Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PROSES PEMBUATAN MAGNET DENGAN CARA KOMPOSIT ANTARA


BaFe12O19 + NdFeB DAN
POLIMER POLY ETILEN GLIKOL
DI BALAI BESAR KERAMIK
Periode 30 Mei - 5 Agustus 2016

Oleh :
MUH.AL FURQAN
(NIM: 1108130004)

Dosen Pembimbing Akademik


Ahmad Qurthobi,S.T.,M.T
(NIP: 14851265-1)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
2016

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK

PROSES PEMBUATAN MAGNET DENGAN CARA KOMPOSIT ANTARA


BaFeO19 + NdFeB DAN
POLIMER POLY ETILEN GLIKOL
DI BALAI BESAR KERAMIK
Periode 30 Mei 5 Agustus, 2016

Oleh:
MUH. AL FURQAN
(NIM : 1108130077)

Mengetahui
Pembimbing Akademik

Pembimbing Lapangan
Ttd dan stampel perusahaan

(Ahmad Qurthobi,S.T.,M.T.)

(Dr.Handoko Setyo Kuncoro, S.T.,


M.T., M.Eng.,Ph.D.)

NIP. 14851265-1

NIP. 197412122002121002

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehinnga dapat menyelesaikan Laporan
Kerja Praktek di Balai Besar Keramik dengan judul Proses Pembuatan Magnet
Dengan Cara Komposit Antara BaFe12O19 + NdFeB dan Binder Polimer Poly
Etilen Glikol . dan izin-nya lah, makalah ini dapat diselesaikan. Tidak lupa juga
penulis ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada;
1. Kedua orang tua yang telah memberikan nasehat, kesbaran, dan semangat
untuk menjalani Kerja Praktek ini.
2. Bapak Dr.Handoko Setyo Kuncoro,S.T.,M.T.,M.Eng.,Ph.D, selaku
Pembimbing Lapangan yang telah memberikan nasehat, motivasi dan
bimbingan sehingga penulis bisa memetik hikmah dari setiap pembelajaran
teori maupun saat Kerja Praktek di lapangan.
3. Bapak Ahmad Qurthobi, S.T., M.T., selaku Pembimbing Akademik yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan berbagai arahan untuk
pelaksanaan Kerja Praktek ini.
4. Para pegawai di Balai Besar Kermaik yang senantiasa membimbing dan
menghibur penulis dalam melaksanakan Kerja Praktek ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajianya . Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan laporan selanjutnya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca lainnya terutama
pada proses pembelajaran Teknik Fisika.

Bandung, Agustus 2016

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR ISTILAH

OJSDFKhfjkgjfhgs`jkvNAJKCLKJHGFDDFGHJKKASDFGHJK
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Semakin berkembanngya teknolgi di zaman ini, maka semakin
besar kebutuhan

yang digunakan khususnya magnet dalam bidang

industri. Sehingga perlu dikembangkan penelitian untuk menghasilkan


magnet yang sesuai dengan kebutuhan pasar, diantaranya murah dan
inovatif. Sebelumnya, bahan magnet yang selama ini digunakan berasal
dari bahan logam atau keramik melalui proses casting dan sintering. Bahan
magnet dengan metode tersebut cukup mahal dan menghasilkan magnet
dengan massa cukup besar, sehingga perlu dikembangkan penelitian untuk
menghasilkan bahan magnet yang murah dan ringan serta kuat.
Balai Besar Keramik, melakukan penelitian pembuatan bahan
magnet dengan cara komposit. Bahan komposit ini merupakan rekayasa
material dengan cara penggabungan dua atau lebih bahan (dicampur atau
terikat) dengan batas yang jelas antara campuran bahan tersebut.
Pembuatan magnet dengan cara komposit cukup menggabungkan bahan
magnet dan binder polimer. Hal ini yang melatarbelakangi penulis
melakukan kerja praktek di Balai Besar Keramik.
1.2

Ruang Lingkup Penugasan


Kerja praktek dilaksanakan di Balai Besar Keramik Jalan Ahmad
Yani Bandung. Pada kerja praktek ini, penulis melakukan studi dan
mengembangkan penelitian tentang pembuatan magnet dengan cara
komposit antara bahan magnet kermaik dan binder polimer.

