SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UTAMA HUSADA
No : / UH / SK.DIR./ /2018
Tentang
PANDUAN SKRINING DI DALAM DAN DI LUAR
RUMAH SAKIT UTAMA HUSADA
1
SAKIT RUMAH SAKIT UTAMA HUSADA.
Pertama : Pelaksanaan pembuatan panduan skrining Rumah Sakit
Utama Husada harus sesuai dengan panduan sebagai mana
tercantum dalam lampiran surat keputusan ini
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Ambulu
Pada Tanggal : 2018
DIREKTUR RS. UTAMA HUSADA
2
Lampiran : SK. Direktur RS. Utama Husada
Nomor : …. / UH /SK-DIR / / 2018108
Tentang : Panduan Skrining di Dalam dan di Luar RS. Utama Husada
I. Definisi
Skrining (screening) merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk
memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis
yang tidak terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25
: 974). Menurut Rochjati P (2008), skrining merupakan pengenalan dini secara
pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya masalah atau faktor risiko.
Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk mengidentifikasi
penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan
tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat
untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar-benar sehat tapi
sesungguhnya menderita kelainan.
Skrining juga dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit
atau kelainan pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan
kebutuhan pasien saat kontak pertama. Keterangan hasil skrining digunakan
untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien
rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan
menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
sebelumnya. Skrining dilakukan apabila pasien tiba di rumah sakit, pada saat
pasien di transportasi emergensi atau di sumber rujukan.
3
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah
sakit bergantung pada informasi yang didapat tentang kebutuhan pasien dan
kondisinya lewat skrining pada kontak pertama. Skrining dilaksanakan
melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, atau hasil pemeriksaan
fisis, psikologis, laboratorium klinis, atau diagnostik imajing sebelumnya.
Waktu selesai penulisan laporan operasi didefinisiskan sebagai setelah operasi,
sebelum pasien dipindah ke ruang rawat inap.
Skrining dapat terjadi di tempat pasien, ambulans, atau waktu pasien tiba
di rumah sakit. Keputusan untuk mengobati, mengirim, atau merujuk dibuat
setelah ada evaluasi hasil skrining. Bila rumah sakit mempunyai kemampuan
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan serta konsisten dengan misi dan
kemampuan pelayanannya maka dipertimbangkan untuk menerima pasien
rawat inap atau pasien rawat jalan. Rumah sakit dapat menentukan tes atau
bentuk penyaringan tertentu untuk populasi pasien tertentu sebelum ditetapkan
pasien dapat dilayani. Misalnya, pasien diare aktif harus diperiksa Clostridium
difficile atau pasien tertentu diperiksa Staphylococcus aureus yang resisten
terhadap methicillin. Tes spesifik tertentu atau evaluasi tertentu dilakukan jika
rumah sakit mengharuskannya, sebelum diputuskan dapat dilayani dirawat
inap atau terdaftar di unit rawat jalan.
4
sumber daya dan misi rumah sakit yang diidentifikasi melalui proses skrining.
Informasi yang didapat melalui proses skrining penting dalam membuat
keputusan yang tepat tentang apakah pasien dapat dilayani atau harus dirujuk.
5
Langkah-langkah skrining pra-hospital antara lain:
6
pelayanan bagi calon pasien (yang belum
terdaftar sebagai pasien) maupun pasien
lama,untuk merencanakan tindak lanjut.
IGD 1. Petugas medis/paramedis yang menerima
panggilan telepon melakukan skrining per-
telepon dengan mencatat semua informasi yang
diperlukan mulai dari kondisi pasien sampai
dengan riwayat penyakit saat ini dan/terdahulu
serta rencana tindakan lanjutan yang
direncanakan.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi,
maka dilanjutkan dengan proses pelayanan
lanjutan, yaitu pertimbangan fasilitas yang
dimiliki oleh rumah sakit untuk identifikasi
kebutuhan pelayanan yang sesuai serta konsultasi
dokter jaga IGD kepada DPJP kasus terkait.
Tenaga ambulan 1. Proses skrining dimulai saat mendapatkan
permintaan penjemputan pasien, untuk
menentukan tingkat emergensi dalam persiapan
SDM tim ambulan yang akan melakukan
penjemputan, maupun menentukan peralatan
yang dibutuhkan dalam penjemputan.
2. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi
penjemputan dengan berpatokan pada penilaian
pre transport pasien, dengan menggunakan form
transfer pasien.
3. Skrining lanjutan yaitu triage,dilakukan setelah
tiba di IGD dengan berpatokan pada pengkajian
kondisi pasien.
7
4.2 Skrining di Dalam Rumah Sakit/ Intra Hospital
Skrining didalam rumah sakit merupakan suatu proses deteksi dini atau
usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan. Skrining dapat dilaksanakan
melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,pertanyaan, pemeriksaan
fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau
diagnostik imajing pasien. Kebutuhan pasien akan pelayanan preventif, paliatif,
kuratif dan rehabilitatif di prioritaskan berdasarkan kondisi pada waktu proses
admisi sebagai pasien rawat inap. Hal tersebut terdapat pada proses assesmen
awal pasien yang dilakukan petugas, adapun penjelasan dari pelayanan preventif,
paliatif, kuratif dan rehabilitasi sebagai berikut:
4.1.1 Pelayanan Preventif
Adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi
berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau
antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian
yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja
dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian
bagi seseorang atau masyarakat.
