Kelompok 19
1. Dwi Wahyu Setiyani
(13414021)
(13414069)
(13414093)
5. Benedicta Leonie
(13414094)
LEMBAR PENGESAHAN
Asisten Laboratorium Sistem Produksi yang bertandatangan di bawah ini
mengesahkan Laporan Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II Modul 6
Perancangan Sistem Produksi Perakitan Kelompok 19 yang terdiri dari :
1. Dwi Wahyu Setiyani (13414021)
2. Ananda Dwi Nurhayati (13414046)
3. Diky Rizkianto (13414069)
4. Irfan Dwi Prasetyo (13414093)
5. Benedicta Leonie (13414094)
Dan menyetujui untuk dikumpulkan pada :
Hari
: Jumat
Tanggal
: 18 November 2016
Waktu : 12.00 WIB
Asisten
13413099
LEMBAR ASISTENSI
TERLAMPIR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Tujuan Praktikum
BAB II
PENGOLAHAN DATA
2.1 Data Demand (lele)
2.2 Data Waktu Baku Per Elemen (lele)
2.3 Perhitungan Waktu Siklus (nanda)
2.4 Perhitungan Jumlah Stasiun Kerja Minimum (nanda)
2.5 Perhitungan Iterasi Nol dengan Algoritma Penyeimbangan Lintasan
Perakitan
2.5.1 Metode Helgeson Birnie
Metode Helgeson Birnie merupakan salah satu metode line balancing
dengan melakukan pembobotan posisi terhadap setiap elemen kerja penyusun
lintasan produksi berdasarkan precedence diagram. Pada metode ini proses
iterasi dilakukan dengan cara menggabungkan stasiun kerja yang berdekatan
dan feasible dari segi urutan dan cycle time-nya. Berikut adalah tahapan yang
dilakukan dari metode Helgeson Birnie:
1. Hitung bobot posisi setiap elemen kerja berdasarkan precedence diagram.
2. Bobot posisi suatu elemen adalah jumlah waktu elemen-elemen pada
rantai terpanjang yang dimulai oleh elemen tersebut sampai elemen
terakhir. Urutkan elemen-elemen kerja menurut bobot posisi dari besar ke
kecil.
3. Tempatkan elemen kerja dengan bobot terbesar pada stasiun kerja, selama
tidak melanggar precedence constraint dan waktu stasiun tidak melebihi
desired
cycle
time.
Elemen
kerja
yang
telah
ditempatkan
tidak
Waktu
Elemen
0.00
1.30
2.15
2.63
13.45
22.51
1.23
1.26
19.16
10
3.08
11
5.29
12
23.12
13
21.95
14
1.98
15
2.71
16
20.00
17
15.55
18
1.70
Elemen Kerja
Bobot Posisi
Waktu Elemen
127.46
0.00
127.46
1.30
121.32
2.15
44.58
2.63
126.16
13.45
119.17
22.51
112.71
1.23
96.66
1.26
111.48
19.16
10
95.40
3.08
11
92.32
5.29
12
87.03
23.12
13
63.90
21.95
14
41.95
1.98
15
39.97
2.71
16
37.26
20.00
17
17.25
15.55
18
1.70
1.70
Setelah dilakukan perhitungan bobot posisi setiap elemen kerja, maka akan
diurutkan berdasarkan bobot posisi terbesar hingga terkecil. Berikut adalah hasil
pengurutannya:
Elemen Kerja
Bobot Posisi
Waktu Elemen
127.46
0.00
127.46
1.30
126.16
13.45
121.32
2.15
119.17
22.51
112.71
1.23
111.48
19.16
96.66
1.26
10
95.40
3.08
11
92.32
5.29
12
87.03
23.12
13
63.90
21.95
44.58
2.63
14
41.95
1.98
15
39.97
2.71
16
37.26
20.00
17
17.25
15.55
18
1.70
1.70
Desired cycle
time
Stasiun
46.826
Elemen
Kerja
Waktu
Elemen
0.00
1.30
13.45
2.15
22.51
1.23
Wi
WsWi
(WsWi)^2
40.64
4.43
19.654
19.16
1.26
