Sayang, hari-hari ini, kita menyaksikan rasa takut terhadap azab Allah SWT seolah hilang pada diri
sebagian kaum Muslim. Buktinya, banyak Muslim yang masih enggan meninggalkan dusta. Gemar
berbuat dosa. Banyak yang tetap melanjutkan perbuatan tercela. Misal, meraih dan mempertahankan
kekuasaan dan jabatan dengan segala cara. Termasuk dengan cara-cara curang dan penuh
rekayasa. Mempolitisasi hukum, mengancam yang bersuara bahkan menghilangkan nyawa bagi yang
berjuang menegakkan kebenaran.
Demikianlah. Seolah-olah puasa sama sekali tak berbekas sedikit pun pada dirinya. Pada akal dan
pikirannya. Pada jiwa dan perasaannya. Dia tak semakin tambah taat. Tak semakin tambah takwa.
Yang ada malah makin jumawa di hadapan Allah Azzawa Jalla. Padahal Allah SWT telah lama
menyeru kita:
ْ ض أ ُ ِعد
ََّت ِل ْل ُمتَّقِين ُ س َم َاواتُ َو ْاأل َ ْر
َّ ض َها ال َ عوا إِلَى َم ْغ ِف َرةٍ ِم ْن َربِ ُك ْم َو َجنَّ ٍة
ُ ع ْر ُ ار
ِ سَ َو
Bersegeralah kalian meraih ampunan Allah dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan bagi kaum yang bertakwa (QS Ali Imran [3]: 133).
Jamaah kaum Muslim rahimakumulLâh.
Kedua: Al-‘Amal bi at-Tanzîl, yakni mengamalkan seluruh isi al-Quran yang telah Allah turunkan.
Tentu dengan menerapkan semua hukumnya. Dengan melaksanakan dan menerapkan syariahnya
secara kaffah. Penerapan syariah secara kaffah itu hanya bisa diwujudkan melalui kekuasaan yang
menerapkan sistem pemerintahan Islam. Sistem tersebut oleh para ulama disebut Khilafah ar-
Rasyidah.
Ketiga: Al-Qanâ’ah bi al-qalîl, yakni selalu merasa puas/ridha dengan karunia yang
sedikit. Qanâ’ah akan melahirkan sikap zuhud terhadap dunia. Zuhud terhadap dunia akan melahirkan
sikap wara’, yakni senantiasa berhati-hati terhadap dosa.
Sayang, saat ini kita menyaksikan betapa banyak orang bukan saja tidak qanâ’ah dengan yang
sedikit. Mereka bahkan tidak qanâ’ah dengan yang banyak. Betapa banyak orang-orang kaya terus-
menerus menumpuk harta. Meski dengan cara-cara yang melanggar ketentuan agama. Betapa
banyak pejabat bergaji tinggi, tetapi tetap korupsi. Betapa banyak penguasa yang tak punya prestasi,
tetapi bernafsu untuk terpilih kembali. Mereka berusaha keras mempertahankan kekuasaan dengan
berbagai cara. Tak peduli melanggar norma dan hukum agama.
Keempat: Isti’dâd[an] li yawm ar-rahîl, yakni menyiapkan bekal untuk menghadapi ‘hari penggiringan’,
yakni Hari Kiamat.
Sebagaimana diketahui, kedatangan Hari Kiamat bukanlah sesuatu yang lama. Kedatangannya
sangat dekat. Seperti kedatangan hari esok. Allah SWT berfirman:
َو ِإ َّن مِ ْن َجزَ اءِ الس َِّيئ َ ِة الس َِّيئَةَ َب ْع َدهَا،سنَةَ َب ْع َدهَا ِ ِإ َّن مِ ْن ث َ َوا
َ ب ال َح َسنَ ِة ال َح
"Sesungguhnya diantara balasan amalan kebaikan adanya kebaikan selanjutnya dan diantara balasan
amalan keburukan adanya amalan kejelekan setelahnya"
Sehingga sangat disayangkan jika ada seorang muslim yang meninggalkan amal shalih setelah bulan
Ramadan. Seolah olah mereka tidak mengenal Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan saja.
