Anda di halaman 1dari 15

PERENCANAAN BENDUNG

1. Perencanaan Hidrolis Bendung


1.1 Lebar dan Tinggi Bendung
Lebar bendung adalah jarak antara kedua pangkal bendung (Abutment). Lebar
bendung sebaiknya diambil sama dengan lebar rata-rata sungai dengan lebar
maksimum hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai pada ruas
yang stabil. Pada bagian hilir ruas sungai, lebar rata-rata ini dapat diambil pada
debit penuh (Bankfull Discharge), sedangkan pada bagian hulu sungai atau
daerah pegunungan/dataran tinggi, sering kesulitan untuk menentukan debit
penuh ini. Untuk hal ini dapat diambil muka air banjir tahunan sebagai patokan
lebar rata-rata.
Penentuan tinggi bendung, terutama didasarkan pada kebutuhan energi (head)
PLTM. Namun bendung yang tinggi biasanya mempunyai masalah pada
konstruksinya yang berat, terutama dari segi stabilitas tubuh bendungnya.
Setelah dikaji dari berbagai kondisi dan pertimbangan, maka ditentukan
parameter teknis bendung PLTM sebagai berikut :
Elevasi Dasar Bendung : + 363 m dpl
Tinggi Bendung (p) :3m
Elevasi Mercu Bendung : + 366 m dpl
Lebar Bendung (Bb) : 24 m
Pintu Bilas (b) : 2 x 1,5 m
Tebal Pilar : 2 x 0,75 m
Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran.

Gambar 2.1
Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

Contoh perhitungan hidrolis bendung 1


Gambar 2
Sketsa Tubuh Bendung

Contoh perhitungan hidrolis bendung 2


1.2 Tinggi Muka Air Banjir di Hilir Bendung
Tinggi Muka Air (MA) banjir di hilir bendung adalah sama dengan tinggi MA
banjir pada sungai asli, sebelum ada bendung. Perhitungannya dilakukan
dengan rumus aliran Manning, sebagai berikut :
1 2 3 12
V R I
n
Dimana : V = Kecepatan
n = Koefisien Manning
R = Jari-jari Hidraulis
I = Kemiringan Dasar
Rumus kontinuitas :
Q = A.V
Dimana : Q = Debit
A = Luas Penampang [= (h)]
Selanjutnya, proses perhitungan dilakukan secara tabelaris dan diperoleh tinggi
MA banjir seperti disajikan pada Tabel 2.1, Tabel 2.2, Gambar 2.3 dan
diketahui tinggi air banjir pada debit rencana (h) = 1,80 m. Dari info yang
diperoleh pada saat survey di lapangan dapat dipastikan bahwa banjir yang
pernah terjadi tidak pernah melebihi 1,80 m.
Tabel 1
Perhitungan Tinggi Banjir Sungai

Lebar sungai (B) m = 23


Kemiringan (I) = 0.0036
Manning (n) = 0.025
Q100th m3/dt = 145,31

Gambar 3
Sketsa Potongan Melintang Sungai Pada Lokasi Bendung PLTM

Contoh perhitungan hidrolis bendung 3


Tabel 2
Tinggi Banjir di Hilir Sungai
B h A P R 1/n I V Q
(m) (m) (m2) (m) (m) (m/dt) (m3/dt)
23 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0000 0.00 0.00
23 0.50 11.75 24.41 0.48 40.00 0.0036 1.47 17.32
23 1.00 24.00 25.83 0.93 40.00 0.0036 2.29 54.85
23 1.50 36.75 27.24 1.35 40.00 0.0036 2.93 107.68
23 1.80 44.52 28.08 1.59 40.00 0.0036 3.26 145.31
23 2.50 63.75 30.07 2.12 40.00 0.0036 3.96 252.49
23 3.00 78.00 31.49 2.48 40.00 0.0036 4.39 342.74

3.5

3.0
Tinggi Muka Air (h) m

2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Debit (Q) m3/det

Gambar 4
Lengkung Debit di Hilir Bendung

1.3 Lebar Efektif Bendung


Karena adanya pintu bilas dan pilar, maka lebar bendung yang dapat
mengalirkan banjir secara efektif menjadi berkurang, yang disebut dengan
lebar efektif (Beff). Pengurangan lebar disebabkan oleh tiga komponen, yaitu :
 Tebal pilar
 Bagian pintu bilas yang bentuk mercunya berbeda dari mercu bendung
 Kontraksi pada dinding pengarah dan pilar.
Dalam perhitungan lebar efektif bendung, lebar pembilas yang sebenarnya
diambil 80 % dari lebar rencana untuk mengompensasi perbedaan koefisien
debit dibanding mercu bendung yang berbentuk bulat.

Ilustrasi Lebar Efektif Mercu

Contoh perhitungan hidrolis bendung 4


Oleh karena itu lebar efektif bendung PLTM, dengan sketsa seperti pada
Gambar 2.1 menjadi :
Be = B1e + Bs1 + Bs2
B1e  B  2nKP  Ka Hi (KP 02 Hal 92)
Untuk model bendung pada Gambar 1, nilai n sama dengan 2.
Sehingga : B1e = B – 2 Ka . Hi
Dimana : Be = Lebar Effektif Bendung

B = Bb  t   b
Bb = Lebar Optimal Bendung
B1e = Lebar Effektif Mercu Bendung
Bs1 = Lebar Effektif Pintu Pembilas 1
Bs2 = Lebar Effektif Pintu Pembilas 2
Kp = Koefisien Kontraksi Pada Pilar ( 0.01)
Ka = Koefisien Kontraksi Pada Dinding ( 0.1 )
t = Tebal Pilar
b = Lebar Pintu
n = Jumlah Pilar
H = Tinggi Energi (m).
Tabel 3
Nilai-Nilai Koefisien Kontraksi Pilar dan Tembok Pangkal
Bentuk Pilar / Tembok Kp Ka
 Pilar berujung segi empat dan sudut-sudut yang
dibulatkan dengan jari-jari yang hampir sama
dengan 0,1 kali tebal pilar. 0,02
 Pilar berujung bulat 0,01
 Pilar berujung runcing 0
 Pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu
pada 90O ke arah aliran 0,20
 Pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada
90O ke arah aliran di mana 0,5 H1> r > 0,15 H1 0,10
 Pangkal tembok bulat di mana r > 0,5 H1 dan
tembok hulu tidak lebih dari 45O ke arah aliran 0

Beff = B1e + BS1 + BS2


B1e = B – 2 Ka . Hi = 19,5 – 2 (0,1) . Hi
BS1 = 0,8 . Bpembilas
BS2 = 0,8 . Bpembilas
Beff = B1e + BS1 + BS2
= 19,5 m – 2(0,1) . (2,35 m) + (0,8 . 1,5 m) + (0,8 . 1,5 m) = 21,43 m

Contoh perhitungan hidrolis bendung 5


Hasil perhitungan diperoleh lebar efektif bendung (Beff) adalah = 21,43 m.
1.4 Tinggi Muka Air Banjir di Hulu Bendung
Tubuh bendung dibuat dari batu kali, kemudian permukaannya di selimuti
dengan lapisan beton bertulang. Adapun untuk bentuk mercu dipilih tipe bulat
dengan satu jari-jari lengkungan dengan r = 1,5 m. Bentuk mercu bulat dipilih
dikarenakan bentuknya yang sederhana, mempunyai bentuk mercu yang lebih
besar, sehingga tahan terhadap benturan batu gelundung maupun bongkahan,
tahan terhadap abrasi dan pengaruh kavitasi hampir tidak ada atau tidak begitu
besar jika memenuhi syarat minimum yaitu 0.3 h < R < 0.7 h. Selain itu,
bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih
tinggi (44%) dibandingkan dengan koefisien bendung ambang lebar. Pada
sungai, mercu bulat akan banyak memberikan keuntungan karena bangunan
ini akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit
menjadi lebih tinggi karena lengkung streamline dan tekanan negatif pada
mercu. (KP 02 Halaman 94 - 95). Bagian tubuh bendung pada bagian hilir dan
hulu direncanakan memiliki kemiringan yang berfungsi untuk mengalirkan air
dan melindungi bagian bendung dari penggerusan yang diakibatkan oleh
tekanan air yg mengalir, serta untuk mencegah menumpuknya endapan yg
membuat penumpukan pada tubuh bendung.
Rumus Koefisien debit :
Cd = Co* C1* C2
Rumus pengaliran sebagai berikut :

Q  2 C d . 2 g .H 1,5 .Be (KP 02 Hal 95)


3 3
Dimana : Q = Debit Aliran di Atas Mercu, m3/det
Cd = Koefisien Debit
C0 = Koefisien Bendung Ambang Bulat Sebagai Fungsi
Perbandingan H1/r
C1 = Koefisien Fungsi Perbandingan P/H1
C2 = Koefisien Bendung Mercu Ogee Dengan Muka Hulu
Melengkung Fungsi Perbandingan P/H1
g = Gravitasi
H = Tinggi Energi Hulu
Be = Lebar Efektif

Contoh perhitungan hidrolis bendung 6


Jari - Jari pembuatan mercu untuk pasangan batu dari KP - 02 Hal 42 (0.3 Hi <
r < 0.7 Hi) diperoleh r = 1,5 m. Dari grafik KP - 02 diperoleh C0 = 1,26 yang
merupakan fungsi H1/r = 1,52 ; C1 = 0,993 yang merupakan fungsi P/H1 = 1,32
; C2 = 0,996 yang merupakan fungsi P/H1 = 1,32. Didapatkan Cd = 1,25. Grafik
C0, C1, C2 seperti terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar 5
Harga-harga Koefisien C0 Untuk Bendung Ambang Bulat Sebagai Fungsi
Perbandingan H1/r

Gambar 6
Koefisien C1 Sebagai Fungsi Perbandingan P/H1

Gambar 7
Harga-harga Koefisien C2 Untuk Bendung Mercu Tipe Ogee Dengan
Muka Hulu Melengkung (menurut USBR, 1960)

Contoh perhitungan hidrolis bendung 7


Untuk mencari Cd, diasumsi Cd = 1,3.
Percobaan 1 :
Diketahui : P =3m
Q = 145,31 m3/dtk
Dicoba : Cd = 1,3 , diperoleh Hi = 2,28 m
R = 1,5 m
Hi/r = 2,28 /1.5  Co = 1,26
P/Hi = 3/2,28  C1 = 0,993
 C2 = 0,996
Cd = C0 x C1 x C2 = 1,25 (tidak sesuai dengan asumsi)
Percobaan 2 : Cd = 1,25 , diperoleh Hi = 2,35 m
Hi/r = 2,35/1.5  Co = 1,26
P/Hi = 3/2,35  C1 = 0,993
 C2 = 0,996
Cd =C0 x C1 x C2 = 1,25...... OK
Jadi dari perhitungan di atas diperoleh nilai Hi = 2,35 m.
Cek :
Q = Cd x 2/3 x (2/3 x g)1/2 x B x Hi 3/2
145,31 = 1,25 x 2/3 x (2/3 x 9,81)1/2 x 19,5 x 2,353/2
145,31 = 145,31 OK
Setelah diperoleh Cd, maka dapat ditetapkan :
Hi = 2,35 m dan Beff = 21,43 m.
1.5 Perhitungan Tinggi Banjir di Hulu Bendung
Selanjutnya, perhitungan tinggi banjir di hulu bendung disajikan pada Tabel 4
dan pada debit rencana diperoleh tinggi banjir sebesar 2,28 m, dengan elevasi
MAB hulu = + 368,28 m dpl. Tinggi Freeboard pada bendung menjadi 1 m
untuk mengantisipasi perubahan Catchment Area di masa yang akan datang.
Tabel 4
Perhitungan Tinggi Banjir di Hulu Bendung
Hi Q h
0.00 0.00 0.00
0.30 6.79 0.30
0.60 19.14 0.60
0.90 35.05 0.90
1.20 53.79 1.20
1.50 74.94 1.49
1.70 90.23 1.69
2.00 114.78 1.98
2.35 145.31 2.28
2.50 159.57 2.42
3.00 208.65 2.89

Contoh perhitungan hidrolis bendung 8


3.5

Tinggi Muka Air (h) m


3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0 50 100 150 200 250
Debit (Q) m3/det
Gambar 8
Lengkung Debit di Hulu Bendung
1.6 Peredam Energi
Pada rencana bendung PLTM diketahui bahwa kondisi sungai di daerah
tersebut terdapat batuan breksi. Kondisi sungai seperti ini sangat memerlukan
tipe peredam energi yang cocok. Adapun peredam energi yang cocok untuk
daerah ini adalah peredam energi tipe bak tenggelam/submerged bucket. Tipe
ini dipilih karena bendung di sungai yang mengangkut bongkah atau batu-batu
dengan dasar yang relatif tahan terhadap gerusan. Sesuai penjelasan di KP 02
Halaman 114.
Perhitungan Submerged Bucket adalah sebagai berikut :

V1 = 2.g (H  Hd)  (Ven Te Chow, 1983)


(Mazumder, S.K. 1983. Irrigation Engineering. New Delhi. Tata Mc Graw-Hill
Publising Company Limited.)

