PENDAHULUAN
1
2
1.2.2 Manfaat
1.2.2.1 Bagi mahasiswa.
1. Mengetahui sistem pendeteksi logam (Metal Detector) di cv-04 Banko
Barat dengan kontrol panel NEMA4X.
2. Mempelajari prinsip kerja Metal Detector dalam mendeteksi jenis logam.
3. Memproleh pengetahuan yang nyata tentang kondisi suatu perusahan atau
industry baik segi manajemen yang diterapkan ,kondisifisik, peralatan
yang digunakan, kondisi karyawan dan sebagainya.
4. Memproleh pengalaman yang berguna untuk meningkatkan kemampuan
keterampilan keteknikan yang relevan pada jurusan Teknik Elektro.
5. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan
tuntutan perkembangan dunia industry secara langsung.
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang kerja praktek, tujuan kerja praktek, manfaat
kerja praktek, tempat dan waktu pelaksanaan, Batasan masalah, metode
penyusunan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM PT. BUKIT ASAM Tbk.
Berisikan tentang sejarah PTBA, ruang lingkup unit penambangan PTBA,
alat tambang utama sumber tanaga listrik di Tambang Banko Barat (watrik)
dan bagian bagian lain diperlukan.
BAB IV PEMBAHASAN
Dari kerja praktek yang telah di lakukan pada P.T Bukit Asam (PTBA)
dengan judul “Sistem Pengamanan di CV-04 Banko Barat dengan Sensor
Pendeteksi Logam (Metal Detector) Menggunakan Kontrol Panel NEMA4X
“.
BAB V PENUTUP
Berisikan kesimpulan yang diproleh dan saran-saran bedasarkan Analisa
penulisan yang dianggap perlu untuk perubahan yang akan datang bagi
PT.Bukit Asam Tbk.
7
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
1923 -
Tambang bawah tanah mulai beroperasi
1940's
Skala 1 : 50.000
dipengaruhi adanya gaya tektonik pada zaman pliosen dengan arah utama
utara – selatan.
Secara regional wilayah penambangan PT. Bukit AsamTbk., termasuk
dalam Sub Cekungan Palembang yang merupakan bagian dari cekungan
Sumatera Selatan dan terbentuk pada jaman Tersier. Sub cekungan
Sumatera Selatan yang diendapkan selama jaman Kenozoikum terdapat
urutan litologi yang terdiri atas dua kelompok besar, yaitu kelompok Telisa
dan kelompok Palembang.
Kelompok Telisa terdiri dari formasi lahat, formasi talang akar,
formasi baturaja dan formasi gumai. Kelompok Palembang terdiri dari
Formasi Air Bekanat, Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai.
1. Formasi Lahat
Formasi Lahat diendapkan tidak selaras di atas batuan pra tersier pada
lingkungan darat. Formasi ini berumur Oligosen bawah, tersusun oleh tuffa
breksi, lempung tuffan, breksi dan konglomerat. Pada tempat yang lebih
dalam fasiesnya berubah menjadi serpih tuffan, batu lanau dan batu pasir
dengan sisipan batubara.Ketebalan formasi ini antara 0 – 300 m.
2. Formasi Talang Akar
Formasi Talang Akar diendapkan tidak selaras di atas formasi Lahat.
Formasi ini berumur Oligosen ats sampai Oligosen bawah, tersusun oleh
batu pasir, batu sampingan, batu lempung dan batu lempung sisipan
batubara. Formasi Talang Akar diendapkan di lingkungan fluviatil, delta dan
laut dangkal dengan ketebalan berkisar 0 – 400 meter.
3. Formasi BaturajaFormasi Baturaja diendapkan selaras di atas formasi
Talang Akar. Formasi ini berumur Miosen bawah yang tersusun oleh napal,
batu gamping terumbu. Ketebalan formasi ini berkisar antara 0 – 400 meter.
4. Formasi Gumai
Formasi Gumai diendapkan selaras di atas Formasi Baturaja yang berumur
miosen bawah sampai miosen tengah. Formasi ini tersusun oleh serpih dan
sisipan napal dengan batu gamping di bagian bawah. Lingkungan
16
pengendapan formasi ini adalah laut dalam dengan ketebalan 300 – 2200
meter.
