BAB I
PENDAHULUAN
Tuba eustakius normalnya selalu tertutup. Namun dapat terbuka pada gerakan
menelan, mengunyah dan menguap. Pada perubahan tekanan udara tuba eustakius
terbukanya tuba dapat menyamakan tekanan udara luar dan didalam telinga.
Kegagalan tuba membuka pada keadaan ini akan menyebabkan kelainan yang disebut
dengan barotrauma.1 Kegagalan ini sering terjadi pada peristiwa penerbangan dan
penyelaman.
Kasus barotrauma di Amerika Serikat dapat ditemukan pada 2,28 kasus per
10.000 penyelaman pada kasus berat. Sedangkan pada kasus ringan tidak diketahui
meningkat pada penyelam dengan riwayat asma, selain itu juga meningkat 2,5 kali
pada pasien dengan paten foramen ovale. Kematian akibat Barotrauma di pesawat
militer telah dilaporkan terjadi pada tingkat 0,024 per juta jam penerbangan. Tingkat
insiden dekompresi untuk rata-rata penerbangan sipil sekitar 35 per tahun. Sedangkan
pada departemen pertahan Australia dapat ditemukan 82 insiden per juta jam waktu
terbang. Sedangkan pada barotrauma akibat menyelam tidak ada informasi yang
1
Komplikasi yang mungkin ditemukan berupa infeksi telinga akut, hilangnya
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menambah pengetahuan klinis dari
penulis dan untuk memenuhi tugas pendidikan kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 ANATOMI TELINGA
Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1) Telinga luar; 2) Telinga tengah; 3)
Telinga dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga, kelenjar minyak (berfungsi
membran timpani. Daun telinga terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang
telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-
3
Gambar 2. Anatomi Auricula7
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan
rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.Pada duapertiga bagian
1) Membran timpani yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.
Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik
terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian
atas disebut pars flasida (membrane sharpnell) dimana lapisan luar merupakan
lanjutan epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus
bersilia, dan pars tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis
lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.
4
Gambar 3. Anatomi Membrana Tympani7
2) Cavum tympani
5
Gambar 4. Bangunan pada cavum tympani7
3) Tulang pendengaran (Ossicula auditoria) yang terdiri dari maleus, incus dan
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau
skala vestibuli.1
6
Gambar 6. Anatomi Telinga Dalam7
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala
vestibuli sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus
koklearis) diantaranya.1
Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa sedangkan skala media
berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan
endolimfa. Dimana cairan perilimfe tinggi akan natrium dan rendah kalium,
sedangkan endolimfe tinggi akan kalium dan rendah natrium. Hal ini penting untuk
pendengaran.1
Membrane) sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini
saraf perifer pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3000)
dan tiga baris sel rambut luar (12000). Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang
lengan horizontal dari suatu jungkat jangkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong.
7
Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada
permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung di
atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular, dikenal sebagai
membran tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong oleh suatu panggung
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.1
8
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi
karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus
paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid
dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi
9
Gambar 8. Anatomi Sinus Paranasalis8
10
2.2 DEFINISI
menyamakan tekanan udara antara ruang berudara pada tubuh (seperti telinga
pesawat terbang atau pada saat menyelam. Barotrauma dapat terjadi pada telinga,
wajah (sinus), dan paru, dalam hal ini bagian tubuh yang memiliki udara di
dalamnya.1, 2, 3, 4
2.3 EPIDEMIOLOGI
Barotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena
rumitnya fungsi tuba eustakius. Barotrauma pada telinga tengah dapat terjadi saat
pertama di bawah air setara dengan perubahan tekanan pada ketinggian 18.000
terjadi lebih cepat pada saat menyelam dibandingkan dengan saat terbang. Hal ini
dapat menjelaskan realitf tingginya insidens barotrauma pada telinga tengah pada
dialami saat menyelam, terjadi sekitar 30% pada saat menyelam pertama kali dan
Kasus barotrauma di Amerika Serikat dapat ditemukan pada 2,28 kasus per
10.000 penyelaman pada kasus berat. Sedangkan pada kasus ringan tidak
ini meningkat pada penyelam dengan riwayat asma, selain itu juga meningkat 2,5
kali pada pasien dengan paten foramen ovale. Kematian akibat Barotrauma di
11
pesawat militer telah dilaporkan terjadi pada tingkat 0,024 per juta jam
ditemukan 82 insiden per juta jam waktu terbang. Sedangkan pada barotrauma
Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh menjadi
atmosfer dan tekanan hidrostatik. Tekanan atmosfer yaitu tekanan yang ada di atas
air. Tekanan hidrostatik yaitu tekanan yang dihasilkan oleh air yang berada di atas
penyelam. Barotrauma dapat terjadi baik pada saat penyelam turun ataupun naik.