10
3.08
11
5.29
12
23.12
13
21.95
2.63
14
1.98
15
2.71
16
20.00
17
15.55
18
1.70
Ws
28.80
16.28
264.952
45.07
0.00
0.000
44.58
0.49
0.238
45.07
Waktu menganggur=n . W s W i
i=1
4
Waktu menganggur=4.W s W i
i=1
n .W s W i
Keseimbangan waktu senggang=
i=1
n.W s
100
21.20
100
4 45.07
Wi
100
Ws
W1
40.64
100 =
100 =90.16
Ws
45.07
W2
28.80
100 =
100 =63.89
Ws
45.07
W3
45.07
100 =
100 =100.00
Ws
45.07
W4
44.58
100 =
100 =98.92
Ws
45.07
Wi
Wi
( 40.64+28.80+ 45.07+44.58 )
100
4 45.07
Efisiensi lintasan=88.24
W
W
4
( sW i)2
i=1
( sW i)2=
i=1
SI =
SI = (45.0740.64 )2 +(45.0728.80)2+(45.0745.07)2+(45.0744.58)2
SI =16.877
Keterangan :
n
Ws
Wi
: 1,2,3,.,n
Berikut adalah table hasil perhitungan dari setiap kriteria performansi lintasan
perakitan:
Waktu menganggur
21.20
Keseimbangan waktu
senggang
11.76%
90.16%
63.89%
100.00%
98.92%
Efisiensi lintasan
88.24%
Smoothness index
16.877
elemen-elemen
keseimbangan
kerja
waktu
sehingga
kerja
yang
setiap
sebaik
stasiun
kerja
mungkin
agar
menghasilkan nilai smoothness index yang lebih kecil. Berikut adalah tabel
perbedaan komposisi elemen kerja tiap stasiun kerja antara iterasi 0 dan iterasi
3:
Iterasi 0
Iterasi 3
Stasiun
Elemen Kerja
Stasiun
Elemen Kerja
2
0
10
11
3
3
12
3
13
14
15
0
4
16
17
18
46.826
Elemen
Kerja
Waktu
Elemen
0.00
1.30
13.45
2.15
1.23
19.16
22.51
1.26
Wi
WsWi
(Ws-Wi)^2
37.29
7.78
60.570
34.78
10.30
106.035
10
3.08
11
5.29
2.63
12
23.12
13
21.95
14
1.98
15
2.71
16
20.00
17
15.55
18
1.70
Ws
45.07
0.00
0.000
41.95
3.12
9.724
45.07
21.20
Keseimbangan waktu
senggang
11.76%
82.73%
77.15%
100.00%
93.08%
Efisiensi lintasan
88.24%
Smoothness index
13.279
BAB III
ANALISIS
3.1
(diky)
Pada praktikum kali ini proses penentuan lintasan perakitan dilakukan
dengan metode heuristic. Metode ini dilakukan karena untuk menghasilkan solusi
hanya dibutuhkan waktu yang relative lebih singkat. Hanya saja dalam
menggunakan metode ini hasil yang diperoleh merupakan solusi yang mendeketi
optimal (sub-optimal), oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran performansi
untuk melihat seberapa baik solusi yang dihasilkan dari metode tersebut. Setelah
dilakukan pengukuran performansi, maka akan ditentukan metode mana yang
akan menghasilkan solusi yang paling mendekati optimal berdasarkan kriteria
performasi yang ada. Terdapat empat kriteria performansi dalam line balanching
yaitu waktu menganggur, keseimbangan waktu senggang (balance
delay), efisiensi, dan smoothness index. Berikut adalah penjelasan dari
masing-masing kriteria performansi:
o
Waktu Menganggur
Waktu menganggur merupakan total waktu dimana seorang operator atau
pekerja tidak melakukan kegiatan apapun atau tidak melakukan kegiatan yang
tidak menambah added value. Waktu menganggur yang tinggi dalam suatu
lintasan perakitan menunjukkan bahwa terjadi ketidakseimbangan yaitu tidak
meratanya pembagian elemen kerja untuk setiap lintasan perakitan yang ada.