1.3

Target Pemecahan Masalah


Pemecahan masalah yang diberikan saat kerja praktek di Balai
Besar Keramik adalah metode pembuatan magnet keramik dengan bahan
dasar pengikat. Sebelumnya telah dialakukan pengujian bahan dasar
pengikat

mana

yang

bagus

antara

CMC(CARBOXYMETHYL

CELLULOSE), PEG(Poli Etilen Glikol) dan RH(Rhodium). Adapun hasil


pengujian ternyata bahan dasar paling bagus adalah PEG.
1.4

Metode Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah yang diterapkan dalam pembuatan


laporan kerja praktek ini sama dengan metode pemecahan masalah untuk
penelitian, yaitu:
1. Studi literatur

Metode ini merupakan metode pustaka untuk mencari informasi tentang


magnet, komposit, dan sebagainya dari buku-buku, jurnal ilmiah, dan
internet. Studi literatur dilaksanakan selama proses penelitian berlangsung.
2. Eksperimen

Dalam penelitian, salah satu hal yang paling penting yaitu eksperimen itu
sendiri. Jadi kami melakukan eksperimen membuat magnet keramik
dengan cara komposit.
3. Pengujian

Setelah kami melakukan eksperimen, maka langkah selanjutnya yaitu


pengujian terhadap magnet yang kami buat, meliputi pengujian fisis,
ikatan, maupun materi penyusunnya. Pengujian yang terpenting yaitu
karakteristik kemagnetan dan sifat dari magnet tersebut.
1.5

Rencana dan Penjadwalan Kerja

Kegiatan
Waktu
Pengenalan BBK dan
diskusi topik

kerja

praktek
Studi literatur
Pelaksanaan
penelitian
Penyusunan laporan
Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

Minggu 5

Rencana kegiatan kerja praktek di Balai Besar Keramik terdapat pada tabel
berikut:
Gambar 1.1 Rencana kegiatan kerja praktek di Balai Besar Keramik

1.6

Ringkasan Sistematika Penulisan


BAB I Pendahuluan
Pada bab ini membahas latar belakang penugasan, lingkup penugasan,
target pemecahan masalah, metode pelaksanaan, rencana dan penjadwalan
kerja.
BAB II Profil Institusi KP
Bab ini berisi tentang profil Perusahaan/Instansi, Struktur Organisasi,
dan lokasi/unit pelaksanaan kerja yang disertai dengan peta lokasi.
BAB III Teori Dasar
Pada bab ini membahas teori dasar yang digunakan dalam pemecahan
masalah. Teori penunjang yang digunakan yaitu tentang magnet keramik dan
karakteristik.
BAB IV Hasil Pelaporan dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang hasil proses pembuatan magnet secara analitik.
BAB V Penutup
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran dari proses pembuatan
magnet keramik di Balai Besar Keramik.

BAB II

PROFIL INSTITUSI
2.1

Sejarah Balai Besar Keramik


Balai Besar Keramik adalah unit pelaksana teknis di bawah Badan

Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri, Kementerian Perindustrian yang


beralamat di Jalam Ahmad Yani 392, Bandung. Pada awalnya lembaga ini didirikan
oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1922. Sejak berdirinya hingga sekarang,
lembaga tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan nama yakni sebagai
berikut: Pada saat didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda, lembaga di atas diberi
nama Het Keramische Laboratorium. Pada tahun 1942 yakni pada saat Jepang
memerintah negeri ini namanya diganti menjadi Toki Yogyo Shikenjo yang berarti
laboratorium keramik. Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada
Tahun

Sejarah Berdiri

1922

Didirikan

oleh

Pemerintah

Kolonial

Belanda

dengan

nama "Keramische Laboratorium"


1942

Diambil alih oleh Pemerintah Penjajahan Jepang

1945

Diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia

1960

Namanya diganti menjadi Balai Penyelidikan Keramik

1980

Di-reorganisasi dan namanya diganti menjadi Balai Besar Penelitian


dan Pengembangan Industri Keramik

2002

Di-reorganisasi dan namanya diganti menjadi Balai Besar Keramik

tahun 1945, lembaga ini diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan
namanya diganti menjadi Balai Penyelidikan Keramik. Pada tahun 1960 namanya
diganti menjadi Balai Penelitian Keramik dan pada Tahun 1980 direorganisasi dan
namanya diganti menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri
Keramik.Pada tahun 2006 dengan Keputusan Menteri Perindustrian Nomor: 40/MIND/ PER/ 2006 tanggal Juni 2006, lembaga inidireorgnisasi kembali dan namanya
berubah menjadi BalaiBesar Keramik (BBK)
Tabel 1 : Tabel Sejarah Berdirinya Balai Besar Keramik
2.2

Visi
Balai Besar Keramik menetapkan visinya yaitu Menjadi lembaga
yang profesional dalam memberikan pelayanan teknologi keramik dan

material nano di Indonesia. Visi ini akan dijadikan sebagai arah dan dasar dari
setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Besar Keramik.
2.3

Misi
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Balai Besar Keramik sebagaimana
tertuang dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.
40/14IND/PER/6/ 2006 tanggal 29 Juni 2006, misi Balai Besar Keramik
adalah sebagai berikut:
1.

Melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi terapan dan


standardisasi di bidang keramik dan material nano.

2. Memberikan layanan jasa teknologi kepada industri dalam bidang:


a. Riset teknologi keramik dan material nano
b. Pelatihan teknis tenaga industri
c. Pengujian bahan dan produk
d. Kalibrasi alat dan instrument pengukuran pada industri keramik
e. Standardisasi bahan dan produk serta kalibrasi peralatan
f. Sertifikasi sistem manajemen mutu, produk dan personil
g. Konsultansi teknik produksi dan penggunaan produk, serta
manajemen.
h. Rancang bangun dan perekayasaan peralatan industri.
2.4

Tugas dan Fungsi


Sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor:
40/M-IND/ PER/ 6/ 2006 tanggal 29 Juni 2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Besar Keramik, Balai Besar Keramik (BBK) adalah unit pelaksana
teknis di lingkungan Departemen Perindustrian yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri Balai Besar Keramik mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
penelitian, pengembangan, kerjasama, standardisasi, pengujian, sertifikasi,

kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri keramik sesuai kebijakan


teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Balai Besar Keramik memiliki
fungsi untuk:

Melaksanakan penelitian dan pengembangan, pelayanan jasa teknis


bidang teknologi bahan baku, bahan pembantu, proses, produk,
peralatan dan pelaksanaan pelayanan dalam bidang pelatihan teknis,
konsultasi/ penyuluhan, alih teknologi serta rancang bangun dan
perekayasaan industri, inkubasi dan penanggulangan pencemaran.

Melaksanakan

pemasaran,

kerjasama,

pengembangan,

dan

pemanfaatan teknologi informasi

Pelaksanaan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu


dan produk industri keramik serta kegiatan kalibrasi mesin dan
peralatan.

Melakukan perencanaan, pengolahan, koordinasi sarana dan


prasarana untuk kegiatan penelitian dan pengembangan di bawah
Balai Besar Keramik dan juga melakukan penerapan standar
industri keramik.

Melaksanakan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan mentah,


bahan penolong, produk keramik dan kalibrasi peralatan dan
permesinan.

Melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi kepada semua


unsur di lingkungan Balai besar Keramik.

2.5

Struktur Organisasi Perusahaan


Balai Besar Keramik memiliki beberapa bagian dan bidang dengan
Peraturan Kementrian Perindustrian yang berlaku, dengan fungsi dan tugas
masing-masing.

Balai Besar Keramik

Bagian Tata Usaha


Sub Bagian Program
dan Pelaporan

Sub Bagian
Keuangan

Sub Bagian
Kepegawaian

Sub Bagian
Umum

Bidang
Pengembangan
Jasa Teknik
Seksi
Pemasaran

Bidang Sarana
Riset dan
Standarisai

Bidang Pengujian
Sertifikasi dan
Kalibrasi

Seksi Sarana
Riset Keramik
Konvensional

Bidang Pengembangan
Kompetensi dan Alih
Teknologi

Seksi
Pengujian

Seksi
Konsultasi

Seksi
Pemasaran

Seksi Sarana Riset


Keramik Maju,
Gelas dan Email

Seksi
Sertifikasi

Seksi Pelatihan
Teknis

Seksi
Informasi

Seksi
Standarisasi

Seksi
Kalibrasi

Seksi Alih
Teknologi

Gambar Diagram 2.1. Diagram Struktur Organisasi Perusahaan

Dr. Ir. Lintong Sopandi Hutahaean, M.Che.


Kepala Balai Besar Keramik
Dra.Tri Yusmani, M.T
Kepala Bagian Tata Usaha
Dadan Hadian,
S.Si
Kepala Sub
Bagian Program
dan Pelaporan
Drs.Naryo
Kepala Sub
Bagian
Kepegawaian

Dwi Ariyani, S.Si


Kepala Sub Bagian
Keuangan

Andy Sukendar, S.T


Kepala Sub Bagian
Umum

Dra. Sinta
Rismayani,
M.T
Kepala Bidang
Pengembangan
Jasa Teknis
Retno Manik
Dumilah,
S.Si., M.Si.
Kepala Seksi
Kerjasama

Rahayu Dwi
Lestari, S.Sn
Kepala Seksi
Pemasaran

Erik Syaiful
Bahri, S.T
Kepala Seksi
Informasi

Dra.Sri Cicih
Kurniasih,
M.Si
Kepala Bidang
Riset dan
Standardisasi
Dede Taufik,
S. Si
Kepala Sarana
Riset Keramik
Konvensional
Ukar
Karsono, S.T
Kepala Seksi
Sarana Riset
Keramik
Maju, Gelas
dan Email
Kristanto
Wahyudi,
S.T., M.T
Kepala Seksi
Standardisasi

Ir. Mustansir,
M.T
Kepala
Bidang
Pengujian,
Sertifikasi dan
Kalibrasi
Heru
Munadhir,
S.T
Kepala
Seksi
Pengujian
Cucu
Setyawati,
S.T., M.Si.
Kepala
Seksi
Sertifikasi
Dadang
Supriatna,
S.T
Kepala
Seksi
Kalibrasi

Gambar Diagram 2.2. Diagram Struktur Organisasi

Ir. Hernawan,
M.T
Kepala Bidang
Pengembangan
Kompetensi
dan Alih
Teknologi
Eva
Noventriani,
S.S
Kepala Seksi
Konsultansi
Lya Walujani,
S.T.,M.T
Kepala Seksi
Pelatihan
Paulus Rahardjo
Sinarto, S.T.,
M.T
Kepala Seksi
Alih Teknologi
dan Inkubasi

Gambar Peta Lokasi 2.3. Peta Lokasi KP


(Sumber; http://slideplayer.info/slide/3067827/)

Gambar Gedung Lokasi 2.4. Gedung Lokasi KP


(Sumber;
indonesia/)

BAB III

http://bandungside.com/2015/12/14/perjalanan-panjang-keramik-

KEGIATAN KP DAN PEMBAHASAN KRITIS

3.1

Deskripsi Keterlibatan dalam Kerja Praktek


Di Balai Besar Keramik(BBK) merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan

Departemen Perindustrian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada


Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Balai Besar Keramik mempunyai tugas
melaksanakan

kegiatan

penelitian,

pengembangan,

kerjasama,

standardisasi,

pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri keramik sesuai


kebijakan teknis yang ditetapkan Kepala Badan

Penelitian dan Pengembangan

Industri. Jadi dalam pelaksanaan kerja praktek di BBK, penulis melakukan penelitian
dan pengembangan proses pembuatan magnet keramik dengan cara komposit, yaitu
dengan cara menggambukan dua bahan antara BaFeO19+NdFeb dan Poli Etilen Glikol
(PEG). Proses mengerjakan pembuatan magnet keramik ini penulis dibantu oleh
Dr.Handoko Setyo Kuncoro, S.T., M.T., M.Eng.,PhD., bu Ratih,S.T., dan rekan
sesama mahasiswa yaitu Tita Octavia Cahya Rahayu.
Setelah melakukan proses pembuatan magnet keramik selanjutnya kami bawa
ke LIPI hasil dari proses pembuatan magnet tersebut. Adapun hasil kerja praktek
selama satu bulan lebih di BBK yaitu, menambah pengalaman kerja, ilmu wawasan
baru, dan menambah teman teman baru yang geladi disana.
Sebelum melakukan proses pembuatan magnet keramik dengan cara komposit,
kami mempelajari magnet dan komposit terlebih dahulu dari studi literatur pada jurnal
ilmiah browser, dan buku-buku tentang magnet dan komposit.
3.1.1

Magnet
Magnet atau magnit adalah suatu benda yang dapat menarik benda benda lain

yang ada disekitarnya seperti besi, baja dan kobalt. Sebuah magnet yang terdiri atas
magnet magnet elementer yang tersusun secara teratur. Magnet yang mempunyai
bagian yang daya tarik paling kuat yaitu kutub magnet, terdiri dari Kutub Utara(KU)
dan Kutub Selatan(KS).

3.1.2

Sifat-sifat Magnet

Magnet hanya dapat menarik benda benda tertentu dalam


jangkauannya, artinya tidak semua benda dapat ditarik.

Gaya Magnet dapat menembus benda, semakin kuat gaya magnet


maka semakin tebal pula benda yang dapat ditembus oleh gaya
tersebut.

Magnet mempunyai dua kutub, yaitu Kutub Utara dan Kutub Selatan

Apabila Kutub yang sejenis / senama didekatkan satu sama lain maka
mereka akan saling tolak menolak, namun apabila kutub yang berbeda
didekatkan satu sama lain maka mereka akan saling Tarik Menarik.

Gambar 3.1 Kutub Magnet

Medan magnet akan membentuk gaya magnet. Semakin dekat benda


dengan magnet, medan magnetnya semakin rapat, sehingga gaya
magnetnya akan semakin besar, demikian sebaliknya.

Gambar 3.2 Medan Magnet

Sifat Kemagnetan dapat hilang atau melemah karena bebarapa


penyebab, contohnya apabila terus menerus jatuh, terbakar, dll.

3.1.3

Klasifikasi Magnet

1. Feromagnetik
Feromagnetik memiliki momen magnetik permanen tanpa adanya
medan magnet yang diberikan dari luar. Feromagnetik teletak pada logam
transisi, diantaranya adalah Fe, Co, Ni serta pada logam tanah jarang (rare
earth) seperti Nd, dan Gd. Suseptibilitas magnetnya dapat mencapai 106.
Magnetisasi kuat atau magnetisasi jenuh (saturation magnetization) Ms dari
bahan feromagnetik mepresentasikan besarnya magnetisasi yang dihasilkan
oleh kutub magnetik yang secara keseluruhan sejajar dengan medan dari luar
serta akan berhubungan dengan besarnya kerapatan fluks (Bs). Magnetisasi
jenuh Ms adalah perkalian antara momen magnetik netto tiap atom dengan
jumlah atom yang ada.
2. Paramagnetik
Material paramagnetik mempunyai nilai suseptibilitas magnet yang
kecil namun masih bernilai positif. Dengan adanya medan magnet yang
diberikan pada material paramagnetik, maka kutub atom yang bebas berotasi
akan mensejajarkan arah sesuai dengan arah medan magnet. Kemudian
permeabilitas relatif (yang lebih besar dari satu) dan suseptibilitas magnetik
akan sedikit naik. Oleh karena itu, magnetisasi bahan akan muncul jika ada
medan dari luar serta dipol magnetik bertindak secara individual tanpa saling
berinteraksi dengan dipol yang berdekatan.
3. Diamagnetik
Material diamagnetik mempunyai susceptibility magnetik yang kecil
dan bernilai negatif. Diamagnetik merupakan sifat magnet yang paling lemah,
yaitu tidak permanen dan hanya muncul selama berada dalam medan magnet
luar. Besarnya momen magnetik yang diinduksikan sangat kecil, dan dengan
arah yang berlawanan dengan arah medan luar. Permeabilitas relatif (r) lebih
kecil dari satu dan suseptibilitas magnetiknya negatif, sehingga besaran B
dalam bahan diamagnetik lebih kecil daripada dalam vakum.
4. Material Soft Magnetik dan Hard Magnetik

Berdasarkan sifat hysteresis-nya, kedua bahan feromagnetik dan


ferimagnetik diklasifikasikan menjadi bahan magnetik lunak (soft magnet) dan
bahan magnetik keras (hard magnet). Bahan magnetik lunak digunakan pada
alat yang bekerja dalam medan magnetik bolak-balik dimana kehilangan
energinya harus rendah, misalkan untuk inti (core) transformator. Jadi, daerah
yang berada di dalam kurva hysteresis harus relatif kecil/ sempit. Akibatnya,
bahan magnetik lunak harus memiliki permeabilitas awal yang tinggi dan
koersivitas yang rendah. Material yang bersifat soft magnet, dapat mencapai
magnetisasi jenuh dengan pemberian medan magnet dari luar yang relatif
rendah, sehingga akan mudah untuk dimagnetisasi ataupun didemagnetisasi.
Sedangkan pada material hard magnetic memiliki energi yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan material soft magnetic. Sehingga akan lebih sulit
untuk memagnetisasi ataupun mendemagnetisasi material hard magnet, karena
itu dibutuhkan kuat medan magnet yang besar. Hal ini terlihat pada kurva
hysteresis hard magnet yang lebih besar, dengan nilai magnetik saturasi serta
koersivitas yang tinggi. Akan tetapi pembuatan magnet dengan cara komposit
yaitu soft magnetik dan hard magnetik.

3.1.4

Proses Pembuatan Magnet

1. Siapkan serbuk logam


Siapakan serbuk logam berupa unsur neodymium , besi dan boron
kemudian dipanaskan dan dicor kedalam sebuah bejana hampa
udara(vacuum). Kondisi vacuum berfungis untuk mencegah terjadinya

reaksi kimia yang tidak diinginkan antara udara dan material.


Setelah logam melalui proses pendinginan dan pemadatan, kemudian
dihancurkan menjadi kepingan kecil. Setelah menjadi kepingan kecil
tersebut, kemudian digiling dan dihaluskan menjadi butiran sangat

lembut dalam sebuah Ball Mill(wicak).


2. Pressing
Serbuk logam tersebut diletakan pada sebuah cetakan, yang disebut
Die. Die ini diameternya harus bundar sehingga hasil akhir bentuk magnet ini
bagus.

3. Heating

Material yang telah mengalami proses kompresi, yang berasal dari


serbuk metal tersebut dikeluarkan dari Die dan dimasukkan kedalam oven.
Proses pemanasan material serbuk besi tersebut untuk merubah material
tersebut menjadi lebih menyatu, menjadi lebih solid yang disebut Sintering.
Proses ini biasanya melalui 3 tahapan yaitu:

Tahap pertama, dipanaskan pada temperature rendah yang bertujuan


secara perlahan mengusir uap air atau berbagai zat kontaminan yang

mungkin terjebak selama proses pengepresan.


Tahap kedua, temperatur ditingkatkan lahi hingga 70-90% yang
merupakan titik lebur dari paduan logam ini dan ditahan suhu tersebut
selama berapa jam atau beberapa hari supaya partikel kecil lainnya bisa

tercampur bersama.
Tahap ketiga, setelah dipanaskan material ini langsung didinginkan
secara perlahan lahan.

4. Annealing
Material yang telah mengalami proses sintering kemudian akan melalui
proses pemanasan dan pendinginan yang suhunya sangat dikontrol yang
dikenal sebagai proses Anealing. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan
tegangan sisa pada material dan bersifat menguat
5. Finishing
Proses Finishing ini bertujuan untuk menghilangkan berbagai material
sisa yang tidak diperlukan dan menghasilkan permukaan yang halus. Akhir
proses ini dilakukan pelapisan untuk melindungi permukaan.
6. Magnetizing
Hingga dalam tahapan ini, material masih berupa sebuah lempengan
besi yang merupakan hasil kompresi dan hasil leburan unsur logam. Meski
pada kompresi dipengaruhi kekutan magnet, kekutan ini tidak akan
menyebabkan material memiliki daya magnetis. Hal ini bertujuan untuk
menyearahkan partikel di dalamnya ketika kondisi serbuk besik masih longgar.
Untuk mengubahnya menjadi sebuah magnet , potongan material ini
ditempatkan diantara kutub elektro magnetik yang sangat kuat dan oriantasi
kutub yang diinginkan dari proses magnetasi.Elektromagnet akan mengisi

daya magnet pada sebuah periode atau waktu yang ditentukan.Daya magnetik
akan meluruskan kelompok atom didalamnya , atau domain magnetik , pada
proses ini akan dihasilkan produk akhir sebuah magnet permanen yang sangat
kuat.
7. Quality Control
Setiap proses manufakturing selalu dipantau dan dikendalikan
secara teliti .proses Sintering dan Annealingsangatlah kritikal terhadap hasil
akhir sifat magnetis serta mekanik produk yang dihasilkan ,variabel waktu
dan temperatur harus dikontrol sangat ketat.
3.1.4

Komposit
Komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari
dua atau lebih bahan ,dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama
lainnya, baik itu sifat kimia maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam hasil
akhir bahan tersebut .
Dengan adanya perbedaan dari material penyusunnya maka komposit
antar material harus berikatan dengan kuat,sehingga perlu adanya penambahan
wettingagent.

1. Kaidah Campuran

2. Kondutivitas Campuran

3.1.6 Perbandingan dengan Penelitian yang Sudah Ada


Sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang pembuatan bahan magnet dengan cara
komposit oleh Taufiq Habibie pada tahun 2006. Lain halnya dengan yang dilakukan di BBK
yang menggunakan binder PEG, Taufiq Haabibie menggunakan binder karet alam sebagai
pengikatnya (bonded). Karena menggunakan karet alam, cara yang ditempuhpun cukup rumit,
yaitu perlu dijadikan ke lateks terlebih dahulu karet alam tersebut agar dapat digunakan.
Berikut grafik sistematika pembuatan magnet yang dikerjakan oleh Habibie

