa nevus congenital berukuran besar menunjukan sel-

sel yang berkembang pada sekat subkutan. Nevus congenital dengan melanosit

terbatas pada bagian atas dari retikular dermis disebut nevus congenital

superficial. Lesi tipe ini khas berukuran <2cm pada diameternya.1

Nevus spitz, seperti gambar dibawah, sebenarnya selalu merupakan

nevus pigmentosus didapat, dan dapat menunjukan pola mikroskopik secara

junctional, compound atau intradermal. Seperti nevus jinak lainnya, nevus spitz

umumnya berukuran kecil dan simetris dengan batas tegas, tetapi nevus spitz

dibedakan dengan nevus biasa karena nukleus berukuran besar umumnya

terdapat di beberapa lesinya. Nevus spitz dengan nukleus besar dapat berupa

aneuploid, tetraploid, atau octoploid.1

18
Gambar 10. nevus spitz menunjukan melanosit berukuran besar dengan

sitomorfologi splindel dan epiteloid tersusun disepanjang zona penghubung

(junctional) dari epitel akantosis dan hyperkeratosis. (dikutip dari kepustakaan

no.1)

19
Gambar 11. Pada pembesaran yang lebih tinggi, nevus spitz juga

menunjukan, globulus besar berawarna dull-pink disekitar junctional zone.

Struktur ini disebut badan Kamino (Kamino bodies). (dikutip dari kepustakaan

no.1)

Nevus biru, ditunjukkan dibawah, merupakan neoplasma melanositik

yang berukuran besar yang tersusun dari spindle dan/atau dendritik melanosit

dengan pigmentasi sitoplasmik yang berat. Beberapa nevus biru tersusun atas

epiteloid melanosit. Penamaan nevus biru beberapa kasus tak sesuai dengan

namanya, karena nevus pigmentosus dengan spindle dan dendritik melanosit

dapat berwarna gelap, coklat, hitam, abu-abu, atau bahkan warna kulit,

bagaimanapun disamping penamaan yang tidak akurat tersebut, penyebutan

nevus biru merupakan standar universal untuk lesi dengan kategori tersebut.1

Gambar 12. Nevus biru yang tersusun dari dendritik melanosit berukuran

kecil. (dikutip dari kepustakaan no.1)

20
VIII. Diferensial diagnose

1. Melanoma maligna

Gambar 13. Melanoma maligna (dikutip dari kepustakaan no.2)

2. Keratosis Seboroik : permukaan lebih licin dan lebih hitam

Gambar 14. Keratosis seboroik (dikutip dari kepustakaan no.2)

3. Fibroma koli/ skin tag : warna kecoklatan, bertangkai dan permukaan

kasar.9,10

21
Gambar 15. Skin tag (dikutip dari kepustakaan no.2)

IX. Penatalaksanaan

Nevus pigmentosus tidak memerlukan terapi sistemik. Penatalaksaan

nevus pigmentosus biasa dilakukan untuk kepentingan kosmetik, ataupun

adanya kemungkinan nevus tersebut berpotensi menjadi ganas. Penatalaksaan

nevus pigmentosus adalah dengan tindakan eksisi. Eksisi yang dilakukan untuk

keperluan kosmetik menggunakan metode tangential excision atau shave

excision. Punch excision digunakan untuk lesi berukuran kecil. Lesi dengan

ukuran besar menggunakan eksisi komplit dengan jahitan tertutup, karena

metode shave excision tidak dapat digunakan pada lesi berukuran > 1cm. Biopsi

eksisi dengan jahitan tertutup merupakan cara yang baik untuk menentukan

nevus tersebut merupakan melanoma, jika ditemukan jinak maka tidak

memerlukan terapi lanjutan.1,2,4

22
Selain itu, beberapa indikasi yang digunakan untuk melakukan untuk

melakukan eksisi nevus didapat, adalah :

a. Lokasi : lesi di scalp (hanya jika sulit dinilai sebagai nevus dermal),

membran mukosa, dan area anogenital.

b. Pertumbuhan : jika ada perubahan ukuran dengan cepat

c. Warna : jika warna beragam

d. Batas : jika batas ireguler

e. Erosi : jika lesi mengalami erosi tanpa disebabkan trauma

f. Bergejala : jika lesi mulai terasa gatal terus menerus, nyeri atau

berdarah

g. Dermoskopi : jika didapatkan criteria untuk melanoma atau nevus

dispastik. 2

23
Daftar Pustaka

1. T. McCalmot. 2016. Melanocytic Nevi. Journal of Cutaneous Pathology, San

Fransisco

2. W.Klaus, J. Richard Allen, S. Aturro P, R. Ellen K. Fitzpatrick's Colour Atlas

and Synopsis of Clinical Dermatology. VIII edition. New York: Mc

Graw- Hill Education. 2017.

3. H. Marwali. 2013. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates : Jakarta

4. J. William D., B. Timothy G., E. Dirk M. 2016. Andrew’s Disease of The Skin
: Clinical Dermatology Ed. XII. Phyladelpia : Elsevier.
5. W.E Damsky, M. Bosenberg. 2018. Melanocytic Nevi and Melanoma :

Unraveling Complex Relationship. Departement of Health and

Human Service USA

6. V.A Kinsler. 2015. An Update on Congenital Melanocytic Nevi in Children.

Netherland Journal of Dermatology and Venerology.

7. B.G John, B. Johnny, C. Tim. Dermatologi Dasar untuk Praktik Klinik. Jakarta

: Penerbit Buku Kedokteran ECG. 2012.

8. R.A Delila Tsaniyah, Aspitriani, Fatmawati. 2015. Prevalensi dan Gambaran

Histopatologi Nevus Pigmentosus di Bagian Patologi Anatomi

Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 1 Januari

2009-31 Desember 2013. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

9. Siregar, RS. 2015. Atlas Berwarna Saripati Penyakut Kulit Ed.3. EGC : Jakarta

24
10. R. Mi Ryung., E. Phipip., G. Sameer., T. Hensin. 2016. Genetic of Melanocyte

Nevi. Departement of Health and Human Service USA

11. W. Made. 2011. Dermoskopi : Cara Non-Invasif Diagnosis Lesi Berpigmen.

Denpasar : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana-Rumah Sakit

Sanglah

25

Anda mungkin juga menyukai