5. Formasi Air Bekanat
Formasi Air Bekanat diendapkan selaras di atas Formasi Gumai yang
berumur Miosen tengah tersusun oleh batu lempung pasiran dan batu pasir
Glaukonitan. Formasi Air Bekanat diendapkan pada lingkungan laut neritic
dan berangsur menjadi laut dangkal, dengan ketebalan antara 100 – 800
meter.
6. Formasi Muara Enim
Formasi Muara Enim diendapkan selaras di atas formasi bekanat. Formasi
ini berumur Miosen atas yang tersusun oleh batupasir lempungan dan
batubara. Formasi ini merupakan pengendapan lingkungan laut neritic
sampai rawa, dengan ketebalan berkisar antar 150 – 750 meter.
7. Formasi Kasai
Formasi Kasai diendapkan selaras di atas Formasi Muara Enim. Formasi ini
tersusun oleh batubara tuffan yang dicirikan berwarna putih, batu lempung
dan sisipan batubara tipis seperti yang tersingkapdi daerah suban.
Lingkungan pengendapan formasi ini adalah darat sampai transisi.
6. Lapisan Batubara B1
Terdiri dari batu lempung dengan ketebalan lapisan berkisar 2 – 5 meter.
7. Lapisan Batubara B2
Lapisan ini mengandung satu lapisan tipis batu lempung dan mempunyai
ketebalan berkisar antara 4 - 5 meter.
9. Lapisan Batubara C
Lapisan ini merupakan lapisan tunggaldan umumnya memiliki lapisan
pengotor dengan ketebalan berkisar 7 – 10 meter. Penampang stratigrafi
daerah Tambang Air Laya.
18
Direktur Utama
President Director
NO NAMA JABATAN
1 Avriyan Arifin Direktur utama
2 Fuad Iskandar Z.F Direktur Pengembangan Usaha
3 Orias Petrus M Direktur Keuangan
4 Joko Pramono Direktur SDM dan UMUM
5 Suryo Eko Hadianto Direktur Operasi Produksi
6 Adib Ubaidilah Direktur Niaga
7 Suherman Skretaris Perusahaan
8 M. Bagir SM Satuan pengawasan intern
9 Hanif Iqbal SM managemen Resiko
10 Hiras slahaan SM evaluasi anak Perusahaan
11 Dody Arsadian SM Strategi koprat dan eksplosari
12 Oktavianus Parigan SM pengembangan Bisnis
13 Achmad Saichu SM Engenering dan Optimasi
14 Apollonius Andiew SM Keungan
15 Zulfikar Azhar SM Akuntasi
16 Anita Parma SM Teknologi Informasi
17 Kanthi Miarso SM tanggung jawab social perusahaan
18 Yudha Satyawan SM SDM stratejik
19 Yansir Nani SM SDM oprasional
20 Devi Darwis SM Pengelolhan Aset
21 Nugraha N SM Hukum dan Regulasi
22 Suhedi GM unit pertambangan tanjung enim
23 Edwin Budi Satrio Deputi general Manager pertambangan
24 Moh. Taufiq SM Perancanaan Tambang
25 Vicky Agustian SM Pertambangan Swakelola
26 Julismi SM Perawatan
21
2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Bukit Asam tbk.,
2.5.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3)
Dalam batubara, K3 merupakan kunci bisnis yang menjadi
prioritas. Seperti yang tercantum dalam Pasal 5, Ayat 1, Keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995
tentang K3 Pertambangan Umum, dinyatakan bahwa kegiatan
pertambangan, baik eksplorasi maupun eksploitasi baru dapat
dimulai setelah pemegang Kuasa Pertambangan (sekarang
Pemegang Izin Usaha Pertambangan) memiliki Kepala Teknik
Tambang (KTT), yaitu seseorang yang memimpin dan bertanggung
jawab atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan perundang-
undangan K3 pada suatu kegiatan usaha pertambangan. Kemudian,
ketika kegiatan pertambangan telah berlangsung, pengusaha harus
menghentikan pekerjaan apabila KTT atau petugas yang ditunjuk
tidak berada pada pekerjaan usaha tersebut, seperti yang tercantum
dalam Pasal 4, Ayat 7, Keputusan Menteri Pertambangan
danEnergNo.555.K/26/M.PE/1995. K3 juga merupakan kewajiban
yang melekat bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan
Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), sebagaiman tercantum
dalam Pasal 96, Huruf a, UU No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara. Selanjutnya, pelaksanaan K3
pada kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang
IUP, IPR, atau IUPK tersebut diawasi oleh pemerintah melalui
Inspektur Tambang seperti yang tercantum dalam Pasal 141, Ayat
28
7. Pengendalian Bahaya :
a. Fire Protection Kebakaran tidak menjadi potensi bahaya yang sering
terjadi dalam penambangan batubara ini. Sumber kebakaran yang
mungkin terjadi adalah dari tumpukan batubara yang terbakar. Namun,
program preventif untuk menanggulangi kebakaran tetap menjadi
materi yang harus tetap diketahui oleh seluruh karyawan.
