Anda di halaman 1dari 25

Materi Kuliah m.a.

Inventarisasi Sumberdaya Hutan

Pengukuran
Dimensi Tegakan (1)

prepared by:
Tim Pengajar
m.a. Inventarisasi Sumberdaya Hutan

Bagian Perencanaan Kehutanan


Departemen Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan IPB
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
Pokok Bahasan
• Tegakan hutan:
– Apa itu tegakan?
– Tegakan hutan seumur & tidak seumur
• Pengukuran dimensi tegakan:
– Umur
– Jumlah batang
– Diameter
– Bidang dasar

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 2


Apa Itu Tegakan?
• Tegakan (stand):
= “sekumpulan pohon-pohonan yang kondisinya
cukup seragam dalam hal sebaran kelas
umur, komposisi jenis dan strukturnya, serta
tumbuh pada suatu tapak yang kualitasnya
cukup seragam menjadi suatu unit yang
dapat dibedakan” (Helms, 1998)
– Sejumlah tegakan secara bersama-sama
membentuk hutan (forest)

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 3


Apa itu tegakan…
• Struktur tegakan:
= sebaran/distribusi jenis dan ukuran pohon-
pohonan dalam suatu tegakan atau kawasan
hutan
– Berdasarkan struktur umur, tegakan dapat
dibedakan menjadi:
• Tegakan seumur (even-aged stand)
• Tegakan tidak seumur (uneven-aged stand)

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 4


Tegakan Seumur
• Tegakan seumur (even-aged stand):
= tersusun atas pohon-pohon yang umurnya
relatif sama
– Memiliki awal (waktu tanam) dan akhir
(waktu tebang) yang jelas
– Umumnya, karakteristik tegakan erat
hubungannya dengan umurnya
– Contoh: hutan tanaman jati

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 5


6
Tegakan Tidak Seumur
• Tegakan tidak seumur (uneven-aged
stand):
= tersusun atas pohon-pohon yang umur, jenis
dan ukurannya berbeda
– Tidak memiliki kejelasan awal dan akhir
tegakan
– Contoh: hutan alam, tegakan agroforestry

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 7


Parameter Tegakan
• Parameter/dimensi tegakan yang penting:
– Umur
– Jumlah batang
– Diameter
– Bidang dasar
– Tinggi & peninggi
– Volume
– Kerapatan tegakan
– Kualitas tempat tumbuh

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 8


Parameter tegakan…(2)
• Bagaimana data dimensi tegakan diperoleh?
– Pengukuran biasanya dilakukan dengan cara
sampling (penarikan contoh) dengan menggunakan
petak ukur (plot lingkaran, jalur, dsb)

Pohon

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 9


Umur Tegakan
• Pada tegakan seumur:
– Umur:
= rentang waktu sejak penanaman
= rata-rata umur dari pohon-pohon dominan (dan
kodominan)
– Pada hutan tanaman, dapat diketahui dari:
• tahun tanam (lihat: rencana
pengelolaan atau register
tanaman)
• lingkaran tahun

Husch et al. (2003)


DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 10
Umur tegakan…(2)
• Pada tegakan seumur (lanjutan):
– Seringkali dikelompokkan dalam kelas umur
(KU):
= suatu interval yang mencakup kisaran umur dari
pohon-pohon dalam tegakan
• Digunakan untuk keperluan klasifikasi/stratifikasi
tegakan dalam pengelolaan hutan
• Contoh: jati: KU I = 1-10 th, KU II = 11 – 20 th, dst
pinus: KU I = 1 – 5 th, KU II = 6 – 10 th, dst

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 11


Umur tegakan…(3)
• Pada tegakan tidak seumur:
– Umur sulit ditentukan, karena:
• Pohon-pohon berbeda umur (dan juga ukurannya),
mulai dari semai sampai pohon dewasa
– Sehingga, umur bukanlah parameter penting
untuk menggambarkan struktur tegakan
– Alternatifnya, digunakan:
• Kelas diameter
• Tinggi atau posisi canopy
• Jenis atau kelompok jenis

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 12


Jumlah Batang Tegakan
• Pada saat penanaman, jumlah batang per
hektar (N/ha) cukup banyak:
– Jarak tanam 3 x 1 m2: ±3300 phn/ha
– Jarak tanam 3 x 2 m2: ±1600 phn/ha
– Jarak tanam 2 x 2 m2: ±2500 phn/ha
• Dalam pertumbuhannya, N/ha akan semakin
berkurang, karena:

N/ha
– Mati
– Penjarangan

Umur (thn)
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 13
Jumlah batang…(2)
• Umumnya, jumlah batang tegakan per hektar (N)
diduga dengan cara:
– Membuat plot berukuran tertentu (a), dengan
memperhatikan keterwakilan tegakan, dan kemudian
menghitung jumlah pohon pada tiap plot (ni):

n
N
a

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 14


Diameter Tegakan
• Paling luas dipakai untuk menjelaskan struktur
tegakan
• Sangat dipengaruhi oleh tindakan penjarangan
(thinning):
– Rata-rata diameter pohon sesudah penjarangan
cenderung lebih besar dibanding sebelum
penjarangan, karena:
• Ruang tumbuh semakin besar  perkembangan tajuk dan
akar meningkat  riap diameter meningkat
• Dapat dinyatakan dalam bentuk:
– Rata-rata diameter pohon
– Sebaran diameter
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 15
Diameter tegakan…(2)
• Sebaran diameter:
= jumlah pohon per luasan areal (N/ha) menurut kelas
diameternya
– dapat menggambarkan struktur tegakan (seumur atau
tidak seumur)
• Sebaran diameter tegakan seumur:
– Pada tegakan yang tidak dijarangi, diameter pohon
cenderung bervariasi. Sedangkan pada tegakan yang
dijarangi secara teratur, variasi diameter relatif kecil.
– Cenderung menyebar normal atau sedikit menceng:
= mayoritas jumlah pohon mengumpul disekitar nilai tengah dan
menurun pada diameter yang lebih besar dan lebih kecil.
• Tegakan seumur murni: unimodal
• Tegakan seumur campuran (banyak jenis): bimodal

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 16


Diameter tegakan…(3)
• Sebaran diameter tegakan seumur (lanjutan):

Oak, 20 th

Oak, 100 th

Oak, 60 th

©Husch et al. (2003)

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 17


Diameter tegakan…(4)
• Sebaran diameter tegakan tidak seumur:
– Ciri khas: mayoritas jumlah pohon berada dalam
kelas diameter kecil yang menurun seiring
pertambahan diameter

©Husch et al. (2003)

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 18


Diameter tegakan…(5)
• Sebaran diameter tegakan tidak seumur
(lanjutan):
– Contoh: hutan alam di Riau
Struktur Tegakan di Areal HPH PT. Diamond Raya Timber, Riau

160
140
120
100
N / ha

80
60
40
20
0
10 - 19 20 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 - 70 70-up
Kelas Diameter (cm)

Komersil (K) Non-Komersil (NK)

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 19


Diameter tegakan…(6)
• Sebaran diameter tegakan tidak seumur
(lanjutan):
– Pertama kali dipelajari oleh De Liocourt, rimbawan
Perancis, pada tahun 1898:
• Ia menemukan: “rasio jumlah pohon pada kelas
diameter yang berurutan adalah tetap”.
– Kemudian Meyer (1953) menemukan: “tegakan tidak
seumur yang seimbang cenderung memiliki sebaran
diameter yang dapat dinyatakan oleh fungsi
ekponensial negatif (kurva J-terbalik):
Y  ke  aX
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN  ln Y  ln k  aX 20
Diameter tegakan…(7)
• Sebaran diameter tegakan tidak seumur
(lanjutan):
– Contoh model Meyer:
Struktur Tegakan di Areal HPH PT. Diamond Raya Timber, Riau
Kurva Struktur Tegakan di Areal HPH PT. Diamond Raya Timber,
160
Propinsi Riau
140
120
250
100

Y  837 e -0.094 X
N / ha

80 200
60
40 150
20
N/ha 100
0
10 - 19 20 - 29 30 - 39 40 - 49 50 - 59 60 - 70 70-up
50
Kelas Diameter (cm)
0
Komersil (K) Non-Komersil (NK)
14.5 24.5 34.5 44.5 54.5 64.5 74.5
Diameter (cm)

Komersil Non-Komersil Seluruh Jenis

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 21


Bidang Dasar Tegakan
• Bidang dasar tegakan (stand basal area):
= total luas bidang dasar seluruh pohon dalam
luasan tertentu
 notasi: G, satuan: m2/ha
– Memiliki korelasi tinggi dengan volume dan
pertumbuhan tegakan
– Digunakan untuk menentukan:
• Kerapatan tegakan (stand density)
• Volume tegakan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 22


Bidang dasar tegakan…(2)
• Bagaimana menentukan bidang dasar tegakan?
– Dihitung dari diameter (dbh) seluruh pohon dalam
plot contoh (misal: plot lingkaran 0,1 ha, dsb)
n

g i
G i 1
g1  1 4 . .d12
luas plot

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 23


Bidang dasar tegakan…(3)
• Bagaimana menentukan…(lanjutan)
– Diduga langsung dengan metode point sampling:
• Misalnya menggunakan Bitterlich stick atau SRB

IN OUT
Border

Lbds tegakan (m2/ha):


= (nIN + ½.nBORDER) . BAF

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 24


Terima kasih…
Thank you…
Dank u…
Hatur nuhun…

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN 25

Anda mungkin juga menyukai