Suatu lintasan produksi dikatakan baik apabila waktu menunggunya kecil. Terlalu
tingginya
waktu
menganggur
yang
dialami
oleh
seorang
pekerja
dapat
Waktu menganggur=n . W s W i
i=1
Keterangan :
n
Ws
Wi
: 1,2,3,.,n
persentase
total
waktu
menganggur dari seluruh stasiun kerja. Semakin besar nilai keseimbangan waktu
senggang dari suatu lintasan perakitan, maka akan semakin banyak pula waktu
senggang yang tersedia bagi operator. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
ketidakseimbangan lintasan perakitan tersebut yang mingindikasikan bahwa
lintasan perakitan tersebut tidak efisien. Oleh karena itu perlu dilakukan iterasi
lebih lanjut dengan menggunakan metode tertentu untuk menyeimbangkan
komposisi elemen kerja di setiap stasiun pada suatu lintasan produksi agar
dihasilkan nilai keseimbangan waktu senggang yang seminimal mungkin. Input
dari perhitungan keseimbangan waktu senggang adalah jumlah stasiun, waktu
tiap stasiun, dan waktu siklus (waktu stasiun terbesar). Semakin tinggi nilai
keseimbangan waktu senggang maka akan semakin buruk pula performansi dari
lintasan perakitan tersebut, begitu juga sebaliknya. Berikut adalah formulasi
matematis untuk menghitung keseimbangan waktu senggang:
n
n .W s W i
Keseimbangan waktu senggang=
i=1
n.W s
100
Keterangan :
n
Ws
Wi
: 1,2,3,.,n
Efisiensi
Efisiensi menujukkan seberapa baik resource yang ada digunakan untuk
menghasilkan suatu produk dalam suatu lintasan produksi (dalam hal ini
resourch berupa waktu kerja dan jumlah pekerja). Kriteria performansi yang
berkaitan dengan efisiensi dapat dibagi menjadi 2 yaitu efisiensi stasiun kerja
dan efisiensi lintasan perakitan. Kedua kriteria performansi tersebut memiliki
prinsip yang sama yaitu semakin besar nilai efisiensi maka akan semakin baik
pula lintasan perakitannya, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu perlu
dilakukan iterasi lebih lanjut dengan menggunakan metode tertentu untuk
menyeimbangkan komposisi elemen kerja di setiap stasiun pada suatu lintasan
produksi agar dihasilkan stasiun kerja dan lintasan perakitan yang lebih efisien.
Input dari perhitungan efisiensi ini adalah jumlah stasiun, waktu tiap stasiun, dan
waktu siklus (waktu stasiun terbesar). Semakin tinggi nilai efisiensi maka akan
semakin baik pula performansi dari lintasan perakitan tersebut, begitu juga
sebaliknya. Berikut adalah formulasi matematis untuk menghitung efisiensi:
Wi
100
Ws
n
Wi
Ws
Wi
: 1,2,3,.,n
kelancaran suatu lintasan perakitan dan tingkat waktu menganggur dari suatu
lintasan perakitan. Nilai Smoothness Index
W
n
( sW i)
i=1
SI =
Keterangan :
n
Ws
Wi
: 1,2,3,.,n
Bobot
Posisi
Waktu
Elemen
127.46
0.00
127.46
1.30
126.16
13.45
121.32
2.15
119.17
22.51
112.71
1.23
111.48
19.16
96.66
1.26
10
95.40
3.08
11
92.32
5.29
12
87.03
23.12
13
63.90
21.95
44.58
2.63
14
41.95
1.98
15
39.97
2.71
16
37.26
20.00
17
17.25
15.55
18
1.70
1.70
dan
jumlah waktu setiap stasiun kerja juga tidak boleh melebihi desired cycle timenya. Apabila suatu stasiun memiliki jumlah waktu yang melebihi desired cycle
time, maka elemen terakhir yang masuk stasiun tersebut harus dipindahkan ke