b. Untuk melaksanakan program preventif dalam menanggulangi
kebakaran, pihak manajemen berusaha untuk melibatkan semua
karyawan. Kegiatan ini direalisasikan dengan mengadakan pelatihan
fire extinguished serta pembinaan pada karyawan mengenai
pelaksanaan penanganan keadaan darurat yang sesuai dengan SOP.
Penyediaan, pemeriksaan dan pemeliharaan sarana pemadam
kebakaran juga menjadi agenda program preventif yang bertujuan
untuk mempersiapkan sarana pemadam siap untuk dipergunakan jika
dibutuhkan.
Adapun fire protection yang ada di PT. BUKIT ASAM ini adalah:
1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang ada disetiap unit area bangunan
dengan jenis yang disesuaikan dengan klasifikasi kebakaran.
2. Hidran pada beberapa area seperti di sekitar gudang handak dan sekitar
ruang genset.
3. Perlengkapan evakuasi korban.
9 . Media komunikasi K3
1. Rambu-rambu yang terpasang adalah jenis rambu larangan, perintah,
infomasi dan peringatan. Rambu ini dipasang di sepanjang jalan
hauling dan di area tambang serta di instalasi berbahaya.
2. Poster Poster K3 banyak terpasang di ruang kerja dengan tujuan
sebagai peringatan dan sebagai motivasi bagi karyawan untuk
mempertimbangkan dan mengutamakan kesehatan dan keselamatan
kerja ketika bekerja.
3. Papan Informasi K3 Papan informasi dipasang dengan tujuan untuk
memberikan informasi baik kepada karyawan maupun kepada visitor.
Papan informasi di PT. BUKIT ASAM dipasang di halaman depan
dengan harapan mudah dilihat karena diletakkan di jalur masuk ke
kantor.
2. Monitoring Lingkungan
Monitoring lingkungan sebagai upaya pemantauan terhadap higene
lingkungan kerja juga telah dilakukan oleh pihak manajemen PT.
BUKIT ASAM. Monitoring ini ada yang dilakukan langsung oleh safety
department dan environment department.
3. Pelayanan Kesehatan
Kinerja program kesehatan kerja dinilai dari tingkat absen karyawan
karena sakit. PT.BUKIT ASAM memberikan pelayanan kesehatan
berupa pemeriksaan di klinik yang berada dalam satu kompleks dengan
camp karyawan. Tiap klinik dikelola oleh satu tenaga paramedis dengan
obat-obatan serta perlengkapan pengobatan untuk penanganan
kecelakaan ringan.
Fasilitas olahraga untuk menunjang kesehatan karyawan juga telah
disediakan oleh pihak manajemen. Perhatian terhadap monitoring
lingkungan dan sanitasi juga merupakan wujud pelayanan kesehatan
yang berupa usaha preventif. Usaha prefentif lain yang ditempuh
manajemen adalah dengan memberikan vaksinasi untuk semua
karyawan. Selain usaha preventif, usaha pemantauan kesehatan serta
konsultasi kesehatan yang ditangani oleh tenaga paramedis di klinik juga
ditempuh pihak manajemen untuk meningkatkan derajat kesehatan
karyawannya.
