Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS VEGETASI TAMAN

WISATA ALAM BAUMATA


KABUPATEN KUPANG
PROPINSI NUSA TENGGARA
TIMUR
Tesis By GAUDENS REMAJA PUTRA TALLO
Andrinalia Buya Afia
18/433708/PKT/01323
Latar Belakang
 Hutan di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
 Kondisi hutan telah banyak mengalami perubahan sehingga sangat rentan
terhadap kerusakan
 Ekosistem hutan hujan tropika yang merupakan ciri khas dari hutan di
Indonesia mempunyai suatu ekosistem yang rapuh.
 Dalam upaya pemanfaatan yang sesuai kemampuannya diperlukan
pengetahuan mengenai sifat-sifat yang dimiliki
 Kawasan konservasi memiliki kekayaan sumberdaya alam yang besar
 TWA Baumata terletak di daratan Pulau Timor
 Dalam rangka mempertahankan keanekaragaman jenis diperlukan analisis
vegetasi untuk melestarikan kawasan tersebut
Rumusan Masalah

 TWA Baumata memiliki luas areal 36,123 Ha. Hutan ini masih tetap
terjaga keasliannya karena merupakan tempat cagar budaya gua purba
kala.
 Kawasan konservasi TWA Baumata masih terdapat beberapa macam
pohon asli yang masih terjaga keberadaannya, sehingga perlu dilakukan
penelitian mengenai nama ilmiah dan kondisi (jenis dan kelimpahannya)
serta analisis vegetasi jenis- jenis pohon asli Timor Penyusun TWA
Baumata.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui komposisi jenis pohon di Taman Wisata Alam Baumata.
2. Mengetahui bentuk asosiasi antar jenis pohon di Taman Wisata
Alam Baumata.
3. Mengetahui pola pengelompokan alami (natural grouping) antara
jenis pohon di Taman Wisata Alam Baumata.
4. Mengetahui bentuk sebaran diameter jenis pohon di Taman Wisata
Alam Baumata.
Lokasi Penelitian
 Lokasi
Taman Wisata Alam (TWA) Baumata Seksi Konservasi Wilayah
II Camplong, Bidang KSDA Wilayah I Soe pada Balai Besar
KSDA NTT
Secara administrasi kawasan penelitian terletak di Desa
Baumata, Kec Taebenu, Kab Kupang, Provinsi NTT
Ekosistem TWA Baumata memiliki luas 36,123 Ha
 Waktu
Juni-Juli 2015
 Alat dan Bahan
Kompas Pita Meter
Hagameter Tali rapia
GPS Kamera digital
PC Computer Tally sheet
Roll Meter Buku dan Alat Tulis

 Parameter yang diamati


Nama Jenis Tinggi pohon
Jumlah Jenis Analisis tingkat pertumbuhan
Diameter pohon
Metode
 Analisis vegetasi
Menggunakan metode transek dengan pola penarikan petak contoh menggunakan
metode sampling sistematik.
PU berbentuk bujur sangkar 20 x 20 m dengan kombinasi PU dalam jalur dengan
metode garis berpetak
Jalur yang dibuat lebar 100 m dan jarak antar PU 50 m
Pada setiap jalur dibuat plot-plot pengamatan ukuran 2x2 m (semai), 5 x 5 m
(sapihan), 10x10 m (tiang) dan 20 x 20 m (pohon)
Jalur transek dibuat tegak lurus dengan kontur
Data yang diambil dalam analisis vegetasi adalah jenis tumbuhan, diameter dan
tinggi tumbuhan yang ada disetiap plot
Analisis Data
Kelimpahan