stasiun berikutnya. Sebagai contoh pada stasiun 1 berisi elemen kerja 1,2,5,3,6,7
dengan total waktu stasiun sebesar 40.64 detik. Elemen kerja 9 tidak dimasukkan
ke dalam stasiun 1 karena apabila dimasukkan maka akan menghasilkan total
waktu stasiun kerja (59.80 detik) yang melebihi waktu desired cycle time (46.826
detik). Oleh karena itu elemen kerja 9 dimasukkan ke dalam stasiun 2, langkah
tersebut dilanjutkan untuk stasiun kerja selanjutnya. Berikut adalah hasil
iterasinya:
Desired cycle
time
Stasiun
46.826
Elemen
Kerja
Waktu
Elemen
0.00
1.30
13.45
1
3
2.15
22.51
1.23
19.16
1.26
10
3.08
11
5.29
12
23.12
13
21.95
2.63
14
1.98
15
2.71
16
20.00
17
15.55
18
1.70
Ws
Wi
WsWi
(WsWi)^2
40.64
4.43
19.654
28.80
16.28
264.952
45.07
0.00
0.000
44.58
0.49
0.238
45.07
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa stasiun kerja dengan waktu
stasiun terbesar adalah stasiun kerja 3 dan stasiun kerja dengan waktu stasiun
kerja terkecil adalah stasiun kerja 2. Hal ini mengindikasikan bahwa masih
terdapat ketidakseimbangan lintasan perakitan dengan menggunakan metode
Helgeson Birnie ini. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidak produktifan lintasan
perakitan akibat adanya beberapa stasiun kerja yang menganggur. Berikut
adalah
hasil
perhitungan
kriteria
performansi
lintasan
perakitan
dengan
21.20
Keseimbangan waktu
senggang
11.76%
90.16%
63.89%
100.00%
98.92%
Efisiensi lintasan
88.24%
Smoothness index
16.877
168.55
Keseimbangan waktu
senggang
37.46%
58.60%
70.34%
64.22%
19.55%
100.00%
Efisiensi lintasan
62.54%
Smoothness index
91.538
ini
terdapat
menimbulkan
dampak
psikologis
bagi
pekerja
tersebut
sehingga
lingkungan kerja dapat menjadi tidak kondusif yang dalam waktu yang
berkelanjutan dapat menyebabkan ongkos manufaktur menjadi lebih tinggi. Oleh
karena
itu
perlu
dilakukan
identifikasi
serta
pencarian
solusi
terhadap
efisiensi
64.22%,
beban kerja antar stasiun kerja terutama pada stasiun kerja 4 yang menunjukkan
efisiensi yang sangat rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi serta
pencarian solusi terhadap permasalahan tersebut untuk menyeimbangkan
komposisi elemen kerja di setiap lintasan produksi agar dihasilkan nilai efisiensi
setiap stasiun kerja semaksimal mungkin agar dihasilkan nilai efisiensi lintasan
yang maksimal juga yang berarti performansi lintasan semakin baik.
Nilai smoothness index pada simulasi 1 ini sebesar 91.538. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa lintasan perakitan pada simulasi ini masih tidak cukup baik.
Tingkat kelancaran serta tingkat keseimbangan lintasan perakitan juga masih
cukup rendah. Semakin tinggi nilai smoothness index maka semakin tidak baik
pula performansi dari lintasan perakitan tersebut. Oleh karena itu perlu juga
dilakukan identifikasi serta pencarian solusi terhadap permasalahan tersebut
untuk menyeimbangkan komposisi elemen kerja di setiap lintasan produksi agar
dihasilkan nilai smoothness yang seminimal mungkin (performansi lintasan
perakitan semakin baik).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan (dwi)
4.2 Saran (nanda)
4.2.1 Saran untuk Praktikum
4.2.2 Saran untuk Asisten
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN