Catatan Sosiologis Hukum
Catatan Sosiologis Hukum
BAHAN KULIAH
SOSIOLOGI HUKUM
Bab I Pengantar
Pendekatan hukum positivistik, normatif, legalislitik, formalistik.
Pendekatan ini lebih melihat hukum sebagai bangunan morma yang harus
dipahami dengan meanganilis teks atau bunyi undang-undang atau peraturan yang
tertulis. Dalam rangka mempelajari teks-teks normatif tersebut maka yang menjadi
sangat penting untuk menggunakan logika hukum (legal reasoning) yang dibangan
atas dasar asas-asas, dogma-dogma, doktrin-doktrin, dan prinsip-prinsip hukum
terutama yang berlaku secara universal dalam hukum (modern).
Dalam kenyataannya pendekaan ini memiliki kelemahan atau kekurangan
karena tidak dapat menjelaskan kenyataan-kenyataan hukum secara memuaskan,
terutama ketika praktek hukum tidak sesuai dengan aturan-aturan hukum yang
tertulis. Seperti ketika prinsip hukum undang-undang menyatakan bahwa hukum
tidak boleh berlaku diskriminiatif atau equality before the law, hukum tidak boleh
saling bertentangan, siapa yang bersalah harus dihukum, hukum harus ditegakkan
sekalipun langit akan runtuh dan sebagainya, namun kenyataannya terdapat
kesenjangan (gap atau diskrepansi) dengan kenyataan hukum yang terjadi.
Positivisme Hukum
Berkembang pesat pada abd IX sejalan dengan tumbuhnya konsep
Negara-negara modern
Siostem trias politika yang membagi kekuasaan Negara menjadi tiga
dan kekuasaan legislative memproduksi hukum sebanyak mungkin
Gerakan liberalisme yang bertujuan untuk melindungi kepentingan
individu melalui hukum tertulis
Munculnya tokoh pemikir gerarakan positivisme seperti
H.L.A Hart
1) Undang-undang adalah perintah manusia
2) Todak perlu ada hubungan hukum dengan moral
3) Sistem hukum adalah logis dan terutup
4) Penilaian moral tidak dapat diberikan atau dipertahankan
5) Esensi hukum terletak pada adanya penggunaan paksaan
Lon Fuller : ada 8 (delapan) prinsip yang harus diperhatikan dalan
substansi hukum positip
John Austin : Hukum adalah perintah kekuasaan politik yang
berdaulat.
Hans Kelsen : Teori Hukum Murni, dan teori Stufenbau.
Paham Positivisme di Indonesia berkembang karena :
1. Pendidikan hukum di Indonesia lebih mengarahkan kepada tujuan untuk
menciptakan sarjana Hukum yang profesional (keahlian hukum yang monolitik).
S1 mencetak tukang untuk menerapkan bagaimana menciptakan SH yang
handal dalam profesi hukum, seolah-olah hukum di dominasi Undang-undang
normatik, sehingga realitas hukum dianggap realtif tidak penting.
Civil Law : deduktif : dibuat aturan yang umum yang dibuat untuk
menyelesaikan kasus. Jadi hukumnya sama meski kebutuhan masyarakat berbeda-
beda dan asumsinya UU pasti sudah bagus.
4
2. Pendidikan di Indonesia mewarisi tradisi continental law yang mengikuti civil law
Hukum adalah sesuatu yang sudah ada dalam UU atau perturan tertulis, sehingga
sumber hukum hanyalah undang-undang dan di luar itu tidak ada hukum. Hal tak
lepas dari sistem hukum Belanda yang dibawa colonial masuk ke Indonesia
dengan psrinisp konkordansi. Asumsinya undang-undang tidak boleh diprotes,
UU dianggap sudah baik karena pembentuk hukum sudah merancangh dengan
sungguh-sungguh.
- Civil law cenderung empiris / induktifnya tidak digunakan
- Lobus de droit : hakim adalah mulut undang-undang karena hakim dalam
menentukan putusan sudah ditentukan oleh undang-undang, sehingga
penemuan-penemuan hukum menjadi miskin
Ilmu Hukum
Lembaga
Pembuat
Peraturan
Umpan Balik
Norma
Umpan Balik Norma
Hukum dan politik saling dominan untuk menjadi yang paling unggul/ dominan/
Hukum dalam kehidupan sistem sosial hukum menjadi hal yang berpengaruh.
Slah satu sistem yang dominan akan diikuti oleh sistem yang lainnya, demikian juga
ketika terjadi supremasi hukum maka aspek-aspek lain mengikuti.
8
Perbandingan Karakteristik
Karakteristik Hk. Sosiologi Sosiologi Hukum
1. Ilmu Induk 1. Ilmu 1. Sosiologi
2. Sifat kajian 2. Hub. Noramtik/logistik 2. Kusalitas (exprerience)
3. Titik tolak 3. Sollen (ius) 3. Fakta (sein)
4. Teori 4. Ajaran pandangan ttg norma 4. Hub. antar gejala sistem
5. Kedudukan Hk. 5. Sbg titik tolak / orientasi 5. Sbg. Alat uji
6. Obyek kajian 6. Norma 6. Perilaku
7. Metode prosedur 7. Ilmu Hukum 7. Sosiologi
8. Logika 8. Deduktif 8. Induktif
Hukum adalh bangunan norma-norma yang bersifat hierarkhis, ( lex superior derogat
lege inferior),( lex specialis derogat lege generalis)
-melahirkan faham positifisme/ formalisme.