6. Gizi Kerja
Gizi Kerja Dalam melaksanakan aktivitas dan pekerjaan, semua orang
membutuhkan energi atau kalori. Perusahaan telah menyediakan kantin
beserta tempat mengolah makanan (dapur) dan menu kerja untuk para
karyawan. Pelayanan gizi kerja di PT. BUKIT ASAM diatur dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh catering yang telah disediakan. makanan
pun sepenuhnya diatur oleh catering dengan tenaga ahli dari tataboga.
Dengan fasilitas makan tiga kali satu hari; makan pagi, makan siang dan
makan malam serta satu kali ekstra food pada sore hari setelah jam kerja
selesai. Penyusunan menu dirancang per satu minggu dengan
persetujuan dari beberapa kepala bagian. Namun secara prinsip,
perhitungan dan analisa kualitatif maupun kuantitatif kalori, karbohidrat,
mineral, protein dan vitamin belum pernah dilakukan oleh ahli gizi.
2.6.2 Misi
Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi
korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal
bagi stakeholder dan lingkungan.
35
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Saat kejadian itu dokter tidak dapat menemukan peluru sehingga membuat
Grafield menderita. Satu-satunya pengikutnya ialah Alexander Graham
Bell, sehingga ia mengembangkan kembali Metal Detector, namun
sayangnya usahanya tidak berhasil sehingga menyebabkan Grafield
akhirnya meninggal. Meskipun Metal Detector tidak membantu
menyelamatkan Presiden ke-20 Amerika Serikat, mesin Metal Detector
buatan Alexander Graham Bell adalah yang paling layak digunakan.
Awalnya mesin ini cukup rumit dan besar, tetapi seiring berjalannya waktu
ini sangat berguna dan terus ditingkatkan kualitasnya. Metal Detector ini
akhirnya digunakan untuk menemukan dan membersihkan ranjau darat dan
bom yang tidak meledak di seluruh Eropa setelah Perang Dunia 1 dan
WW11. Di waktu yang hampir bersamaan, Gerhard Fisher pendiri Fisher
Metal Detector membuat penemuan penting dalam karyanya mengenai
sistem navigasi, ia mengatasi segala kekurangannya dan ia mengatakan
bahwa teknologi ini sangat berguna pada Metal Detector.
Terdapat dua bagian dari model oretronic ini Metal detector. Satu
adalah model dual coil (transmitter coil dan receiver coil). Model dual coil
ini (transmitter dan receiver), transmitter terpasang di atas dari conveyor,
dan receiver terpasang di bawah conveyor. Pada model yang kita pakai
adalah dual coil.
2 . Clip detector
Belt clip detector digunakan untuk mendeteksi Metal Clip / Splices
pada sambungan antar conveyor. Fungsi ini adalah opsional. Pendeteksi
clip ini dapat mengurangi sensitivitas dari fungsi alat ini pada area
pendeteksi ( detection zone ). Tramp yang besar masih bisa di deteksi.
Pada pendeteksi clip ini dan digunakan pada variable speed. speed
sensor ini digunakan sebagai fungsi tambahan yang digunakan untuk
mengoptimalkan peforma dari pendeteksi. Dengan fungsi ini, bisa di
masukkan sebagai variable speed belts. Speed ini tergantung dari
pengoprasiannya. Syarat dari variable ini adalah tidak boleh melebihi
output speed sensor dari 2 kHz.w
6. Mounting location
Untuk lokasi pemasangan semua komponen, harus dipastikan tidak
berdekatan dengan media atau benda yang bersifat induksi.
Rakitan koil terbuat dari plastic PVC dan menggunakan senyawa pot untuk
menghilangkan masalah kelembaban
Unit coil tunggal sudah memiliki baik pemancar dan penerima kumparan.
trump metal detector. Dalam mode Run, tombol gantidengan layar menu
tingkat tinggi dan tingkat bawah yang ditunjukkan di bawah ini :
DOWN -> COUNT > PSWD N > CALIB ? N > SETUP > NO ERROR.
