File PDF
File PDF
PUJI MENTARI
1106053344
PUJI MENTARI
1106053344
ii
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
NPM : 1106053344
Tanda Tangan :
Ditetapkan di : Depok
iv Universitas Indonesia
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan Program Ilmu Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.Saya sadar bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
peran dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
(1) Ibu Dra. Junaiti Sahar, PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
yang telah memberikan fasilitas untuk kesuksesan penyelesain KIAN saya.
(2) Ibu Ice Yulia W., S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.J, selaku dosen pembimbing saya
yang selalu memberika arahan, bimbingan dan motivasi pada saya dalam
penyusunan KIAN ini dapat selesai dengan baik
(3) Ibu Liggar Kumoro S.Kp dan Ibu Esti Dyah S.Kep sebagai pembimbing
di lahan praktik yang telah membimbing penulis selama praktik.
(4) Ibu Ria Utami Panjaitan, S. Kp., M.Kep selaku dosen penguji yang telah
memerikan saran dan masukan bagi penulis
(5) Bapak Rudi Hadi dan Ibu Uningsih selaku orangtua penulis yang telah
memberikan banyak motivasi dan nasihat sehingga penulis semangat
dalam menyelesaikan KIAN ini. Tak lupa juga penulis mengucapkan
terimakasih pada adik-adik penulis Chenny dan Reni yang selalu
memberikan keceriaan pada proses penulisan KIAN ini.
(6) Bapak S dan keluarga yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
diajdikan narasumber bagi karya ilmiah akhir ners ini
(7) Sahabat-sahabat saya yang luar biasa Afif Ni’matul, Evi Hidayati, (Alm)
Annisa Azwar dan Mirza Syah Alam. Terimakasih atas telinga dan bahu
kalian yang selalu siap mendengarkan dan dijadikan tempat bersandar
oleh saya selama masa perkuliahan
v Universitas Indonesia
Saya berharap Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat bermanfaat untuk peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan serta menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas kebaikan berbagai pihak yang
telah membantu penelitian ini.
Puji Mentari
vi Universitas Indonesia
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 29 Juni 2016
Yang menyatakan
(Puji Mentari)
Jumlah penduduk kota yang semakin banyak akan menyebabkan banyak hal salah
satunya ancaman dari penyakit tidak menular yang begitu banyak terjadi. Salah satu
penyakit menular yang banyak terjadi adalah gagal jantung. Gagal jantung yang
merupakan penyakit kronik akan menimbulkan masalah psikologis salah satunya
ketidakberdayaan. Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk
memberikan analisis asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada klien dengan
gagal jantung. Penulis melakukan asuhan keperawatan psikososial khususnya
ketidakberdayaan selama tiga hari.Evaluasi hasil implementasi menunjukkan bahwa
terjadi sedikit penurunan tanda dan gejala yang terjadi pada klien. Perlu dilakukan
kolaborasi intervensi generalis dan spesialis agar didapatkan hasil yang lebih
optimal.
The population of the town that more and more will cause a lot of things one of
them the threat of non-communicable diseases. One of non-communicable diseases
which are heart failure. Heart failure is a chronic disease that will lead to
psychological problems is one of powerlessness. The author conducted a
powerlessness psychosocial nursing care for three days. Evaluation of the results of
implementation shows that there is a slight decrease in the signs and symptoms that
occurred on the client. Need to do interventions collaboration generalists and
specialists to get optimal results for patient.
Keywords: positive affirmation, powerlessness, heart failure, practice positive
thinking
ix Universitas Indonesia
BAB 4 :PEMBAHASAN
4.1 Analisa Masalah Keperawatan Terkait Konsep Masrayakat Perkotaan dan
Konsep Ketidakberdayaan .............................................................................. 36
4.2Analisa Intervensi Keperawatan dan Penelitian Terkait ........................... 40
4.3Alternatif Penyelesaian Masalah ............................................................... 44
x Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
xi Universitas Indonesia
Lampiran 1 Pengkajian
Lampiran 2 Rencana Asuhan Keperawatan
Lampiran 3 Catatan Perkembangan
Lampiran 4 Evaluasi Tanda dan Gejala
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup Peneliti
Bab ini berisi penjabaran mengenai data yang mendasari pemilihan topik Karya
Ilmiah Akhir Ners. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai rumusan masalah.
Selain itu, pada bab ini juga di paparkan mengenai tujuan dan manfaat penulisan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
Penduduk dunia terdiri dari masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan dan
pedesaan. Sebagian besar masyarakat dunia tinggal di daerah perkotaan. United
Nation (2014) mencatat bahwa 54% penduduk dunia tinggal diperkotaan, bahkan
akan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 65% pada 2050 dan 90%
diantaranya berada di wilayah Asia dan Afrika. Indonesia merupakan salah satu
negara di Asia dengan jumlah masyarakat perkotaan yang banyak. Pada tahun
2013-2015, masyarakat perkotaan di Indonesia telah mencapai 54% dari total
seluruh masyarakat Indonesia (World Bank, 2015).
Perkotaan menjanjikan kehidupan yang lebih baik karena kesempatan yang lebih
banyak, gaji yang lebih tinggi, pelayanan dan gaya hidup yang lebih baik (Bhatta,
2010). Hal-hal tersebut yang menjadi daya tarik bagi masyarakat agar melakukan
migrasi dari wilayah desa ke perkotaan sehingga jumlah masyarakat perkotaan
mengalami peningkatan yang signifikan. Jumlah masyarakat perkotaan yang
mengalami peningkatan menimbulkan dampak positif dan negatif bagi kehidupan
perkotaan.
Dampak positif yang timbul dari peningkatan jumlah penduduk kota adalah
peningkatan perkembangan ekonomi, peningkatan keinginan untuk berwirausaha
serta peningkatan taraf pendidikan karena pelayanan pendidikan di perkotaan
lebih baik dari pedesaan (Arouri et al., 2014). Sedangkan dampak negatif yang
ditimbulkannya adalah penyebaran penduduk dan pengembangan ekonomi yang
tidak merata karena desa ditinggalkan dan kota penuh sesak penghuni. Secara
umum, dampak negatif yang timbul dari peningkatan jumlah penduduk perkotaan
lebih banyak dirasakan oleh penduduk perkotaan itu sendiri. Jumlah penduduk
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Di Jawa Barat
sendiri prevalensi terjadinya gagal jantung sebesar 0,7 persen (Riskesdas, 2013).
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang kompleks yang dihasilkan dari
kerusakan fungsi atau stuktur jantung yang merusak kemampuan ventrikel untuk
melakukan pengisian jantung (Black & Hawks, 2009). Orang yang menderita
penyakit ini akan mengalami nyeri dada, sesak dan cepat mengalami kelelahan
(David et al., 2012). Masalah gagal jantung dapat disebabkan karena banyak hal
salah satunya hipertensi. Hipertensi dapat mengakibatkan peningkatan afterload
yang akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah lebih keras lagi
sehingga dapat menyebabkan terjadinya hipertrofi miokardium sebagai
kompensasinya (Smeltzer, 2010). Hipertensi dapat disebabkan karena dua faktor,
yaitu faktor yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol.Faktor penyebab
hipertensi yang dapat di kontrol adalah kegemukan, makan makanan mengandung
banyak garam, kurang aktivitas fisik, merokok, diabetes dan stres (American
Hearth Association, 2014).