(kedalaman air) dan berada pada angka nol pada permukaan laut. Ini tidak dapat
air laut, 34 kaki kedalaman air segar, 1 kg/cm 2, 14,7 Ibs/in2 psi, 1 bar, 101,3
permukaan laut sampai puncak atmosfer, mempunyai berat sekitar 6,66 kg,
12
setara dengan berat kolom Hg setinggi 760 mm. Tekanan 760 mmHg disebut
tekanan normal.
Tabel 1. Tekanan atmosfer dan Tekanan Gauge di bawah laut
9
ketika berada di kedalaman laut yang merupakan jumlah dari tekanan atmosfer
yang berada di permukaan air ditambah tekanan yang dihasilkan oleh massa
secara umum diukur dengan suatu tekanan atau depth gauge. Seperti alat ukur
13
yang telah dijelaskan tekanan pada permukaan laut dan mengabaikan tekanan
masing gas disebut sebagai tekanan parsial (bagian atas tekanan). Tekanan
campuran. Setiap gas memiliki proporsi yang sama dengan tekanan total
pada 1 ATA mengandung oksigen 21%, maka tekanan parsial oksigen adalah
0,21 ATA dan udara pada 1 ATA mengandung nitrogen 78%, maka tekanan
akan menurun pada saat lepas landas (naik/ascend) dan meninggi saat pendaratan
telinga tengah mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba auditiva.
Jika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan teralu besar,
maka tuba auditiva akan menciut. Untuk memenuhi regulasi tekanan yang
adekuat, terjadi perbedaan tekanan telinga tengah dengan tekanan atmosfir yang
14
submaksimal, akan timbul perasaan penuh dalam telinga dan pada ekstensi
4) Barotrauma Odontalgia.10
2.5 PATOFISIOLOGI
oleh hukum fisika Boyle dan Henry. Hukum boyle menyatakan “suatu penurunan
(secara berurutan) suatu volume gas dalam ruang tertutup” atau P 1 x V1 = P2 x V2,
Perubahan tekanan terjadi ketika menyelam, pada ruang hipo dan hiperbarik,
perjalanan udara, dan pada beberapa pendakian serta pada lift yang cepat.
Tekanan meningkat sebesar 1 atmosfer setiap kedalaman laut 33 ft (10 m). Hal ini
menunjukkan bahwa balon (atau paru-paru) dengan volume udara 1 kaki kubik
pada kedalaman 33 kaki akan memiliki volume 2 kaki kubik pada permukaan laut.