UP -> NO ERROR > SETUP? N > CALIB? N > PSWD N > COUNT.
Setelah salah satu telah di tentukan , maka pergantian akan selesai.
2. VALUE KEYS
3. ENTER KEY
3.7.1.3 Enter
46
4. RESET KEY
Tabel 3.8.1 Keterangan SW-1 sampai SW-6 yang berada pada CPU Board
8. Fungsi : Mulai dingin, Hidup: Aktifkan start dingin saat daya dinyalakan ,
Mati: Mulai dingin dinonaktifkan
d. Kelembaban
10 untuk 95 % kelembaban relative
Tidak kondisasi.
e. Persyaratan daya
Tegangan garis nominal : 115/230 VAC, dapat dipilih
Jangkauan operasi : +10, -15%
Frekuensi nominal : 50/60 Hz
Jangkauan operasi : 48/62 Hz
Sekering : L1 sisi garis
Maksimum tegangan input tidak merusak : 150 / 300 VAC
51
f. Tampilam / kunci
Tampilan : tiga tujuh segmen LED untuk di hitung. Satu delapan karakter
alfanumerik LED tampilan.
Remote tampilan : pilihan memungkinkan layer dan keypad kedua di pasang
dari jarak jauh.
Grafik batang : 20 LED batang
Status LED : lampu merah untuk ALARM , lampu hijau untuk NORMAL,
lampu kuning untuk BYPASS
Kalibrasi LED : menunjukan pendeteksi berada dalam mode kalibrasi
Keypad : di pasang di bagian pintu depan. Potongan untuk melihat tampilan,
status LED dan grafik batang.
g. Input ( semua input terisolasi memiliki kesamaan commons terhubung ke
tegangan suplai terisolasi umum dengan pengecualian koil penerima.
Detektor klip : terisolasi , tegangan pasokan yang disediakan. Dikonfigurasi
untuk dua detektor klip pada input yang sama
Reset non aktifkan : terisolasi , tegangan pasokan yang disediakan
Tumpukan tinggi : terisolasi , tegangan pasokan yang di sediakan
Kecepatan : terisolasi
Masukan SYNC : RS – 485 menerima
Reset jarak jauh : terisolasi, tegangan pasokan yang disediakan
Terisolasi tegangan : 24 VDC, 150 mA.
h. Output ( keluaran )
Alarm relay : satu NO dan satu NC kontak. 5 A, 220 VAC .tidak induktif.
Gagal aman. BYPASS kontak disediakan.
Waktu tunda relay : kontak kering ( dry) , 5 A , 24 – 280 VAC . durasi
dipilih 0.1 -detik pertambahan , 0.1 – 0.9 detik. Penundaan di sesuaikan
masukan 0.1 detik pertambahan , 0.1 – 9.9 detik
SYNC keluar : RS – 485 motor
Alarm indikator : kontak kering, 5A relay
52
BAB IV
PEMBAHASAN
4 . ALARM SIRINE
58
8. Port Modbus
Opsi ini hanya ditampilkan jika Eksternal Comm. opsi diaktifkan.
Pengaturan yang diizinkan adalah "USB Internal" dan "Kartu
Ekspansi"
9. Bypass
yang Persisten Opsi ini menempatkan pendeteksi logam ke mode
bypass untuk digunakan oleh layanan lapangan.
6. Gunakan kabel belden nomor 8760 atau yang setara untuk switch pengatur
ulang jarak jauh, reset dinonaktifkan, detektor tumpukan tinggi, saklar
pintas, output sinkronisasi dan kumparan pemancar dan penerima.
7. Gunakan kabel belden nomor 8772 atau setara untuk kabel detektor cup.
8. Jangan jalankan kabel koil melalui saluran yang sama dengan kabel daya
atau kontrol.
9. Komponen internal hanya diperlihatkan untuk kejelasan.
10. Input / output ini tingkat rendah dc hanya peringkat maksimum 24 VDC dan
80 mA.
11. Kabel hitam dari detektor klip tidak digunakan.isolasi kabel hitam dengan
pita listrik atau lainnya yang sesuai.
12. Kumparan sinkron dari dua berada di dalam.
13. Kabel maximum adalah 60 kaki
14. Semua kabel
15. Gunakan kabel panel belden.
4.8.2 Perbaikan
Jika pendeteksi logam tidak mendeteksi dengan andal atau kalibrasi
.Memberikan hasil yang tidak terduga, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk menentukan penyebab masalah.
1. Selalu memulai dengan inspeksi visual, tidak hanya komponen
Pendeteksi logam tetapi juga ban berjalan, pemalas, dan semua
peralatan opsional.
2. Jika sistem beroperasi tetapi tidak berfungsi seperti yang
diharapkan, ada penyesuaian yang dapat Anda lakukan pada
pengaturan perangkat pendeteksi logam dan pengaturan kalibrasi
untuk membuatnya bekerja lebih baik. Pertama, Anda harus
menentukan apa yang menyebabkan masalah dan apa yang dapat
Anda lakukan untuk memperbaikinya.
3. Jika mengalami masalah operasional dengan pendeteksi logam,
inspeksi visual cepat dapat mengungkapkan sumber masalahnya.
Periksa item berikut sebelum melanjutkan ke prosedur pemecahan
masalah yang lebih spesifik. Lihat bagian Mengoperasikan
pendeteksi logam manual ini untuk pengaturan opsi yang benar
yang disebutkan di bawah ini.
Memeriksa daya :
Memastikan sakelar daya dihidupkan
Memastikan bahwa blok konektor daya
dicolokkan ke unit catu daya.
Memastikan pemutus arus yang memberi
daya pada pendeteksi logam tertutup.
Memeriksa koneksi :
Memastikan semua terminalisasi aman.
Memastikan semua kabel Pendeteksi logam
dan pemasangannya benar sesuai dengan
gambar yang disediakan untuk sistem .
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang terdapat pada laporan,
diantaranya:
1. Sistem pendeteksi logam bekerja dengan baik apabila keberadaan logam
di konveyor berukuran cukup besar untuk menimalisir kesalahan dalam
mendeteksi logam.
2. Dalam perawatan pendeteksi logam di bagian atas pendeteksi pada ban
konveyor untuk membersihkan area koil pendeteksi dari penumpukan
batubara agar tidak terjadinya kesalahan saat mendeteksi logam di ban
konveyor yang sedang beroperasi.
3. Dalam perbaikan pendeteksi logam di bagian kontrol NEMA4x untuk
memperbaiki menu sensitivitas keseimbangan koil ( coil balance )
dengan nilai sensitivitas yang tinggi ke nilai sensitivitas sedang.
Perubahan tersebut disebabkan oleh getaran dari ban konveyor yang
sedang beroprasi yang menyebabkan nilai senstivitas keseimbangan koil
berubah. Maka dari itu menu kontrol sensitivitas keseimbangan koil di
atur ke nilai sensitivitas sedang untuk mendeteksi logam yang berukuran
cukup besar. Jika nilai senstitivitas keseimbangan koil tinggi maka
pendeteksi logam akan mendeteksi semua ukuran jenis logam yang akan
menyebabkan gangguan dalam mendeteksi.
5.2 Saran
Ada saran yang terdapat pada laporan ini, pada kontrol panel NEMA4X
hanya menggunakan keluaranya berupa sirine alarm sebaiknya control dari
pendeteksi logam menggunakan kontrol berbasis PLC supaya keluaran
dari pendeteksi logam itu dapat menghentikan jalannya konveyor apabila
terdeteksi logam pada pendeteksi logam ( metal detektor ).
84
DAFTAR PUSTAKA
Fraden Jacob. 1996,” Handbook of Modem Sensor”. New york Spring Verlag,inc
Johnsen will. 1994,” Ramsey Oretrnik III Tramp Metal Detector” . USA Ramsey
Gemilar. 2016, “ Sistem Kontrol Metal Detector Pengaman Raw Mill P10
PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk”. Politeknik Negeri Bandung
LAMPIRAN