Kelimpahan jenis dihitung menggunakan besaran Indeks Nilai


Penting (INP) yang didapat dari perhitungan

INP= KR+FR+DR
Asosiasi jenis
Asosiasi jenis diambil dari jenis-jenis yang memiliki INP ≥ 10 % (3,84),
Dari jenis- jenis tersebut diketahui asosiasi jenis dengan metode 2 X 2
contingency Table
Menentukan tingkat asosiasi, digunakan koefisien asosiasi .
Hasil X2 (Chi Square) dan koefisien asosiasi disusun ke dalam matrik. Koefisien
asosiasi positif dalam matrik yang dicari hubungannya untuk mendapatkan
pengelompokan alami (natural grouping)
Asosiasi diameter
Selang kelas yang digunakan adalah 5, 10, dan 15 cm
Kaidah Kolmogorov-smirnov digunakan untuk mengetahui apakah
frekuensi kumulatif teoritis sesuai dengan frekuensi kenyataan
jika pada perbandingan antara D hitung dengan D tabel diperoleh
 D hitung< D tabel , maka terdapat kesesuaian antara sebaran
kenyataan dengan sebaran teoritis
 D hitung> D tabel maka tidak terdapat kesesuaian antara sebaran
kenyataan dengan teoritis
Hasil dan Pembahasan
Kajian Ekologi Pelaksanaan TWA
Baumata
1. Tingkat semai
a. Struktur dan komposisi
Jenis penyusun tingkat semai di TWA Baumata terdiri dari 19 jenis
mencangkup 19 genus dan 11 famili.
Berdasarkan perhitungan INP diperoleh 7 jenis semai yang dominan
(INP≥10%) yaitu Lamtoro, Johar, Faloak, Kesambi, Mahoni Pole dan Beringin.
b. Bentuk Asosiasi
Terdapat 3 pasangan jenis semai yang dominan yaitu
 Lamtoro dengan Johar berasosiasi positif (Koefisien Asosiasi 0,45)
 Lamtoro dengan Mahoni berasosiasi negatif (Koefisien Asosiasi -0,26)
 Johar dengan Beringin berasosiasi negatif (Koefisien Asosiasi -0,22)
c. Pengelompokan Alami
Pengelompokan alami berdasarkan matrik asosiasi jenis yang positif
2. Tingkat Pancang
a. Struktur dan Komposisi
Jenis penyusun tingkat semai di TWA Baumata terdiri dari 19 jenis
Berdasarkan perhitungan INP diperoleh 6 jenis pancang yang dominan
(INP≥10%) yaitu Lamtoro, Johar, Jati, Faloak, Pole, dan Kesambi
b. Bentuk Asosiasi
Tidak ditemukan jenis-jenis yang memiliki nilai taraf 5% hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat asosiasi pada tingkat pancang.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk tingkat pancang tidak memiliki hubungan
erat satu sama lain
3. Tingkat Tiang
a. Struktur dan komposisi
Jenis penyusun tingkat tiang di TWA Baumata terdiri dari 19 jenis mencangkup
19 genus dan 11 famili
Berdasarkan perhitungan INP diperoleh 9 jenis tiang yang dominan (INP≥10%)
yaitu Faloak, Jati, Johar, Lamtoro, Kesambi, Beringin, Mahoni, Kapuk, dan
Pole
b. Bentuk Asosiasi
Terdapat 1 pasangan jenis tiang yang dominan yaitu
 Johar dengan Kesambi berasosiasi negatif (Koefisien Asosiasi -0,35)
4. Tingkat Pohon
a. Struktur dan komposisi
Jenis penyusun tingkat pohon di TWA Baumata terdiri dari 18 jenis mencakup 18
genus dan 11 famili
Berdasarkan perhitungan INP diperoleh 9 jenis pohon yang dominan (INP≥10%)
yaitu Jati, Johar, Kesambi, Beringin, Faloak, Asam Jawa, Lamtoro, Taduk dan
Hotel Jobuk
b. Bentuk Asosiasi
Terdapat 2 pasangan jenis tiang yang dominan yaitu
 Jati dengan Faloak berasosiasi negatif (Koefisien Asosiasi -0,37)
 Kesambi dengan Asam Jawa berasosiasi positif negatif (Koefisien Asosiasi 0,4)
c. Pengelompokan Alami
Sebaran Diameter
Hasil pengamatan dan pengukuran diameter pohon pada areal
TWA Baumata, dikelompokkan menurut kelas-kelas diameter
dengan lebar kelas 5 cm, 10 cm, dan 15 cm
Jumlah Pohon

