Anda di halaman 1dari 28

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penjadwalan produksi mempunyai peran penting dalam menentukan

jumlah overburden dan batubara yang akan ditambang berdasarkan jumlah

dan kondisi alat gali-muat dan angkut yang tersedia pada PT Bina Sarana

Sukses. Dengan tujuan mengetahui target produksi bulan Oktober,

mengetahui produktivitas alat gali dan muat pada bulan September dan

merencanakan penjadwalan produksi overburden dan batubara untuk bulan

Oktober pada PT Bina Sarana Sukses. Pada bulan Oktober target produksi

untuk overburden sebesar 1.350.000 BCM dan batubara sebesar 450.000

Ton. Dengan menggunakan alat gali-muat Komatsu PC 1250 SP-8R

dipasangkan dengan Komatsu HD 465-7 dan Hitachi ZX 870 H-5G

dipasangkan dengan HD 465-7 ataupun Actros 4043- K dan TLIFT-375.

Sedangkan untuk batubara menggunakan Komatsu PC400, Doosan S500

LC-V, ZX470 LC-5G yang dipasangkan dengan Hino FM 320-TI, ZY700

dan ZY Profia. Sesuai dengan penjadwalan produksi yang dilakukan pada

bulan Oktober yang dibagi kedalam lima minggu berdasarkan kemampuan

alat gali-muat dan angkut maka pada minggu pertama sebesar 91.240,73

BCM overburden dan 33.074,86 Ton batubara, Minggu kedua sebesar

312.956,08 BCM overburden dan 109.701,70 Ton batubara, minggu ketiga

sebesar 301.237,31 BCM overburden dan 113.865,95 ton batubara,

6
7

minggu keempat sebesar 333.835,69 BCM overburden dan 114.550,65

Ton batubara, minggu kelima sebesar 343.714,12 BCM overburden dan

130.447,35 Ton batubara. (Katimenta, 2017)

Alat produksi yang digunakan pada pit 2 Banko Barat untuk

kegiatan pengupasan overburden menggunakan alat excavator backhoe

Komatsu PC 1250 dan PC 2000 untuk pengangkutan overburden menuju

disposal digunakan alat dump truck HD 465 dan HD 785. Sedangkan

penggalian batubara menggunakan kombinasi excavator backhoe

Komatsu PC 400 & dump truck Scania P360. Setelah dilakukan

perhitungan berdasarkan jumlah jam efektif, target produksi,

produktivitas alat, serta memperhatikan match factor. Target produksi

overburden untuk bulan Januari – Juni sebesar 900.000 BCM, 900.000

BCM, 950.000 BCM, 900.000 BCM, 900.000 BCM, dan 1.050.000

BCM, maka dibutuhkan kombinasi 1 unit PC 1250 & 7 unit HD 465, 2

unit PC 2000 & 12 HD 785, dan 1 unit PC 1250 & 4 unit HD 785. Untuk

bulan Juli – September target produksi overburden 1.150.000 BCM,

1.150.000 BCM, 1.100.000 BCM dibutuhkan kombinasi 1 unit PC 1250

& 7 unit HD 465, 2 unit PC 2000 & 13 HD 785 dan dan 1 unit PC 1250

& 4 unit HD 785. Untuk bulan Oktober – Desember target produksi

overburden 1.000.000 BCM, 800.000 BCM dan 800.000 BCM

dibutuhkan kombinasi 1 unit PC 1250 & 7 unit HD 465 dan 2 unit PC

2000 & 13 HD 785. Sedangkan target produksi batubara bulan Januari –

Maret sebesar 160.000 ton dibutuhkan kombinasi 2 unit PC 400 & 14 DT


8

Scania P360. Bulan April dan Mei produksi batubara sebesar 160.000 ton

dan 200.000 ton dibutuhkan 2 unit PC 400 & 15 unit DT Scania P360.

Bulan Juni – November produksi untuk batubara sebesar 350.000 ton,

360.000 ton, 360.000 ton, 350.000 ton, 340.000 ton dan 300.000

dibutuhkan 3 unit PC 400 & 22 unit DT Scania P360. Bulan Desember

target produksi menurun sebesar 200.000 ton dengan kombinasi alat yang

dibutuhkan berupa 2 unit PC 400 & 15 unit DT Scania P360. (Romadon,

2017)

Perancangan tambang dan penjadwalan produksi penambangan

merupakan tahapan dalam kegiatan perencanaan tambang. Perancangan

tambang memberikan gambaran teknis tentang program kegiatan yang

akan dilakukan dalam setiap aktivitas penambangan. Penjadwalan

produksi merupakan gambaran tentang jumlah produksi yang dihasilkan

dalam setiap tahapan penambangan berdasarkan waktu dan rancangan

penambangan. Penelitian tentang perancangan tambang dan penjadwalan

produksi penambangan ini dilakukan di PT. Karya Insan Satu Nama,

Tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah untuk

menentukan tahapan penambangan, melakukan perhitungan produktivitas

alat berdasarkan ketersediaan alat dan jam kerja efektif per bulan.