Jika udara ini terperangkap, udara tersebut akan mengembang dan memberi
tekanan yang hebat pada dinding ruang tersebut. Pada pendakian cepat, insiden
dalam dapat terjadi. Penekanan sinus beserta disfungsi dari tuba eustakius akan
fistula perilimfatik.2,3,12
Normalnya, tekanan udara di luar dan di dalam telinga sama. Tuba eustakius,
15
memasukkan udara ke telinga tengah. Barotrauma dapat terjadi ketika ruang-
ruang bersis gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang tertutup
dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal. Bila gas tersebut terdapat
dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi
ataupun kompresi. Paling sering terjadi pada telinga tengah, karena rumitnya
fungsi tuba eustakius. Tuba eustakius secara normal selalu tertutup namun dapat
Valsava. 1,2,4
aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Jika perbedaan tekanan antaara rongga
telinga tengah dan lingkungan sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90 sampai 100
mmHg), maka bagian kartilaginosa dari tuba eustakius akan sangat menciut. Jika
16
Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, dimana mula-
darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah,
sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah dan tampak
sebagai gambaran injeksi dan bula hemoragik pada gendang telinga. Dengan
tiba-tiba sehingga udara masuk ke telinga tengah. Hal ini akan menyebabkan
17
rupturnya salah satu tingkap antara telinga tengah dan telinga dalam entah fenestra
menyelam lebih dalam dengan kesulitan untuk menyeimbangkan tekanan dan tuba
eustakius tidak terbuka, maka tekanan diteruskan melalui cairan spinal, menuju ke
saluran koklear ke ruang perlimfatik pada telinga dalam. tingkap bundar atau
mukosa tuba eustakius. Saat lepas landas, tekanan udara di lingkungan turun dan
tekanan pada telinga tengah sangat tinggi. Akan tetapi, tekanan akan turun oleh
tuba eustakius ketika menelan, dan gejala menjadi tidak terlalu berat. Sayangnya,
mukosa tuba bertindak sebagai keran satu arah, dan masalah yang sebenarnya
terjadi ketika pesawat mendarat. Pada saat pesawat hendak mendarat, tekanan
atmosfer di lingkungan meningkat secara cepat dan tuba eustakius yang bengkak
pada nasofaring mencegah aerasi telinga tengah. Hal ini menyebabkan kolapsnya
gendang telinga ke dalam, dan pembuluh darah pada telinga tengah dapat ruptur
Hukum henry menyatakan bahwa daya larut udara pada cairan secara langsung
sebanding dengan tekanan pada udara dan cairan. Sehingga, ketika tutup botol
soda dibuka, terbentuk gelembung pada saat udara dilepaskan dari cairan. Sebagai
tambahan, ketika nitrogen pada tank udara penyelam larut pada jaringan lemak
atau cairan sinovial penyelam saat menyelam, nitrogen akan dilepaskan dari
18
jaringan tersebut ketika penyelam naik menuju lingkungan dengan tekanan yang
lebih rendah.
Hal ini akan terjadi secara perlahan dan bertahap jika penyelam naik secara
perlahan dan bertahap, dan nitrogen akan memasuki pembuluh darah dan menuju
ke paru-paru dan dikeluarkan saat bernafas. Akan tetapi, jika penyelam naik
secara cepat, nitrogen akan keluar dari jaringan secara cepat dan membentuk
banyak cara. Gelembung dapat membentuk obstruksi pada pembuluh darah yang
dapat mengarah ke cedera iskemik. Hal ini dapat berakibat fatal bila terjadi pada
permukaan dimana protein dari pembuluh darah dapat melekat, terurai, dan
membentuk gumpalan atau sel-sel radang. Sel-sel radang ini dapat menyebabkan
2.6 DIAGNOSIS
2.6.1 Anamnesis
Pada anamnesis umumnya didapatkan adanya riwayat menyelam atau
spesifik, barotrauma juga dapat ditemukan riwayat ventilasi tekanan positif yang
lebih keadaan sebagai berikut yaitu karies, inflamasi periapikal akut maupun
19
kronik, kista gigi residual, sinusitis, maupun riwayat operasi gigi dalam waktu
dekat. Riwayat infeksi telinga tengah maupun luar juga dapat menjadi penanda
barotrauma telinga tengah maupun luar. Pada sinus barotrauma biasanya pasien
pada sinus atau telinga tengah, penyakit dekompresi, dan emboli gas arteri.
Barotrauma yang terjadi pada saat penurunan disebut squeeze. Gejala Knilis pada
berikut:
1. Barotrauma saat turun (Squeeze) Telinga Luar
Barotrauma pada telinga luar dapat terjadi bila telinga bagian luar mengalami
obstruksi, sehingga volume gas tertutup yang ada akan dikompresi atau dikurangi
selama proses turun ke dalam air. Hal ini dapat terjadi pada pemakaian tudung
yang ketat, wax pada liang telinga, pertumbuhan tulang atau eksostosis atau
swelling dan hematom pada kulit yang melapisi saluran telinga bagian luar.
Kondisi seperti ini dapat ditemukan pada saat menyelam dengan kedalaman
sedikitnya 2 meter.9,13
20
Gambar 10. Barotrauma saat turun (squeeze) pada telinga luar14
Gambar di atas menunjukkan patofisiologi pada telinga luar dimana
adanya obstruksi pada telinga luar (seperti penutup telinga) dapat menimbulkan
suatu ruang udara yang dapat berubah volumenya sebagai respon terhadap
menurun dan menyebabkan membran timpani terdorong keluar (ke arah meatus
eksterna). Hal ini dapat menyebabkan nyeri dan perdarahan kecil pada membran
timpani.14
Blok atau obstruksi pada telinga luar mungkin dapat mencegah suatu
penyamaan tekanan saat menyelam. Oleh karena itu, penutup telinga tidak boleh
digunakan saat menyelam. Gejala yang ditemukan dapat berupa perdarahan pada
telinga luar hingga perdarahan pada membran timpani. Tidak ada terapi spesifik
yang diperlukan dan penyelamam dapat dilakukan kembali ketika jaringan telah
sembuh.15
Membran Timpani merupakan pembatas antara saluran telinga luar dan ruang
21
telinga tengah. Pada saat penyelam turun, tekanan air meningkat diluar gendang
telinga, untuk menyeimbangkan tekanan ini, maka tekanan udara harus mencapai
bagian dalam dari gendang telinga, melalui tuba eustakius. Ketika tabung
eustakius ditutupi oleh mukosa, maka telinga tengah memenuhi empat syarat
terjadinya barotrauma (adanya gas dalam rongga, dinding yang kaku, ruang
telinga akan terdorong ke dalam, awalnya akan terjadi penekanan gas yang
berada pada telinga tengah, sehingga pada batasan tertentu terjadi tekanan pada
telinga tengah lebih rendah dari tekanan air diluar, menciptakan vakum relatif
dalam ruang telinga tengah. Tekanan negatif ini menyebabkan pembuluh darah
pada gendang telinga dan lapisan pertama telinga tengah akan terjadi kebocoran
dan akhirnya dapat pecah. Jika terus menurun, selain pecahnya gendang telinga
yang menyebabkan udara atau air dapat masuk kedalam telinga tengah untuk
nyeri akibat terjadi peregangan pada gendang telinga. Rasa sakit sering dirasakan
dengan berhenti untuk menyelam yang lebih dalam dan segera naik beberapa
meter secara perlahan. Jika penyelaman ke bawah terus berlanjut, meskipun ada
rasa sakit, dapat terjadi pecahnya gendang telinga. Ketika pecah terjadi, nyeri
akan berkurang dengan cepat. Kecuali penyelam memakai pakaian diving dengan
22
topi keras, rongga telinga tengah dapat terkena air ketika pecahnya gendang
telinga tersebut. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi telinga tengah, dan
disarankan agar tidak menyelam sampai kerusakan yang terjadi sembuh. Pada saat
dalam. Barotrauma pada telinga tengah terjadi tidak harus disertai dengan
jaringan lunak berbentuk tabung yang berasal dari belakang hidung hingga ruang
telinga tengah. Kerusakan yang terjadi bergantung pada tingkat dan kecepatan dari
23
dan tulang-tulang pendengaran akan tertarik, dan penyelam merasakan suatu
tekanan dan rasa nyeri. Pada tekanan yang lebih tinggi, tuba eustakius mungkin
tertutup oleh tekanan negatif dari telinga tengah. Hal ini dapat terjadi pada
kedalaman 3,9 kaki dibawah laut. Peningkatan yang lebih tinggi lagi dapat
terlalu terlihat pada kasus ini. Tergantung pada luas cederanya, pada otoskopi
dapat terlihat injeksi pembuluh darah atau perdarahan pada membran timpani,
kembali normal.15
3. Barotrauma Penurunan (Squeeze) Telinga Dalam
Terjadi bila pada saat penyelam naik ke permukaan dengan cepat sehingga
tekanan pada membran timpani diteruskan pada tingkap bulat dan lonjong
sehingga meningkatkan tekanan telinga dalam. Ruptur tingkap bulat dan lonjong
dapat terjadi dan mengakibatkan gangguan telinga dalam sehingga gejala yang
pembuluh darah arteri labirin yang mensuplai darah pada koklea. Dimana fungsi
koklea sangat sensitif terhadap pembuluh darah yang memberi suplai ke koklea.