10
20
25
30
35

15

0
5
10 - 14.99
15 - 19.99
20 - 24.99
25 - 29.99
30 - 34.99
35 - 39.99
40 - 44.99
45 - 49.99
50 - 54.99
55 - 59.99
60 - 64.99
65 - 69.99
70 - 74.99
75 - 79.99
80 - 79.99
85 - 89.99
Kelas Diameter

90 - 94.99
95 - 99.99
Grafik Sebaran Diameter

100 - 104.99
105 - 109.99
110 - 114.99
115 - 119.99
120 - 124.99
125 - 129.99
130 - 134.99
Sebaran Diameter dengan lebar kelas 5 cm

135 - 139.99
140 - 144.99
145 - 149.99
Sebaran Diameter dengan lebar kelas 10 cm
Grafik Sebaran Diameter
60
50
Jumlah Pohon

40
30
20
10
0

Kelas Diameter
Sebaran Diameter dengan lebar kelas 15 cm
Grafik Sebaran Diameter
70
60
Jumlah Pohon

50
40
30
20
10
0

Kelas Diameter
Gambar grafik menyerupai J terbalik, Hal ini sesuai dengan penelitian
suhendang, 1985 yang mengacu pada UNESCO bahwa bentuk struktur
tegakan hutan untuk semua jenis pohon mengikuti kurva J terbalik
Kolmogorov-smirnov
Analisi perbandingan frekuensi kumulatif kenyataan dan teoritis pada TWA baumata

Lebar N D MAks D Hitung D Tabel 1 % D Tabel 5 %


Kelas
5 161 5,837465 0,176893 0,1285 0,1072
10 161 13,78453 0.656325 0,1285 0,1072
15 161 25,2299 1,292715 0.1285 0,1072

Semua area penelitian lebar kelas 5, 10 dan 15 cm secara umum hasilnya


menunjukkan ada beda nyata pada tarif uji 0,05 maupun tarif uji 0,01.
Hal ini berarti bahwa ada beda nyata antara sebaran kenyataan dengan sebaran
teoritis fungsi kepekaan eksponensial dengan mnggunaan Kolmogrof smirnov.
Sehingga dapat dikatakan sebaran dia pohon di TWA Baumata tidak mengikuti
sebaran eksponansia
Kesimpulan
1. Secara umum terdapat perbedaan susunan komposisi jenis dominan pada
semua tingkat pertumbuhan.
Pada tingkat semai didominasi oleh Lamtoro, Johar, Faloak, Kesambi,
Mahoni, Pole, dan Beringin.
Pada tingkat pancang didominasi oleh Lamtoro, Johar, Jati, Faloak,
Pole dan Kesambi
Pada tingkat tiang didominasi oleh Faloak, Jati, Johar, Lamtoro,
Kesambi, Beringin, Mahoni, Kapuk, Dan Pole.
Pada tingkat pohon didominasi oleh Jati, Johor, Kesambi, Beringin,
Faloak, Asam Jawa, Lamtoro, Taduk, Hotel jobu
2. Komposisi jenis yang berasosiasi cenderung berbeda pada tiap tingkat.
Pada tingkat semai ditemukan jenis lamtoro dengan johar yang berasosiasi
positif, lamtoro dengan mahoni berasosiasi negatif, johor dan beringin
berasosiasi negatif
Pada tingakat pancang tidak ditemukan asosiasi
Pada tingakat tiang terdapat asosiasi negatif antara johar dengan kesambi
Pada tingkat pohon jati dengan faloak berasosiasi negatif, kesambi dengan
asam jawa berasosiasi positif
3. Komposisi yang menyusun pengelompokan alami terdapat pada tingkat
semai yaitu lamtoro dengan johar dan pada tingkat pohon pasangan
kesambi dengan asam jawa
4. Gerafik sebaran diameter jenis mengikuti kurva J terbalik. Akan tetapi
hasil pengujian kesesuaian indeks Kolmogorov-Smirnov, sebaran
diameter tidak mengikuti sebaran eksponansial.
Saran
1. Perlu perhatian pada asosiasi jenis penyusun, khususnya untuk
kegiatan pengayaan. Asosiasi jenis yang positif diharapkan
memberikan keberhasilan pada kegiatan pengayaan
2. Perlunya penelitian tentang hidrologi dengan tujuan pengelolaan
mata air Baumana agar lebih lestari
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai