Anda di halaman 1dari 6

SOP Soil Investigation Fly Over Rorotan - Cakung

1. Penyelidikan Tanah
Pekerjaan pengeboran dan pengujian lapangan maupun hal – hal yang tercantum di
bawah ini harus berdasarkan pada BS 5930 (Code of Practice for Site Investigations)
dan atau ASTM serta SNI sebagai berikut:
a. Pengeboran, Pengujian SPT (Standard Penetration Test) dan Sampling
 ASTM D1586 (Standard Test Method for Penetration Test and Split-Barrel
Sampling for Soils)
 ASTM D1587 (Standard Practice for Thin-Walled Tube Sampling of Fine-
Grained Soils for Geotechnical Purposes)
 SNI 4153:2008 (Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan SPT)
b. Identifikasi Tanah secara Visual harus berdasarkan ASTM D2488 [Standard Practice
for Description and Identification of Soils (Visual-Manual Procedures)] dan atau
SNI 2436:2008 (Tata Cara Pencatatan dan Identifikasi Hasil Pengeboran Inti)
c. Pelaporan, Pencatatan dan Pembuatan Bor Log harus berdasarkan ASTM D5434
(Standard Guide for Field Logging of Subsurface Explorations of Soil and Rock)
d. Pengantaran sampel tanah harus berdasarkan ASTM D4220 (Standard Practices
for Preserving and Transporting Soil Samples) dan atau SNI 03-4148-2000.

1.1 Penentuan Titik Pengeboran


Penentuan lokasi dan elevasi pengeboran berdasarkan titik referensi di lapangan dan
atau berdasarkan titik koordinat GPS (Global Positioning System). Pekerjan
penyelidikan tanah harus dilakukan di daerah yang cenderung datar. Pekerjaan
penyelidikan tanah tidak disarankan dilaksanakan di daerah yang terdapat pipa migas,
pipa air, jalur kabel telepon, jalur kabel optik, jalur kabel listrik dan jalur kabel internet.
Lokasi titik penyelidikan tanah harus tepat berada di koordinat yang telah ditentukan
dengan penyimpangan yang disyaratkan adalah radius maksimum 10 meter dari titik
koordinat. Berikut adalah titik koordinat lokasi penyelidikan tanah pada Jembatan Fly
Over Rorotan – Cakung:
Tabel 1. Koordinat Penyelidikan Tanah Fly Over Rorotan-Cakung

BORE HOLE X Y BORE HOLE X Y


BH-01 715390 9320145 BH-12 714631.3 9320206
BH-02 715322.6 9320155 BH-13 714632.3 9320281
BH-03 715243 9320167 BH-14 714636 9320339
BH-04 715157.5 9320174 BH-15 714725 9320366
BH-05 715096.3 9320174 BH-16 714734.2 9320298
BH-06 715023.4 9320174 BH-17 714740 9320256
BH-07 714962.5 9320174 BH-18 714749.9 9320210
BH-08 714889.6 9320174 BH-19 714747.9 9320139
BH-09 714858.5 9320174 BH-20 714738.8 9320093
BH-10 714815.9 9320172 BH-21 714736 9320028
BH-11 714737.9 9320172
Lokasi penyelidikan tanah pada Jembatan Fly Over Rorotan – Cakung dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1 Lokasi Penyelidikan Tanah pada Fly Over Rorotan - Cakung


1.2 Pengeboran Dalam
Persyaratan pengeboran dalam adalah sebagai berikut:
a. Melakukan 21 titik pengeboran dalam dengan kedalaman pengeboran 30 meter.
b. Melakukan identifikasi tanah berdasarkan jenis dan deskripsi pada setiap lapisan
tanah yang ditemui berdasarkan standar yang telah disyaratkan.
c. Pengeboran dihentikan pada kedalaman dimana terjadi nilai pukulan SPT sebesar
≥ 60 sebanyak 3 kali berturut turut dengan kedalaman minimum tanah adalah 5
meter.
d. Apabila pada kedalaman 30 meter tidak diperoleh nilai pukulan SPT sebesar ≥ 60
sebanyak 3 kali berturut-turut, kedalaman pengeboran ditambah hingga terjadi
nilai pukulan SPT sebesar ≥ 60 sebanyak 3 kali berturut turut.
e. Metode pengeboran yang digunakan yaitu dry boring.
f. Apabila kedalaman dimana terjadi nilai pukulan SPT sebesar ≥ 60 sebanyak 3 kali
berturut terdapat pada kedalaman kurang dari 6 meter, maka diperlukan
pengeboran ulang dengan penggeseran titik yang berada pada radius 5 meter dari
titik pengujian awal.
g. Apabila terdapat permasalahan seperti terjadinya keruntuhan tanah dan atau
masuknya air ke dalam lubang bor, maka disarankan untuk melakukan
pengeboran ulang dengan penggeseran titik yang berada pada radius 5 meter dari
titik pengujian awal.
h. Pengujian dan pengambilan sampel akan dijelaskan pada subbab selanjutnya.

1.3 Pengujian SPT


Persyaratan pengujian SPT adalah sebagai berikut:
a. Pengujian SPT dilakukan pada interval 2 meter untuk setiap lubang bor.
b. Apabila ditemukan tanah berbutir halus maka harus menggunakan ujung split
barrel berbentuk konus terbuka (open cone).

1.4 Pengambilan Sampel


Frekuensi dan jenis sampling harus bergantung pada jenis dan sifat tanah yang
ditemui. Sangat penting untuk memperoleh sampel UDS dari tanah / batuan dimana
uji lapangan telah dilakukan.
Namun sebagai panduan umum, dapat disarankan bahwa sampel harus diambil
dengan piston sampler atau didorong dan dimasukkan ke dalam thin walled tubes,
dengan interval kedalaman 2 meter dan untuk kedalaman dimana terjadi perubahan
pada konsistensi dan tipe tanah. Persyaratan pengambilan sampel adalah sebagai
berikut:
a. Pada tanah kohesif dengan konsistensi sangat lunak dan lunak; pengambilan
sampel dengan thin-walled piston diameter 76 mm atau 100 mm harus dilakukan
pada interval 4 meter dimulai pada kedalaman 1 meter dari permukaan tanah;
bergantian dengan SPT sebagaimana yang telah ditentukan dengan menyediakan
sampel dengan open-tube atau SPT pada interval 2 meter.
b. Pada tanah kohesif yang teguh, kaku, sangat kaku dan keras; pengambilan sampel
dengan thin walled Shelby tube harus diambil pada interval 2 meter bergantian
dengan SPT sebagaimana yang telah ditentukan dengan menyediakan sampe
dengan open-tube atau SPT pada interval 2 meter. Bagian dalam tabung harus
bersih dan mulus tanpa ujung atau penyimpangan yang menonjol.
c. Pada tanah non-kohesif; pengambilan sampel terganggu dilakukan pada interval 2
meter, bergantian dengan SPT sebagaimana yang telah ditentukan pada interval 2
meter.
d. Pengambilan sampel pada tanah berbutir kasar membutuhkan core catchers yang
memadai.
e. Untuk pengambilan sampel batu, penggunaan double atau triple-tube core-
barrels sangat disarankan. Double atau triple-tube core-barrels memberikan hasil
pengambilan sampel yang lebih baik dan tidak terlalu mengganggu sampel yang
ada, terutama pada batuan yang agak rapuh.
Selanjutnya sampel diidentifikasi, segera disegel setelah contoh tanah diambil,
diantar, disimpan dan terlindungi di tempat yang teduh untuk menghindari terjadinya
gangguan pada sampel seperti yang telah diterangkan pada standar BS-5930 atau
ASTM D1587 atau SNI 03-4148-2000. Nomor borhole dan kedalaman pengambilan
sampel dicatat, ditulis dan ditempel pada tabung sampel.
2 Pengujian di Laboratorium
Pengujian laboratorium harus berdasarkan BS 1377 atau standar ASTM dan SNI yang
setara yaitu :
a. Pengujian kadar air
b. Pengujian berat volume
c. Pengujian berat jenis
d. Analisa gradasi (saringan dan hidrometer)
e. Pengujian batas – batas Atterberg
f. Kuat tekan bebas (UCS)
g. Pengujian Triaksial (kondisi UU dan CU)
h. Pengujian geser langsung (untuk tanah non-kohesif)
i. Pengujian konsolidasi
Konsultan akan menyediakan order test laboratorium setelah diperoleh data preliminary
borlog.
3 Pelaporan
3.1 Laporan Harian
Laporan harian harus dibuat dan diserahkan selama pekerjaan penyelidikan tanah di
lapangan. Laporan harian diserahkan kepada Pihak Pengguna Jasa dalam waktu 1 x 24
jam setelah pekerjaan selesai dalam hari itu. Informasi yang harus dicantumkan dalam
laporan adalah lokasi, titik pengeboran, jumlah pekerja dan jenis mesin bor, aktivitas
yang dilakukan, progres pengeboran dan pengujian yang dilakukan serta alat - alat
pengujian yang dipakai. Pihak Penyedia Jasa harus memberikan suatu catatan lapangan
dan diserahkan segera setelah pekerjaan pengeboran pada hari tersebut selesai. Catatan
lapangan tersebut harus berisikan hal – hal sebagai berikut:
1. Hari dan tanggal pemboran
2. Nomor pengeboran
3. Elevasi pengeboran
4. Metode pengeboran
5. Diameter lubang bor
6. Diameter dan kedalaman casing
7. Elevasi muka air tanah saat mulai pekerjaan dan saat akhir pekerjaan
8. Kedalaman sampel
9. Pengujian yang dilakukan di lapangan
10. Keterangan – keterangan lain yang perlu dicantumkan.