24
Adanya emboli pada arteri labirin yang mensuplai koklea akan mengganggu
fungsi dari koklea. Emboli, trombus, penurunan aliran darah atau vasospasme
pendengaran.2,16
tiba-tiba dan besar pada teling tengah dapat diteruskan ke telinga dalam,
vertigo berat dan ketulian. Terdapat dua mekanisme teori unutk menjelaskan
telinga dalam : implosif dan eksplosif. Pada teori implosif, tekanan diteruskan
pendengaran bergerak menuju telinga dalam pada tingkap lonjong. Tekanan ini
Jika penyelam melakukan manuver politzer dan tuba eustakius terbuka secara
sehingga tingkap bundar rusak. Sedangkan pada teori ekslosif, penyelam tidak
dengan cairan pada telinga dalam, maka tekanan ini akan diteruskan ke telinga
dalam, dan menyebabkan tingkap bundar ataupun tingkap lonjong telinga dalam
pecah.14,15
4. Barotrauma saat turun (Squeeze) Sinus Paranasalis
Barotrauma pada sinus terjadi bila pasase yang menghubungkan sinus dan
25
ruangan lainnya tertutup karena mukosa maupun jaringan. Gejala yang ditemukan
adalah adanya nyeri pada sinus yang terkena dan pendarahan dari hidung yang
dapat terjadi dan mengakibatkan nyeri yang sama dengan squeeze. Sebagai
mengakibatkan kurangnya suplai darah pada nervus facialis karena tekanan pada
sampai 30 menit untuk gejala dapat terjadi, dan fungsi nervus facialis kembali ke
Gejala berupa tinnitus, vertigo dengan mual dan muntah, hilang pendengaran,
akan muncul ketika menyelam. Biasanya barotrauma telinga tengah telah terjadi,
tetapi membran timpani mungkin terlihat normal. Tuli berupa tuli sensorineural,
26
Pemeriksaan fisis harus disesuaikan dengan riwayat pasien. Pemeriksaan
fisis secara umum harus dilakukan dengan menekankan pada telinga, sinus, dan
leher serta paru-paru, kardiovaskular, dan sistem neurologi. Inspeksi dan palpasi
ekstremitas, dan pergerakan sendi. Pada sinus, inspeksi mukosa nasal untuk polip,
perdarahan atau lesi. Palpasi dan transluminasi sinus untuk memeriksa adanya
perdarahan. Perkusi gigi atas dengan spatel untuk melihat adanya nyeri tekan pada
sinus.
Pada telinga inspeksi secara hati-hati membran timpani, lihat apakah ada
timpani. Pemeriksaan fisis dapat ditemukan retraksi, eritema, dan injeksi atau
perdarahan pada membran timpani. Gejala yang lebih berat berupa otitis,
dapat ditemukan penonjolan ringan ke arah luar atau ke dalam dari gendang
belakang gendang telinga. Palpasi untuk mencari nyeri tekan pada tuba eustakius.
3,19,20
27
pendengaran pasien. Serta mengevaluasi membran timpani berdasarkan skala
Teed:3
Pada gambar di atas, membran timpani tampak kebiruan karena ada darah pada
28
telinga tengah yang diikuti oleh fungsi abnormal dari tuba eustakius. Barotrauma
otitik biasanya terjadi pada saat pesawat mendarat atau pada penyelam. Tidak ada
pengobatan khusus pada kasus ini. Jika terdapat infeksi yang terkait pada
membantu.21
1. Darah Lengkap
emboli gas.
5. PTA
29
PTA dilakukan untuk menentukan apakah terjadi tuli konduktif atau tuli
sensorineural.