Selain masalah fisik, pasien dengan masalah kronis seperti masalah jantung perlu
diperhatikan secara psikologis. Hal tersebut dikarenakan karakteristik penyakit
kronis yang memerlukan pengobatan serta intervensi yang membutuhkan banyak
waktu, menimbulkan kecacatan atau perubahan fisik, kekambuhan penyakit yang
sering terjadi, serta keadaan patologis penyakit itu sendiri yang seringkali tidak
dapat pulih seperti sebelumnya menimbulkan masalah psikologis.Klien dengan
gagal jantung rentan mengalami ansietas dan depresi. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Haworth et al., (2005) terhadap 100 orang klien
dengan gagal jantung menunjukan hasil 29% klien mengalami depresi dan 18%
klien mengalami ansietas. Gagal jantung yang merupakan salah satu penyakit
kronik juga dapat menyebabkan penderitanya mengalami ketidakberdayaan.
Seperti yang tercantum dalam penelitian Aujoulat, Luminet & Deccache (2007)
yang melakukan wawancara terhadap 40 orang dengan berbagai penyakit kronik
termasuk didalamnya 5 orang klien dengan gagal jantung menunjukan hasilbahwa
hampir semua klien menceritakan mengenai pengalaman ketidakberdayaan yang
dialaminya.
Universitas Indonesia
Penulis melakukan praktik selama tujuh minggu di Ruang Antasena Rumah Sakit
Marzoeki Mahdi Bogor untuk menyusun serta merumuskan Karya Ilmiah Akhir
Ners ini. RS Marzoeki Mahdi merupakan rumah sakit yang berdiri sejak tahun
1885 dengan misi menjadi rumah sakit jiwa rujukan nasional dengan unggulan
layanan psikososial pada tahun 2019 (RSMM, 2016). Selain memiliki layanan
jiwa, RS Marzoeki Mahdi juga memberikan pelayanan untuk masalah fisik umum
dan spesialis yang juga mengedepankan penanganan masalah psikososial klien
sesuai dengan visi rumah sakit. Ruang Antasena adalah salah satu ruang
perawatan umum kelas II dan III berkapasitas 34 tempat tidur yang juga
memberikan perawatan masalah fisik dan psikososial.
Universitas Indonesia
hingga harga diri rendah situasional. Dari data yang penulis himpun, hampir
sebagian besar klien mengalami ansietas serta ada juga masalah psikososial lain
yang banyak dialami yaitu ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan dialami oleh
sebanyak kurang lebih 34,9% klien di ruang Antasena (Mahasiswa Aplikasi
Keperawatan Jiwa, 2016). Sebagian besar perawat Antasena sudah dapat
mengidentifikasi tanda dan gejala klien yang mengalami ansietas dan telah
melakukan intervensi. Namun untuk masalah ketidakberdayaan, penulis belum
melihat adanya upaya pengkajian dan intervensi pada klien dengan
ketidakberdayaan. Oleh karena hal itu, penulis tertarik untuk membuat karya tulis
ilmiah yang membahas mengenai ketidakberdayaan pada klien dengan gagal
jantung.
Klien yang akan menjadi sumber data pada karya ilmiah ini adalah Bapak S (66
tahun) masuk ruang Antasena dengan keluhan nyeri dada dan sesak. Setelah dikaji
lebih jauh klien mengatakan merasa takut dan khawatir akan sakitnya, karena
takut dirawat di ICU seperti perawatan yang lalu. Hal ini menyebabkan klien
mengalami peningkatan tanda-tanda vital, sulit tidur dan mengalami penurunan
nafsu makan. Didapatkan juga data bahwa klien sudah lelah karena sekarang
hanya menjadi beban bagi istri dan anak-anaknya. Hal ini terjadi setelah klien
tidak lagi berkerja dan menggantungkan hidup sepenuhnya pada istri dan semua
anaknya. Berdasarkan data yang didapat saat pengkajian, Bapak S teridentifikasi
mengalami ansietas dan ketidakberdayaan. Penulis telah melakukan berbagai
intervensi untuk mengatasi ansietas dan ketidakberdayaan yang dialami oleh
Bapak S baik intervensi individu maupun keluarga. Pada karya tulis ini akan
dibahas mengenai analisis intervensi yang telah diberikan pada Bapak S
khususnya intervensi mengatasi ketidakberdayaan yaitu dengan latihan berpikir
positif, mengembangkan afirmasi positif serta latihan mengontrol
ketidakberdayaan.
Universitas Indonesia
Selain masalah fisik, pasien dengan penyakit kronik perlu diperhatikan secara
psikologis. Masalah psikologis yang banyak terjadi pada pasien penyakit kronik
khususnya gagal jantung adalah kecemasan dan ketidakberdayaan. Hal ini
tentunya berkaitan dengan tanda dan gejala yang dialami orang dengan gagal
jantung yaitu perubahan dan penurunan fungsi fisik. Hasil analisis penulis pada
minggu kedua praktik di Ruang Antasena, Bapak S (66 tahun) masuk ruang
Antasena dengan gagal jantung terdeteksi memiliki masalah kesehatan yang
ditimbulkan dari masalah perkotaan serta mengalami masalah psikososial yaitu
Universitas Indonesia
Tujuan dari penulisan ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
9 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hal lain yang menjadi faktor penyebab masalah kesehatan kota adalah makanan
yang tidak sehat dan tidak bergizi tinggi. Masyarakat perkotaan lebih banyak
mengonsumsi makanan yang berasal dari jalanan, makanan cepat saji, makanan
yang murah dan diproses dengan tidak baik hal tersebut akan menyebabkan
kekurangan vitamin dan mineral, masalah gigi dan juga kegemukan. Berbagai hal
tersebut akan menyebabkan diabetes dan masalah kardiovaskuler (WHO, 2010).
Universitas Indonesia
Selain itu, pajanan suara bising juga mengganggu menjadi penyebab masalah
utama di perkotaan. Polusi suara merupakan konsekuensi terhadap banyaknya
kendaraan bermotor dan berbagai kegiatan industri serta pembangunan. Sering
terkena polusi suara dalam waktu yang lama dan secara kontinyu akan
menyebabkan mengalami gangguan pendengaran, peningkatan tekanan darah dan
penyakit kardiovaskualar (WHO, 2010).
2.2 Ketidakberdayaan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ketidakberdayaan yang dialami klien. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh
Kanine, Helena & Nuraini (2011) terhadap 35 klien yang menderita DM dan
mengalami ketidakberdayaan di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Utara.
Terjadi penurunan tanda dan gejala ketidakberdayaan pada 35 orang tersebut
sebesar 5,36 dengan p values 0,01 yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh
terapi ners terhadap ketidakberdayaan klien.
Universitas Indonesia
Manfaat yang didapat dari berpikir positif adalah menurunkan tingkat stres,
meningkatkan kesehatan fisik dan emosional, meningkatkan bahagia sehingga
meningkatkan usia harapan hidup serta dapat meningkatkan kemampuan koping
(Life Care, 2013). Limbert (2004 dalam Kholidah & Alsa, 2013) menyebutkan
bahwa berpikir positif akan membuat individu menerima situasi hidup secara
lebih positif. Hal tersebut sangat membantu orang dengan ketidakberdayaan yang
menganggap dirinya tidak dapat mengontrol sesuatu dan merasa tidak berdaya.
Terdapat beberapa cara untuk melakukan latihan berpikir positif. Life Care (2013)
menyebutkan cara yang dapat digunakan untuk melatih pikiran positif seperti
menuliskan pikiran negatif lalu menggantinya menjadi pikiran positif, lakukan
Universitas Indonesia
Konsep gagal jantung yang akan dibahas adalah mengenai definisi, tanda-gejala,
penyebab. Setiap hal yang dibahas akan membantu menguraikan masalah gagal
jantung yang ada pada Bapak S.