Syaikh Abdul Razaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafudzahullah menyampaikan dalam Khutbahnya yang
sangat mengharukan:
1. Wahai kalian yang masih mengingat Ramadhan! Engkau mempunyai Tuhan yang disembah
dan ditaati, tapi mengapa kau lupakan setelah Ramadhan?
2. Wahai kalian yang mengingat Ramadhan! Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kalian
sholat lima waktu di masjid masjid, namun mengapa kalian lupa atau pura-pura lupa setelah
bulan Ramadan?
3. Wahai kalian yang mengingat Ramadhan! Sesungguhnya Allah telah mengharamkan
kemaksiatan tapi mengapa itu semua dilupakan setelah bulan Romadhon?
4. Wahai kalian sesungguhnya kalian tahu di depan kalian ada Surga dan Neraka, ada nikmat
atau siksaan. Tapi mengapa engkau lalai dengan itu semua setelah Ramadhon?
5. Wahai kalian yang selalu memenuhi masjid dan membaca al-Quran, apakah kalian akan
menghilang setelah Ramadhan?
ِي لَهُ فِي ع ُْم ِر ِه ِإلَ ْي ِه ُر ُج ْوع َ ْف الَ ت َجْ ِرى ل ِْل ُمؤْ مِ ِن
َ علَى ف َِراقِ ِه ُد ُم ْوع َو ه َُو الَ يَد ِْري ه َْل بَق َ َكي
"Bagaimana mungkin air mata seorang mukmin tidak berlinang kala berpisah dengan bulan
Ramadhan. Sementara dia tidak mengetahui tersisa dari umurnya untuk kembali bertemu
dengannya."
Berkata juga sebagian salaf lainnya,
ّللا تَقَبَّل مِ ن ِۡي مِ ۡثقَا َل َح َّب ٍة مِ ۡن خ َۡر َد ٍل لَت َ َم َّن ۡيتُ ال َم ۡوت
َ لَ ۡو أ َ ۡعلَ ُم ا َ َّن
"Seandainya aku tahu bahwa Allah menerima amalanku walau seberat biji khordzal (biji yg sangat
kecil seperti biji sawi), pasti aku akan berangan kematian"
Oleh sebab itu Ramadhan kemarin harus bisa memberi perubahan pada diri kita masing-masing ke
arah yang lebih baik. Selalu istiqomah dalam beribadah dan tidak mengerjakan kemaksiatan selepas
bulan Ramadhan.
Sungguh tidak ada yang tahu apakah kita masih bertemu dengan Ramadan Ramadan berikutnya.
Sungguh kita juga tidak tahu apakah masih bisa sujud, ruku, menangis di malam malam bulan
Ramadhan.
Mari di hari kemenangan ini kita buka lembaran baru. Bersiap menghadapi tantangan baru yang akan
hadir kembali. Sebab belenggu-belenggu setan telah terlepas. Membuat para pelaku maksiat kembali
leluasa melancarkan godaan-godaannya. Jadilah muslim yang istiqamah.
Kepada para ibu-ibu sekalian, ketahuilah saat khutbah ied, Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pernah
memberikan nasehat khusus untuk para wanita. Dari sahabat Jabir bin Abdullah -rdhiyallahuanhu-,
diceritakan nabi mendekat ke arah jamaah wanita. Kemudian beliau menasehati dan mengingatkan
wanita seraya bersabda,
َ ص َّد ْقنَ فَإ ِ َّن أ َ ْكث َ َر ُك َّن َح
طبُ َج َهنَّم َ َت
"Hendaknya kalian (para wanita) bersedekah, sesungguhnya kalian adalah mayoritas bahan bakar
(penghuni) neraka Jahannam"
Mendengar nasihat nabi tersebut, salah seorang wanita berdiri dengan kedua pipinya kehitaman dan
bertanya, "Kenapa Wahai Rasulullah?"