6. Timpanometri
7. OAE
2.7 PENATALAKSANAAN
Penanganan prehospital dapat dipertimbangkan termasuk menstabilkan ABC
mempertahankan oksigenase dan perfusi yang adekuat. Pasien harus diberi aliran
oksigen yang besar dan infus dengan akses vena yang besar untuk memelihara
tekanan darah dan nadi. Intubasi dapat dilakukan pada pasien dengan jalan nafas
yang tidak stabil atau hipoksia persisten meski dengan oksigen 100%. Pipa
pasien dengan shok untuk memantau volume dan hidrasi pasien, juga pada pasien
DCS yang tidak dapat mengosongkan kandung kemih karena kerusakan saraf
meter (2,8 ATA) adalah pilihan utama pada banyak kasus PD (Penyakit
30
terapi diperpanjang sampai 100 menit dengan diselingi tiap 20 menit bernapas 5
menit udara biasa. Setelah ini dilakukan dekompresi dari 18 meter ke 9 meter
gelembung larut kembali dalam plasma sesuai Hukum Henry. O2 yang digunakan
oksigenasi jaringan yang rusak dan iskemik. Dalam kasus darurat yang jauh dari
Walaupun dapat dan telah dilakukan, mengenakan kembali alat selam dan
menurunkan penyelam di dalam air untuk rekompresi, namun cara ini tidak dapat
dirinya sendiri, tidak dapat dilakukan intervensi medis bila ia memburuk dan
terbatasnya suplai gas. Oleh karena ini usaha untuk mengatasi PD sering kali tidak
berhasil dan malahan beberapa pebderita lebih memburuk keadaannya. Bila terjadi
tuli mendadak akibat oklusi arteri labirin, sebaiknya dilakukan terapi hiperbarik.
31
Interval waktu Antara saat kejadian dan gejala sangat penting dalam pemberian
dekompresi adalah penyakit yang terjadi karena perubahan tekanan. Misalnya saat
kita menyelam atau kalo kita naik pesawat terbang tekanan naik), akan terjadi
pelepasan dan mengembangnya gelembung2 gas dalam organ. Jika kita kembali
ke tekanan awal, maka akan terjadi perubahan tekanan yang dapat menganggu
efek radiasi pada perawatan kanker oleh Churchill Davidson pada tahun 1950
luka pada tahun 1965 pada korban luka akibat ledakan pada tambang minyak
Toricelli yang mendasari terapi digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm
adalah 760 mmHg. Dalam tekanan udara tersebut komposisi unsur-unsur udara
21%. Dalam pernafasan kita pun demikian. Pada terapi hiperbarik oksigen
ruangan yang disediakan mengandung Oksigen (O2) 100%. Terapi hiperbarik juga
32
berdasarkan teori fisika dasar dari hukum-hukum Dalton, Boyle, Charles dan
Henry.
Sedangkan prinsip yang dianut secara fisiologis adalah bahwa tidak adanya
tubuh melalui cara pertukaran gas. Fase-fase respirasi dari pertukaran gas terdiri
dari fase ventilasi, transportasi, utilisasi dan diffusi. Dengan kondisi tekanan
oksigen yang tinggi, diharapkan matriks seluler yang menopang kehidupan suatu
suatu ruangan menghisap oksigen tekanan tinggi (100%) atau pada tekanan
jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu
menyelam atau di dalam ruang udara yang bertekanan tinggi (RUBT) yang
Individu yang mendapat pengobatan HBOT adalah suatu keadaan individu yang
berada di dalam ruangan bertekanan tinggi ( 1 ATA) dan bernafas dengan oksigen
100%. Tekanan atmosfer pada permukaan air laut sebesar 1 atm. Setiap penurunan
kedalaman 33 kaki, tekanan akan naik 1 atm. Seorang ahli terapi hiperbarik,
Laksma Dr. dr. M. Guritno S, SMHS, DEA yang telah mendalami ilmu oksigen
hiperbarik di Perancis selama 5 tahun menjelaskan bahwa terdapat dua jenis dari
terapi hiperbarik, efek mekanik dan fisiologis. Efek fisiologis dapat dijelaskan
33
jaringan meningkat seiring dengan peningkatan oksigen terlarut dalam plasma.
Mekanisme HBOT
HBOT memiliki mekanisme dengan memodulasi nitrit okside (NO) pada sel
endotel. Pada sel endotel ini HBOT juga meningkatkan intermediet vaskuler
endotel growth factor (VEGF). Melalui siklus Krebs terjadi peningkatan NADH
proteoglikan dan bersama dengan VEGF akan memacu kolagen sintesis pada
yaitu untuk wound healing. Pada bagian luka terdapat bagian tubuh yang
mengalami edema dan infeksi. Di bagian edema ini terdapat radikal bebas dalam
jumlah yang besar. Daerah edema ini mengalami kondisi hipo-oksigen karena
34
kondisi daerah luka tersebut menjadi hipervaskular, hiperseluler dan hiperoksia.