Gagal jantung adalah kondisi ketika jantung tidak dapat memompa darah untuk
mencukupi kebutuhan metabolik tubuh (Black & Hawks, 2014). Figueroa &
Peters (2006) menyebutkan bahwa gagal jantung merupakan sindrom klinik
kompleks yang disebabkan karena kerusakan fungsi atau struktural jantung yang
menyebabkan ventrikel kehilangan kemampuan untuk melakukan injeksi darah.
Selain itu, gagal jantung juga dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan
jantung untuk memompa sejumlah darah yang mengandung oksigen dan nutrisi
yang dibutuhkan oleh jaringan (Smletzer, 2010). Health Care Policy and Research
(AHCPR) mendefinisikan bahwa gagal jantung adalah sindrom klinik yang
menandakan kelebihan cairan atau ketidakadekuatan perfusi jaringan (AHCPR
HF, 1994). Jadi dapat disimpulkan bahwa gagal jantung merupakan kondisi
jantung yang mengalami kerusakan sehingga kemampuan dalam memompa darah
menurun dan kebutuhan metabolik darah tidak dapat terpenuhi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(Sumber: Smeltzer (2010) chapter 30 Management of Patients With Complications from Hearth
Disease)
Universitas Indonesia
yang secara umum dapat muncul karena proses inflamasi miokarditis, kehamilan,
agen toksik dari lingkungan dan kebiasaan mengonsumsi alkhohol (Smletzer,
2010).
Penyakit kronik didefinisikan sebagai penyakit yang menetap tiga bulan atau lebih
(U.S. National Center for Health Statistics, 2014). Penyakit yang dikategorikan
sebagai penyakit kronis seperti penyakit jantung, stroke, kanker, penyakit
pernapasan kronik dan diabetes mellitus (WHO, 2005). Orang dengan penyakit
kronik selain mengalami sakit fisik yang berkepanjangan sangat berisiko terkena
masalah psikososial seperti ketidakberdayaan. Dryer (2007) menyatakan bahwa
klien dengan penyakit kronik rentan mengalami ketidakberdayaan karena terpapar
tindakan medis secara kontinyu, efek samping dari obat dan proses perburukan
penyakit. Selain itu, hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Aujoulat, Luminet & Deccache (2007) yang melakukan interview terhadap 40
orang dengan berbagai penyakit kronik, hasilnya menunjukan bahwa hampir
semua klien mengalami ketidakberdayaan dengan merasa tidak aman dan
terhambat dalam melakukan hubungan sosial serta merasa penyakit yang dialami
mengganggu identitas diri yang dimiliki.
Lubkin & Larson (2009) memaparkan bahwa orang dengan penyakit kronik akan
kehilangan sumber kekuatan dalam hidupnya. Yang menjadi sumber kekuatan
seorang individu adalah kekuatan fisik, dorongan sosial, pengetahuan, motivasi
Universitas Indonesia
dan harapan (Miller, 2000). Ketika sumber kekuatan terganggu oleh penyakit
kronik maka klien akan mengalami ketidakberdayaan.
Selain kehilangan sumber kekuatan diri, Aujoulat, Luminet & Deccache (2007)
menyatakan bahwa orang dengan penyakit kronik mengalami ketidakberdayaan
disebebkan karena hidup menjadi tidak terkontrol dan takut menjalani hidup
karena gejala penyakit yang dialami semakin parah mengalami perubahan yang
signifikan dan berbeda dengan sebelumnya menyebabkan cemas dan depresi,
memiliki ketergantungan total, kehilangan kekuatan untuk mengontrol kehidupan,
kehilangan pekerjaan, kehilangan fungsi keluarga, kehilangan identitas personal
karena merasa tidak normal seperti manusia lain. Secara umum, ketidakberdayaan
yang muncul karena penyakit kronik disebabkan oleh merasa berubah dan tidak
aman serta kehilangan identitas.
Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kronik yang sering terjadi. WHO
(2005) menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskular termasuk gagal jantung
menyebabkan kematian nomor terbanyak di dunia. Seperti yang telah diuraikan
diatas bahwa mengalami penyakit kronik akan menyebabkan penderitanya juga
Universitas Indonesia
mengalami ketidakberdayaan, hal tersebut juga berlaku bagi klien yang menderita
gagal jantung. Dryer (2007) melakukan penelitian pada klien dengan gagal
jantung kanan sehingga menyebabkan edema di kaki dan berakhir pada kesulitan
melakukan aktivitas, klien tersebut teridentifikasi mengalami ketidakberdayaan
yang disebabkan oleh sakitnya. Selain itu, Aujoulat, Luminet & Deccache (2007)
juga melakukan wawancara terhadap 40 orang dengan berbagai penyakit kronik
termasuk didalamnya 5 orang klien dengan gagal jantung, yang menunjukan
bahwa hampir semua klien menceritakan mengenai pengalaman ketidakberdayaan
yang dialaminya. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa gagal jantung yang
merupakan penyakit kronik sangat berkaitan erat dengan ketidakberdayaan.
Universitas Indonesia
3. 1. Hasil Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada 2 Mei 2016. Bapak S (66 tahun) masuk Antasena
sejak 1 Mei 2016 dengan diagnosis medis Congestive Heart Failure (CHF). Data
yang penulis dapatkan diperoleh melalui wawancara, pengkajian fisik dan
observasi. Klien beragama Islam. Berdomisili di Kampung Dukuh Waru RT/RW
003/001 Sukaraja, Tamansari, Bogor. Saat ini klien sudah tidak bekerja. Sebelum
sakit klien merupakan petani dan pernah bekerja menjadi kuli bangunan dan kuli
angkut di Jakarta. Kini Bapak S tinggal bersama dengan istri dan dua anak
terakhirnya yang masih bersekolah.
Bapak S memiliki riwayat sakit hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Klien pernah
memiliki riwayat dirawat di RS pada sembilan bulan yang lalu dengan keluhan
sakit jantung hingga masuk ICU selama 5 hari. Sejak saat itu, klien rutin
melakukan kontrol ke RS dalam enam bulan pertama. Namun, sejak tiga bulan
terakhir klien tidak lagi kontrol karena merasa sudah lebih baik. Selama tiga bulan
klien tidak melakukan kontrol, klien kembali melakukan kebiasaan lamanya yaitu
merokok dan meminum kopi. Kebiasaan tersebut telah klien lakukan sejak klien
berusia 20 tahun (kurang lebih 40 tahun yang lalu). Klien juga pernah memiliki
riwayat berkerja di Jakarta sebagai kuli bangunan dan kuli angkut di pasar selama
kurang lebih 20 tahun hingga awal tahun 2000. Selama klien bekerja, klien
banyak mengonsumsi kopi dan rokok di sela-sela aktivitas kerjanya dan
menjadikan kopi serta rokok sebagai cara klien dalam menghadapi beban kerja
yang berat.
24 Universitas Indonesia
Pada saat berinteraksi pertama dengan klien, yang penulis lakukan adalah
melakukan pengkajian fisik. Pengkajian fisik dilakukan pada 2 Mei 2016. Klien
terlihat tegang dan kurang bersemangat ketika dilakukan pengkajian fisik. Pada
saat pemeriksaa fisik klien dalam keadaan compos mentis GCS 15. Hasil
pemeriksaan TTV menunjukkan hasil tekanan darah klien 100/90 mmHg, nadi
120x/menit, respiration rate 28x/menit dan suhu 38,6oC. Penulis juga melakukan
pemeriksaan head to toe, didapatkan data suara napas klien ronkhi di basal paru
kanan, penurunan taktile fremitus, suara jantung S3 terdengar mur-mur. Klien
juga teraba panas dan kulit tampak memerah. Selain data-data tersebut tidak
ditemukan kelainan dalam pemeriksaan fisik.
