Anda di halaman 1dari 85

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


KETIDAKBERDAYAAN DENGAN GAGAL JANTUNG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

PUJI MENTARI
1106053344

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI
DEPOK
JUNI 2016

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


KETIDAKBERDAYAAN DENGAN GAGAL JANTUNG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

PUJI MENTARI
1106053344

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI
DEPOK
JUNI 2016

ii

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : PUJI MENTARI

NPM : 1106053344

Tanda Tangan :

Tanggal : 29 Juni 2016

iii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh :


Nama : Puji Mentari
NPM : 1106053344
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Ketidakberdayaan
dengan Gagal Jantung

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
pada Program Studi Profesi Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia

Pembimbing : Ice Yulia W., S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.J( )

Penguji 1 : Ria Utami Panjaitan, S.Kp., M.Kep. ( )

Penguji 2 : Linggar Kumoro, S.Kp. ( )

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 29Juni 2016

iv Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan Program Ilmu Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.Saya sadar bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
peran dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
(1) Ibu Dra. Junaiti Sahar, PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
yang telah memberikan fasilitas untuk kesuksesan penyelesain KIAN saya.
(2) Ibu Ice Yulia W., S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.J, selaku dosen pembimbing saya
yang selalu memberika arahan, bimbingan dan motivasi pada saya dalam
penyusunan KIAN ini dapat selesai dengan baik
(3) Ibu Liggar Kumoro S.Kp dan Ibu Esti Dyah S.Kep sebagai pembimbing
di lahan praktik yang telah membimbing penulis selama praktik.
(4) Ibu Ria Utami Panjaitan, S. Kp., M.Kep selaku dosen penguji yang telah
memerikan saran dan masukan bagi penulis
(5) Bapak Rudi Hadi dan Ibu Uningsih selaku orangtua penulis yang telah
memberikan banyak motivasi dan nasihat sehingga penulis semangat
dalam menyelesaikan KIAN ini. Tak lupa juga penulis mengucapkan
terimakasih pada adik-adik penulis Chenny dan Reni yang selalu
memberikan keceriaan pada proses penulisan KIAN ini.
(6) Bapak S dan keluarga yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
diajdikan narasumber bagi karya ilmiah akhir ners ini
(7) Sahabat-sahabat saya yang luar biasa Afif Ni’matul, Evi Hidayati, (Alm)
Annisa Azwar dan Mirza Syah Alam. Terimakasih atas telinga dan bahu
kalian yang selalu siap mendengarkan dan dijadikan tempat bersandar
oleh saya selama masa perkuliahan

v Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


(8) Teman-teman kelompok selama praktik profesi satu tahun Shifa
Syahidatul Wafa, Uswatun Hasanah, Ka Pramita yang selalu membersamai
di setiap stase selama profesi.
(9) Teman-teman peminatan Jiwa khususnya ruang Antasena Hutami, Yeni,
Afif, Evi, Juwita, Ka Yogi kan Ka Muti yang luar biasa
(10) Seluruh personil program profesi FIK UI 2015 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, terimakasih atas persaudaraan kalian.
(11) Seluruh pihak yang turut memberikan saya dukungan dalam penulisan
KIAN ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

Saya berharap Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat bermanfaat untuk peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan serta menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas kebaikan berbagai pihak yang
telah membantu penelitian ini.

Depok, 29 Juni 2016

Puji Mentari

vi Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Puji Mentari


NPM : 1106053344
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Royalti Bebas Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free-Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Asuhan Keperawatan Pada Klien Ketidakberdayaan Dengan Gagal Jantung
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 29 Juni 2016
Yang menyatakan

(Puji Mentari)

vii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


ABSTRAK

Nama : Puji Mentari


Program : Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Ketidakberdayaan Dengan Gagal
Jantung

Jumlah penduduk kota yang semakin banyak akan menyebabkan banyak hal salah
satunya ancaman dari penyakit tidak menular yang begitu banyak terjadi. Salah satu
penyakit menular yang banyak terjadi adalah gagal jantung. Gagal jantung yang
merupakan penyakit kronik akan menimbulkan masalah psikologis salah satunya
ketidakberdayaan. Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk
memberikan analisis asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada klien dengan
gagal jantung. Penulis melakukan asuhan keperawatan psikososial khususnya
ketidakberdayaan selama tiga hari.Evaluasi hasil implementasi menunjukkan bahwa
terjadi sedikit penurunan tanda dan gejala yang terjadi pada klien. Perlu dilakukan
kolaborasi intervensi generalis dan spesialis agar didapatkan hasil yang lebih
optimal.

Kata kunci: afirmasi positif, ketidakberdayaan, gagal jantung, latihan berpikir


positif

viii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


ABSTRACT

Name : Puji Mentari


Program : Nursing
Judul : Nursing Care on Powerlessness Client with Heart Failure

The population of the town that more and more will cause a lot of things one of
them the threat of non-communicable diseases. One of non-communicable diseases
which are heart failure. Heart failure is a chronic disease that will lead to
psychological problems is one of powerlessness. The author conducted a
powerlessness psychosocial nursing care for three days. Evaluation of the results of
implementation shows that there is a slight decrease in the signs and symptoms that
occurred on the client. Need to do interventions collaboration generalists and
specialists to get optimal results for patient.
Keywords: positive affirmation, powerlessness, heart failure, practice positive
thinking

ix Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
ABSTRAK INDONESIA ................................................................................ vi
ABSTRAK INGGRIS ...................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR UNTUK
KEPERLUAN AKADEMIK ABSTRAK ....................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Masyarakat Perkotaan ................................................................. 9
2.1.1 Definisi Masyarakat Kota............................................................... 9
2.1.2 Masalah Kesehatan Masyarakat Perkotaan .................................... 11
2.2Konsep Ketidakberdayaan ......................................................................... 12
2.2.1 Definisi Ketidakberdayaan ............................................................. 12
2.2.3 Etiologi Ketidakberdayaan ............................................................. 13
2.2.4 Tanda dan Gejala Orang yang Mengalami Ketidakberdayaan ...... 14
2.2.4 Intervensi Ketidakberdayaan ......................................................... 14
2.3Konsep Gagal Jantung ............................................................................... 18
2.3.1 Definisi Gagal Jantung ................................................................... 18
2.3.2 Tanda dan Gejala Gagal Jantung .................................................... 18
2.3.3 Faktor yang Menyebabkan Gagal Jantung ..................................... 20
2.4Penyakit Kronik dan Ketidakberdayaan .................................................... 21

BAB 3 :LAPORAN KASUS KELOLAAN


3.1 Hasil Pengkajian ....................................................................................... 24
3.2Analisa Data .............................................................................................. 26
3.3Diagnosis, Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan .................. 28

BAB 4 :PEMBAHASAN
4.1 Analisa Masalah Keperawatan Terkait Konsep Masrayakat Perkotaan dan
Konsep Ketidakberdayaan .............................................................................. 36
4.2Analisa Intervensi Keperawatan dan Penelitian Terkait ........................... 40
4.3Alternatif Penyelesaian Masalah ............................................................... 44

x Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


BAB 5 :PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 46
5.2 Saran ......................................................................................................... 47

DAFTAR REFERENSI

xi Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Gagal Jantung ................................................................... 43


Tabel 3.1 Analisa Data ................................................................................... 43

xii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian
Lampiran 2 Rencana Asuhan Keperawatan
Lampiran 3 Catatan Perkembangan
Lampiran 4 Evaluasi Tanda dan Gejala
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

xiii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjabaran mengenai data yang mendasari pemilihan topik Karya
Ilmiah Akhir Ners. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai rumusan masalah.
Selain itu, pada bab ini juga di paparkan mengenai tujuan dan manfaat penulisan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

1.1. Latar Belakang

Penduduk dunia terdiri dari masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan dan
pedesaan. Sebagian besar masyarakat dunia tinggal di daerah perkotaan. United
Nation (2014) mencatat bahwa 54% penduduk dunia tinggal diperkotaan, bahkan
akan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 65% pada 2050 dan 90%
diantaranya berada di wilayah Asia dan Afrika. Indonesia merupakan salah satu
negara di Asia dengan jumlah masyarakat perkotaan yang banyak. Pada tahun
2013-2015, masyarakat perkotaan di Indonesia telah mencapai 54% dari total
seluruh masyarakat Indonesia (World Bank, 2015).

Perkotaan menjanjikan kehidupan yang lebih baik karena kesempatan yang lebih
banyak, gaji yang lebih tinggi, pelayanan dan gaya hidup yang lebih baik (Bhatta,
2010). Hal-hal tersebut yang menjadi daya tarik bagi masyarakat agar melakukan
migrasi dari wilayah desa ke perkotaan sehingga jumlah masyarakat perkotaan
mengalami peningkatan yang signifikan. Jumlah masyarakat perkotaan yang
mengalami peningkatan menimbulkan dampak positif dan negatif bagi kehidupan
perkotaan.

Dampak positif yang timbul dari peningkatan jumlah penduduk kota adalah
peningkatan perkembangan ekonomi, peningkatan keinginan untuk berwirausaha
serta peningkatan taraf pendidikan karena pelayanan pendidikan di perkotaan
lebih baik dari pedesaan (Arouri et al., 2014). Sedangkan dampak negatif yang
ditimbulkannya adalah penyebaran penduduk dan pengembangan ekonomi yang
tidak merata karena desa ditinggalkan dan kota penuh sesak penghuni. Secara
umum, dampak negatif yang timbul dari peningkatan jumlah penduduk perkotaan
lebih banyak dirasakan oleh penduduk perkotaan itu sendiri. Jumlah penduduk

1 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


2

yang makin banyak akan menyebabkan sulitnya mencari pekerjaan, timbulnya


daerah-daerah permukiman kumuh, peningkatan kemacetan dan polusi udara
(Departement of Economic and Social Affairs United Nation, 2014).

Ledakan penduduk perkotaan juga mempengaruhi dari segi kesehatan. Banyaknya


jumlah penduduk perkotaan dapat menyebabkan penurunan derajat kesehatan
karena permukiman kumuh yang muncul, air terkontaminasi industri, sanitasi
yang buruk, makanan yang tidak sehat serta kebisingan yang ditimbulkan dari
kendaraan bermotor (World Health Organization, 2010). Secara khusus, WHO
(2010) menyebutkan terdapat tiga hal (triple threat) yang mengancam masyarakat
perkotaan yaitu penyakit infeksi, penyakit tidak menular dan injuri-
kecelakaan/kejahatan. Hal tersebut dapat terjadi hasil dari interaksi-interaksi
kompleks faktor-faktor penyebabnya seperti infrastruktur kota dan pelayanan
kesehatan yang tidak memadai. Dari triple threats yang memiliki prevalensi
tertinggi terjadi sekarang ini adalah penyakit tidak menular.

Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, kanker, diabetes mellitus


merupakan hal yang menjadi ancaman bagi masyakarat perkotaan karena gaya
hidup masyarakat perkotaan yang kurang baik seperti konsumsi makanan yang
tidak sehat dan gaya hidup kurang gerak aktif (WHO, 2010). Salah satu penyakit
sering terjadi merupakan penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular.
Peningkatan prevalensi terjadinya penyakit kardiovaskular disebabkan karena
proses urbanisasi yang progresif dan globalisasi dari pola hidup tidak sehat yang
ada pada masyarakat urban atau perkotaan (World Heart Foundation, 2012).
WHO (2013) juga menyebutkan penyakit kardiovaskular merupakan penyakit
yang paling banyak meyebabkan kematian. Chronic Heart Failure (CHF) atau
gagal jantung adalah salah satu penyakit kardiovaskular yang banyak terjadi.

Gagal jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di Amerika (Kelley,


2014). Di Indonesia, gagal jantung masuk ke dalam 12 penyakit tidak menular
terbanyak dialami oleh masyarakat Indonesia (Riskesdas, 2013). Populasi terbesar
penderita gagal jantung berkisar pada usia 65-70 tahun. Prevalensi gagal jantung
berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen dan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


3

berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Di Jawa Barat
sendiri prevalensi terjadinya gagal jantung sebesar 0,7 persen (Riskesdas, 2013).

Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang kompleks yang dihasilkan dari
kerusakan fungsi atau stuktur jantung yang merusak kemampuan ventrikel untuk
melakukan pengisian jantung (Black & Hawks, 2009). Orang yang menderita
penyakit ini akan mengalami nyeri dada, sesak dan cepat mengalami kelelahan
(David et al., 2012). Masalah gagal jantung dapat disebabkan karena banyak hal
salah satunya hipertensi. Hipertensi dapat mengakibatkan peningkatan afterload
yang akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah lebih keras lagi
sehingga dapat menyebabkan terjadinya hipertrofi miokardium sebagai
kompensasinya (Smeltzer, 2010). Hipertensi dapat disebabkan karena dua faktor,
yaitu faktor yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol.Faktor penyebab
hipertensi yang dapat di kontrol adalah kegemukan, makan makanan mengandung
banyak garam, kurang aktivitas fisik, merokok, diabetes dan stres (American
Hearth Association, 2014).

Selain masalah fisik, pasien dengan masalah kronis seperti masalah jantung perlu
diperhatikan secara psikologis. Hal tersebut dikarenakan karakteristik penyakit
kronis yang memerlukan pengobatan serta intervensi yang membutuhkan banyak
waktu, menimbulkan kecacatan atau perubahan fisik, kekambuhan penyakit yang
sering terjadi, serta keadaan patologis penyakit itu sendiri yang seringkali tidak
dapat pulih seperti sebelumnya menimbulkan masalah psikologis.Klien dengan
gagal jantung rentan mengalami ansietas dan depresi. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Haworth et al., (2005) terhadap 100 orang klien
dengan gagal jantung menunjukan hasil 29% klien mengalami depresi dan 18%
klien mengalami ansietas. Gagal jantung yang merupakan salah satu penyakit
kronik juga dapat menyebabkan penderitanya mengalami ketidakberdayaan.
Seperti yang tercantum dalam penelitian Aujoulat, Luminet & Deccache (2007)
yang melakukan wawancara terhadap 40 orang dengan berbagai penyakit kronik
termasuk didalamnya 5 orang klien dengan gagal jantung menunjukan hasilbahwa
hampir semua klien menceritakan mengenai pengalaman ketidakberdayaan yang
dialaminya.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


4

Ketidakberdayaan merupakan perasaan atau persepsi bahwa tindakannya tidak


memiliki efek yang signifikan atau persepsi kurang kontrol terhadap kejadian
yang terjadi dalam hidupnya (Doenges et.al., 2008). Ketidakberdayaan merupakan
hasil pengalaman internal dan subjektif yang termanifestasi menjadi kepercayaan
yang menyebabkan seseorang merasa tidak dapat mengontrol masalahnya
(Brickman et al.,1982 dalam Prendes & Thomas, 2011). Intervensi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi ketidakberdayaan adalah mengenali dan
mengekspresikan emosi, memodifikasi pola kognitif yang negatif (latihan berpikir
positif), berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
perawatan dan termotivasi untuk aktif mencapai tujuan realistis (Standar Asuhan
Keperawatan, 2011). Jika terus dibiarkan ketidakberdayaan akan berakhir dengan
keputusasaan. Keputuasaan ini akan berujung dengan keengganan melakukan
perawatan yang akan memperburuk kondisi sakit fisik yang dialami klien. Oleh
karena itu, mengatasi masalah psikososial khususnya ansietas dan
ketidakberdayaan pada pasien dengan masalah fisik seperti gagal jantung
merupakan hal yang penting untuk mencegah manifestasi lebih lanjut dari
ketidakberdayaan.

Penulis melakukan praktik selama tujuh minggu di Ruang Antasena Rumah Sakit
Marzoeki Mahdi Bogor untuk menyusun serta merumuskan Karya Ilmiah Akhir
Ners ini. RS Marzoeki Mahdi merupakan rumah sakit yang berdiri sejak tahun
1885 dengan misi menjadi rumah sakit jiwa rujukan nasional dengan unggulan
layanan psikososial pada tahun 2019 (RSMM, 2016). Selain memiliki layanan
jiwa, RS Marzoeki Mahdi juga memberikan pelayanan untuk masalah fisik umum
dan spesialis yang juga mengedepankan penanganan masalah psikososial klien
sesuai dengan visi rumah sakit. Ruang Antasena adalah salah satu ruang
perawatan umum kelas II dan III berkapasitas 34 tempat tidur yang juga
memberikan perawatan masalah fisik dan psikososial.

Selama penulis melakukan praktik di ruangan Antasena, didapatkan data bahwa


banyak klien yang mengalami berbagai masalah psikososial selain masalah fisik
yang dialaminya. Masalah fisik yang banyak dialami adalah ansietas,
ketidakberdayaan, keputusasaan, gangguan citra tubuh, berduka disfungsional

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


5

hingga harga diri rendah situasional. Dari data yang penulis himpun, hampir
sebagian besar klien mengalami ansietas serta ada juga masalah psikososial lain
yang banyak dialami yaitu ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan dialami oleh
sebanyak kurang lebih 34,9% klien di ruang Antasena (Mahasiswa Aplikasi
Keperawatan Jiwa, 2016). Sebagian besar perawat Antasena sudah dapat
mengidentifikasi tanda dan gejala klien yang mengalami ansietas dan telah
melakukan intervensi. Namun untuk masalah ketidakberdayaan, penulis belum
melihat adanya upaya pengkajian dan intervensi pada klien dengan
ketidakberdayaan. Oleh karena hal itu, penulis tertarik untuk membuat karya tulis
ilmiah yang membahas mengenai ketidakberdayaan pada klien dengan gagal
jantung.

Klien yang akan menjadi sumber data pada karya ilmiah ini adalah Bapak S (66
tahun) masuk ruang Antasena dengan keluhan nyeri dada dan sesak. Setelah dikaji
lebih jauh klien mengatakan merasa takut dan khawatir akan sakitnya, karena
takut dirawat di ICU seperti perawatan yang lalu. Hal ini menyebabkan klien
mengalami peningkatan tanda-tanda vital, sulit tidur dan mengalami penurunan
nafsu makan. Didapatkan juga data bahwa klien sudah lelah karena sekarang
hanya menjadi beban bagi istri dan anak-anaknya. Hal ini terjadi setelah klien
tidak lagi berkerja dan menggantungkan hidup sepenuhnya pada istri dan semua
anaknya. Berdasarkan data yang didapat saat pengkajian, Bapak S teridentifikasi
mengalami ansietas dan ketidakberdayaan. Penulis telah melakukan berbagai
intervensi untuk mengatasi ansietas dan ketidakberdayaan yang dialami oleh
Bapak S baik intervensi individu maupun keluarga. Pada karya tulis ini akan
dibahas mengenai analisis intervensi yang telah diberikan pada Bapak S
khususnya intervensi mengatasi ketidakberdayaan yaitu dengan latihan berpikir
positif, mengembangkan afirmasi positif serta latihan mengontrol
ketidakberdayaan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


6

1.2. Perumusan Masalah

Penduduk dunia sebagian tinggal di daerah perkotaan. Perkotaan menjanjikan


kehidupan yang lebih baik karena kesempatan yang lebih baik, gaji yang lebih
tinggi, pelayanan dan gaya hidup yang lebih baik. Hal-hal tersebut yang menjadi
daya tarik bagi masyarakat agar melakukan migrasi dari wilayah desa ke
perkotaan sehingga jumlah penduduk kota mengalami peningkatan yang
signifikan. Dampak negatif yang ditimbulkan dari peningkatan jumlah penduduk
kota adalah penyebaran penduduk dan pengembangan ekonomi yang tidak merata
karena desa ditinggalkan dan kota penuh sesak penghuni. Banyaknya jumlah
penduduk perkotaan dapat menyebabkan penurunan derajat kesehatan karena
pemukiman kumuh yang muncul, air terkontaminasi industri, sanitasi yang buruk,
makanan yang tidak sehat serta kebisingan yang ditimbulkan dari kendaraan
bermotor.Secara khusus, terdapat tiga hal (triple threat) yang mengancam
masyarakat perkotaan yaitu penyakit infeksi, penyakit tidak menular dan injuri-
kecelakaan/kejahatan.Dari triple threats yang memiliki prevalensi tertinggi terjadi
sekarang ini adalah penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tidak menular
yang paling banyak terjadi adalah penyakit kardiovaskular.

Peningkatan prevalensi terjadinya penyakit kardiovaskular disebabkan karena


proses urbanisasi yang progresif dan globalisasi dari pola hidup tidak sehat yang
ada pada masyarakat urban atau perkotaan. Salah satu penyakit kardiovaskular
yang menjadi penyebab kematian nomor satu di Amerika adalah gagal jantung.
Orang yang menderita penyakit ini akan mengalami nyeri dada, sesak dan
kelelahan.

Selain masalah fisik, pasien dengan penyakit kronik perlu diperhatikan secara
psikologis. Masalah psikologis yang banyak terjadi pada pasien penyakit kronik
khususnya gagal jantung adalah kecemasan dan ketidakberdayaan. Hal ini
tentunya berkaitan dengan tanda dan gejala yang dialami orang dengan gagal
jantung yaitu perubahan dan penurunan fungsi fisik. Hasil analisis penulis pada
minggu kedua praktik di Ruang Antasena, Bapak S (66 tahun) masuk ruang
Antasena dengan gagal jantung terdeteksi memiliki masalah kesehatan yang
ditimbulkan dari masalah perkotaan serta mengalami masalah psikososial yaitu

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


7

ansietas dan ketidakberdayaan. Bapak S merasa lelah, tidak berdaya-sedih karena


menjadi beban bagi anak dan keluarga lainnya sejak tidak bekerja serta menderita
sakit jantung kurang lebih 9 bulan yang lalu. Oleh karena masalah yang dialami
Bapak S, maka penulis memilih Bapak S sebagai klien kelolaan yang akan
dilakukan analisis terhadap intervensi yang telah diberikan.

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan ketidakberdayaan yang diberikan


pada klien dengan gagal jantung

1.3.2. Tujuan Khusus


1.3.2.1 Menggambarkan hasil pengkajian masalah fisik maupun masalah
psikologis klien dengan gagal jantung.
1.3.2.2 Menggambarkan analisis masalah fisik dan psikologis klien dengan
gagal jantung
1.3.2.3 Menggambarkan penerapan intervensi fisik dan psikososial pada
klien dengan gagal jantung
1.3.2.4 Membandingkan intervensi masalah psikososial ketidakberdayaan
antara praktik yang telah dilakukan dengan teori yang ada.

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Manfaat Aplikatif


Penelitian ini dapat memberikan gambaran intervensi bagi klien dan
keluarga yang mengalami ketidakberdayaan khususnya ketidakberdayaan
pada penyakit gagal jantung.Selain itu, penelitian ini dapat memberikan
gambaran intervensi pengetahuan bagi perawat jiwa sehingga dapat
meningkatkan asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada klien dengan
gagal jantung.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


8

1.4.2. Manafaat Keilmuan


Penelitian yang dilakukan secara langsung dengan membandingkan
implementasi dan teori yang ada dapat menjadi acuan bagi perawat jiwa
untuk mengembangkan intervensi keperawatan masalah psikososial
ketidakberdayaan bagi klien dengan gagal jantung.

1.4.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya


yang akan mengembangkan penelitian terhadap masalah psikososial
ketidakberdayaan pada klien gagal jantung.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustakaakan membahas dasar teori-teori yang digunakan dalam karya
ilmiah akhr ners ini. Bab ini akan memamparkan secara rinci mengenai
masyarakat perkotaan, ansietas pada masyarakat perkotaan, gagal jantung dan
ketidakbedayaan pada klien dengan gagal jantung.

2.1 Masyarakat Perkotaan

Konsep masyarakat perkotaan perlu dibahas lebih dalam untuk mempermudah


dalam menguraikan masalah kesehatan yang terjadi pada Bapak S, masalah fisik
yang dialami Bapak S merupakan masalah perkotaan. Konsep masyarakat
perkotaan yang akan dibahas mencakup definisi, karakteristik dan masalah
kesehatan yang sering muncul pada masyarakat perkotaan.

2.1.1 Konsep Masyarakat Perkotaan

Masyarakat merupakan orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan


(Soemrdjan dalam Setiadi, 2011). Koentjaraningrat (1994) menyebutkan bahwa
masyarakat adalah kesatuan manusia yang berinteraksi menurut adat dan istiadat
tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh identitas bersama. Jadi dapat
disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi
dan hidup bersama bersifat kontinyu serta menghasilkan kebudayaan.

Sekelompok manusia yang disebut masyarakat haruslah memenuhi kriteria dan


karakteristik tertentu. Secara umum, masyarakat memiliki karakteristik sebagai
berikut a) terdapat minimal dua manusia yang hidup bersama, berhubungan dalam
waktu lama dan menghasilkan sistem nilai serta aturan yang mengatur hubunagn
antar manusia, sadar merupakan satu kesatuan, hidup bersama dan membentuk
kebudayaan (Soekanto, 2002). Masyarakat dunia terbagi kedalam dua, masyarakat
desa dan masyarakat perkotaan. Roucek & Warren (1967 dalam Damanik, 2013)
menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara masyarakat desa dan masyarakat
kota.

9 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


10

Pada masyarakat desa, peranan kelompok primer seperti keluarga/ hubungan


darah cukup signifikan. Pola hubungan masyarakat desa lebih awet, karena
terjalin dari pola hubungan dan ikatan yang bertahan lama. Selain itu, masyarakat
desa relatif lebih homogen karena umumnya desa dibentuk oleh beberapa
keluarga yang berasal dari atau keturunan (Damanik, 2012).

Berbeda dengan masyarakat desa, masyarakat perkotaan memiliki ciri yang


bertolak belakang. Di kota, heterogenitas sangat tinggi baik dari latar belakang,
keahlian atau profesi. Manusia lebih bersifat individualisme atau berinteraksi
hanya untuk kepentingan pribadi (Damanik, 2012). Inkeles & Bellah 1971 dalam
Siregar, 2008) mengemukakan beberapa ciri masyarakat berkpribadian modern
yang merupakan hasil dari modernisasi kota, seperti diantaranya siap menerima
pengalaman baru dan perubahan, berorientasi khusus pada waktu, memiliki
perencanaan masa depan, memahami peraturan yang mengikat, status sosial
didapatkan dari keterampilan dan partisipasi serta memberikan minat dan nilai
tinggi pada pendidikan.

2.1.2 Masalah Kesehatan pada Masyarakat Perkotaan

Peningkatan jumlah penduduk perkotaan menimbulkan dampak negatif seperti


penyebaran penduduk dan pengembangan ekonomi yang tidak merata karena desa
ditinggalkan dan kota penuh sesak penghuni. Secara umum, dampak negatif yang
timbul dari peningkatan jumlah penduduk perkotaan lebih banyak dirasakan
wilayah perkotaan itu sendiri. Jumlah penduduk yang makin banyak akan
menyebabkan sulitnya mencari pekerjaan, timbulnya daerah-daerah permukiman
kumuh, peningkatan kemacetan dan polusi udara (Departement of Economic and
Social Affairs United Nation, 2014).

Ledakan penduduk perkotaan juga mempengaruhi dari segi kesehatan.Banyaknya


jumlah penduduk perkotaan dapat menyebabkan penurunan derajat kesehatan
karena permukiman kumuh yang muncul, air terkontaminasi pihak industri,
sanitasi yang buruk, makanan yang tidak sehat serta kebisingan yang ditimbulkan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


11

dari kendaraan bermotor (World Health Organization, 2010).Secara khusus, WHO


(2010) menyebutkan terdapat tiga hal (triple threat) yang mengancam masyarakat
perkotaan yaitu penyakit infeksi, penyakit tidak menular dan injuri-
kecelakaan/kejahatan.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terjadi di


seperti diantaranya permukiman kumuh, air yang terkontaminasi limbah pabrik,
sanitasi yang tidak memadai, makanan cepat saji, transportasi dan pajanan suara
keras (WHO, 2010). Hampir semua kota besar akan melahirkan sekumpulan
warga yang tinggal di permukiman yang kumuh. Tinggal di permukiman kumuh
akan meningkatkan risiko terkena pajanan dari industri, rentan terkena banjir,
pemukiman yang terlalu padat. Hal-hal tersebut akan menyebabkan terkena resiko
berbagai penyakit seperti kejahatan, keselakaan, masalah pernapasan, penyakit
infeksi dan masalah kesehatan mental (WHO, 2010). Permukiman kumuh juga
akan menyebabkan akses ke sanitasi dan air yang bersih terhambat. Hal ini
didukung oleh data dari WHO (2010) yang menyebutkan bahwa di dunia terdapat
3% dari seluruh penduduk dunia yang meninggal karena penyakit diare yang
disebabkan karena meminum air yang tidak sehat serta sanitasi yang buruk.

Hal lain yang menjadi faktor penyebab masalah kesehatan kota adalah makanan
yang tidak sehat dan tidak bergizi tinggi. Masyarakat perkotaan lebih banyak
mengonsumsi makanan yang berasal dari jalanan, makanan cepat saji, makanan
yang murah dan diproses dengan tidak baik hal tersebut akan menyebabkan
kekurangan vitamin dan mineral, masalah gigi dan juga kegemukan. Berbagai hal
tersebut akan menyebabkan diabetes dan masalah kardiovaskuler (WHO, 2010).

Kehidupan kota yang dinamis akan menyebabkan masyarakatnya menginginkan


moda transportasi yang cepat dan praktis. Oleh karena itu, di beberapa daerah
perkotaan transportasi kendaraan bermotor lebih diminati. Peningkatan polusi,
meningkatkan resiko injuri bagi pejalan kaki serta pengguna sepeda dan
berkurangnya aktivitas fisik merupakan masalah yang timbul dari banyaknya
pengguna kendaraan bermotor (WHO, 2010).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


12

Selain itu, pajanan suara bising juga mengganggu menjadi penyebab masalah
utama di perkotaan. Polusi suara merupakan konsekuensi terhadap banyaknya
kendaraan bermotor dan berbagai kegiatan industri serta pembangunan. Sering
terkena polusi suara dalam waktu yang lama dan secara kontinyu akan
menyebabkan mengalami gangguan pendengaran, peningkatan tekanan darah dan
penyakit kardiovaskualar (WHO, 2010).

2.2 Ketidakberdayaan

Konsep ketidakbedayaan yang dibahas mencakup definisi, tanda gejala dan


penyebab. Berbagai konsep tersebut akan menjelaskan lebih mendalam mengeni
ketidakberdayaan yang merupakan fokus dalam karya ilmiah akhir ners ini.

2.2.1 Definisi Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan adalah suatu hal yang dapat diklasifikasikan dalam persepsi


subjektif dan dapat diamati secara objektif yang menunjukan merasa kurang dapat
mengontrol keadaan atau perasaan bahwa sesuatu yang dilakukan tidak dapat
mempengaruhi hasil (Dryer, 2007). Carpenito& Moyet (2009) menyebutkan
bahwa ketidakberdayaan merupakan keadaan kehilangan kontrol personal
terhadap kejadian atau situasi yang mempengaruhi tujuan dan gaya hidup.
Sedangkan, menurut Doenges (2008) ketidakberdayaan dapat diartikan sebagai
persepsi yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan tidak memiliki efek
signifikan terhadap hasil atau keadaan kehilangan kontrol terhadap situasi atau
kejadian yang terjadi. Ketidakberdayaan juga dapat diartikan pengalaman yang
menyebabkan kehilangan kontrol terhadap situasi termasuk persepsi bahwa aksi
yang dilakukan tidak dapat mempengaruhi hasil (NANDA International, 2015).
Jadi dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan merupakan persepsi individu
yang memandang bahwa dirinya tidak dapat melakukan sesuatu yang signifikan
atau tidak dapat merubah terhadap suatu keadaan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


13

2.2.2 Tanda dan Gejala Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan ditandai dengan pengungkapan kata-kata yang menyatakan


tidak memiliki kemampuan mengendalikan situasi, tidak dapat menghasilkan
sesuatu, frustasi dan ketidakpuasan terhadap aktivitas atau tugas, mengungkapkan
keragu-raguan, ketidakmampuan melakukan perawatan diri, tidak berpartisipasi
terhadap pengambilan keputusan, enggan mengungkapkan perasaan,
ketergantungan yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan
rasa bersalah serta gagal mempertahankan ide. Tanda-tanda yang diungkapkan
secara langsung merupakan tanda secara subjektif. Selain itu, secara objektif
orang yang mengalami ketidakberdayaan akan menunjukan sikap apatis dan pasif,
ekspresi muka murung, bicara dan gerakan lambat, tidur berlebihan, nafsu makan
tidak ada serta menghindari orang lain (Standar Asuhan Keperawatan, 2011).

Doenges (2008) membagi ketidakberdayaan menjadi tiga kategori berdasarkan


tanda dan gejala yang muncul. Kategori yang pertama merupakan
ketidakberdayaan rendah. Orang yang mengalami ketidakberdayaan rendah akan
menunjukkan ekspresi yang tidak menentu dan level energi yang fluktuatif, serta
tampak pasif. Ketidakberdayaan sedang ditandai dengan ekspresi tidak puas dan
frustasi karena tidak dapat melakukan tanggungjawab dan tugas, memiliki
ketakukan diasingkan oleh caregiver, ragu-ragu dalam menyampaikan kemarahan,
rasa bersalah dan perasaan yang sebenarnya dirasakan. Jika dilakukan observasi,
orang yang mengalami ketidakberdayaan akan menunjukkan sikap bergantung
pada orang lain, tidak memiliki keinginan untuk mencari informasi mengenai
kondisinya, tidak ikut berpartisipasi dalam perawatan dan tidak dapat melakukan
perawatan mandiri. Kategori terakhir adalah ketidakberdayaan tingkat berat yang
ditandai dengan ekspresi verbal yang menunjukan tidak memiliki kuasa dan
kontrol terhadap lingkungan, merasa depresi terhadap perburukan kondisi fisik,
apatis, menangis dan menarik diri.

Untuk menegakkan diagnosis ketidakberdayaan, diperlukan data mayor


pendukung seperti menyatakan tidak berdaya, terjebak dalam situasi hidup yang
negatif dan merasa sengsara, menunjukan ketidakpuasan dalam mengontrol situasi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


14

(seperti pekerjaan, penyakit, prognosis, perawatan dan penyembuhan) yang


mempengaruhi tujuan dan gaya hidup menjadi negatif. Selain itu, penegakkan
diagnosis ketidakberdayaan dapat disertai dengan data pasif, marah,
ketergantungan, merasa diasingkan, ansietas, depresi dan sangat sensitif
(Carpenito, 2009). Data mayor dan minor harus saling melengkapi guna
mendukung penegakkan diagnosis ketidakberdayaan.

2.2.3 Etiologi Terjadinya Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan dapat muncul disebabkan banyak faktor. Carpenito& Moyet


(2009) membagi etiologi ketidakberdayaan menjadi tiga, yaitu patofisiologi,
situasional dan maturasional. Berdasarkan patofisiologi, ketidakberdayaan dapat
muncul karena proses penyakit akut dan kronis, seperti ketidakmampuan
mengomunikasikan sakitnya, ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik,
ketidakmampuan mengerjakan peran dan tanggungjawabnya, kelemahan karena
penyakit dan penyakit yang disebabkan kemunduran mental. Faktor situasional
yang dapat menyebabkan ketidakberdayaan dapat berupa perubahan personal dan
lingkungan seperti hospitalisasi, peningkatan ketakutan, menerima masukan
negatif. Secara maturasional, proses pendewasaan menjadi remaja/ dewasa atau
berubah menjadi lansia, serta kehilangan (pemecatan, defisit sensori, kehilangan
uang dan orang terdekat).

2.2.4 Intervensi Untuk Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan dapat diatasi dengan memberikan intervensi secara kontinyu.


Dochterman & Bulecheck (2004 dalam Dryer, 2007) menyebutkan bahwa salah
satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketidakberdayaan adalah
dengan membantu klien meningkatkan harga diri. Salah satu tindakan yang dapat
dilakukan adalah dengan mengungkapkan perkataan yang mengandung pujian.
Dryer (2007) juga menyatakan bahwa tindakan lain yang dapat dilakukan adalah
bantu klien menentukan tujuan realistis yang dapat dicapai klien serta menerima
diri yang membutuhkan bantuan orang lain.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


15

Menurut Carpenito (2008) untuk mengatasi ketidakberdayaan pasien, maka


dilakukan intervensi generalis. Beberapa intervensi yang dapat dilakukan
diantaranya:

2.2.2.1 Melakukan pengkajian faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi


terhadap munculnya ketidakberdayaann. Kurang pengetahuan, riwayat koping
inadekuat, ketidaktepatan pengambilan keputusan
2.2.2.2 JIika memungkinkan, hilangkan faktor-faktor tersebut. Cara untuk
menghilangkan faktor-faktor tersebut adalah dengan meningkatkan komunikasi,
jelaskan semua peraturan, prosedur dan pilihan untuk klien, luangkan waktu 10
hingga 15 menit untuk berkomunikasi dengan klien, menjadi pendengar aktif bagi
klien dan keluarga.
2.2.2.3 Memberi kesempatan pada klien untuk mengontrol ketidakberdayaan,
yaitu izinkan klien memanipulasi lingkungan sekitarnya jika dirumah sakit klien
disarankan untuk membawa barang pribadi dari rumah, diskusikan rencana harian
klien dan biarkan klien melaksanakannya, tingkatkan kesempatan klien
mengambil keputusan, berikan kesempatan klien dan keluarga mengungkapkan
perasaannya, buat tujuan jangka pendek yang realistik bagi klien, berikan pujian,
biarkan hal positif yang klien miliki menjadi fokus perhatian serta berikan klien
kesempatan untuk mengetahui hasil dari kegiatannya.

Standar Asuhan Keperawatan Diagnosis Fisik dan Psikososial (2012) yang


disusun oleh Tim Spesialis Keperawatan Jiwa menjelaskan bahwa terdapat dua
intervensi ners yang dapat dilakukan untuk klien dengan ketidakberdayaan.
Intervensi pertama untuk pasien yaitu pengkajian ketidakberdayaan dan latihan
berpikir positif. Kedua, evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan
harapan positif (afirmasi) dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan.
Selain klien, perawat juga hendaknya melakukan intervensi keluarga. Intervensi
keluarga yang dapat dilakukan adalah memberikan penjelasan mengenai kondisi
klien dan cara merawat, serta melakukan evaluasi terhadap peran tersebut.

Tindakan keperawatan ners dengan mengkaji perasaan ketidakberdayaan, melatih


berpikir positif dan mengembangkan harapan terbukti dapat menurunkan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


16

ketidakberdayaan yang dialami klien. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh
Kanine, Helena & Nuraini (2011) terhadap 35 klien yang menderita DM dan
mengalami ketidakberdayaan di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Utara.
Terjadi penurunan tanda dan gejala ketidakberdayaan pada 35 orang tersebut
sebesar 5,36 dengan p values 0,01 yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh
terapi ners terhadap ketidakberdayaan klien.