Dengan pemaparan oksigen tekanan tinggi, terjadi peningkatan IFN-γ, i-NOS dan
leukosit juga akan meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada luka,
hipoksia sekitar luka. Kondisi ini akan memicu meningkatnya fibroblast, sintesa
daerah yang mengalami iskemia akan mengalami reperfusi. Sebagai respon, akan
hiperbarik 2-3 ATA selama 2 jam. Hasilnya pun cukup memuaskan, yaitu
penyembuhan jaringan luka. Terapi ini paling banyak dilakukan pada pasien
35
dengan diabetes mellitus dimana memiliki luka yang sukar sembuh karena
sudah nekrotik, Skin graft dan flap, luka bakar, abses intrakranial dan anemia.
Prosedur pemberian HBOT yang dilakukan pada tekanan 2-3 ATA-90
kedutan pada otot muka dan perifer serta kejang. Sedang menurut Lorrain Smith,
efek samping bisamengenai paru-paru yaitu batuk, sesak dan nyeri substernal.
Perawatan HBOT berfungsi untuk :
1. Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh jaringan tubuh, bahkan pada
merupakan salah satu anti oksidan dalam tubuh untuk pertahanan terhadap
radikal bebas dan bertujuan mengatasi infeksi dengan meningkatkan kerja sel
yang dapat memberikan suatu disfungsi neurologik adalah 3 jam. Hal ini di
saat 3 sampai 5 jam setelah terjadi oklusi. Obat-obatan yang dapat diberikan
selama rekompresi adalah infuse cairan (dekstran, plasma) bila ada dehidrasi atau
36
syok, steroid (deksamethason) bila ada edema otak, obat anti pembekuan darah
(heparin), digitalis bila terjadi gagal jantung, anti oksidan (vitamin E, C, beta
telinga tengah, atau dengan melakukan perasat Valsava selama tidak terdapat
infeksi di jalan napas atas. Tetapi bila terdapat tanda-tanda ketulian dan vertigo,
pemberian steroid harus dimulai. Apabila cairan yang bercampur darah menetap di
yang kotor. Pasien dilarang untuk menyelam sampai telinga tengah sembuh dan
pasien dapat dengan mudah menyesuaikan tekanan pada telinga tengah. Jika
terjadi perforasi, pasien harus menunggu hingga perforasi sembuh dan membran
sampai gejala menghilang. Bila pasien menderita infeksi traktus respiratorius atas,
diindikasikan terapi serupa tetapi tuba eustakius tidak boleh diinflasi sampai
infeksi teratasi sempurna. Harus diberikan antibiotika bila terdapat faringitis atau
rhinitis bakterialis.
37
Pada keadaan yang jarang dengan perforasi membran timbani, biasanya
penyembuhan terjadi secara spontan, tetapi pasien dianjurkan diperiksa ulang dan
dicegah masuknya air ke dalam telinga sampai ia normal kembali. Bila pasien
tetap harus terbang dalam keadaan pilek, pasien dianjurkan minum preparat
3-4 jam pada penerbangan yang lama. Disamping itu ia dianjurkan membawa
lubang hidung tepat sebelum naiknya dan pada waktu mulai turunnya pesawat.22
Barotrauma sinus diterapi dengan dekongestan, oral dan nasal. Nyeri
dikontrol dengan NSAIDs atau obat analgesik narkotik. Pada barotrauma telinga
tengah, pengobatan didasarkan pada skala Teed. Untuk kasus ringan (Teed 0-2) :
selama 3 hari) dan oral (pseudoephedrine 60-120 mg dua atau tiga kali sehari).
Untuk kasus Sedang (Teed 3-4) pengobatan sama dengan diatas, tapi dapat
ditambahkan dengan oral steroid, seperti prednisone 60 mg/hari selama 6 hari lalu
diturunkan hingga 7-10 mg per hari. Jika membran timpani ruptur atau air
Tylenol dengan kodein (asetaminofen 300 mg dengan kodein fosfat 30 mg) 1-2
ahli THT, dengan opsi bedah miringotomi, meskipun kebanyakan kasus membaik
secara spontan.24
38
2.8 DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk barotrauma adalah adanya infeksi pada telinga
ataupun pada sinus. Penyakit infeksi dapat berupa otitis eksterna, otitis media
maupun sinusitis. Pada barotrauma, gejala yang muncul disertai dengan adanya
riwayat perubahan tekanan yang dialami oleh penderita baik oleh karena
menyelam ataupun riwayat bepergian dengan pesawat terbang. Selain itu, pada
2.9 KOMPLIKASI
2.10 PROGNOSIS
tapi umumnya dapat sembuh dalam dua atau tiga hari. Barotrauma biasanya
2.11 PREVENTIF
pada waktu pilek dan menggunakan teknik pembuka tuba eustakius yang tepat.
