Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL PARIWISATA

“GUNUNG BURANGRANG”
TUGAS BESAR

BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu : Drs. Sri Satata, MM.


Disusun Oleh : Dhisa Billy Klantika
NIM : 41618120044
Fakultas : Teknik
Program Studi : Teknik Industri

UNIVERSITAS MERCU BUANA


Jl. Meruya Selatan No.1, RT.4/RW.1, Meruya Sel., Kembangan, Kota Jakarta
Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11650

Angkatan 34
I. Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor yang ikut berperan penting dalam usaha


peningkatan pendapatan. Indonesia merupakan negara yang memiliki
keindahan alam dan keanekaragaman budaya, sehingga perlu adanya
peningkatan sektor pariwisata. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan
sektor yang dianggap menguntungkan dan sangat berpotensi untuk
dikembangkan sebagai salah satu aset yang di gunakan sebagai sumber yang
menghasilkan bagi Bangsa dan Negara.

Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat
diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap.
Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang
dalam hal ini sinonim dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar
itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang
dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang
lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”. (Yoeti, 1991:103).
Sedangkan menurut RG. Soekadijo (1997:8), Pariwisata ialah segala kegiatan
dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.

Dalam kesempatan kali ini saya akan membahas tentang tempat


pariwisata yang terletak di kawasan provinsi jawa barat tepat nya di sekita
Bandung yakni “Gunung Burangrang”.
II. Sejarah

Gunung Burangrang ini merupakan satu rangkaian dari pegunungan


Sunda yang mengelilingi Kota Bandung di sebelah barat laut dan berbatasan
langsung dengan Purwakarta dan Subang. Burangrang termasuk gunung api
tua yang memiliki lembah-lembah dan lereng yang curam.

Konon, dahulu kala ada Gunung Sunda namun meletus dan


membentuk dua buah gunung, yaitu Gunung Burangrang dan
Tangkubanparahu. Begitu juga dalam cerita legenda Sangkuriang, Gunung
Burangrang ini terbentuk dari ranting-ranting pohon yang digunakan
Sangkuriang untuk membuat perahu. Kala Sangkuriang marah lantaran
gagal menyelesaikan misinya membuat perahu, akhirnya Sangkuriang
menendang perahu itu hingga menjelma sebagai Gunung Tangkubanparahu,
sementara ranting-ranting pohonnya menjelma sebagai Gunung Burangrang.

Sangkuriang sendiri merupakan legenda dari tanah Sunda. Legenda


tersebut berkisah tentang terciptanya danau Bandung, Gunung
Tangkubanparahu, Gunung Burangrang, dan Gunung Bukit Tunggul. Jika
ditelusuri singkat legenda itu, sebenarnya dapat dihitung sudah berapa lama
orang Sunda hidup di dataran tinggi ini. Dari legenda ini juga, bisa didukung
dengan fakta geologi, yang memperkirakan orang Sunda telah hidup di
dataran ini sejak beribu tahun lalu. Sementara soal mitos, memang tak
semua pendaki tahu banyak soal hal ini. Misalnya, adanya mitos tentang
tanjakan cinta di gunung tersebut. Ada juga kisah tentang Rawa Kunti dan
Curug Pocong di Burangrang.

Hutan kedua gunung bertetangga ini saling sambung menyambung,


menciptakan lembah luas, hutan yang masih perawan di antara kedua
puncaknya. Hutan lebat di lereng Burangrang akan terlihat sangat jelas saat
melewati Tol Cipulang selepas Padalarang atau setelah KM 100.

Burangrang sendiri seringkali dipakai untuk latihan perang maupun survival


pasukan Kopassus. Jangan heran jika di tengah hutan belantara ini, kerap
terdengar letusan senjata api dan bom yang bersahutan pada saat-saat
tertentu.
III. Deskripsi

Gunung Burangrang merupakan sebuah gunung yang terdapat di


pulau Jawa, Indonesia. Gunung Burangrang mempunyai ketinggian setinggi
2.050 mdpl. Gunung ini merupakan salah-satu sisa dari hasil letusan besar
Gunung Sunda di Zaman Prasejarah..Wisata Gunung Burangrang begitu
menarik buat didaki tak terkecuali saya sendiri, saya pun mencoba untuk
mendaki bersama rekan – rekan pada tanggal 21 April 2019. Dan Gunung ini
pun sering dijadikan ajang tempat para Pecinta Alam untuk melaksanakan
Pendidikan dan latihan Dasar Kepecintaalaman, selain digunung
Burangrang adapula tempat lain yang merupakan bagian dari Gunung
Burangrang yakni Situ Lembang, daerah ini termasuk daerah militer di
bawah Komando Pusdikpassus.
Tepat pukul 11.00 WIB saya dan rekan – rekan
memulai melakukan pendakian melewati jalur
Legok Haji, jangan bayangkan pendakian
Burangrang seperti destinasi pendakian pada
umumnya. Jalur pendakian yang masuk
kawasan Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua
ini tak memiliki basecamp resmi. Selain itu,
tak ada papan petunjuk resmi yang
menunjukkan tempat pendakian. Sehingga
pendaki harus bertanya kepada warga sekitar
untuk mencapainya. Dan Persiapkan
perbekalan yang cukup dengan tidak lupa
mengisi persediaan air, karena sumber air di atas sana sulit dijumpai selama
perjalanan pendakian. Dengan diiringi doa, kami mulai berangkat menuju
puncak Gunung Burangrang. Hutan pinus dan semak belukar sepanjang 2
kilometer jadi rintangan pertama yang bisa dilahap pendaki sebagai
pemanasan sebelum trek menanjak
sesungguhnya. Jangan salah, meski
tingginya hanya 2.050 mdpl,
Burangrang termasuk sebagai gunung
yang kurang ramah untuk pemula.
Sebaiknya pendaki menggunakan
celana dan kaos panjang serta
penutup kepala, lantaran banyak
tanaman berduri tajam dan gatal di
trek awal. Sepanjang jalan pendakian
masih didominasi pohon-pohon pinus.
Kami melewati bukit-bukit yang
menguras banyak tenaga karena trek
pendakian yang terbilang cukup
ekstream. Sejenak kami beristirahat
menghirup udara segar alam
Burangrang.
Namun sayang selama diperjalanan kami
banyak menemukan perusakan alam yang
dilakukan oleh oknum pendaki karena
masih kurang nya kesadaran untuk
menjaga keindahan alam dengan sengaja
mencoret pohon – pohon yang ada di
gunung burangrang seperti contoh pada
gambar disamping.

Setelah menempuh perjalanan selama 4


jam, barulah pendaki bisa menemukan
batas vegetasi di mana sinar matahari tak
lagi tertutup lebatnya hutan dengan
ditandai adanya tugu merah yang diatas
nya terdapat bendera indoensia seperti
pada gambar disamping. Sepanjang jalur
menuju puncak ini, treknya terbilang
landai. Mata sangat dimanjakan
pemandangan Kota Bandung di selatan dan
hiruk pikuk Purwakarta di sisi utara. Di
jalan menuju puncak ini pula, jurang
menganga bisa ditemui di kiri-kanan jalan
setapak yang lebarnya tak sampai setengah
meter. Selanjutnya, pendaki hanya perlu
menaiki trek berbatu hingga ke puncak
Burangrang. Puncak Burangrang sendiri
hanya berupa tanah lapang seluas
lapangan badminton yang ditandai sebuah
tugu. Tak jauh dari tugu, terdapat pula
sebuah prasasti penanda batas wilayah Bandung Barat dengan Purwakarta.
Umumnya, pendaki akan mendirikan tenda untuk menginap di tanah
lapangan tersebut. Saat cuaca tak berkabut, keindahan Situ Lembang bisa
tampak jelas dari puncak Burangrang.
Dari puncak Gunung Burangrang pemandangannya menakjubkan dan
tampak awan putih menyelimuti gunung-gunung di sekitarnya. Kami pun
bergegas untuk membuat tenda untuk bermalam di puncak gunung
Burangrang.
Keesokan harinya perjalan kami pun di Gunung Burangrang ditutup dengan
indahnya sunrise yang dihiasi dengan suara burung – burung yang berkicau.

IV. Penutup

Dari uraian diatas, mulai dari pembahasan pertama sampai dengan


pembahasan terakhir kami dapat menyimpulkan bahwa pariwisata adalah
perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara,
dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup
dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

Bahwa pariwisata itu adalah asset Negara yang penting. Pariwisata bisa
menjadi industry yang memajukan Indonesia , membuat lapangan pekerjaan
untuk masyarakat setempat, menciptakan usaha baru yang di kelola oleh
suasta dan juga memberikan sebuah industry yang bisa menhasilkan omsed
yang sangat menjanjikan. Maka dari itu kita harus sama – sama menjaga
asset negara tersebut dengan cara tidak merusak keindahan alam dan harus
selalu menjaga kebersihan destinasi wisata dimanapun yang kita kunjungi.

Anda mungkin juga menyukai