Standar Asuhan Keperawatan Fisik dan Psikososial (2012) menyebutkan bahwa


langkah pertama dalam mengatasi ketidakberdayaan adalah mengkaji perasaan
ketidakberdayaan. Mengkaji dilakukan dengan membantu klien mengidentifikasi
dan menguraikan perasaan ketidakberdayaan, membantu mengenal penyebab dan
akibat ketidakberdayaan, membantu mengidentifikasi situasi yang tidak dapat
dikontrol, membantu klien mengidentifikasi faktor yang menyebabkan
ketidakberdayaan, identifikasi pikiran negatif dan persepsi klien yang tidak tepat
(Standar Asuhan Keperawatan, 2012). Pengkajian merupakan suatu hal yang
penting dalam melakukan intervensi, termasuk intervensi psikososial (MIND
Essentials, 2008). Hasil pengkajian dapat menjadi data awal agar dapat
merencanakan dan melakukan asuhan keperawatan yang lebih lanjut. Dalam
menggali perasaan klien diperlukan kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal
yang baik (Legg, 2010). Komunikasi yang baik akan menciptakan hubungan yang
baik antara perawat dan klien. Hubungan yang terjalin dengan baik dihasilkan dari
rasa kepercayaan, rasa saling menghormati dan menerti (Ritchie, 2001). Dalam
komunikasi, diperlukan pengetahuna dasar mengenai kebudayaan, humor serta
sentuhan (Arnold & Bogs, 2011). Jadi dapat disimpulkan bahwa jika komunikasi
perawat terhadap klien sudah baik maka akan terjalin hubungan yang baik antara
perawat dan klien, maka pengkajian untuk menggali perasaan klien dapat
dilakukan dengan tepat, dalam dan menghasilkan data dasar yang dapat digunakan
untuk menentukan masalah dan intervensi yang tepat bagi klien.

Intervensi selanjutnya yang dilakukan untuk mengatasi ketidakberdayaan adalah


latihan berpikiran positif. Elfiky (2008) menyebutkan bahwa dalam latihan
berpikir positif dibutuhkan konsentrasi, perasaan positif dan sikap terbuka yang
akhirnya dimanifestasikan dalam tindakan nyata. Latihan berpikir positif

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


17

merupakan terapi yang mengenali pikiran negatif, mengganti pikiran negatif


menjadi positif dengan melatihnya serta menggantinya dengan persepsi baru yang
positif sehingga ketika kejadian tersebut terjadi masa depan maka akan dihadapi
dengan pikiran positif yang telah ditanamkan (Ellis dalam Seligman, 2010).

Manfaat yang didapat dari berpikir positif adalah menurunkan tingkat stres,
meningkatkan kesehatan fisik dan emosional, meningkatkan bahagia sehingga
meningkatkan usia harapan hidup serta dapat meningkatkan kemampuan koping
(Life Care, 2013). Limbert (2004 dalam Kholidah & Alsa, 2013) menyebutkan
bahwa berpikir positif akan membuat individu menerima situasi hidup secara
lebih positif. Hal tersebut sangat membantu orang dengan ketidakberdayaan yang
menganggap dirinya tidak dapat mengontrol sesuatu dan merasa tidak berdaya.

Berpikir positif juga akan meningkatkan derajat kesehatan. Pernyataan tersebut


didukung oleh Brissette, Scheiver & Carver (2002 dalam Kivimaki et al., 2005)
yang menyatakan bahwa orientasi berpikir positif bermanfaat bagi kesehatan hal
ini dikarenakan bila seseorang memiliki rasa optimis maka orang tersebut akan
memiliki hubungan sosial yang baik, menggunakan koping yang adaptif dan
memiliki semangat serta kebiasaan yang sehat dan meningkatkan taraf
kesehatannya. Selain itu, Haruyama (2011) menyebutkan bahwa tubuh
memproduksi hormon noradrenalin ketika sedang stres sehingga menyebabkan
tubuh menegang dan mengalami peningkatan tekanan darah, namun tubuh
memproduksi hormon kebahagiaan yaitu endorphine yang berfungsi
mengembaakan tubuh dalam keadaan semula dan menjadi rileks. Hormon ini
dapat muncul ketika kita melakukan tiga hal sederhana yaitu makan makanan
tinggi protein, olahraga dan meditasi lalu menerapkan pikiran positif. Sehingga
dapat disimpulkan melakukan latihan pikiran positif merupakan hal yang
sederhana namun menimbulkan dampak yang besar termasuk meningkatkan taraf
kesehatan.

Terdapat beberapa cara untuk melakukan latihan berpikir positif. Life Care (2013)
menyebutkan cara yang dapat digunakan untuk melatih pikiran positif seperti
menuliskan pikiran negatif lalu menggantinya menjadi pikiran positif, lakukan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


18

reinforcement bagi diri sendiri ulangi dan teriakan, membuat catatanyang


menggambarkan 5 kekuatan diri, 5 hal yang dikagumi dari diri sendiri, 5 pujian
yang didapatkan, 10 hal yang membuat tertawa dan senang. Melakukan hal-hal
tersebut secara kontinyu dapat melatih pikiran positif dan meningkatkan harga
diri.

2.3 Gagal Jantung pada Masyarakat Perkotaan

Konsep gagal jantung yang akan dibahas adalah mengenai definisi, tanda-gejala,
penyebab. Setiap hal yang dibahas akan membantu menguraikan masalah gagal
jantung yang ada pada Bapak S.

2.3.1 Definisi Gagal Jantung

Gagal jantung adalah kondisi ketika jantung tidak dapat memompa darah untuk
mencukupi kebutuhan metabolik tubuh (Black & Hawks, 2014). Figueroa &
Peters (2006) menyebutkan bahwa gagal jantung merupakan sindrom klinik
kompleks yang disebabkan karena kerusakan fungsi atau struktural jantung yang
menyebabkan ventrikel kehilangan kemampuan untuk melakukan injeksi darah.
Selain itu, gagal jantung juga dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan
jantung untuk memompa sejumlah darah yang mengandung oksigen dan nutrisi
yang dibutuhkan oleh jaringan (Smletzer, 2010). Health Care Policy and Research
(AHCPR) mendefinisikan bahwa gagal jantung adalah sindrom klinik yang
menandakan kelebihan cairan atau ketidakadekuatan perfusi jaringan (AHCPR
HF, 1994). Jadi dapat disimpulkan bahwa gagal jantung merupakan kondisi
jantung yang mengalami kerusakan sehingga kemampuan dalam memompa darah
menurun dan kebutuhan metabolik darah tidak dapat terpenuhi.

2.3.2 Tanda dan Gejala Orang yang Mengalami Gagal Jantung

Orang yang mengalami gagal jantung, menunjukan tanda-tanda sebagai berikut


sianosis, edema, penurunan toleransi aktivitas, suara jantung ketiga, takikardi,
peningkatan ukuran vena jugular, cepat lelah, konfusi, mual-muntah, asites,

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


19

nocturia, penurunan frekuensi berkemih, dyspneu, orthopneu, peroxymal


nocturnal dyspnea, crackles bilateral yang tidak jelas disertai dengan batuk
(Smeltzer, 2010). Tanda dan gejala yang terjadi dapat berbeda sesuai dengan letak
jantung yang mengalami penurunan fungsi. Bila penderita mengalami gagal
jantung kiri, maka tanda dan gejala yang muncul adalah kelelahan, dypsneu,
orthopneu, paroximal noctunal dypsneu, edema pulmonal, batuk berdahak bahkan
batuk darah, terdengar suara paru ronki, denyut nadi lebih dari 100x/menit,
terdengar suara jantung S3, BUN meningkat sedangkan kreatinin tetap (Soufer,
1992 dan Black & Hawks, 2014). Sedangkan, bagi penderita yang mengamai
gagal jantung kanan tanda dan gejala yang muncul adalah edema, hepatomegali,
asites, disteni vena jugular, dan nocturia (Black & Hawks, 2014). Tanda dan
gejala seseorang mengalami gagal jantung dapat menunjukan klasifikasi gagal
jantung yang dialami oleh seorang penderita, New York Hearth Association
(NYHA) mengklasifikasikan gagal jantung menjadi 4 tingkatan, yaitu (Smletzer,
2010):

