TWA Baumata memiliki luas areal 36,123 Ha. Hutan ini masih tetap
terjaga keasliannya karena merupakan tempat cagar budaya gua purba
kala.
Kawasan konservasi TWA Baumata masih terdapat beberapa macam
pohon asli yang masih terjaga keberadaannya, sehingga perlu dilakukan
penelitian mengenai nama ilmiah dan kondisi (jenis dan kelimpahannya)
serta analisis vegetasi jenis- jenis pohon asli Timor Penyusun TWA
Baumata.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui komposisi jenis pohon di Taman Wisata Alam Baumata.
2. Mengetahui bentuk asosiasi antar jenis pohon di Taman Wisata
Alam Baumata.
3. Mengetahui pola pengelompokan alami (natural grouping) antara
jenis pohon di Taman Wisata Alam Baumata.
4. Mengetahui bentuk sebaran diameter jenis pohon di Taman Wisata
Alam Baumata.
Lokasi Penelitian
Lokasi
Taman Wisata Alam (TWA) Baumata Seksi Konservasi Wilayah
II Camplong, Bidang KSDA Wilayah I Soe pada Balai Besar
KSDA NTT
Secara administrasi kawasan penelitian terletak di Desa
Baumata, Kec Taebenu, Kab Kupang, Provinsi NTT
Ekosistem TWA Baumata memiliki luas 36,123 Ha
Waktu
Juni-Juli 2015
Alat dan Bahan
Kompas Pita Meter
Hagameter Tali rapia
GPS Kamera digital
PC Computer Tally sheet
Roll Meter Buku dan Alat Tulis
INP= KR+FR+DR
Asosiasi jenis
Asosiasi jenis diambil dari jenis-jenis yang memiliki INP ≥ 10 % (3,84),
Dari jenis- jenis tersebut diketahui asosiasi jenis dengan metode 2 X 2
contingency Table
Menentukan tingkat asosiasi, digunakan koefisien asosiasi .
Hasil X2 (Chi Square) dan koefisien asosiasi disusun ke dalam matrik. Koefisien
asosiasi positif dalam matrik yang dicari hubungannya untuk mendapatkan
pengelompokan alami (natural grouping)
Asosiasi diameter
Selang kelas yang digunakan adalah 5, 10, dan 15 cm
Kaidah Kolmogorov-smirnov digunakan untuk mengetahui apakah
frekuensi kumulatif teoritis sesuai dengan frekuensi kenyataan
jika pada perbandingan antara D hitung dengan D tabel diperoleh
D hitung< D tabel , maka terdapat kesesuaian antara sebaran
kenyataan dengan sebaran teoritis
D hitung> D tabel maka tidak terdapat kesesuaian antara sebaran
kenyataan dengan teoritis
Hasil dan Pembahasan
Kajian Ekologi Pelaksanaan TWA
Baumata
1. Tingkat semai
a. Struktur dan komposisi
Jenis penyusun tingkat semai di TWA Baumata terdiri dari 19 jenis
mencangkup 19 genus dan 11 famili.
Berdasarkan perhitungan INP diperoleh 7 jenis semai yang dominan
(INP≥10%) yaitu Lamtoro, Johar, Faloak, Kesambi, Mahoni Pole dan Beringin.
b. Bentuk Asosiasi
Terdapat 3 pasangan jenis semai yang dominan yaitu
Lamtoro dengan Johar berasosiasi positif (Koefisien Asosiasi 0,45)
Lamtoro dengan Mahoni berasosiasi negatif (Koefisien Asosiasi -0,26)
Johar dengan Beringin berasosiasi negatif (Koefisien Asosiasi -0,22)
c. Pengelompokan Alami
Pengelompokan alami berdasarkan matrik asosiasi jenis yang positif
2. Tingkat Pancang
a. Struktur dan Komposisi
Jenis penyusun tingkat semai di TWA Baumata terdiri dari 19 jenis
Berdasarkan perhitungan INP diperoleh 6 jenis pancang yang dominan
(INP≥10%) yaitu Lamtoro, Johar, Jati, Faloak, Pole, dan Kesambi
b. Bentuk Asosiasi
Tidak ditemukan jenis-jenis yang memiliki nilai taraf 5% hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat asosiasi pada tingkat pancang.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk tingkat pancang tidak memiliki hubungan
erat satu sama lain
3. Tingkat Tiang
a. Struktur dan komposisi
Jenis penyusun tingkat tiang di TWA Baumata terdiri dari 19 jenis mencangkup
19 genus dan 11 famili
Berdasarkan perhitungan INP diperoleh 9 jenis tiang yang dominan (INP≥10%)
yaitu Faloak, Jati, Johar, Lamtoro, Kesambi, Beringin, Mahoni, Kapuk, dan
Pole
b. Bentuk Asosiasi
Terdapat 1 pasangan jenis tiang yang dominan yaitu
Johar dengan Kesambi berasosiasi negatif (Koefisien Asosiasi -0,35)
4. Tingkat Pohon
a. Struktur dan komposisi
Jenis penyusun tingkat pohon di TWA Baumata terdiri dari 18 jenis mencakup 18
genus dan 11 famili
Berdasarkan perhitungan INP diperoleh 9 jenis pohon yang dominan (INP≥10%)
yaitu Jati, Johar, Kesambi, Beringin, Faloak, Asam Jawa, Lamtoro, Taduk dan
Hotel Jobuk
b. Bentuk Asosiasi
Terdapat 2 pasangan jenis tiang yang dominan yaitu
Jati dengan Faloak berasosiasi negatif (Koefisien Asosiasi -0,37)
Kesambi dengan Asam Jawa berasosiasi positif negatif (Koefisien Asosiasi 0,4)
c. Pengelompokan Alami
Sebaran Diameter
Hasil pengamatan dan pengukuran diameter pohon pada areal
TWA Baumata, dikelompokkan menurut kelas-kelas diameter
dengan lebar kelas 5 cm, 10 cm, dan 15 cm
Jumlah Pohon
10
20
25
30
35
15
0
5
10 - 14.99
15 - 19.99
20 - 24.99
25 - 29.99
30 - 34.99
35 - 39.99
40 - 44.99
45 - 49.99
50 - 54.99
55 - 59.99
60 - 64.99
65 - 69.99
70 - 74.99
75 - 79.99
80 - 79.99
85 - 89.99
Kelas Diameter
90 - 94.99
95 - 99.99
Grafik Sebaran Diameter
100 - 104.99
105 - 109.99
110 - 114.99
115 - 119.99
120 - 124.99
125 - 129.99
130 - 134.99
Sebaran Diameter dengan lebar kelas 5 cm
135 - 139.99
140 - 144.99
145 - 149.99
Sebaran Diameter dengan lebar kelas 10 cm
Grafik Sebaran Diameter
60
50
Jumlah Pohon
40
30
20
10
0
Kelas Diameter
Sebaran Diameter dengan lebar kelas 15 cm
Grafik Sebaran Diameter
70
60
Jumlah Pohon
50
40
30
20
10
0
Kelas Diameter
Gambar grafik menyerupai J terbalik, Hal ini sesuai dengan penelitian
suhendang, 1985 yang mengacu pada UNESCO bahwa bentuk struktur
tegakan hutan untuk semua jenis pohon mengikuti kurva J terbalik
Kolmogorov-smirnov
Analisi perbandingan frekuensi kumulatif kenyataan dan teoritis pada TWA baumata