Anda di halaman 1dari 7

LINE BALANCING

Line Balancing ialah penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari


suatu lintasan perakitan ke stasiun kerja untuk meminimumkan banyaknya
stasiun kerja dan meminimumkan total idle time pada semua stasiun kerja
untuk tingkat output tertentu.

Maksud dan tujuan line balancing:


a. Lintasan bersifat seimbang, setiap stasiun kerja mendapat tugas yang sama
nilainya berdasarkan waktu.
b. Minimasi jumlah tenaga kerja
c. Minimasi jumlah waktu menganggur di setiap stasiun kerja

Precedence diagram dapat disususn menggunakan dua simbol dasar:


1. Elemen simbol, adalah lingkaran dengan nomor atau huruf elemen terkandung di
dalamanya. Elemen akan diberi nomor/huruf berurutan untuk menyatakan
identifikasi.

2 b
atau

2. Hubungan antar simbol, biasanya menggunakan anak panah untuk menyatakan


hubungan dari elemen simbol yang satu terhadap elemen simbol lainnya.

1 2 3

1
Elemen 1 harus mendahului (precedence) elemen 2 dan elemen 2 harus
mendahului elemen 3.

Metode keseimbangan lintasan dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok,


yaitu:
1. Pendekatan analitis
• Meode 0-1 (zero-one)
• Metode Hulgeson and Birnie (ranked positional weight-RPW)
2. Pendekatan Heuristik
• Metode Kilbridge and Wester (region approach)
• Metode integer

Metode Hulgeson and Birnie (ranked positional weight-RPW)

Contoh kasus:

Diketahui jaringan kerja seperti pada Gambar 1, waktu baku setiap


operasinya adalah sebagaimana terlihat di Tabel 1. Rencanakan lintasan untuk
menghasilkan 4000 unit per tahunnnya. (Jumlah hari jam kerja = 250 hari)

4 7
2

9
1 6 8

3 5

Gambar 1

2
Tabel 1

Operasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Waktu Baku (Menit) 58 63 27 35 26 61 34 124 62

Penyelesaian:

Jumlah jam kerja 1 tahun = (250 Hari x 8 jam x 60 menit) = 120.000 menit

Waktu siklus = 120.000 / 4000 produk = 30 menit per produk. Tampak jelas
bahwa kecepatan operasi 1,2,4,6,7,8 dan 9 lebih lambat dibandingkan dengan
kecepatan lintasan yang diinginkan.

Sehingga sebagai solusinya adalah tetapkan kecepatan operasi terpanjang


sebagai kecepatan lintasan. Untuk itu produk yang dihasilkan hanya akan
mencapai 1000 unit per tahunnya.

¾ Memindahkan jaringan kerja ke precedence matriks. Angka 1 dalam sel


berarti antar operasi memiliki hubungan keterdahuluan. Sedangkan angka 0
berarti tidak memiliki hubungan keterdahuluan antar operasi.

Operasi Operasi Lanjutan


Pendahulu 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 - 1 1 1 1 1 1 1 1
2 0 - 0 1 0 0 1 1 1
3 0 0 - 0 1 1 1 1 1
4 0 0 0 - 0 0 1 1 1
5 0 0 0 0 - 0 0 1 1
6 0 0 0 0 0 - 1 1 1
7 0 0 0 0 0 0 - 1 1
8 0 0 0 0 0 0 0 - 1
9 0 0 0 0 0 0 0 0 -

¾ Menentukam bobot posisi untuk tiap operasi berdasarkan precedence


matriks

3
Operasi Operasi Lanjutan
Pendahulu 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1(58) - 63 27 35 26 61 34 124 62
2(63) 0 - 0 35 0 0 34 124 62
3(27) 0 0 - 0 26 61 34 124 62
4(35) 0 0 0 - 0 0 34 124 62
5(26) 0 0 0 0 - 0 0 124 62
6(61) 0 0 0 0 0 - 34 124 62
7(34) 0 0 0 0 0 0 - 124 62
8(124) 0 0 0 0 0 0 0 - 62
9(62) 0 0 0 0 0 0 0 0 -

¾ Mengurutkan Prioritas Operasi Berdasarkan Bobot Posisi

Prioritas 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Operasi 1 3 2 6 4 7 5 8 9
Bobot 490 334 318 281 255 220 212 186 62
Posisi

¾ Pembebanan Operasi ke Stasiun Kerja (Metode Bobot posisi)

Waktu siklus = Waktu terbesar = 124’

Total Waktu produksi = 490’

Sehingga jumlah stasiun kerja = = 3,95 4 stasiun kerja

Stasiun Kerja Operasi Kecepatan Stasiun Waktu Menganggur


1 1,3,4 58+27+35 = 120’ 4 menit
2 2,6 63+61=124’ 0 menit
3 5,7,9 26+34+62=122’ 2 menit
4 8 124 menit 0 menit
Total waktu menganggur 6 menit

4
¾ Pembebanan Operasi ke Stasiun Kerja (Metode Trial and Error)

Mempertukarkan operasi antarstaiun kerja agar waktu menganggur antar


stasiun agar lebih berimbang.

Stasiun Kerja Operasi Kecepatan Stasiun Waktu Menganggur


1 1,2 58+63 = 121’ 3 menit
2 3,4,6 27+35+61=123’ 1 menit
3 5,7,9 26+34+62=122’ 2 menit
4 8 124 menit 0 menit
Total waktu menganggur 6 menit

Hasil penyeimbangan lintasan dapat dilihat pada Gambar 2. Hasilnya adalah


satu lintasan produksi dengan kecepatan 124 menit per produk.

Bahan
Baku

123 Menit 122 Menit 124 Menit

STASIUN KERJA 1 STASIUN KERJA 2 STASIUN KERJA 3 STASIUN KERJA 4

Operasi 1 , 2 Operasi 3/4/6 Operasi 5/7/9 Operasi 8

Produk
Kecepatan Lintasan 124
Jadi
Menit per produk

5
Efisiensi:

Stasiun 1 : (121 / 124)*100% = 97.58%

Stasiun 2 : (123 / 124)*100% = 99.19%

Stasiun 3 : (122 / 124)*100% = 98,39%

Stasiun 4: (124 / 124)*100% = 100%

™ Efisiensi Lini = % efisiensi lintasan: (97.58% + 99.19% + 98,39% +


100%) / 4 = 395,16 / 4 = 98,79%

Efisiensi Lini = .100% = .100%= 98,79%

Dimana:

TSi = Total waktu operasi

K = Jumlah stasiun kerja

CT = waktu siklus

Efisiensi lini merupakan rasio antara waktu yang digunakan dengan


waktu yang tersedia

™ Balanced Delay (BD) = % idle = 100% - % Efisiensi Lintasan

= 100% - 98,79%

= 1,21 %

Balanced delay merupakan rasio antara waktu menganggur dengan


waktu yang tersedia

6
™ Smoothness Index (SI) = ∑ = √3 1 2 0 = 3,74
Dimana:
CT = Waktu siklus
STk = waktu stasiun kerja ke-i
Smoothness Index merupakan suatu indek yang mempunyai kelancaran
relatif dari penyeimbangan lini

Anda mungkin juga menyukai