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
4.1.2 Pelayanan Paliatif
Pelayanan paliatif adalah pelayanan interdisipliner yang berfokus
pada pasien penyakit serius atau mengancam jiwa. Tujuan pelayanan
paliatif adalah mengurangi beban penyakit, meringankan penderitaan, dan
mempertahankan kualitas hidup dari saat setelah diagnosis. Tujuan ini
dicapai melalui intervensi yang mempertahankan kesejahteraan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual, meningkatkan komunikasi dan koordinasi
pelayanan, memastikan pelayanan yang layak secara budaya dan konsisten
dengan nilai-nilai dan preferensi pasien, memberi bantuan konkrit jika
diperlukan dan meningkatkan kemungkinan bahwa pasien meninggal
dengan penderitaan minimal.
8
4.1.3 Pelayanan Kuratif
Kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga,
kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan. Pasien kuratif
indikasi rawat inap:
Diagnosa Kriteria / indikasi rawat inap
Katarak Senilis 1. Pre op denganpenyulit
2. DM
3. Hipertensi
4. Anatomi mata kecil
Trauma mata 1. Laserasi kornea
2. laserasi bulbus oculi
3. Mengancam visual
Glaucoma akut 1. Penurunan penglihatan
2. edema kornea
3. TIO > 21
4. gangguan airway
Pentonsilarabses 1.Gangguan airway
2. Resiko sepsis
3. Disfagia
4. Nyeri berat
Epistaksis 1. Perdarahan massif
2. Hipertensi tak terkontrol
3. observasi perdarahan lanjut
Hipertrofi tonsil 1. Pre operatic treatment
Prolonged pregnancy 1. Hamil ≥ 41 minggu
Myoma uteri 1. Ukuranmyoma uteri ≥ 8 cm
2. Telah terjadi perdarahan berulang
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
Preeklampsia 1. Tekanan darah ≥ 160/110
2. Proteinuria ≥ + 2
9
3. Terdapat tanda awal kejang
4. IUGR
5. Peningkatan SGPT/SGOT
6. Penurunan AT
Abortus 1. Perdarahan ≥ 150 cc
2. Keluarjaringan
3. Syokhemoragis
Hemiparesis gravidarum 1. Ketonurin +
2. Keadaanumumlemah
3. Intake makan tidak adekuat
Abnormal urterine bleeding 1. Hb ≤ 8 mg/dl
DHF 1. Trombosit< 100.000
2. Tekanan darah< 100/70 mmHg (pre syok)
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dyspepsia 1. Muntah
2. Nyeri dada karena gastro esophageal
reflux desease
3. Dehidrasi
Diare 1. Dehidrasi sedang – berat
2. Muntah sampai tidak ada obat yang bisa
masuk
3. Pre-syok TD <100/60
Asma 1. Keluhan tidak membaik dengan 2x
nebulizer
2. Respirasi rate >40
Periapical abscess without sinus 1. Suhu tinggi
(K04-7) 2. Susah menelan
3. Nadi cepat
Periapical abscess with sinus 1. Suhu tinggi
10
(K04-7) 2. Susah menelan
3. Nadicepat
4. Nafas terganggu
4.1.4 Pelayanan Rehabilitatif
Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-
penderita yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-
kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama. Usaha yang
dilakukan, yaitu:
a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah
tulang, kelainan bawaan
b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya,
TBC (latihan nafas dan batuk), Stroke (fisioterapi).
Dalam pelaksanaannya skrining didalam rumah sakit dilaksanakan
melalui tahapan berikut :
1. Pemeriksaan saat pasien datang
Semua pasien yang datang ke IGD harus diprioritaskan
pada saat kedatangan, oleh tenaga terlatih dan perawat
berpengalaman. Penilaian awal umumnya harus tidak
mengambil lebih dari 2 - 5 menit. Penilaian awal tersebut
dilaksanakan melalui kriteria triase yang menggunakan skala
triase Australia, selanjutnya petugas melaksankan penilaian
lanjutan.
2. Skrining dilakukan melalui :
a. Kriteria triase (SPO Triase pasien)
b. Evaluasi visual atau pengamatan, (keadaan umum pasien)
c. Pertanyaan ( anamnesa pasien )
d. Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik,
e. Psikologik,
f. Hasil laboratorium klinik atau diagnostik imajing pasien.
g. Ketersediaan kamar rawatan
h. Identifikasi kebutuhan pasien berkenaan dengan pelayanan
11
preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitatif
3. Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis IGD yang
mencakup :
a. Identitas pasien
b. Anamnesis pasien
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang
e. Diagnosis pasien
4. Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis elektronik
di admisi yang mencakup:
a. Identitas pasien
b. Anamnesis pasien
c. Pemeriksaan penunjang
Skrining dapat dilakukan oleh setiap petugas di are rumah
sakit mulai dari petugas medis hingga non medis. Hal ini
dikarenakan, skrining didasarkan pada kondisi pasien pada kontak
pertamakali dimana pasien tidak mungkin langsung kontak dengan
paramedic melainkan dengan petugas non medis di sekitar rumah
sakit. Berikut ini adalah bagan alur skrining di dalam dan di luar
rumah sakit di dalam rumah sakit:
Pendaftaran pasien
Bila pada pasien tidak
ada kegawatdaruratan
Rawat Jalan / Unit
yang dituju
Pasien tiba Skrining oleh
di RS Petugas RS
Bila pada pasien ada Instalasi Gawat
kegawatdaruratan Darurat
12
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati pasien yang masuk ke dalam ruang lingkup Rumah
Sakit Utama Husada, bila melihat ada pasien yang terlihat
kegawatan seperti; sesak, nyeri dada kiri tembus punggung, tidak
sadar, nyeri hebat. Maka petugas membantu pasien dan
mengarahkan ke IGD untuk dilakukan Triage di IGD.
c. Bila ada pasien membutuhkan bantuan, petugas non medis
menanyakan keluhan pasien tersebut (sambil melihat apakah ada
kegawatan atau tidak pada pasien). Bila ada kegawatan pasien
dibantu dan diarahkan ke IGD dan bila tidak ada kegawatan dan
pasien ingin berobat diarahkan ke bagian pendaftaran.
Contoh:
Petugas : Selamat Pagi/Siang/ Malam bu, ada yang bisa
saya bantu? (sambil mengamati kondisi pasien)
Pasien : Selamat Pagi/Siang/Malam pak… Saya mau
berobat, pendaftaran dimana ya?
Petugas : (bila pasien terlihat sakit) ibu ada keluhan
apa, sepertinya ibu terlihat pucat/ nyeri?
(bila pasien terlihat baik arahkan ke
pendaftaran)
Pasien : Kepala saya pusing dan dada saya nyeri
Petugas : Kalau begitu ibu sebaiknya ke IGD untuk
mendapatkan perawatan yang cepat, mari ibu
saya temani. (Bantu pasien hingga sampai ke
IGD agar dapat dilakukan Triage di IGD)
d. Bila petugas melihat kegawatan yang berhubungan dengan
kehamilan seperti; ketuban pecah, perdarahan, kontraksi dan lain-
lain, maka petugas membantu pasien agar dapat dibawa ke Ruang
Bersalin dan ditindak lanjuti oleh bidan atau dokter yang
bertugas.
13
e. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas diharapkan
membantu pasien hingga sampai ke IGD atau petugas
menghubungi perawat IGD agar perawat IGD dapat
mengevakuasi pasien dengan benar.
3. Petugas Farmasi
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati setiap pasien yang memberikan resep di Apotik, bila
pasien terlihat kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas, sesak dan
lain-lain, maka tanyakan keluhan pasien dan sudah berobat atau
belum.
c. Bila pasien belum berobat maka arahkan pasien agar berobat ke IGD
agar mendapatkan pengobatan dan tindak lanjut di IGD.
14
d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke IGD untuk
penanganan kegawatannya, sehingga dokter IGD dapat berkoordinasi
dengan DPJP untuk kegawatan pasien agar dapat ditindak lanjuti.
15
(bila pasien dalam kondisi sehat dan membutuhkan pengobatan)
atau diarahkan ke IGD
4.4.2 Dokter
a. Skrining medis dilakukan oleh dokter yang berkontak pertama
dengan pasien.
b. Skrining medis juga sekaligus dimaksudkan untuk mengidentifikasi
pasien-pasien asimptomatik yang berisiko mengidap gangguan
kesehatan serius.
c. Melalui proses skrining diharapkan dapat mengurangi morbiditas
atau mortalitas penyakit dengan penanganan dini terhadap kasus-
kasus yang ditemukan.
d. Skrining medis dilakukan melalui kriteria triase, anamnesis,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik
imajing.
e. Pada kasus rujukan, skrining dapat dilakukan sebelum pasien
dikirim atau sebelum pasien tiba di IGD, bisa dilakukan via telepon
maupun datang sendiri.
f. Bila pasien rujukan dilakukan dengan penjemputan, maka skrining
dilakukan ketika tim medis sampai di tempat penjemputan.
g. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan
pelayanan dan fasilitas yang dibutuhkan pasien rawat inap dan
rawat jalan dengan tepat.
V. DOKUMENTASI
16
Pendokumentasian skrining terutama skrining medis, perlu didokumentasikan
dalam berkas rekam medis. Tujuan pendokumentasian ini untuk mengikuti
perkembangan penyakit dan evaluasi pengobatan ataupun penanganan, serta
nantinya akan digunakan untuk bahan perencanaan pemulangan pasien.
Ditetapkan di : Ambulu
Pada Tanggal : 2018
DIREKTUR RS. UTAMA HUSADA
17