V1 = 2.g (H  Hd) = 2.9,81(3  2,28)  3,76 m/dtk


R = 0,305 . 10p
P = (V1 + 6,4 Hd + 4,88)/(3,6 Hd + 19,5)
P = (3,76 + 6,4 . 2,28 + 4,88)/(3,6 . 2,28 + 19,5) = 0,82
R = 0,305 . 100,82 = 2,03 m
Untuk menentukan elevasi dasar lantai peredam, digunakan rumus sebagai
berikut :

Contoh perhitungan hidrolis bendung 9


Gambar 9
Ilustrasi Peredam Energi Tipe Submerged Bucket / Bak Tenggelam

P =3m
g = 9.810 m2/dt
q = Q100/Beff = 145,31 m3/dt / 21,43 m

q2
hc = 3 = 1,552
g

H = (elevasi MA hulu - elevasi hilir) = 3,70 m


∆H/hc = 2,387
Tmin/hc = 1,7 (∆H/hc)^0.33 = 1,59
Tmin = 2,46 m
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh elevasi dasar bucket yaitu M.A.B Hilir
– Tmin = 364,79 – 2,46 = 362,33 m dpl karena pada kontrol loncatan air tidak
memenuhi syarat, maka digunakan elevasi dasar bucket 361.07 m dpl (lihat
tabel 5 halaman 11). Berikut ini perhitungan kontrol loncatan air.
2
Q v1
Elevasi MAB di hulu = Elevasi Dasar Bucket + +
Bb.v1 2.g
2
Q v1
Elevasi MAB di hulu = (Elevasi MAB di hilir – TailWater) + +
Bb.v1 2.g
2
Q v1
368,28 = 362,33 + +
24,0.v1 2.9,81
Maka : Q =A.V
Q = (8902,08 x v1) - (24 x v1 x 361,07) - (1,22 x v13)
145,31 = (8902,08 x v1) - (24 x v1 x 361,07)
= - (1,22 x v13)
v1 = 12,61

Contoh perhitungan hidrolis bendung 10


Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5
Mencari Nilai Froude
Elevasi v1 Q yu Fr y2 Elev Loncatan Elev MAB Kontrol
362.33 12.61 145.31 0.48 5.81 3.71 366.05 364.80 TDK OK
361.07 13.58 145.31 0.45 6.50 3.38 364.45 364.80 OK

Bilangan Froude dapat dicari dengan rumus :


v1
Fr = (KP-02 Hal 111).
g. yu
Dimana : Fr = Bilangan Froude
V1 = Kecepatan Awal Loncatan Air (m/dtk)
g = Gravitasi (9,8 m/dtk2)
yu = Kedalaman Air di Awal Loncat Air (m)
v1 12,61
maka : Fr = =  5,81
g . yu 9,8.0,48

Dengan nilai bilangan Fr = 5,81 sebenarnya peredam energi kolam USBR tipe
III masih dapat digunakan karena nilai Fr lebih dari 4,5, akan tetapi karena di
lokasi bendung ditemukan banyak boulder lepas, maka peredam energi yang
digunakan adalah tipe Submerged Bucket.
2 Analisa Rembesan
2.1. Metode Lane
Terhadap tubuh bendung yang telah direncanakan di depan, dilakukan
perhitungan panjang jalur rembesan. Kondisi yang diperhitungkan adalah
kondisi banjir dan kondisi normal. Kedua kondisi tersebut diperlihatkan pada
gambar di bawah ini.