Maka nabi menjawab,
شكَاة َ َوت َ ْكفُ ْرنَ ْالعَ ِشيْر
َّ ِِلَنَّ ُك َّن ت ُ ْكثِ ْرنَ ال
"Karena kalian sering mengeluh dan banyak mengingkari kebaikan suami". [HR. Muslim: 885]
ُ فَإِنَّهُ َجنَّت ُ ِك أ َ ْو ن
َار ِك
"Sesungguhnya suamimu adalah Surgamu atau Nerakamu" (HR. Ahmad)
Apabila engkau mendapati suamimu ridho kepadamu dan melihat engkau sebagai istri yang sabar
serta tabah dalam menjalani kehidupan dalam berkeluarga, maka sesungguhnya engkau sedang
membuka pintu surga lebar lebar.
Allahu akbar 3x, wa lillahilhamd.
Jamaah kaum Muslim rahimakumulLâh.
Beruntunglah kita yang saat ini menjalankan ibadah Ramadhan hingga penghujungnya masih dapat
melihat kedua orang tua kita, orang yang telah berjuang dengan sepenuh jiwa raga mendidik,
membesarkan dan menjadikan kita orang yang berguna. Tidak sedikit diantara kita yang sejak
menangis pertama kali dibumi Allah, tak sempat melihat wajah ibunya yang berjuang hingga titik
darah dan nafas terakhir demi anaknya lahir kedunia, tidak sedikit pula anak yang tak sempat
merasakan kasih sayang bapaknya karena bapaknya telah lebih dahulu dipanggil Allah sebelum dia
dewasa, jadikanlah perenungan riwayat Al-Qamah, yang tak dapat mengucapkan dua kalimat
syahadat disaat sakarat karena durhaka kepada ibunya;
“Pada suatu ketika, seorang perempuan yang masih sedang menjalani kehamilan ditinggal mati
suaminya. Ketika melahirkan, anaknya diberi nama: Al Qamah. Meski hidupnya sangat susah, sang
ibu merawat anak bayinya dengan penuh kasih sayang disebabkan pemahaman sang ibu bahwa
anak itu harus dirawat baik-baik karena merupakan pemberian amanah dari Allah SWT. Siang malam
sang ibu berharap, bersujud memohon doa kepada Allah SWT, menengadahkan tangannya
memohon doa, terkadang sambil menitikkan air mata dan berharap kepada Tuhan, “Semoga ketika
kelak anakku besar, bisa membalasku kebahagiaan, dan mendapatkan nama yang harum pada
orang-orang disekelilingnya”. Setiap sang ibu berdoa kepada Allah Swt., terbuka tujuh lapis langit,
menembus arsy kursyi dan para malaikat bersujud kepada-Nya dan berkata, “Oh...Tuhanku, tidak
akan bangun dari sujudku jikalau tidak diterima permohonan doa dari hamba-Mu.” Ketika Al Qamah
beranjak besar, nasib baik berpihak kepada dirinya. Al Qamah diberi kekayaan oleh Allah Swt, istri
yang cantik, tapi tidak lagi memperhatikan para kaum miskin. Sedang rekan pergaulannya hanya
terbatas orang-orang terpandang, para golongan kaya, dan pejabat tinggi.
Maka Al Qamah merasa malu menampilkan sang ibu yang dekil ke hadapan rekan-rekan
sepergaulannya. Maka oleh Al Qamah dipindahkan tempat tinggalnya sang ibu ke sebuah rumah
yang berpisah dari rumah Al Qamah pada suatu sudut kampung dengan kondisi rumah seadanya.
Sang ibu diinapkan dirumah sederhana itu seorang diri, meski dapat dengan mudah dijangkau ke
rumah Al Qamah.
Suatu ketika Al Qamah kedatangan tamu ketika itu sang ibu juga sedang bertandang ke rumahnya.
Ketika tamu Al Qamah menanyakan ihwal sang ibu yang sedang lewat didalam rumah, “siapa orang