3.2 Laporan Akhir


Pihak Penyedia Jasa harus membuat laporan akhir. Laporan akhir harus dibuat selengkap
lengkapnya dan berisikan borlog, hasil pengujian di lapangan dan di laboratorium,
analisis hasil pengujian dan mengkonversi ke parameter – parameter teknik sebagai
acuan desain, obeservasi yang dilakukan selama pelaksanaan pengeboran yang
berkaitan dengan proyek seperti hasil survey, ketinggian muka air tanah, dan lain
sebagainya. Laporan akhir harus memuat hal – hal berikut ini:
1. Deskripsi pekerjaan penyelidikan tanah dan peralatan yang digunakan pada
pengeboran mesin dan sampling tanah.
2. Deskripsi pekerjaan pengujian laboratorium yang dilakukan pada sampel tanah,
termasuk peralatan yang digunakan.
3. Deskripsi lokasi pekerjaan penyelidikan tanah
4. Lokasi dan elevasi bor mesin dirincikan menggunakan suatu titik referensi yang
jelas.
5. Semua hasil pengujian lapangan dan laboratorium, termasuk resume hasil semua
pengujian pada setiap titik bor.
6. Interpretasi data hasil pengujian laboratorium dan lapangan.
7. Grafik hasil pengujian SPT pada setiap titik bor
8. Borlog hasil bor mesin dan bor tanah dengan deskripsi dan penggunaan lambang
tanah sesuai dengan spesifikasi yang ada dilengkapi dengan foto corebox.
4 Pelaksanaan Pekerjaan

4.1 Urutan Pekerjaan


Pihak Penyedia Jasa harus menyerahkan hasil borlog dan hasil pengujian SPT segera
setelah pekerjaan selesai. Pihak Pengguna Jasa berhak mengubah program pengeboran
dan pengujian sesuai kebutuhan.

4.2 Penyimpangan
Penyimpangan mungkin ditemukan saat pelaksanaan pekerjaan penyelidikan tanah.
Penyimpangan ini mengakibatkan penambahan ruang lingkup pekerjaan atau
pengurangan lingkup pekerjaan.

4.3 Resiko Gangguan Cuaca


Pihak Penyedia Jasa harus membuat informasi tentang akses lokasi dan kondisi cuaca di
lokasi pekerjaan dan membuat catatan khusus apabila terjadi penundaan pekerjaan
akibat cuaca yang buruk.

4.4 Standar dan Spesifikasi


Metode kerja dan penguian harus sesuai dengan standar dan spesifikasi yang berlaku dari
BS, ASTM dan SNI serta telah disetujui pihak Pengguna Jasa.

4.5 Peralatan
Perusahaan penyelidikan tanah harus menggunakan peralatan pengeboran dan alat
sampling yang sesuai dan modern. Peralatan tersebut harus dalam kondisi yang bagus dan
terawat.

4.6 Demobilisasi
Pihak Penyedia Jasa tidak diperkenankan melakukan demobilisasi tanpa persetujuan
Pihak Pengguna Jasa. Persetujuan ini diterima apabila pekerjaan telah selesai.

Anda mungkin juga menyukai