Pada saat hari ketiga perawatan, klien mulai terbuka pada penulis. Klien mulai
menceritakan perasaannya ketika sakit. Sejak sakit 9 bulan yang lalu divonis
mengalami sakit jantung klien sudah tidak pernah lagi bekerja karena merasa
mudah lelah. Klien mengatakan sekarang hanya menjadi beban anak dan
keluarganya karena menggantungkan seluruh kebutuhan ekonomi pada anaknya.
Klien selalu mengatakan di rumah hanya makan, BAB serta tidak lagi melakukan
hal lain. Klien juga selalu merasa tidak enak pada istrinya yang kini membantunya
dalam melakukan seluruh aktivitas.
Universitas Indonesia
Selain keterangan dari klien, penulis juga melakukan wawancara pada keluarga.
Keluarga mengatakan sejak sakit klien menjadi pasif, lebih pendiam, dan lebih
banyak melamun jika di rumah. Keluarga mengasumsikan mungkin klien merasa
bosan karena sebelum sakit klien merupakan orang yang aktif bekerja dan
melakukan aktivitas di masyarakat seperti pengajian dan kerja bakti. Namun,
setelah sakit klien sudah tidak pernah mengikutinya lagi. Menurut keterangan
keluarga, terkadang klien juga marah jika istrinya tidak menjaga disampingnya
dan klien tidak mau dijaga oleh anak atau saudaranya.
3. 2. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian masalah fisik dan psikologis penulis terhadap Bapak
S, maka didapatkan analisa data yang dapat dilihat dari tabel 3.1
No Data Masalah
Keperawatan
1 Data Subjektif: Penurunan Curah
Klien mengatakan sesak Jantung
Data Objektif:
TD 100/90 mmHg
Nadi 120x/menit
Terdengar bunyi murmur
Terdengar ronkhi di basal paru kanan
penurunan taktile fremitus
2 Data Subjektif: Intoleransi Aktivitas
Klien mengatakan lelah dan sesak bertambah
parah jika banyak bergerak meskipun hanya
ke kamar mandi.
Data Objektif:
TD 100/90 mmHg
Universitas Indonesia
No Data Masalah
Keperawatan
Nadi 120x/menit
RR=32x/menit
3 Data Subjektif: Ansietas Sedang
Klien sulit tidur malam, tidak nafsu makan.
Klien mengatakan merasa khawatir akan
sakitnya, klien memikirkan sakitnya terlebih
jika klien sedang nyeri dada takut menjadi
semakin parah. Takut dan khawatir juga
disebabkan karena pengalaman klien yang
pernah dirawat di RS pada 9 bulan yang lalu
Data Objektif:
Tekanan darah: 100/90 mmHg
Nadi 120x/menit
RR 28x/menit
Pasif
Gelisah
Tampak penurunan konsentrasi,
gangguan perhatian
banyak melamun
Ekspresi wajah saat berbicara berubah – ubah
dan lebih banyak sedih terutama ketika
menceritakan mengenai sakitnya
4 Data Subjektif: Ketidakberdayaan
Klien mengatakan merasa sedih karena Sedang
menjadi beban anak dan istrinya ketika sakit
Klien juga merasa hanya menjadi beban
anaknya karena semenjak sakit 9 bulan yang
lalu klien karena tidak lagi bekerja hanya
tidur-makan sehingga semua biaya hidup
Universitas Indonesia
No Data Masalah
Keperawatan
ditanggung oleh anaknya
Data Objektif:
Keluarga mengatakan sejak sakit klien
menjadi pasif, lebih pendiam, dan lebih
banyak melamun jika di rumah.
setelah sakit klien sudah tidak pernah
mengikutinya pengajian dan kegiatan sekitar
rumah. Selama di RS klien jika malam sulit
tidur, namun siang klien selalu tidur.
Menurut keterangan keluarga, terkadang
klien juga marah jika istrinya tidak menjaga
disampingnya
klien juga tidak mau dijaga oleh anak atau
saudaranya
Tampak pasif
Murung
Banyak melamun
Ekspresi sedih
5 Data Subjektif Hipertermi
Klien mengatakan badan sering panas, kepala
pusing
DO:
Teraba panas
Suhu 38,2 oC
Kulit memerah
Universitas Indonesia
dengan keadaan klien. Namun penulis hanya mencantumkan dua diagnosis utama
yaitu ketidakberdayaan dan ansietas yang merupakan fokus dari karya ilmiah ini.
Penulis memberikan asuhan keperawatan ansietas sejak hari pertama interaksi.
Ketika awal interaksi penulis telah membina hubungan saling percaya dengan
klien dan keluarganya. Pada awal pertemuan, tanda dan gejala ansietas telah
nampak pada klien. Klien mengatakan khawatir akan sakitnya menjadi semakin
parah. Menurut pengakuan klien, klien sulit tidur dan mengalami penurunan nafsu
makan. Data objektif menunjukan bahwa klien nampak pasif, kurang
bersemangat, tidak fokus, terlihat sering melamun, mengalami peningkatan RR,
nadi dan suhu, tampak gelisah. Setelah mendapati tanda-tanda tersebut muncul
pada klien, penulis segera menggali perasaan dan pengetahuan mengenai ansietas
serta mengajarkan posisi yang nyaman dan teknik tarik napas dalam.
Menurut klien, klien malam tidak dapat tidur karena memikirkan sakit dan merasa
sesak. Klien merasa khawatir akan sakitnya, klien takut sakitnya menjadi semakin
parah sehingga kejadian klien masuk ICU sekitar 9 bulan yang lalu terulang.
Pengalaman klien yang pernah dirawat selama kurang lebih 5 hari di ICU
membuat klien menjadi takut dan khawatir. Menurut pemikiran klien, orang sakit
masuk ICU maka penyakitnya parah. Kekhawatiran klien semakin bertambah jika
nyeri dada yang dirasakan klien muncul, nyeri yang klien rasakan akan memberat
jika klien batuk. Hal itu yang menambah kekhawatiran klien.
Universitas Indonesia
Hari kedua interaksi, penulis berusaha melakukan evaluasi validasi tanda dan
gejala ansietas yang dirasakan oleh Bapak S. Bapak S mengatakan sulit tidur
berkurang karena sudah bisa tidur sedikit namun tetap sering terbangun, klien
tampak lebih ramah meskipun sikap gelisah dan murung klien masih sering
muncul. Klien juga mengatakan sudah latihan napas sebelum tidur. Ketika
ditanyakan mengenai cara tarik napas dalam, klien sudah dapat mempraktikkanya
namun masih belum optimal karena Bapak S meniupkan udaranya terlalu cepat.
Sehingga pada pertemuan kedua, penulis memberikan intervensi mengulangi cara
tarik napas dalam, mengajarkan teknik distraksi yang digabungkan dengan
spiritual. Setelah klien telah dapat mengatur hembusan napasnya ketika teknik
relaksasi napas dalam, penulis menjelaskan mengenai distraksi/ pengalihan untuk
mengurangi cemasnya. Bapak S sempat menyebutkan beberapa pengalihan yang
dapat dilakukannya seperti menonton tv dan zikir. Dari jawabannya tersebut
penulis berinisiatif untuk menggabungkan kedua teknik tersebut. Distraksi yang
klien dapat lakukan adalah berzikir. Penulis juga mencoba membantu Bapak S
dengan menyebutkan distraksi yang lain yaitu mengobrol dengan anak/ istrinya.
Bapak S langsung membantah dengan mengatakan mengobrol dengan anak tidak
nyambung dikarenakan berbeda zaman. Oleh karena hal itu, distraksi yang dipilih
dilakukan oleh klien adalah berzikir.
Universitas Indonesia
mengenai gagal jantung untuk memberikan klien pengetahuan agar ansietas yang
dialami klien dapat berukurang.
Hari ketiga perawatan, Bapak S mengatakan sudah dapat tidur dengan enak, RR
22x/menit, TD 90/60 mmHg, nadi 97x/menit. Secara objektif, hari ini klien
terlihat lebih terbuka pada penulis, klien telah hapal nama penulis, meskipun bila
diperhatikan klien masih sedikit terlihat tegang, penurunan konsentrasi, pasif dan
pasrah. Sebelum memulai interaksi penulis mencoba memvalidasi kemampuan
klien mengulangi intervensi-intervensi yang telah dilakukan kemarin. Bapak S
mengatakan yang dilakukan sebelum tidur adalah relaksasi napas dalam dan
membaca shalawat.Pada pertemuan ketiga, penulis mengevaluasi kemampuan
relaksasi napas dalam, kemampuan menyebutkan teknik distraksi dan spiritual
serta memandu Bapak S untuk melakukan hipnosis 5 jari. Klien sudah mampu
melakukan relaksasi napas dalam dengan baik, klien juga menyebutkan telah
bershalawat. Sesuai tujuan awal, penulis bermaksud mengajarkan hipnosis 5 jari.
Namun, klien tampak sulit membayangkan dan kurang berhasil dalam melakukan
hipnosis 5 jari. Secara subjektif klien mengatakan lebih nyaman dan akan
mencobanya. Namun secara objektif, penulis melihat klien belum dapat
berkonsentrasi. Oleh karena hal itu, planning yang dilakukan oleh penulis untuk
keesokan harinya adalah mengulangi teknik hipnosis 5 jari bagi klien.
Hari ketiga perawatan, klien mulai terbuka dengan penulis. Pada hari ini, klien
mulai menceritakan bahwa klien merasa menjadi beban bagi keluarganya dan
merasa sedih akan sakitnya. Cerita ini muncul ketika penulis menanyakan
perasaan klien menjalani perawatan di RS selama tiga hari. Lalu klien mulai
menceritakan bahwa klien sedih karena sakit dan juga merasa hanya menjadi
beban anaknya karena semenjak sakit 9 bulan yang lalu klien tidak lagi bekerja
hanya tidur-makan dan semua biaya hidup kini ditanggung oleh anaknya.
Meskipun secara subjektif klien baru terdengar pada hari ini, namun secara
objektif tanda-tanda ketidakberdayaan seperti pasif, murung, sedih, merasa cemas,
mengalami penurunan nafsu makan dan tingkat ketergantungan yang tinggi pada
orang lain sudah terlihat sejak awal interkasi dengan klien. Berdasarkan tanda dan
gejala tersebut, penulis mengidentifikasi klien mengalami ketidakberdayaan.
Universitas Indonesia
Pada saat hari itu juga, penulis langsung memberikan intervensi untuk mengatasi
ketidakberdayaan yang dialaminya. Intervensi yang dilakukan pada hari itu adalah
mengkaji perasaan klien, membantu klien mengenal ketidakberdyaan dan
membantu klien melatih berpikir positif serta afirmasi positif. Pengkajian
dilakukan dengan menanyakan lebih jauh mengenai perasaan ketidakberdayaan
yang muncul. Klien mengatakan sedih karena semenjak sakit tidak bekerja dan
hanya menjadi beban anak dan istri. Klien yang sejak dulu aktif berkerja kini
hanya berdiam diri di rumah. Klien juga merasakan sangat merepotkan bagi istri
karena semua kebutuhan dibantu oleh istri.
Pada saat mengkaji, klien tampak sedih, murung dan pandangan seperti
menerawang. Dari pengkajian saat itu, respon klien baik dengan klien sudah dapat
menceritakan rasa ketidakberdayaanya namun klien masih terlihat pasif dan
murung. Intervensi yang juga dilakukan hari ini adalah melatih pikiran dan
afirmasi positif. Klien merasa sedih karena semenjak sakit klien sudah tidak
bekerja. Penulis mencoba mengarahkan latihan berpikir positif dengan meminta
klien menerima hikmah dari sakitnya seperti klien menjadi memiliki banyak
waktu untuk beristirahat di waktu senjanya, klien juga menjadi memiliki lebih
banyak waktu untuk istri dan anaknya dan sakitnya klien mendekatkan anak-anak
klien yang berada di luar kota. Karena selama klien sakit, klien sering sekali
menerima kunjungan dari anak-anaknya. Selain itu, penulis juga sempat
menanyakan harapan yang dimiliki Bapak S. Klien sempat kesulitan ketika
merumuskan harapan yang klien inginkan, namun akhirnya klien sempat
mengatakan ingin pulang dan sembuh sehingga bisa melihat dua anak terakhirnya
dapat lulus sekolah. Setelah intervensi selesai, klien mengatakan terimakasih dan
lega. Namun secara objektif klien masih mununjukan sikap murung, sedih,
mengalami penurunan nafsu makan dan tingkat ketergantungan yang masih tinggi.
Universitas Indonesia
di rumah sakit. Klien mengatakan masih rasa sedih karena menjadi beban masih
ada tapi klien berusaha untuk membiarkannya. Menurut klien, klien sudah
mencoba menerapkan pikiran positif yang sudah kemarin diskusikan. Pada hari ini
klien terlihat lebih gelisah, lebih murung, lebih pasif, lebih banyak diam
melamun. Setelah dikaji klien mengatakan sudah bosan dan sangat ingin pulang.
Karena melihat respon klien, maka penulis memutuskan untuk mengulangi latihan
berpikir positif, mengembangkan afirmasi positif dan tetap mencoba menggali
kegiatan yang masih klien dapat lakukan di rumah sakit ataupun nanti setelah
klien pulang. Penulis kembali mengulangi berdiskusi dengan klien mengenai
hikmah yang didapat ketika sakit, selain itu penulis mencoba mengarahkan dari
keinginan pasien yang ingin pulang. Klien mengatakan jika klien ingin cepat
pulang dan ingin menemani anaknya hingga lulus sekolah, klien harus semangat
dan harus mau makan. Penulis juga mencoba membantu mengidentifikasi
kegiatan yang dapat klien lakukan meskipun dalam kondisi sakit. Kegiatan yang
teridentifikasi adalah mandi, makan, berzikir, shalat berjamaah di mushala dan
mengikuti pengajian. Di rumah sakit, klien dapat dzikir dan dapat duduk-duduk di
luar ruangan jika bosan dan sudah tidak sesak lagi. Penulis memotivasi klien
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum sakit, namun tetap
menyesuaikan dengan kemampuan klien. Untuk lebih meningkatkan motivasi dan
mempermudah klien dalam mengingat kegiatan-kegiatan tersebut maka berbagai
kegiatan ditulis. Setelah diberikan intervensi, klien mengatakan akan mengaji lagi
dan memperbanyak shalawat agar tidak melamun lagi dan terimakasih sarannya.
Secara objektif, setelah intervensi klien masih terlihat pasif, namun ekspresi klien
lebih ramah dan murung berkurang.
Universitas Indonesia
90x/menit namun tanda-tanda vital yang lain tidak mengalami perubahan. Penulis,
keluarga dan klien membuat kesepakatan agak keluarga memandu klien untuk
melakukan hipnosis 5 jari besok pagi ketika bangun tidur.
Pada hari kelima perawatan klien tampak sangat senang akan pulang. Klien sudah
lebih segar, menurut klien klien sudah dapat tidur nyenyak semalam. Secara
umum klien dapat menyebutkan tanda ansietas yang klien alami, klien juga dapat
mempraktikkan tarik napas dalam dengan sangat baik. Untuk hipnosis klien
mengatakan sedikit sulit melakukannya. Oleh karena itu, penulis lebih
menggarahkan klien untuk melakukan tarik napas dalam dan shalawat jika sudah
di rumah.
Selain melakukan intervensi pada klien, penulis juga melakukan intervensi pada
keluarga klien terutama istri Bapak S. Keluarga yang kooperatif dan memiliki
penerimaan yang sangat baik menyebabkan intervensi keluarga sangat efektif.
Istri Bapak S mengatakan akan menjadi istri siaga yang akan menjaga sepenuh
hati suaminya serta mengingatkan suaminya agar melakukan hal-hal untuk
mengurangi ansietasnya dan mengingatkan klien agar semangat. Istri klien juga
Universitas Indonesia
sudah dengan baik mempraktikan relaksasi napas dalam serta menyebutkan teknik
spiritual. Selain itu, istri klien juga mengatakan jika di rumah akan mengingatkan
klien untuk tidak melamun, akan memberikan semangat kepada klien dan
memberikan motivasi pada klien agar mau beraktivitas lagi sesuai dengan
kemampuan klien.
Untuk diagnosis fisik seperti intoleransi aktivitas dan hipertermi. Penulis telah
melakukan intervensi seperti melakukan pengukuran suhu, mengajarkan cara
kompres hangat bila terjadi hipertermi, menganjurkan menggunakan pakaian tipis,
menganjurkan peningkatan asupan cairan serta melakukan kolaborasi memberikan
antipiretik. Untuk intoleransi aktivitas, penulis juga sudah memberikan intervensi
berupa pertahankan posisi nyaman, pertahankan aktivitas sesuai toleransi.
Diagnosis penurunan curah jantung telah dilakukan pertahankan masukan
oksigen, pantau hemodinamik, pantau neurologis dan pantau adanya syok
kardiogenik.
Universitas Indonesia
Gagal jantung yang dialami oleh Bapak S disebabkan karena hipertensi tidak
terkontrol dalam waktu lama. Klien mengatakan telah memiliki hipertensi sejak
kurang lebih 10 tahun namun jarang melakukan pengobatan. Hipertensi dapat
mengakibatkan peningkatan afterload yang akan meningkatkan beban jantung
untuk memompa darah lebih keras lagi sehingga dapat menyebabkan terjadinya
hipertrofi miokardium sebagai kompensasinya (Smeltzer, 2010).
Hipertensi yang klien alami diduga terjadi karena pola hidup tidak sehat yang
dilakukan selama bertahun-tahun. Klien mengatakan ketika bekerja di Jakarta
sebagai kuli bangunan dan kuli angkut di pasar, klien selalu merokok hampir
mencapai dua bungkus per hari serta meminum kopi sebelum dan sesudah
bekerja. Klien melakukan kebiasaan tersebut sejak klien muda berusia kurang
lebih 20 tahun baru menghentikan aktivitasnya hingga klien masuk rumah sakit
36 Universitas Indonesia
karena sakit jantung 9 bulan yang lalu. Selama klien bekerja, klien banyak
mengonsumsi kopi dan rokok di sela-sela aktivitas kerjanya dan menjadikan kopi
serta rokok sebagai cara klien mengalihkan pikiran klien dalam menghadapi
beban kerja yang berat. Merokok merupakan salah satu yang dapat memicu terjadi
hipertensi (American Heart Association, 2014). Merokok dalam jangka waktu
panjang dan lama akan menyebabkan nikotin yang terkandung dalam rokok
menyempitkan pembuluh darah, sehingga akhirnya membuat tekanan darah
menjadi meningkat (Canadian Diabetes Association Clinical Practice Guidelines,
2013).
Bapak S yang memiliki pekerjaan dengan beban kerja berat dan memiliki keadaan
ekonomi menengah ke bawah menyebabkan klien mengalami stres. Ketika stres
hal yang klien lakukan adalah merokok. Stres merupakan salah satu masalah yang
dihadapi seseorang yang tinggal di daerah perkotaan (Chest Heart and Stroke
Scotland, 2014). Stres yang dialami oleh Bapak S merupakan stres sosial. Hal
tersebut sesui dengan pernyataan dari Adli (2011) yang menyebutkan bahwa stres
sosial yang biasanya dapat terjadi bila seseorang tidak memiliki waktu untuk
dirinya sendiri, besarnya tekanan yang diterima dari pekerjaan dan orang sekitar
serta kondisi ekonomi rendah. Keadaan stres dan koping merokok juga merupakan
penyebab klien mengalami tekanan darah tinggi yang berakhir dengan gagal
jantung seperti yang klien alami saat ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan
American Heart Association (2014) bahwa stres juga merupakan salah satu
penyebab terjadinya hipertensi. Soufer (1992 dalam Black & Hawks, 2009)
menyebutkan bahwa ketika stres tubuh akan memproduksi hormon adrenalin yang
akan menyebabkan tubuh menjadi tegang, meningkatkan denyut jantung dan
tekanan jantung agar meningkatkan aliran darah ke otot. Jika hal tersebut terus
dibiarkan, maka akan berakhir dengan gagal jantung.
Saat masuk RSMM, Bapak S datang dengan keluhan sesak, klien mengatakan
kelelahan bila banyak melakukan aktivitas, batuk, nadi 120x/menit, respiration
rate 28x/menit, suara napas klien ronkhi di basal paru kanan, penurunan taktile
fremitus, suara jantung terdengar mur-mur. Berdasarkan data-data tersebut, gagal
jantung yang klien alami merupakan gagal jantung kiri. Hal ini sesuai dengan
Universitas Indonesia
tanda dan gejala yang muncul adalah kelelahan, dypsneu, edema pulmonal, batuk
berdahak bahkan batuk darah, terdengar suara paru ronki, denyut nadi lebih dari
100x/menit, terdengar suara jantung S3 (Soufer, 1992 dan Black & Hawks, 2014).
Grade gagal jantung yang klien alami adalah grade II yaitu klien mengalami
keterbatasan ketika beraktivitas namun nyaman bila beristirahat (NYHA dalam
Smeltzer, 2010).
Pada saat hari ketiga perawatan, klien mengatakan sekarang hanya menjadi beban
anak dan keluarganya karena menggantungkan seluruh kebutuhan ekonomi pada
anaknya dan menggantungkan aktivitas pada istrinya. Hal tersebut membuat klien
merasa tidak dapat bertanggungjawab sebagai kepala keluarga. Berdasarkan
pernyataan klien, klien dapat dikategorikan mengalami ketidakberdayaan sesuai
dengan Carpenito & Moyet (2009) yang menyatakan ketidakberdayaan
Menurut pengakuan klien, klien mulai merasa merasa menjadi beban keluarga
sejak divonis sakit jantung 9 bulan yang lalu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penyebab klien merasa tidakberdaya adalah sakit yang dialaminya. Sesuai dengan
Caprenito & Moyet (2009) penyebab klien merasa ketidakberdayaan berdasarkan
faktor patofisiologi adalah proses penyakit akut dan kronis sehingga mengalami
ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik serta ketidakmampuan mengerjakan
peran dan tanggungjawabnya, kelemahan karena penyakit dan penyakit yang
disebabkan kemunduran mental. Rasa khawatir yang klien rasakan karena proses
perawatan merupakan faktor situasional yang dapat menyebabkan
ketidakberdayaan yaitu berupa perubahan personal dan lingkungan seperti
hospitalisasi.
Intervensi yang akan dibahas dalam bagian ini adalah intervensi ansietas dan lebih
banyak membahas mengenai intervensi ketidakberdayaan sebagai fokus dalam
Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ansietas adalah dengan menginformasikan kepada klien mengenai ansietas,
mengajarkan posisi nyaman, mengajarkan teknik napas dalam, teknik distraksi,
spiritual dan hipnosis 5 jari (Standar Asuhan Keperawatan, 2012).
Hal yang paling pertama penulis lakukan adalah mengkaji perasaan klien
mengenai ketidakberdayaan yang klien alami. Diagnosis ketidakberdayaan, secara
subjektif baru klien ungkapkan pada hari ketiga perawatan. Ketika hari pertama
dan kedua perawatan klien hanya menceritakan mengenai perasaan khawatir dan
takut yang dialaminya. Menurut analisis penulis, klien baru dapat mempercayai
penulis dan bersikap terbuka ketika penulis telah melakukan interaksi selama
beberapa hari, faktor jenis kelamin tentunya mempengaruhi hal ini. Jenis kelamin
dapat mempengaruhi seseorang dalam mengungkapkan perasaan. Seperti yang
dilansir oleh Depression and Bipolar Support Alliance (2004) yang menyatakan
bahwa pasien laki-laki cenderung tidak selalu menceritakan perasaan sedih dan
kesepian karena tidak ingin dianggap lemah. Ketika klien sudah merasa percaya
dengan penulis, maka masalah dapat teridentifikasi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ritchie (2001) yang menyebutkan hubungan yang baik akan
melahirkan kepercayaan, kejujuran dan keterbukaan. Penelitian yang dilakukan
oleh Bagley, Weaver & Buchanan (2011) juga menyebutkan bahwa perempuan
lebih sensitif dalam berespon dan berekspresi terhadap stres, sedikit berbeda
dengan lelaki yang lebih santai dalam menghadapi stres.
Tujuan mengarahkan klien melatih berpikir postif agar klien memandang sakitnya
dengan cara pandang berbeda sehingga klien menjadi lebih semangat dalam
menjalani pengobatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Brissette, Scheiver &
Carver (2002 dalam Kivimaki et.al, 2005) yang menyatakan bahwa orientasi
berpikir positif bermanfaat bagi kesehatan hal ini dikarenakan bila seseorang
memiliki rasa optimis maka orang tersebut akan memiliki hubungan sosial yang
baik, menggunakan koping yang adaptif dan memiliki semangat serta kebiasaan
yang sehat dan meningkatkan taraf kesehatannya.
Selain itu, penulis juga sempat menanyakan harapan yang dimiliki Bapak S. Klien
sempat kesulitan ketika merumuskan harapan yang klien inginkan, namun
akhirnya klien sempat mengatakan ingin pulang dan sembuh sehingga bisa
melihat dua anak terakhirnya dapat lulus sekolah. Smith (2015) menyebutkan
bahwa penelitian yang dilakukan oleh Natchitoches mentu individu yang memiliki
harda diri rendah dan depresi.
Respon yang klien berikan setelah dilakukan intervensi latihan berpikir positif dan
afirmasi positif adalah secara verbal klien mengatakan terimakasih dan lega.
Namun secara objektif klien masih menunjukan sikap murung, sedih, mengalami
penurunan nafsu makan dan tingkat ketergantungan yang tinggi. Menurut analisis
penulis, hal itu sangat wajar karena intervensi baru dilakukan satu kali. Life Care
(2013) mengungkapkan bahwa untuk menginternalisasikan pikiran-pikiran positif
tidak dapat dilakukan dalam semalam, diperlukan konsistensi dan pengulangan
agar pikiran positif benar-benar terinternalisasi dengan baik. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Kanine, Helena & Nuraini (2011) terhadap pasien
ketidakberdayaan dengan diabetes mellitus di RS Bethesda-Tomohon penerapan
terapi ners juga dilakukan kurang lebih enam hari. Jadi, respon klien yang belum
secara signifikan bukan sebuah hambatan dalam melaksanakan intervensi
selanjutnya.
Respon ketidakberdayaan dilihat dari data minor dan mayor yang didapat secara
subjektif dan diamati secara objektif (Carpenito & Moyet, 2009). Jika diamati
secara subjektif pada hari terakhir perawatan setelah diberikan intervesi selama 3
hari sebelumnya klien mengatakan bahwa pikiran yang menyatakan hanya
menjadi beban sudah agak sedikit berkurang, Bapak S mencoba memikirkan bawa
kini giliran anak yang merawat Bapak S.
Untuk mengoptimalkan hasil intervensi yang diberikan bagi Bapak S dengan hari
rawat yang sebentar juga dapat dikolaborasikan terapi ners dan spesialis agar hasil
yang didapatkan lebih optimal. Penguatan positif juga harus diberikan pada pasien
agar semangat untuk membangun kembali harapan dalam hidupnya karena
harapan akan membangun sebuah komitmen untuk menjadi lebih baik lagi.
Seperti yang dilakukan oleh Kanine, Helena & Nuraini (2011) yang
mengemukakan hasil bahwa skor ketidakberdayaan pada klien dengan DM
mengalami penurunan yang signifikan. Kelompok kontrol yang hanya diberikan
terapi ners mengalami penurunan tanda dan gejala sebesar 5,36. Sedangkan
kelompok intervensi yang diberikan terapi spesialis berupa logoterapi didapatkan
penurunan skor sebesar 14,80. Kanine, Helena & Nuraini (2011) menyatakan
bahwa jika keduanya digabungkan maka akan melahirkan hasil yang lebih
optimal.
Menurut penulis, terapi spesialis yang dapat dilakukan untuk klien adalah ACT
(Acceptance and Commitment Therapy). ACT merupakan terapi yang
menitikberatkan pada penerimaan atau aspek psikologis agar dapat menyesuaikan
dengan perubahan kondisi (Hayes, 2007). Widuri, Helena & Mustikasari (2012)
melakukan penerapan ACT pada pasien dengan gagal ginjal melalui empat sesi.
Sesi pertama membina hubungan saling percaya, sesi kedua identifikasi nilai
sesuai dengan pengalaman klien, sesi 3 berlatih menerima kejadian dengan nilai
yang dipilih dan sesi 4 berkomitmen untuk mencegah kekambuhan. Sesi ACT
yang Bapak S dapatkan lebih menitikberatkan pada sesi komitmen.
Bapak S telah masuk RS dengan keluhan yang sama sakit jantung pada 9 bulan
yang lalu, setelah itu klien hanya patuh menjalankan pengobatan rutin pada 6
bulan pertama. Namun 3 bulan berikutnya klien tidak melakukan pengobatan
bahkan kembali pada kebiasaan buruk yang justru memperparah sakit yang
dialaminya. Harapannya jika klien diberikan ACT maka klien akan memiki
komitmen untuk mencegah kekambuhan penyakitnya. Widuri, Helena &
Mustikasari (2012) menyebutkan bahwa penerapan terapi ACT dapat menurunkan
tanda dan gejala ketidakberdayaan sebesar 5,934 jauh lebih besar dari penerapan
terapi ners yang hanya 0,268. Tentunya kolaborasi penggunaan terapi ners dan
spesialis dapat menghasilkan perubahan yang lebih signifikan bagi Bapak S
dengan lama intervensi yang hanya tiga hari.
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
47 Universitas Indonesia
ruang rawat inap. Selain itu, diperlukannya intervensi keperawatan spesialis jiwa
dapat menimbulkan upaya untuk secara khusus menempatkan perawat spesialis
jiwa di setiap ruang rawat inap. Hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan
kontiunitas dari perawatan yang diberikan sehingga asuhan keperawatan yang
diiberikan pada klien dapat diterapkan secara utuh dan kontinyu dalam setiap
shiftnya dilakukan khusus oleh perawat psikososial.
Peneliti berharap peneltian ini dapat menjadi dengan menjadi evidance based
untuk membandingkan implementasi dan teori yang ada agar nantinya dapat
menjadi acuan bagi mahasiswa keperawatan untuk mengembangkan intervensi
keperawatan masalah psikososial ketidakberdayaan bagi klien dengan gagal
jantung.
Universitas Indonesia
Adli, M. (2011). Urban Stress And Mental Health. City Health And Well Being.
London: London School Of Economics
Agustin, I. M., Keliat B.A., Mustikasari. (2015). Penerapan tindakan keperawatan:
terapi generalis terhadap ketidakberdayaan pada lansia. Jurnal Ners. 10(2)
Bhatta, B. (2010). Analysis of urban growth and sprawl from remote sensing data.
Berlin: Springer. Juni, 12 2016
Http://Www.Springer.Com/Us/Book/9783642052989
Black, J.M. & Hawks, J.H. (2014). Medical surgical nursing, clinical management
for positive outcomes (8 th. Edition). Philadelpia: Wb. Saunders Company
Canadian Diabetes Association Clinical Practise Guidelines. (2013). High Blood
Pressure & Diabetes. Juni 19, 2016. Http://Guidelines.Diabetes.Ca
Damanik, F., H., S. (2012). Membentang fakta dunia sosial: Sosiologi. Jakarta:
Bumi Aksara
Depression And Bipolar Support Alliannce. (2004). Men and depression. Illinios:
DBSA
Doenges, M., (2009). Nursing Care Plans, Guidlance For Individuaizing Pastient
Care, 8th Ed. Philadelphia : F. A. Davis
Dryer, D. E. (2007) the phenomenon of powerlessness in the eldery. The Ruth &
Tes Braun Award For Writing Exellence At Saginaw Valley University
Elfiky, I. (2008). Terapi berpikir positif biarkan mukjizat dalam diri anda melesat
agar hidup lebih sukses dan lebih bahagia. Jakarta Penerbit Zaman
Jeun, Y.H., et al. (2010). The experience of living with chronic heart disease: a
narrative review of qualitative studies. Sydney: Biomedical Center Health
Service Research.
Kanine, E., Helena N., Nuraini T. (2011). Pengaruh terapigeneralis dan
logoterapi individu tehadap respon ketidakberdayaan klien diabetes melitus
di rumah sakit provinsi Sulawesi Utara. Tesis Fik Ui. Tidak Dipublikasikan.
Kelley, D. (2014). Heart disease: Causes, prevention, and current research. Jcc
Honors Journals, 5(2)
Setiadi, E., M. (2008). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana
United Nation.(2014). World’s population increasingly urban with more than half
living in urban areas. United Nations: New York
WHO.(2005). Preventing chronic diseases a vital investment. United Nations:
New York
MASALAH PSIKOSOSIAL
INFORMASI UMUM
Inisial klien : Tn. S
Usia : 66 (tahun)
Suku : Sunda
KELUHAN UTAMA
Tn. S datang dengan keluhan sesak sejak dua hari SMRS. Pada saat
pengkajian di dapatkan data sesak masih ada, RR = 32x/menit, nadi
120x/menit, suhu 38,6oC. Saat pemeriksaan fisik, didapapatkan data suara
naps ronkhi di basal paru kanan, penurunan taktile fremitus, terdengar suara
jantung S3.
Klien mengeluh sulit tidur karena sesak dan merasa takut sakitnya semakin
parah, klien juga mengeluh mengalami sulit makan. Kien takut sakit semakin
Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku yang
ditampilkan)
PERILAKU PERILAKU
Pasif Disorientasi
Waspada Ketakutan
Gelisah Obsesi
Tremor Hiperaktivitas
KELUARGA
Genogram
Tipe keluarga
nuclear family diad family
lain-lain, sebutkan:
RIWAYAT SOSIAL
Pola sosial
Teman/ orang terdekat
Klien dekat dengan istri dan anaknya.
ada, jelaskan
2. Kontak mata
ada, klien ada kontak mata meskipun dengan sorot mata sedih dan
keadaan lemas. Kadang klien seperti sedang menerawang
3. Pakaian
4. Perawatan diri
Tingkah Laku
Tingkah Laku Jelaskan
Resah
Agitasi
Letargi
Lain-lain
Pola komunikasi
POLA KOMUNIKASI POLA KOMUNIKASI
Jelas Aphasia
Koheren Perseverasi
Inkoheren Tangensial
Lainnya: Klien tertutup dan baru terbuka pada mahasiswa pada hari ketiga
perawatan
Senang
Patah hati
Putus asa
Euporia
Curiga
Lain-lain:
Proses Pikir
PERILAKU
Jelas
Logis
Mudah diikuti
Relevan
Bingung
Bloking
Delusi
Arus cepat
Asosiasi lambat
Curiga
Persepsi
PERILAKU JELASKAN
Halusinasi Jelaskan
Kognitif
1. Orientasi realita
Waktu : Terorientasi dengan baik
2. Memori
Gangguan jelaskan
Tingkatan jelaskan
Jelaskan:
Analisa
Ansietas Sedang
Tindakan
Menjelaskan definisi, penyebab,
akibat dan cara mengatas ansietas
Menganjurkan mencari posisi yang
nyaman
Mengajarkan teknik napas dalam
Tindakan
Mengulangi kemampuan tarik
napas dalam, menganjurkan
distraksi dan spritual, mengajarkan
hipnosis 5 jari
Mengkaji perasaan
ketidakberdayaan
Menjelaskan penyebab dan akibat
Analisa
Ansietas. Objektif
Ketidakberdayaan. Kegelisahan berkurang
Wajah senang banyak senyum
Tindakan Lebih bersemangat
Megevaluasi perasan takut/cemas, Menyimak informasi
Mereview cara TND Fokus
Mereview dan menganjurkan distraksi Tingkat ketergantungan tinggi
dan spiritual Tampak dapat mengulangi tarik napas
dalam
Mengevaluasi perasaan
Mengulangi latihan berpikir positif
Memotivasi klien melakukan kontrol Analisa
perasaan, Memotivasi klien untuk mau Ansietas teratasi.
melakukan kegiatan di rumah Ketidakberdayaan teratasi.
Memotivasi keluarga (istri) agar mau
memberikan motivasi pada klien agar Planning
mau melakukan kegiatan. Latihan TND
Latihan distraksi
Rencana Tindak Lanjut Latihan spiritual
Klien pulang Latihan hiptnotis lima jari
Latihan mengontrol perasaan
Lakukan kegiatan di rumah
Keluarga motivasi agar klien mau dan
termotivasi melakukan kegiatan jika di
rumah