Historical Yurisprudensi: Von Savigny,
-Hukum adalah cermin dari jiwa rakyatnya maka muncul istilah-sulis supreme
juristex, dan hukum harus dilihat dari sosial budaya masyarakat.
-Kekuasaan membentuk hukum ada pada rakyat maka hukum itu ditemukan seiring
dengan perkembangan masyarakat ( dari hukum sebagai sistem masyarakat sosial
masyarakatnya.
-Gerakan melawan formalisme, di Inggris tokohnya adalah Jeremy Bentham dll.
Sosiologische Yurisprudence ( Roscoe Pound)
-Ilmu Hukum yang sosiologis
-Akan terjadi pembangkangan sosial kalau hukum dibuat tidak berdasar pada
kehidupan sosial masyarakatnya.
10
-Pada perkembangannya aliran ini timbullah aliran realisme hukum (di Amerika).
Legal Realisme (Amerika)
Apa yang ada dalam kenyataan,
Tool as Social Engeenering berubah daripembentuk UU ( Legislator) , menjadi
hakim.
TEORI-TEORI SOSIOLOGI :
Teori-teori hukum
Sos Hukum Emile Durkheim
Teori-teori sosiologis
Max Weber
Emile Durkheim oarng Perancis, menjelaskan bahwa hkum harus dilihat dari
prespektif solidaritas yang ada di masyarakatnya.
11
lagi, hukumnya relatif represif pidana, artinay kalau kita hendak melihat hukum-
hukum yang ada, maka harus melihat dulu susunan masyarakatnya, akan tetapi bukan
berarti di masyarakat gemeinschaaft tidak ada hukum perdata, hanya hukumnya
cenderung ke pidana begitu juga sebaliknya.
Jadi teorinya Richard Swartz justru kebalikan dari teorinya Emile Durkheim.
1. Social Norm.
2. Social institution
3. Social Stratification.
4. Social Group.
Social Control maksudnya supaya semua orang punya perilaku sesuai harapan
yang menimbulkan komformitas social yaitu pola perilaku yang sesuai dengan norma
sehingga tercapai tujuan diberlakukannya suatu kaidah sosial.
Kenyataannya sering terjadi kondisi-kondisi nonconformity, sehingga kontrol
sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kekuasaan negara tidak sesuai harapan
yang ada.
Norma
Antara ideal dan nyata
( Social Control is Quantitatif variabel kuatitatif, tidak konstan dan tidak ajeg)
The Quantity of law varios Intime and Place: Kuantity hukum bervariasi sesuai waktu
dan tempat.
13
Hukum dan politik saling dominan untuk menjadi yang paling unggul/ dominan/
Hukum dalam kehidupan sistem sosial hukum menjadi hal yang berpengaruh.
Slah satu sistem yang dominan akan diikuti oleh sistem yang lainnya, demikian juga
ketika terjadi supremasi hukum maka aspek-aspek lain mengikuti.
Daniel S. Lev.:
Politik adalah sistem yang primer dan hukum sebagai pengikutnya ( kehidupan
negara berkembang/ negara bekas jajahan).
Contoh : Indonesia di masa ORBA.
-Orde Refo Politik dominan dan hukum menyesuaikan, walau agenda awal
reformasi untuk supremasi hukum.
Mahfud M.D.
“Hukum Produk Politik”
Pengaruh konfigurasi politik terhadap karakter produk hukum
Variabel bebas/ pengaruh Variabel tergantung/ tergantung.
Hukum Social Change hukum akan merespon perubahan sosial jika ada
sosial change, masalahnya hampir sebagian hukum tidak selalu bisa mengikuti
perubahan sosial.
Efektivitas hukum sebagai tertib sosial : hukum untuk sosial control.
Pengendalian Sosial, menurut S. Rouck yaitu suatu proses/ kegiatan baik yang
bersifat terencana atau tidak yang mempunyai tujuan untuk mendidik (edukatif),
mengajak (persuasif), memaksa (represif), agar perilaku masyarakat sesuai dengan
kaidah yang berlaku ( konform), sehingga hukum sebagai Agent of Stability ( hukum
sbg penjaga stabilitas). Pada suatu ketika hukumada di belakang ( tertinggal).
-Perubahan Sosial.
Adanya perubahan sosial yang cepat tapi hukumnya belum bisa mengikuti disebut
hukum sebagai Social Lag yaitu hukum tak mampu melayani kebutuhan sosial
masyarakat, atau disebut juga disorganisasi, aturan lama sudah pudar tapi aturan
pengganti belum ada.
-Anomie yaitu suatu kondisi di mana individu atau masyarakat tidak bisa mengukur
apakah suatu perubahan dilarang atau tidak, malanggar hukum atau tidak.
-Hukum sebagai pelopor perubahan “ Agent of Change”
Setiap perubahan sosial menuntut perubahan hukum palin tidak ada dua institusi:
1. Lembaga Pembentuk Hukum.
2. Lembaga pelaksana Hukum.
Perubahan hukum tidak harus dimaknai perubahan UU atau bunyi pasal.
Hukum Modern:-Hukum tidak hanya merespon perubahan sosial yang terjadi tapi
juga merespon hukum masa depan ( futuristik).
Common Law : hukum sebagai Judge Made Law.
Civil Law : yang melakukan perubahan hukum adalah Legislatif.
18
Roscoe Pound berpendapat bahwa hukumm sebagai alat perubahan sosial, sedangkan
Karl Marx justru pendapatnya bertentangan yaitu bahwa perubahan sosial tidak
mungkin diciptakan oleh hukum, tetapi teknologi dan ekonomi. Hukum merupakan
suprastruktur di atas ekonomi dan teknologi.
Hukum sesungguhnya hanya institusi yang mengikuti perubahan sosial.
Menurut Von Savigny, hukum bukan merubah konsep dalam masyarakat karena
hukum tumbuh secara alamiah dalam pergaulan masyarakat yang mana hukum selalu
berubah seiring perubahan sosial.
Menurut Summer, ia tdak menyetujui hukum sebagai perubah sosial, menurutnya
setiap perubahan sosial terjadi “ mores” yaitu aturan tidak tertulis yang hidup di
masyarakat.Jadi hukum hanya melegalisasi mores menjadi hukum.
Hukum tidak sekedar produk masyarakat, tapi bisa dibentuk oleh pembentuk hukum
itu sendiri, hakim dst. Jadi hukum bukan semata-mata tumbuh dalam masyarakat
secara alami.
Menurut Roscoe Pound, bahwa hukum sebagai alat perekayasa sosial, contoh: hakim
merekayasa sosial, terjadi di negara Common Law sedang di negara Civil Law
hukum dibentu oleh para pembentuk hukum.
Dalam konsep John Austin, hukum adalah perintah dari kedaulatan, hukum sebagai
instrumen yang melakukan/ memenuhi kebutuhan publik.
Pada UU yang baru, dimasukkan hal-hal supaya masyarakatnya berubah, contoh:
adanya pengaruh dari luar pada UU HaKI, UU Kepailitan, dengan maksud untuk
merubah perilaku orang dibidang HaKI, Kepailitan dst, karena pada awalnya orang
Indonesia tidak mempunyai budaya untuk melindungi hak kekayaan intelektual,
denagn beranggapan bahwa hal itu karunia Tuhan yang tidak perlu dipertahankan
perlindungannya. Akhirnya dalam UU itu diberi muatan agar masyarakat mengetahui
hal itu , ada kemungkinan gagal atau mungkin berhasil dalam hal ini. Jika
19
internalisasi berhasil, maka akan diterima oleh masyarakat tapi jika tidak berhasil
yang terjadi “ soft development” (perkembangan yang lunak) atau hampir tidak ada
pengaruhnya terhadap masyarakat.
Hukum sebagai sarana perubahan sosial, Law As Tool of Social Engeenerig/ social
planing.
Hukum diberi muatan nilai baru yang bertujuan untuk mempengaruhi atau
menimbulkan perubahan sosial secara terarah dan terencana.
The Process of Social Engeenering by The Law
Nilai baru
feed Implementasi
back
Role performance
Social change
Cara melakukan perubahan sosial ( menurut Soerjono Soekanto) :
1. Memberi imbalan ( reward) bagi
pemegang peran.
20
Bab VI
KEPATUHAN HUKUM
DAN KEEFEKTIFAN HUKUM
Keefektifan hukum adalah situasi dimana hukum yang berlaku dapat dilaksanakan,
ditaati dan berdaya guna sebagai alat kontrol sosial atau sesuai tujuan dibuatnya
hukum tersebut.
Soerjono Soekanto : 1993 : 5
Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan / keefektifan hukum:
1. Hukum/UU /peraturan.
2. Penegak hukum ( pembentuk
hukum maupun penerap hukum).
3. Sarana atau fasilitas pendukung.
4. Masyarakat
5. Budaya hukum (legal cultur).
Ad 1) Kalau hukum itu baik, maka ada kejelasannya penafsiran, sinkronisasi baik
vertikal maupun horizontal.
Ad 2) Semua Capres, janji penegakan hukum, berantas KKN, tapi persoalannya
dimuali dari orang kemudian sistemnya.
Ad 3) Legal officer tidak profesional, semuanya menjadi tidak berfungsi maksimal.
Sebetulnya ke-2 unsur di atas sama fungsinya.Penegak hukum yang baik, kalau
peraturannya tidak memadai maka tidak akan berjalan dengan baik.
Ad 4) Masyarakat ( kesadaran hukum).
Hukum
Budaya hk.