Gambar 10
Sketsa Rembesan Metoda Lane

Contoh perhitungan hidrolis bendung 11


Hasil perhitungan panjang jalur rembesan diperlihatkan pada Tabel 6 dibawah
ini.
Tabel 6
Hasil Perhitungan Metode Lane
Jalur Rembesan Panjang Jalur Rembesan
(Segmen) Vertikal Horizontal
m m
A-B 2
B-C 3
C-D 0.5
D-E 2
E-F 1
F-G 6
G-H 0.8
H-I 3
∑ 4.3 14
Dari tabel di atas, diperoleh CL untuk kondisi di atas :
a) Cek rembesan terhadap kondisi banjir
Hb = 3,78 m
1 1
 L V   LH 4,3  ( x14)
C  3 = 3 = 9,45 m
L ΔH 3,78
b) Cek rembesan terhadap kondisi normal
Hn = 3 m

1 1
 L V   LH 4,3  ( x14)
C  3 =
3 = 8,97 m
L ΔH 3
Metode Lane memberikan batas angka harga minimum seperti pada
Tabel 7 di bawah ini :
Tabel 7
Harga-harga Minimum Angka Rembesan Lane (CL)
No
Macam Pondasi CL
.
1. Pasir sangat halus atau lanau 8,5
2. Pasir halus 7,0
3. Pasir sedang 6,0
4. Pasir kasar 5,0
5. Kerikil halus 4,0
6. Kerikil sedang 3,5
7. Kerikil kasar termasuk berangkal 3,0
8. Bongkah dengan sedikit berangkal dan kerikil 2,5
9. Lempung lunak 3,0
10. Lempung sedang 2,0
11. Lempung keras 1,8
12. Lempung sangat keras 1,6

Sumber : Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-02), DPU.

Contoh perhitungan hidrolis bendung 12


Perbandingan antara panjang yang diperoleh dan yang ada, seperti pada hasil
perhitungan di bawah ini :
L perlu = CL x Hb
L perlu = 9,45 m
L ada = ∑Lv + 1/3 ∑LH = 4,3 m + 1/3 (14 m) = 9,45 m
Hasil Perhitungan Angka Rembesan
୐ୟୢୟ ଼ǡଽ଻
CL kondisi banjir = = ଷǡ଻଼ = 2,37
ୌୠ
୐ୟୢୟ ଼ǡଽ଻
CL kondisi normal = = = 2,99
ୌ୬ ଷ

Lantai Muka Perlu = Lperlu – Lada = 0,48 m


Dari perhitungan di atas, atas dasar Metode Lane, bendung perlu lantai muka
sebesar 0,48 m .
2.2. Metode Blight
Terhadap tubuh bendung yang telah direncanakan di depan, dilakukan
perhitungan panjang jalur rembesan. Kondisi yang diperhitungkan adalah
kondisi banjir dan kondisi normal. Kedua kondisi tersebut diperlihatkan pada
gambar di bawah ini.

Gambar 11
Sketsa Rembesan Metoda Blight

Hasil perhitungan panjang jalur rembesan diperlihatkan pada Tabel 2.8 di


bawah ini.

Contoh perhitungan hidrolis bendung 13


Tabel 8
Hasil Perhitungan Metode Blight

Dari tabel di atas, diperoleh CB untuk kondisi di atas :


a) Cek rembesan terhadap kondisi banjir
Hb = 3,78 m
LV   LH 4,3  14
C  = = 18,9 m
B ΔH 4,28
b) Cek rembesan terhadap kondisi normal
Hn = 3 m
 LV   LH 4,3  14
C  = = 18,3 m
B ΔH 3
Metode Blight memberikan batas angka harga minimum seperti pada
Tabel 9 di bawah ini :
Tabel 9
Harga-harga Minimum Angka Rembesan Blight (CB)

Sumber : Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-02), DPU.

Perbandingan antara panjang yang diperoleh dan yang ada, seperti pada hasil
perhitungan di bawah ini :

Contoh perhitungan hidrolis bendung 14


Angka rembesan Blight = 5 (minimum)
L perlu = Cb x Hb = 18,9 m
L ada = ΣLv + ΣLH
= 4,3 m + 14 m = 18,3 m
Hasil Perhitungan Angka Rembesan
௅௔ௗ௔ ଵ଼Ǥଷ
Cb kondisi banjir = = ଷǤ଻଼ = 4,84
ு௕
௅௔ௗ௔ ଵ଼ǡଷ
Cb kondisi normal = = = 6,10
ு௡ ଷ

Lantai muka perlu = L perlu – L ada


= 18,9 – 18,3 = 0,60 m dipakai 1 m
Dari perhitungan di atas, maka atas dasar Metode Blight, bendung perlu lantai
muka sebesar 1 m.

Contoh perhitungan hidrolis bendung 15

Anda mungkin juga menyukai