akualisasi pada jarak 5 meter untuk membuka tuba eustakius. Jika terasa nyeri,
agaknya tuba eustakius telah menciut. Yang harus dikerjakan jika ini terjadi pada
saat menyelam adalah hentikan menyelam atau naiklah beberapa kaki dan
mencoba menyeimbangkan tekanan kembali. Hal ini tidak dapat dilakukan jika
39
sedang terbang dalam pesawat komersial, maka perlu untuk mencegah penciutan
eustakius dengan hati-hati beberapa menit sebelum pesawat mendarat. Jika pasien
semprot hidung atau oral.. Tindakan preventif terdiri atas nasal spray
Selain itu, usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu
BAB III
KESIMPULAN
yang tiba-tiba dalam ruangan yang berisi udara, yang diakibatkan oleh kegagalan
40
tuba eustachius untuk menyamakan tekanan dari bagian telinga tengah dengan
adekuat dan terjadi paling sering selama turun dari ketinggian atau naik dari
bawah air saat menyelam. Dapat terjadi saat menyelam dan saat penerbangan.
Manifestasi klinis yang timbul berupa nyeri pada telinga, rasa tidak nyaman pada
salah satu atau kedua telinga, penurunan pendengaran ringan, rasa penuh pada
telinga, pusing, hingga keluarnya cairan dari dalam telinga yang menunjukan
terjadi yaitu infeksi telinga akut, hilangnya pendengaran, ruptur atau perforasi dari
gendang telinga dan vertigo. Pada kasus yang ringan prognosis akan lebih baik
karena kondisi ini dapat sembuh dalam 2-3 hari, namun pada kasus yang berat
41
Gawat Darurat Tidak Gawat Darurat
Manajemen Jalan
Melakukan manuver valsava
napas (A,B,C)
Menghindari menyelam atau
terbang sampai pasien
mampu menyeimbangkan
Melakukan
kembali telinga tengah
Rekompresi
Pemberian dekongestan
Apabila ada gejala vertigo
Apabila tuli perlu diberikan steroid.
mendadak
Lakukan tindakan
reperfusi
DAFTAR PUSTAKA
42
1. Soepardi E, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
2. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.
3. Kaplan J. Barotrauma.
Juli 2015).
215-26
8. Dosen Bagian Ilmu Penyakit THT. Anatomi Sinus Paranasalis. Medan: Bagian
13.
9. Edmonds, Carl MD, et al. Physics Diving Chapter 2 dalam Diving Medicine
for SCUBA Divers 5th Edition. Australia: National Library of Australia. 2013;
11-28.
43
10. Direction of Commander, Naval Sea Systems of Command. Mixed Gas
2011; 180-199.
12. Ballenger, JJ. Etc. Ballenger’s Otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery.
13. Edmonds, Carl MD, et al. Ear Barotrauma Chapter 9 dalam Diving Medicine
for SCUBA Divers 5th Edition. Australia: National Library of Australia. 2013;
90-107.
otolaryngology. P. 40-54
16. Bailey, BT. Head & Neck Surgery Otolaryngology. Londong : Lippincott
17. Edmonds, Carl MD, et al. Sinus Barotrauma Chapter 10 dalam Diving
18. Mirza, S. etc. Otic Barotrauma from Air Travel. UK : The Journal of
19. Lalwani, AK. Current Diagnosis & Treatment : Otolaryngology Head and
Neck Surgery. 2nd Edition. NY: The McGraw Hill Companies. 2007. P. 57
44
20. MedlinePlus. Ear Barotrauma.
29 Juli 2015)
Springer. 2009. P. 33
Journal. 2003
24. Menner, AL. A Pocket Guide to The Ear. New York : Thieme Stuttgart. 2003.
P. 85
45