Perhitungan produksi berdasarkan produktivitas alat menghasilkan

volume overburden sebesar 987.396 BCM dan batubara sebesar 184.894

Ton. Target produksi batubara untuk periode produksi Mei – Juni – Juli

2009 sebesar 16.164 Ton, untuk periode Agustus – September – Oktober


9

2009 sebesar 42.537 Ton, dan untuk periode November – Desember

2009 – Januari 2010 sebesar 33.435 Ton. Umur tambang berdasarkan

penjadwalan produksi 3 bulanan (triwulan produksi) ditargetkan selama

9 bulan, dimulai pada bulan Mei 2009 dan akan berakhir pada bulan

Januari 2010. (Salam, 2009)

Daerah Sanga-Sanga mempunyai cadangan batubara yang termasuk

dalam Formasi Balikpapan, bagian dari Cekungan Kutai. Metode

penambangan yang dilakukan adalah block cut opet pit mining. Dengan

metode ini daerah penambangan dibagi menjadi 6 blok. Luas konsesi

penambangan ± 180 ha dan cadangan batubara yang akan ditambang ±

1.647.750 Ton dengan Stripping Ratio 7,29. Masa produksi batubara

diperkirakan sekitar 15 bulan. Penambangan menggunakan metode free

digging memakai excavator backhoe Komatsu PC 3000 dan PC 1250

berpasangan dengan Dump Truck Caterpillar 777D untuk penggalian dan

pengangkutan overburden. Penggalian juga dibantu dengan ripping dozer

CAT D10T dan Komatsu D375. Prosedur dan sistematika dalam

merancang tambang dan menentukan penjadwalan produksi harus

diperhatikan dengan baik sebagai patokan dalam penentuan tahapan

penambangan sekaligus mencapai target produksi sesuai waktu yang

telah ditentukan. Mengingat posisi endapan batubara, topografi, dan

lokasi penimbunan overburden dan top soil, maka penggalian

direncanakan dimulai dari sisi utara menuju sisi selatan blok

penambangan. (Bramani, 2008)


10

2.2 Peralatan Mekanis dalam Kegiatan Penambangan

2.2.1 Excavator

Karakteristik penting dari hydraulic excavator adalah pada

umumnya menggunakan tenaga disel engine dan full hydraulic

system. Excavator operation paling efesien adalah menggunakan

metode heel and toe (ujung dan pangkal), mulai dari atas permukaan

sampai ke bagian bawah. Bagian atas bisa berputar (swing) 360

derajat. Dalam konfigurasi back hoe, ukuran boom lebih panjang

sehingga jangkauan lebih jauh, tetapi bucket lebih kecil. Ini bukan

berarti produksinya lebih rendah, karena putaran swing-nya bisa lebih

kecil yang berarti cycle time-nya lebih pendek (lebih cepat). Pada

konfigurasi yang lain adalah shovel, biasanya boom lebih pendek,

tetapi bucket lebih besar, cycle time swing lebih lama. Hal ini bukan

berarti produksinya lebih rendah, karena ukuran bucket-nya lebih

besar daripada back hoe. Kelebihan excavator adalah bisa

mendistribusikan muatan ke seluruh bagian vessel dengan merata.

Artinya lebih mudah dalam mengatur muatan sehingga jalannya dump

truck bisa seimbang. Biasanya back hoe pada Komatsu bucketnya

kecil (jenis PC 300 ke bawah), sedangkan untuk loading shovel,

bucketnya lebih besar seperti PC 400 ke atas. (Tenriajeng, 2003:21)

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan

excavator dalam hal kapasitas bucket-nya, kondisi kerja, bisa

menggali pada daerah yang lunak sampai keras, tetapi bukan tanah
11

asli berupa batuan keras. Bila batuan keras perlu dilakukan ripping

atau blasting lebih dahulu. Untuk tanah yang keras, bila operator

mempunyai skill yang kurang baik, akan mengakibatkan tekanan

hydraulic yang berlebihan. (Tenriajeng, 2003:21)

Sumber :Komatsu Specification & Application Handbook Edition 30, 2009:2A-45


Gambar 2.1 Pergerakan Penggalian dari Konfigurasi Backhoe PC
400LC-8
2.2.2 Dump Truck

Dump truck adalah suatu alat yang digunakan untuk

memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (500

meter atau lebih). Muatannya diisikan oleh alat pemuatan, sedangkan

untuk membongkar muatannya, alat ini dapat bekerja sendiri. Ditinjau

dari besar muatannya, dump truck dapat dikelompokkan ke dalam 2

(dua) golongan yaitu : (Tenriajeng, 2003:39-40)

1. On High Way Dump Truck, muatannya lebih kecil dari 20 m3.

2. Off High Way Dump Truck, muatannya lebih besar dari 20 m3.

Truck merupakan alat angkut yang memberikan biaya

pengangkutan yang relatif murah karena memiliki mobilitas yang


12

tinggi dan kapasitas cukup besar. Produktivitas dari truck tergantung

dari kapasitas muatan dan jumlah putaran yang dapat dilakukan dalam

satu jam berkaitan dengan cycle time. Cycle time dari truck memiliki

empat komponen utama yaitu waktu muat, waktu angkut, waktu

tumpah, dan waktu kembali (Peurifoy, R.L, 2006).

Berdasarkan bentuk kerangka, jenis alat ini dapat dibedakan

menjadi:

a. Rigid Dump Truck.

Dump truck jenis ini memiliki rangka bagian kabin yang

bersatu dengan bagian vessel-nya, sehingga pergerakannya kurang

fleksibel untuk menikung. Jenis truck ini cocok untuk digunakan

pada pengangkutan berbagai jenis material.

b. Articulated Dump Truck

Dump truck jenis ini memiliki rangka bagian kabin terpisah

dari kerangka bagian belakang atau vessel, sehingga dalam

pengoperasiannya menjadi lebih fleksibel untuk menikung.

Articulated dump truck dirancang untuk kegiatan yang memerlukan

tahanan gulir yang tinggi (high rolling resistance) dan di lokasi

dimana rigid frame truck sulit bekerja (Peurifoy, R.L, 2006).


13

(a) (b)

Sumber : Komatsu Specification & Application Handbook Edition 30. 2009:G-12


Gambar 2.2 Perbedaan Jenis Dump Truck (a) Rigid Dump Truck;
(b) Articulated Dump Truck
Sedikitnya ada tiga metode penentuan kapasitas dari vessel truck

yaitu:

1. Gravimetric; muatan dinyatakan dalam berat (lb atau kg).

2. Struck volume; volume material yang akan diangkut memenuhi

badan vessel (tinggi muatan sejajar bagian atas vessel).

3. Heaped volume; volume material yang akan diangkut membentuk

lekukan atau kemiringan 2:1 diatas badan vessel.

Sumber : Construction, Planning, Equipment, and Methods. Peurifoy, R.L., 2006)


Gambar 2.3 Pembagian Metode Penentuan Kapasitas (a) Gravimetric;
(b) Struck Volume; (c) Heaped Volume
14

2.3 Produktivitas Alat Pemindahan Tanah Mekanis

Dalam merencanakan proyek-proyek yang dikerjakan dengan alat-alat

berat, satu hal yang amat sangat penting adalah bagaimana menghitung

kapasitas operasi alat-alat berat. Langkah utama dalam membuat estimasi

kapasitas alat adalah menghitung secara teoritis. Hasil perhitungan tersebut

kemudian dibandingkan dengan pengalaman yang nyata dari pekerjaan-

pekerjaan yang telah pernah dilakukan dari pekerjaan-pekerjaan sejenis.

(Rochmanhadi,1983:5)

2.3.1 Produktivitas Excavator

Produktivitas alat gali muat khususnya excavator backhoe dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

Kb x Bf x 3600 x FK
TP = .........................................................(2.1)
CT
Sumber : Pemindahan Tanah Mekanis. Tenriajeng, A.T, 2003:98

Keterangan:

TP = Produktivitas (m3/jam)

KB = Kapasitas bucket (m3)

BF = Bucket fill factor

CT = Waktu edar alat muat/excavator (detik)

FK = Faktor koreksi (total)

Besarnya nilai faktor koreksi (total) = FK dipengaruhi oleh :

1. Physical availability, Machine availability, Used of availability ,

Effective utilization

2. Swell factor
15

2.3.2 Produktivitas Dump Truck

Produktivitas dump truck dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut:

C x 60 x FK
TP= ......................................................................(2.2)
CT

C = n x KB x BF..............................................................................(2.3)
Sumber : Pemindahan Tanah Mekanis. Tenriajeng, A.T, 2003:95-96

Keterangan:

TP = Produktivitas (m3/jam)

C = Kapasitas vessel (m3)

FK = Faktor koreksi, dipengaruhi oleh :

1. Physical availability, Machine availability, Used of

availability, Effective utilization

2. Swell factor

n = Jumlah rit pemuatan/loading truck

KB = Kapasitas bucket excavator (m3)

BF = Bucket fill factor

CT = Waktu edar (menit)

2.4 Penjadwalan Alat (Equipment Scheduling)

Penjadwalan alat yaitu pengaturan mengenai macam alat yang akan

dipakai, jumlah setiap jenis alat yang akan dipakai, dan beberapa jam setiap

harinya alat tersebut akan dipakai. Umumnya penjadwalan alat ini

diterapkan pada pekerjaan pemindahan tanah mekanis (earth moving


16

operation). Sebelum melakukan penjadwalan alat pada kegiatan

pemindahan tanah mekanis, maka harus diketahui terlebih dahulu mengenai:

(Indonesianto, 2005).

2.4.1 Penjadwalan Produksi (Production Schedule)

Menurut Indonesianto (2005), penjadwalan produksi yaitu

berapa jumlah produksi material yang harus digali untuk dipindahkan

ke tempat lain setiap satuan waktu. Penjadwalan produksi dapat

dinyatakan dalam ton/tahun, ton/bulan, maupun ton/hari. Faktor-faktor

yang harus diperhatikan dalam melakukan penjadwalan produksi

yaitu:

1. Curah hujan : hari-hari hujan atau kondisi hujan yang akan

mempengaruhi atau mengganggu jalannya produksi juga harus

diperhatikan.

2. Work shop untuk repair alat harus diperhatikan ada atau tidak.

Setelah melakukan penjadwalan produksi barulah dapat

melakukan penjadwalan alat. Secara ideal, hal yang diinginkan

terhadap alat-alat mekanis adalah bahwa:

1. Setiap alat bekerja pada kemampuan semaksimal mungkin

2. Setiap alat bekerja sepanjang waktu selama masa kerjanya

3. Setiap alat tidak pernah rusak

Namun kenyataannya bahwa hal ini sulit diterapkan karena

alasan- alasan meliputi :

1. Keadaan alat (mechanical condition)


17

2. Keadaan medan kerja (operating condition)

3. Faktor manusia

2.4.2 Penggunaan Alat Mekanis

Sebelum melakukan pemilihan alat baru dalam kegiatan

pemindahan tanah mekanis maka terlebih dahulu harus dilihat faktor-

faktor berikut ini: (Indonesianto, 2005) :

1. Berapa produksi yang diinginkan (target produksi yang diminta per

hari).

2. Keadaan/kondisi medan kerja meliputi keadaan sarana jalan,

keleluasaan gerak alat, dan ketinggian tempat kerja dari permukaan

laut.

3. Tingkat pendidikan dari operator/karyawan yang akan menangani

alat tersebut.

4. Fasilitas perbengkelan.

5. Penggunaan dari alat yang akan dibeli (alat yang akan dibeli akan

dipakai untuk melayani apa/kombinasi pemakaian alat).

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Mekanis

Produktivitas alat merupakan ukuran kemampuan alat untuk

memindahkan jumlah material dalam ukuran waktu tertentu. Produktivitas

alat dinyatakan dalam BCM/jam atau ton/jam (Indonesianto, 2005).

Dalam menentukan produksi dari peralatan mekanis maka perlu

diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan produksi dari peralatan

tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi dari


18

peralatan mekanis antara lain sifat fisik material, faktor pengisian bucket,

pola penggalian dan pemuatan, waktu edar (cycle time), efisiensi kerja, dan

keserasian kerja alat (match factor) (Indonesianto, Y, 2005).

2.5.1 Sifat Fisik Material

Material yang berada di muka bumi ini sangat beragam, baik

jenis, bentuk dan lain sebagainya. Oleh karenanya alat yang dapat

dipergunakan untuk memindahkan tanah (earth moving), meliputi

tanah, batuan, vegetasi (pohon, semak belukar, dan alang-alang)

dimana kesemuanya mempunyai karakteristik dan sifat fisik masing-

masing yang berpengaruh terhadap alat. Beberapa sifat fisik material

yang penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah

sebagai berikut : (Tenriajeng, 2003:1)

1. Bentuk Material

Material yang kondisi butirannya seragam, kemungkinan

besar isinya dapat sama (senilai) dengan volume ruangan yang

ditempati. Sedangkan material yang berbongkah-bongkah akan

lebih kecil dari nilai volume ruangan yang ditempati. (Tenriajeng,

A.T, 2003:8)

2. Berat Material (Density Factor)

Berat adalah sifat yang dimiliki oleh setiap meterial.

Kemampuan suatu alat berat untuk melakukan pekerjaan seperti

mendorong, mengangkat, mengangkut dan lain-lain, akan

dipengaruhi oleh berat material. (Tenriajeng, 2003:7)


19

Menurut Ilahi (2014), berat material yang diangkut oleh

alat-alat angkut dapat mempengaruhi kecepatan kendaraan

dengan HP yang dimiliki, membatasi kemampuan kendaraan

untuk mengatasi tahanan kemiringan dan tahanan gulir dari jalur

jalan yang dilalui, dan membatasi volume material yang diangkut.

3. Kohesivitas (Daya Ikat) Material

Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan

saling mengikat diantara butir-butir material itu sendiri, sifat ini

jelas berpengaruh terhadap alat. (Tenriajeng, A.T, 2003:8).

2.5.2 Faktor Pengisian Bucket (Bucket Fill Factor)

Menurut Ilahi (2014), faktor pengisian bucket adalah

persentase volume yang sesuai atau sesungguhnya dapat diisikan ke

dalam bak truck atau mangkok dibandingkan dengan kapasitas

teoritisnya. Jenis dan sifat material akan mempengaruhi besar

kecilnya volume pengisian bucket. Untuk menyatakan besar kecilnya

volume sebenarnya dari suatu bucket saat pengisian/mengambil

material dengan volume bucket sebenarnya dikenal dengan istilah

bucket fill factor (faktor pengisian bucket) dan dapat dihitung

menggunakan persamaan berikut: (Indonesianto, 2005)


3
Volume nyata(m )
FF= x 100 ................................................(2.4)
Volume teoritis (m3 )
Sumber : Pemindahan Tanah Mekanis. Indonesianto, 2005
20

Tabel 2.1 Bucket Fill Factor (Faktor Pengisian)


Kategori Material Faktor Pengisian
Tanah lempungan,
Mudah 1,1-1,2
lempung, tanah lunak
Sedang Tanah pasir dan tanah 1,0-1,1
kering
Tanah berpasir dengan
Agak Sulit 0,8-0,9
bongkahan
Sulit Material hasil peledakan 0,7-0,8
Sumber : Komatsu Spesification and Aplication Handbook, 2009

2.5.3 Faktor Pengembangan Material (Swell Factor)

Faktor pengembangan material (swell factor) merupakan faktor

perubahan volume material akan tetapi berat material tetap sama

(Subhan, 2014). Yang dimaksud dengan pengembangan material

adalah perubahan berupa penambahan atau pengurangan volume

material (tanah) yang diganggu dari bentuk aslinya. Dari faktor

tersebut bentuk material dibagi menjadi tiga bentuk berdasarkan

keadaannya yaitu Bank Cubic Meter (BCM) adalah keadaan material

yang masih alami dan belum mengalami gangguan teknologi, Loose

Cubic Meter (LCM) adalah keadaan material setelah diadakan

pengerjaan, tanah demikian misalnya terdapat di depan dozer blade,

di atas truck, di dalam bucket dan sebagainya dan Compacted Cubic

Meter (CCM) adalah keaadn tanah setelah ditimbun kembali dengan

disertai usaha pemadatan. (Tenriajeng, 2003:1-2)

Untuk menghitung volume tanah yang telah diganggu dari

bentuk aslinya, dengan melakukan pengalian material tersebut, atau

melakukan pemadatan dari material yang sudah gembur ke padat,


21

perlu dikalikan dengan suatu faktor yang disebut “faktor konversi”.

Cara lain adalah dengan menggunakan Load Factor (LF) yaitu

presentase pengurangan density material dalam keadaan asli menjadi

keadaan lepas. Load factor ditentukan sebagai berikut: (Tenriajeng,

2003:3-5)

ton
Berat jenis tanah gembur( )
m3
LF= ...................................(2.5)
ton
Berat jenis tanah asli( )
m3
Sumber : Pemindahan Tanah Mekanis. Tenriajeng, A.T, 2003 hal 5

2.5.4 Faktor Mesin (Machine)

Menurut Indonesianto (2005) faktor yang sangat penting dalam

melakukan penjadwalan suatu alat ialah faktor availability dari

setiap unit alat. Dengan mempertimbangkan “availability factor”

maka bisa bijaksana untuk menjadwalkan alat. Mesin yang lebih tua,

yang memerlukan waktu perbaikan lebih lama, harus dijadwalkan

lebih sedikit dalam pekerjaan. Secara umum ada 2 cara untuk

menghitung equipment availability, yaitu :

a. Mechanical Availability

Mechanical Availability adalah faktor availability yang

menunjukan kesiapan (available) suatu alat dari waktu yang

hilang dikarenakan kerusakan atau gangguan alat (mechanical

reason). (Indonesianto, Y. 2005:90)


22

Mechanical Availability (%) =

hours worked
x 100 ..............................................(2.6)
hours worked +repair hours

b. Physical Availability

Physical availability akan menunjukkan catatan (sejarah)

alat. Dan menunjukkan apa yang sudah dilakukan selama waktu-

waktu yang lampau. Physical availability merupakan factor

availability yang penting untuk menyatakan unjuk kerja

mechanical alat dan juga sebagai petunjuk terhadap efisiensi

mesin dalam program penjadwalan. (Indonesianto, Y. 2005:92)

Physical Availability (%) =

hours worked + stand by hours


x 100 ..........................................(2.7)
scheduled hours

Selain kedua cara di atas (mechanical availability dan physical

availability), masih ada dua faktor lagi untuk mengoreksi jam kerja

alat yang sesungguhnya, yaitu:

a. Used of Availability (UA)

Menunjukan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh

suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat di

pergunakan (Avaibillity). (Indonesianto, Y. 2005:93)

hours worked
Use of Availability (%) = x 100
hours worked + stand by hours

......................................................................................................................(2.8)
23

Istilah untuk hours worked, repair hours dan stand by hours

sama dengan yang sudah diterangkan sebelumnya. Dari used of

availability dapat diketahui:

1. Apakah suatu pekerjaan (operation) berjalan dengan efisien

atau tidak.

2. Apakah pengelolaan alat (tools of management) berjalan

dengan baik atau tidak

b. Effective Utilization (EU)

Menunjukan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang

tersedia dapat dipergunakan untuk kerja efektif. Efective

Utilization sebenarnya sama dengan pengertian efesiensi kerja.

(Indonesianto, Y. 2005:93)

hours worked
Effective Utilization (%) = x 100 ....................(2.9)
total hours

Effective utilization sangat mirip dengan used of availability

perbedaannya hanya dalam hubungan hours worked dengan total

hours dibandingkan dengan available hours.

Tabel 2.2 Equipment Utilization and Availability


Mechanical Physical availibility Used of Effective Utilization
availibility availibility
Total operation Management
Time lost for Total % use relates
availability includes tools to establish
Defination Perpose mechanical hours worked to
time lost for any effective use of
reason total hours
reason equipment
Equation :
W = Working Hours (1) (2) (3) (4) = (2)*(3)
R = Repair hours W W +S W W
S = Stand by hours x 100 x 100 x 100 x 100
T = Total hours W+R T W +S T
Example :
W = Working Hours 300 300+ 200 300 300
R = Repair hours x 100 =75 x 100 =83 x 100 =60x 100 =50
S = Stand by hours 300+ 100 600 300+ 200 600
T = Total hours
Sumber : Pemindahan Tanah Mekanis. Yanto Indonesianto, 2005: 94
24

2.5.5 Efisiensi Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001), pengertian efisiensi kerja

adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan

dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan

yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya yang

meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja yang

maksimal.

Efesiensi kerja dipengaruhi oleh faktor efesiensi waktu,

efesiensi alat, kinerja operator, dan ketersediaan alat (Tentriajeng,

2003). Sedangkan menurut Hartman (2002), terdapat 3 komponen

waktu efisiensi kerja yaitu:

1. Waktu Kerja

Waktu kerja merupakan waktu yang digunakan alat untuk

beroperasi, dimulai dari awal hingga akhir. Pada waktu kerja

terdapat beberapa variabel yaitu waktu efektif dan waktu delay.

Waktu efektif merupakan waktu yang benar-benar digunakan

peralatan untuk beroperasi. Sedangkan waktu delay merupakan

waktu hambatan seperti waktu pengisian bahan bakar,

pemeriksaan mesin, pemindahan alat, menunggu perbaikan jalan,

dan kondisi cuaca (Hartman, 2002).

2. Waktu Standby
25

Waktu standby merupakan waktu dari peralatan mekanis

yang tidak dapat digunakan, namun alat tidak rusak dan dapat

beroperasi (Hartman, 2002).

3. Waktu Repair

Waktu repair merupakan waktu perbaikan peralatan

mekanis pada saat jam operasi penambangan berlangsung,

termasuk waktu perawatan dan waktu menunggu suku cadang alat

(Hartman, 2002).

Menurut Hartman (2002), efisiensi kerja dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan :

waktu Kerja Efektif


Eff = x 100 ………………….…….....(2.10)
Waktu KerjaTersedia
Sumber : Introductory Mining Engineering second edition. Hartman, 2002

2.5.6 Waktu Edar (Cycle Time)

Menurut Suryaputra (2009), waktu edar adalah waktu yang

diperlukan oleh suatu alat mekanis untuk melakukan keiatan tertentu

dari awal sampai akhir dan siap memulai lagi. Waktu edar (cycle

time) alat gali muat ialah waktu yang dibutuhkan alat gali muat

untuk melakukan kegiatan pemuatan material kedalam truck. Waktu

ini terdiri dari waktu menggali, waktu mengayun isi, waktu

menumpahkan material, dan waktu mengayun kosong (Subhan,

2014). Sedangkan waktu edar alat angkut yaitu waktu yang

diperlukan untuk proses pengangkutan material seperti overburden,


26

meliputi waktu loading, travelling loaded, dumping, travelling

empty, dan spot time. (Zailani, 2014).

1. Waktu edar alat gali-muat

Waktu edar alat muat dapat dihitung dengan rumus berikut:

CT = DgT + SLT + DpT + SET…………………………….(2.11)


Sumber : Pemindahan Tanah Mekanis. Prodjosumarto, 1993

Keterangan:

CT = waktu edar (detik)

DgT = waktu menggali material (detik)

SLT = waktu putar dengan bucket terisi (detik)

DpT = waktu menumpahkan muatan (detik)

SET = waktu putar dengan bucket kosong (detik)

2. Waktu edar alat angkut

Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut:

CT = LT + HT + DT + RT + ST…………………………....(2.12)
Sumber : Pemindahan Tanah Mekanis. Prodjosumarto, 1993

Keterangan:

CT = waktu edar (detik)

LT = waktu diisi muatan (detik)

HT = waktu mengangkut muatan (detik)

DT = waktu pengosongan muatan (detik)

RT = waktu kembali kosong (detik)

ST = waktu penempatan diri (detik)

2.5.7 Faktor Jalan Angkut


27

Faktor jalan angkut terhadap produktivitas alat berpengaruh

pada beberapa faktor, yaitu :

1. Tahanan Gelinding (Rolling Resistance)

Tahanan gelinding adalah jumlah segala gaya-gaya luar

(external forces) yang berlawanan dengan arah gerakan kendaraan

yang berjalan di atas jalur jalan (jalan raya atau kereta api) atau

permukaan tanah. Dengan sendirinya yang mengalami tahanan

(rolling resistence = RR) ini secara langsung adalah bagian luar

ban-bannya. (Prodjosumarto, P, 2000).

Secara praktis tahanan gelinding bisa dihitung dengan

persamaan : (Rochmanhadi,1992:8)

RR = CRR x Berat kendaraan Beroda……………………….(2.13)


Sumber : Alat Alat Berat dan Penggunaannya. Rochmanhadi, 1992

Keterangan :

RR = Rolling Resistence (%)

CRR = Coefficient Rolling Resistance

Berat kendaraan = (lbs)

Tabel 2.3 Koefesien Rolling Resistance (CRR)


CRR
Tipe dan keadaan landasan
Roda besi Roda ban

Rel besi 0,01 -


Beton 0,02 0,02
Jalan, aspal 0,03 0,03
Perkerasan kayu 0,03 -
Jalan datar, tanpa perkerasan, kering 0,05 0,04
Landasan tanah keras 0,10 0,04
Landasan tanah gembur 0,12 0,05
Landasan tanah lunak 0,16 0,09
28

Kerikil, tidak dipadatkan 0,15 0,12


Pasir, tidak dipadatkan 0,15 0,12
Tanah basar, lumpur - 0,16
Sumber :Alat-Alat Berat dan Penggunaannya. Rochmanhadi, 1992

2. Tahanan Kemiringan (Grade Resistance)

Grade Resistance adalah besarnya gaya berat yang melawan

atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan

yang dilalui. Jika jalur jalan itu naik disebut kemiringan positif,

tahanan kemiringan akan melawan gerak kendaraan, tetapi

sebaliknya, jika jalan itu turun disebut kemiringan negatif,

tahanan kemiringan akan membantu gerak kendaraan.

(Prodjosumarto, P, 2000).

Untuk menghitung kebutuhan rimpull pada grade

resistance digunakan persamaan :

RP = Berat kendaraan x GR x Kemiringan………………...(2.14)


Sumber : Pemindahan tanah Mekanis, Partanto Prodjosumarto, 2000

Keterangan :

RP = Rimpull (lbs)

Berat kendaraan = (Ton)

GR = Grade Resistance (20 lbs/ton %)

Kemiringan = (%)

Tabel 2.4 Pengaruh Kemiringan Jalan Terhadap Tahanan


Kemiringan
Kemiringan GR Kemiringan GR Kemiringan GR
(%) (lb/ton (%) (lb/ton) (%) (lb/ton)
)
1 20 9 179,2 20 392,3
2 40 10 199,0 25 485,2
3 60 11 218,0 30 574,7
29

4 80 12 238,4 35 660,6
5 100 13 257,8 40 742,8
6 119,8 14 277,4 45 820,8
7 139,8 15 296,6 50 894,4
8 159,8
Sumber : Pemindahan Tanah Mekanis, Partanto Prodjosumarto, 2000

3. Rimpull

Rimpull adalah besarannya kekuatan tarik (pulling force)

yang dapat diberikan oleh mesin kepada permukaan roda atau ban

yang menyentuh permukaan jalan (Prodjosumarto, P, 2000).

Rimpull dapat dihitung dengan persamaan :

HP x 375 x efesiensi
RP= …………………………………...
kecepatan

(2.15)

Keterangan :

RP = Rimpull (lbs)

HP = Tenaga mesin

Efesiensi = sekitar 80%-85%

Kecepatan = (Mph)

2.5.8 Parameter Jalan Angkut

1. Lebar Jalan Angkut Lurus

Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus

didasarkan pada “rule of thumb” yang dikemukakan oleh

AASHTO Manual Rural Highway Design. (Suwandhi, 2004:2)


30

{ 2 . W )}
( 1
Lmin = ( n. W t ) + ( n+1 ) t ..............................(2.16)

Keterangan :

Lmin = Lebar minimum pada jalur lurus (m)

n = Jumlah jalur

Wt = Lebar alat angkut (m)

Sumber : Perencanaan Jalan Tambang. Suwandhi, 2004:3


Gambar 2.4 Lebar Jalan Angkut Dua Lajur pada Jalan Lurus

2. Lebar Jalan Angkut pada Tikungan

Untuk penentuan lebar jalan angkut pada tikungan dapat

menggunakan rumus sebagai berikut : (Suwandhi, 2004:3)

W min = 2 ( U+ Fa + F b +Z ) +C ....................................................

(2.17)

(U+ Fa + Fb )
Z= ..........................................................
2

(2.18)

Keterangan :

Wmin = Lebar jalan pada tikungan (m)


31

U = Jarak jejak roda truk (m)


Fa = Lebar juntai depan (m)
Fb = Lebar juntai belakang (m)
Z = Jarak sisi luar truk ke tepi jalan (m)
C = Jarak antar truk (m)

Sumber : Perencanaan Jalan Tambang. Suwandhi, 2004:4


Gambar 2.5 Lebar Jalan Angkut Dua Lajur pada Belokan

2.5.9 Faktor Keserasian Kerja (Match Factor)

Menurut Suryaputra (2009) match factor merupakan

keserasian kerja antara alat muat dengan alat angkut. Harga

keserasian kerja setiap rangka kerja peralatan mekanis yang

digunakan ditentukan berdasarkan data waktu edar dan jumlah

peralatan mekanis yang digunakan dalam setiap rangka kegiatan

tersebut. Untuk menentukan nilai match factor dapat digunakan

persamaan sebagai berikut (Indonesianto, 2005) :


CTm x Na
MF = ...................................................................(2.19)
CTa x Nm

Dimana:

MF = Faktor keserasian kerja alat mekanis

CTm = Waktu edar alat muat

CTa = Waktu edar alat angkut


32

Na = Jumlah alat angkut

Nm = Jumlah alat muat

Bila dari hasil perhitungan diperoleh :


a. MF < 1
Berarti persentase kerja alat gali muat kurang dari 100%,

sedangkan persentase kerja alat angkut 100%, sehingga terdapat

waktu tunggu untuk alat gali muat karena menunggu alat angkut

yang belum datang.


b. MF = 1
Berarti persentase kerja alat gali muat dan alat angkut

maksimal 100% sehingga tidak terdapat waktu tunggu bagi kedua

alat tersebut.
c. MF > 1
Berarti persentase kerja alat angkut kurang dari 100%,

sedangkan persentase kerja alat gali muat 100%, sehingga

terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

Perhitungan untuk waktu tunggu alat gali muat adalah :

Na x CTm
Wt = CTa− ....................................................(2.20)
Nm

Perhitungan untuk waktu tunggu alat angkut adalah :

Nm x CTa
Wt = CTm− ...................................................(2.21)
Na

2.5.10 Cuaca

Pengaruh cuaca pada suatu daerah kerja (dimana akan

berlangsung penggunaan peralatan mekanis) perlu diketahui, karena

akan dipakai untuk memperkirakan dalam satu tahun berlangsung


33

hujan selama beberapa hari. Perlu dipahami bahwa pada waktu hujan

penggunaan peralatan mekanis tidak dapat efektif. Disamping itu

pada waktu hujan lebat peralatan mekanis tidak dapat dipergunakan

(Indonesianto, 2005).

Anda mungkin juga menyukai