Langkah Kerja dari pembuatan magnet komposit dengan binder karet alam
adalah

sebagai

berikut

1. Pembuatan Magnet Komposit


Untuk pembuatan magnet komposit digunakan lateks pekat yang diperoleh
dari Perkebunan Karet Getas Kecil di Boja Kendal. Dalam pembuatan komposit ini
melalui beberapa tahap, yaitu: pembuatan dispersi dan emulsi, pencampuran, dan
vulkanisasi.
a. Pembuatan dispersi dan emulsi
Pembuatan magnet komposit dilakukan dengan cara mencampurkan bahanbahan dalam suatu wadah dalam bentuk cairan. Bahan-bahan yang berbentuk serbuk
seperti bahan pencepat, belerang, bahan pengisi dan lainnya tidak dapat ditambahkan
begitu saja pada lateks. Hal tersebut dapat menyebabkan bahan-bahan tersebut
menggumpal sehingga mungkin menyebabkan pengendapan (koagulasi). Lagi pula
serbuk-serbuk tersebut masih terlampau kasar untuk dapat dicampur secara baik
dengan bagian-bagian karet. Maka dibuat dispersi-dispersi dahulu, sehingga bagianbagiannya tersebar di dalam air keadaannya benar-benar halus. Untuk membuat

dispersi bahan-bahan yang masih kasar dihaluskan dengan mortal. Kemudian disaring
untuk memperoleh tingkat kehalusan yang merata. Untuk serbuk barium ferit
dilakukan penyaringan dengan saringan ukuran 400 mesh dan untuk bahan-bahan
pembantu lainya disaring dengan saringan 150 mesh. Dalam pembuatan dispersi juga
diperlukan bahan pembantu yang berupa bahan pendispersi (dispersing agent) dan air.
Bahan-bahan tersebut kita campur dalam wadah dan kemudian diaduk sampai rata
b. Pencampuran
Setelah persiapan bahan selesai, kemudian dilakukan pembuatan kompon karet
terlebih dahulu. Dispersi-dispersi dan emulsi-emulsi yang telah dibuat ditambahkan
pada lateks dalam wadah pencampuran dalam jumlah-jumlah yang telah ditentukan
dalam komposisi. Tetapi, terlebih dahulu lateksnya harus dibuat stabil (mantap) untuk
mencegah pengendapan (koagulasi) sebelum waktunya. Untuk menstabilkan
lateksnya dapat ditambah amoniak. Untuk proses pencampuran dipakai satu urutan,
yaitu: pertama bahan-bahan vulkanisasi (disperse-dispersi seng oksida, bahan
pencepat, dan belerang) kemudian ditambahkan bahan pelunak. Setelah diperoleh
campuran kompon, kemudian kompon tersebut dimasukkan ke dalam dispersi barium
ferit dan diaduk. Jika semua bahan telah tercampur merata, campuran tersebut dibuat
membeku (berkoagulasi) dengan cara ditambahkan asam format dan ditambahkan
amonium khlorida pada campuran. Amonium khlorida dengan kadar 20% ini selain
untuk memepercepat koagulasi juga bertujuan untuk membuat karet peka terhadap
panas. Dimana garam amonium ini akan bereaksi dengan seng oksida. Sehingga pada
proses vulkanisasi dengan suhu yang tidak begitu panas kompon telah mengeras.
Tahapan yang rumit dan panjang tersebut berbeda dengan yang dilakukan di
BBK. Adapun langkah kerja di BBK cukup sederhana dan mudah. Binder PEG yang
didapatkan tidak perlu diolah lagi, melainkan dapat langsung dicampurkan bahan
magnet. Berikut tahap-tahap pembuatan magnet kompost yang dikembangkan di
BBK:
1. Pencampuran
Bahan magnet BaFeO19+NdFeB dengan komposisi 4:6, 6:4, dan 8:2 masing
masing dicampurkan dengan PEG sebanyak 5%, 7,5%, dan 10%. Jadi total ada
sembilan sampel. Adapun massa konposit tersebut yaitu 2,5 gram.
2. Hot Press
Dalam kasus ini, hot press dilakukan dengan cara manual, dikarenakan tidak
terdapat alat hotpress di BBK. Adapun agar mendapatkan suhu panas, cetakan

dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 200C selama lima menit. Setelah itu,
dengan cetakan yang sudah ada, ditekan pada tekanan 10 bar sambil
dipanaskan dengan api tembak. Hal tersebut untuk menjaga suhu di dalam
cetakan stabil dan tidak turun. Pressing

tersebut berfungsi untuk

memampatkan atau memadatkan bahan magnet, sedangkan pemberian panas


tersebut berfungsi agar PEG meleleh dalam campuran komposit sehingga
dapat mengikat dengan sempurna. Cara pembuatan magnet komposit dengan
binder PEG tersebut lebih mudah diterapkan dibandingkan dengan pembuatan
dengan binder karet alam. Berikut gambar-gambar proses pembuatan magnet
di BBK yang penulis kerjakan

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
roses pembuatan magnet yang selama ini kita jumpai adalah pembuatan
magnet dengan cara sintering. Meskipun magnet yang dihasikan memiliki
kualitas yang bagus, akan tetapi memiliki harga yang cukup mahal.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemintaan industri akan kebutuhan magnet
semakin besar, sehingga perlu dilakukan inovasi terhadap pembuatan

magnet yang memiliki nilai jual lebih murah namun memiliki kualitas
yang bagus, sama halnya dengan magnet hasil sintering. Salah satu cara
untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu pembuatan magnet dengan
cara komposit.

Saat ini telah dikembangkan jenis binder yang paling

optimal untuk magnet komposit tersebut.

4.2

Saran
Balai Besar keramik merupakan instansi penting dibawah kementrian
perindustrian. Dari segi kualitas pegawai dan bangunan dapat diunggulkan.
Akan tetapi, kebersihan ruangan dari gedung tersebut kurang, dikarenakan
cleaning service hanya bertugas membersihkan halaman, toilet dan lorong
gedung, tidak termasuk ruangan pegawai.
Ditinjau dari kegiatan yang berlangsung di BBK, intansi tersebut
berkaitan erat dengan pengembangan material yang yang digunakan dalam
dunia industri. Sebagai instansi penelitian dan pengembangan, sesuai dengan
Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu penelitian, diharapkam BBK dapat bekerja
sama dengan Teknik Fisika, khususnya Teknik Fisika Universitas Telkom,
dalam hal penelitian material dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1
Copy Surat Lamaran ke perusahaan/ instansi yang bersangkutan (scan)

Lampiran 2
Copy balasan surat Lamaran dari perusahaan / instansi (scan)

LAMPIRAN III
PROGRAM

STUDI

S1

No.Formuli

TEKNIK
TELEKOMUNIKASI
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

FORM PENILAIAN PEMBIMBING AKADEMIK


NAMA
NIM

:
:
RENTANG

ASPEK PENILAIAN

NILAI

Dosen Penguji

PENILAIAN
Penguasaan terhadap
0 - 50
Permasalahan Pekerjaan
Isi dan Sistematika Pelaporan
Kerja Praktik

0 - 30
............................

Teknik Presentasi

0 - 20
NIP.

Total Nilai Akhir

Tgl.

REKAPITULASI PENILAIAN:
BOBOT
PENILAIAN

NILAI
PENILAIAN

Penilaian Pembimbing Lapangan

40 %

Penilaian Pembimbing Akademik

40 %

Penilaian Penguji Akademik

20 %
................

Total Nilai Akhir dan indeks


(........)

Indeks Nilai
:

Bandung, .................. 20
Pembimbing Akademik

A : 80 < NA 100 C : 50 < NA 60


AB : 70 < NA 80 D : 40 < NA 50
B : 65 < NA 70
BC : 60 < NA 65

E : NA 40

(..................................)
NIP.

LAMPIRAN IV
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK
TELEKOMUNIKASI

No. Formulir

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO


FORM PENILAIAN PEMBIMBING LAPANGAN
Saya sebagai Pembimbing Lapangan Kerja Praktik mahasiswa atas nama:
NAMA

NIM

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut telah melaksanaKan Kerja Praktik dengan nilai
sebagai berikut:
RENTANG
ASPEK PENILAIAN

NILAI
PENILAIAN

1. Kontribusi nyata ke perusahaan KP

0 30

Kemampuan menyelesaikan tugas2. tugas

0 30

3. Adaptasi dan terhadap lingkungan KP 0 10


4. Kehadiran

0 10

5. Pelaporan KP

0 20

Total Nilai Akhir

Pembimbing Lapangan

................., ....../.........../...........

Nama
NIK / NIP
Jabatan

Tanda Tangan dan Cap Perusahaan:

LAMPIRAN V
LOGBOOK 1

Nama/NIM :

Tanggal

Catatan Diskusi

Note : Catatan Diskusi dengan Pembimbing

Paraf Dosen

LAMPIRAN VI
LOGBOOK 2

Nama/NIM :
Jam
Hari

Jam

Jumlah

Tanggal

Kegiatan
Datang

Pulang

Jam

Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
Total Jam Mingguan
Mengetahui,
Atasan Langsung/ Pembimbing KP Lapangan

Tandatangan dan Stempel


Nama Terang

Anda mungkin juga menyukai