Tabel 2.1 Klasifikasi Tanda dan Gejala Gagal Jantung

Klasifikasi Tanda dan Gejala

I Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan kelelahan, dyspneu,


palpitasi atau nyeri dada

Tidak terdapat kongesti pulmonal

Klien tidak menunjukan tanda dan gejala gagal jantung

Tidak ada batasan dalam melakukan aktivitas

II Mengalami keterbatasan sedang dalam melakukan aktivitas

Klien tidak menunjukan tanda-gejala saat istirahat tapi jika


terjadi peningkatan aktivitas akan menimbulkan tanda dan
gejala gagal jantung

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


20

Klasifikasi Tanda dan Gejala

Terdengar crackels dan murmur (bunyi jantung ketiga)

III Mengalami keterbatasan berat saat melakukan aktivitas

Klien merasa nyaman saat beristirahat tapi jika sedikit saja


melakukan aktivitas, klien merasa lelah

IV Menunjukan insufisiensi jantung saat beristirahat

(Sumber: Smeltzer (2010) chapter 30 Management of Patients With Complications from Hearth
Disease)

2.3.3 Faktor yang Menyebabkan Gagal Jantung

American Hearth Association (2012) menyebutkan bahwa secara umum penyebab


terjadinya gagal jantung adalah sebagai berikut Coronary Artery Disease (CAD),
riwayat serangan jantung yang merusak otot jantung, memiliki kelainan jantung
dari lahir, hipertensi, penyakit katup jantung, penyakit otot jantung, aritmia,
kelebihan berat badan, diabetes, pengguna alkohol dan kemoterapi. Menurut
Smletzer (2010) etiologi yang menyebabkan terjadinya gagal jantung terdiri dari
infark miokard, kardiomiopti, hipertensi dan kerusakan katup jantung. Secara
intrinsik gagal jantung dapat disebabkan karena infark miokard (Black & Hawks,
2014). Infark miokard merupakan penyebab utama terjadinya gagal jantung
(Smeltzer, 2010). Infark miokard dapat mengurangi aliran darah melaui arteri
koroner sehingga mengurangi oksigen yang masuk ke miokardium. Infark
miokard dapat disebabkan karena peningkatan konsumsi makanan berlemak dan
berkolesterol tinggi serta kurang berolahraga (Kelley, 2014). Selain itu, penyakit
katup jantung, kardiomiopti dan disritmia juga dapat memicu terjadinya gagal
jantung.

Kardiomiopati merupakan salah satu yang menjadi penyebab gagal jantung


(Smeltzer, 2010). Kardiomiopati terdiri dari tiga tipe, yaitu dilatasi, hipertropi dan
restriksi. Dilatasi kardiomiopati merupakan penyebab yang paling sering terjadi,

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


21

yang secara umum dapat muncul karena proses inflamasi miokarditis, kehamilan,
agen toksik dari lingkungan dan kebiasaan mengonsumsi alkhohol (Smletzer,
2010).

Penyebab lain terjadinya gagal jantung adalah hipertensi. Hipertensi dapat


mengakibatkan peningkatan afterload yang akan meningkatkan beban jantung
untuk memompa darah lebih keras lagi sehingga dapat menyebabkan terjadinya
hipertrofi miokardium sebagai kompensasinya (Smeltzer, 2010). Hipertensi dapat
disebabkan karena dua faktor, hal yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol.
Hal-hal yang dapat menyebabkan hipertensi dan dapat di kontrol adalah
kegemukan, makan makanan mengandung banyak garam, kurang aktivitas fisik,
merokok, diabetes dan stres (American Hearth Association, 2014).

2.4 Penyakit Kronik dan Ketidakberdayaan

Penyakit kronik didefinisikan sebagai penyakit yang menetap tiga bulan atau lebih
(U.S. National Center for Health Statistics, 2014). Penyakit yang dikategorikan
sebagai penyakit kronis seperti penyakit jantung, stroke, kanker, penyakit
pernapasan kronik dan diabetes mellitus (WHO, 2005). Orang dengan penyakit
kronik selain mengalami sakit fisik yang berkepanjangan sangat berisiko terkena
masalah psikososial seperti ketidakberdayaan. Dryer (2007) menyatakan bahwa
klien dengan penyakit kronik rentan mengalami ketidakberdayaan karena terpapar
tindakan medis secara kontinyu, efek samping dari obat dan proses perburukan
penyakit. Selain itu, hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Aujoulat, Luminet & Deccache (2007) yang melakukan interview terhadap 40
orang dengan berbagai penyakit kronik, hasilnya menunjukan bahwa hampir
semua klien mengalami ketidakberdayaan dengan merasa tidak aman dan
terhambat dalam melakukan hubungan sosial serta merasa penyakit yang dialami
mengganggu identitas diri yang dimiliki.

Lubkin & Larson (2009) memaparkan bahwa orang dengan penyakit kronik akan
kehilangan sumber kekuatan dalam hidupnya. Yang menjadi sumber kekuatan
seorang individu adalah kekuatan fisik, dorongan sosial, pengetahuan, motivasi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


22

dan harapan (Miller, 2000). Ketika sumber kekuatan terganggu oleh penyakit
kronik maka klien akan mengalami ketidakberdayaan.

Selain kehilangan sumber kekuatan diri, Aujoulat, Luminet & Deccache (2007)
menyatakan bahwa orang dengan penyakit kronik mengalami ketidakberdayaan
disebebkan karena hidup menjadi tidak terkontrol dan takut menjalani hidup
karena gejala penyakit yang dialami semakin parah mengalami perubahan yang
signifikan dan berbeda dengan sebelumnya menyebabkan cemas dan depresi,
memiliki ketergantungan total, kehilangan kekuatan untuk mengontrol kehidupan,
kehilangan pekerjaan, kehilangan fungsi keluarga, kehilangan identitas personal
karena merasa tidak normal seperti manusia lain. Secara umum, ketidakberdayaan
yang muncul karena penyakit kronik disebabkan oleh merasa berubah dan tidak
aman serta kehilangan identitas.

Dryer (2007) mendeskripsikan bahwa ketidakberdayaan pada penderita penyakit


kronik akan mengganggu kebutuhan hidupnya. Pada umumnya kebutuhan
manusia dibagi dalam beberapa tingkatan berdasarkan hirearki Abraham Maslow.
Tingkatan kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis (udara, nutrisi, air,
eliminasi, istirahat dan tidur, kehangatan dan seks), kebutuhan akan rasa nyaman
dan aman, kebutuhan akan cinta, harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri
(Craven & Hirnle, 2003). Saat seseorang yang terkena penyakit kronik maka
terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi seperti udara, nutrisi, istirahat dan tidur
bahkan kebutuhan akan keamanan dan kenyamanan (Dryer, 2007). Karena
kebutuhan dasar tidak terpenuhi, maka klien tersebut dapat mengalami
ketidakberdayaan. Membuat keputusan untuk mengatur dan mengendalikan hidup
pada orang dengan penyakit kronik akan terasa semakin kompleks sehingga
membatasi seseorang membangun harapan dan masa depannya (Thorne, Paterson,
& Russell, 2003).

Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kronik yang sering terjadi. WHO
(2005) menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskular termasuk gagal jantung
menyebabkan kematian nomor terbanyak di dunia. Seperti yang telah diuraikan
diatas bahwa mengalami penyakit kronik akan menyebabkan penderitanya juga

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


23

mengalami ketidakberdayaan, hal tersebut juga berlaku bagi klien yang menderita
gagal jantung. Dryer (2007) melakukan penelitian pada klien dengan gagal
jantung kanan sehingga menyebabkan edema di kaki dan berakhir pada kesulitan
melakukan aktivitas, klien tersebut teridentifikasi mengalami ketidakberdayaan
yang disebabkan oleh sakitnya. Selain itu, Aujoulat, Luminet & Deccache (2007)
juga melakukan wawancara terhadap 40 orang dengan berbagai penyakit kronik
termasuk didalamnya 5 orang klien dengan gagal jantung, yang menunjukan
bahwa hampir semua klien menceritakan mengenai pengalaman ketidakberdayaan
yang dialaminya. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa gagal jantung yang
merupakan penyakit kronik sangat berkaitan erat dengan ketidakberdayaan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


BAB 3
LAPORAN KASUS
Bab ini memaparkan mengenaihasil pengkajian dan analisa masalah pada Bapak S
yang penulis dapatkan ketika merawat Bapak S pada 2 Mei 2016 hingga 6 Mei
2016. Hal-hal yang dijelaskan dalam bab ini adalah hasil pengkajian, analisa data,
diagnosis keperawatan, implementasi serta evaluasi asuhan keperawatan yang
telah dilakukan.

3. 1. Hasil Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada 2 Mei 2016. Bapak S (66 tahun) masuk Antasena
sejak 1 Mei 2016 dengan diagnosis medis Congestive Heart Failure (CHF). Data
yang penulis dapatkan diperoleh melalui wawancara, pengkajian fisik dan
observasi. Klien beragama Islam. Berdomisili di Kampung Dukuh Waru RT/RW
003/001 Sukaraja, Tamansari, Bogor. Saat ini klien sudah tidak bekerja. Sebelum
sakit klien merupakan petani dan pernah bekerja menjadi kuli bangunan dan kuli
angkut di Jakarta. Kini Bapak S tinggal bersama dengan istri dan dua anak
terakhirnya yang masih bersekolah.

Bapak S memiliki riwayat sakit hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Klien pernah
memiliki riwayat dirawat di RS pada sembilan bulan yang lalu dengan keluhan
sakit jantung hingga masuk ICU selama 5 hari. Sejak saat itu, klien rutin
melakukan kontrol ke RS dalam enam bulan pertama. Namun, sejak tiga bulan
terakhir klien tidak lagi kontrol karena merasa sudah lebih baik. Selama tiga bulan
klien tidak melakukan kontrol, klien kembali melakukan kebiasaan lamanya yaitu
merokok dan meminum kopi. Kebiasaan tersebut telah klien lakukan sejak klien
berusia 20 tahun (kurang lebih 40 tahun yang lalu). Klien juga pernah memiliki
riwayat berkerja di Jakarta sebagai kuli bangunan dan kuli angkut di pasar selama
kurang lebih 20 tahun hingga awal tahun 2000. Selama klien bekerja, klien
banyak mengonsumsi kopi dan rokok di sela-sela aktivitas kerjanya dan
menjadikan kopi serta rokok sebagai cara klien dalam menghadapi beban kerja
yang berat.

24 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


25

Pada saat berinteraksi pertama dengan klien, yang penulis lakukan adalah
melakukan pengkajian fisik. Pengkajian fisik dilakukan pada 2 Mei 2016. Klien
terlihat tegang dan kurang bersemangat ketika dilakukan pengkajian fisik. Pada
saat pemeriksaa fisik klien dalam keadaan compos mentis GCS 15. Hasil
pemeriksaan TTV menunjukkan hasil tekanan darah klien 100/90 mmHg, nadi
120x/menit, respiration rate 28x/menit dan suhu 38,6oC. Penulis juga melakukan
pemeriksaan head to toe, didapatkan data suara napas klien ronkhi di basal paru
kanan, penurunan taktile fremitus, suara jantung S3 terdengar mur-mur. Klien
juga teraba panas dan kulit tampak memerah. Selain data-data tersebut tidak
ditemukan kelainan dalam pemeriksaan fisik.

Selain melakukan pengkajian fisik, penulis juga melakukan wawancara terhadap


Bapak S dan keluarga. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis pada
Bapak S, secara keseluruhan klien tampak kooperatif. Saat dilakukan pengkajian
lebih dalam didapatkan data klien sulit tidur malam dan tidak nafsu makan. Klien
mengatakan merasa khawatir akan sakitnya, klien memikirkan sakitnya terlebih
jika klien sedang nyeri dada takut menjadi semakin parah. Pengalaman masuk
ICU pada sembilan bulan yang lalu membuat klien semakin khawatir dan takut.
Saat berinteraksi terlihat penurunan konsentrasi karena penulis beberapa kali
harus mengulang pertanyaan pada klien, jika diperhatikan klien juga tampak
banyak melamun. Ekspresi wajah saat berbicara berubah – ubah, terlihat lebih
banyak sedih terutama ketika menceritakan mengenai sakitnya.

Pada saat hari ketiga perawatan, klien mulai terbuka pada penulis. Klien mulai
menceritakan perasaannya ketika sakit. Sejak sakit 9 bulan yang lalu divonis
mengalami sakit jantung klien sudah tidak pernah lagi bekerja karena merasa
mudah lelah. Klien mengatakan sekarang hanya menjadi beban anak dan
keluarganya karena menggantungkan seluruh kebutuhan ekonomi pada anaknya.
Klien selalu mengatakan di rumah hanya makan, BAB serta tidak lagi melakukan
hal lain. Klien juga selalu merasa tidak enak pada istrinya yang kini membantunya
dalam melakukan seluruh aktivitas.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


26

Selain keterangan dari klien, penulis juga melakukan wawancara pada keluarga.
Keluarga mengatakan sejak sakit klien menjadi pasif, lebih pendiam, dan lebih
banyak melamun jika di rumah. Keluarga mengasumsikan mungkin klien merasa
bosan karena sebelum sakit klien merupakan orang yang aktif bekerja dan
melakukan aktivitas di masyarakat seperti pengajian dan kerja bakti. Namun,
setelah sakit klien sudah tidak pernah mengikutinya lagi. Menurut keterangan
keluarga, terkadang klien juga marah jika istrinya tidak menjaga disampingnya
dan klien tidak mau dijaga oleh anak atau saudaranya.

3. 2. Analisa Data

Berdasarkan hasil pengkajian masalah fisik dan psikologis penulis terhadap Bapak
S, maka didapatkan analisa data yang dapat dilihat dari tabel 3.1

Tabel 3.1 Analisa Data

No Data Masalah
Keperawatan
1 Data Subjektif: Penurunan Curah
Klien mengatakan sesak Jantung

Data Objektif:
TD 100/90 mmHg
Nadi 120x/menit
Terdengar bunyi murmur
Terdengar ronkhi di basal paru kanan
penurunan taktile fremitus
2 Data Subjektif: Intoleransi Aktivitas
Klien mengatakan lelah dan sesak bertambah
parah jika banyak bergerak meskipun hanya
ke kamar mandi.

Data Objektif:
TD 100/90 mmHg

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


27

No Data Masalah
Keperawatan
Nadi 120x/menit
RR=32x/menit
3 Data Subjektif: Ansietas Sedang
Klien sulit tidur malam, tidak nafsu makan.
Klien mengatakan merasa khawatir akan
sakitnya, klien memikirkan sakitnya terlebih
jika klien sedang nyeri dada takut menjadi
semakin parah. Takut dan khawatir juga
disebabkan karena pengalaman klien yang
pernah dirawat di RS pada 9 bulan yang lalu

Data Objektif:
Tekanan darah: 100/90 mmHg
Nadi 120x/menit
RR 28x/menit
Pasif
Gelisah
Tampak penurunan konsentrasi,
gangguan perhatian
banyak melamun
Ekspresi wajah saat berbicara berubah – ubah
dan lebih banyak sedih terutama ketika
menceritakan mengenai sakitnya
4 Data Subjektif: Ketidakberdayaan
 Klien mengatakan merasa sedih karena Sedang
menjadi beban anak dan istrinya ketika sakit
 Klien juga merasa hanya menjadi beban
anaknya karena semenjak sakit 9 bulan yang
lalu klien karena tidak lagi bekerja hanya
tidur-makan sehingga semua biaya hidup

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


28

No Data Masalah
Keperawatan
ditanggung oleh anaknya

Data Objektif:
 Keluarga mengatakan sejak sakit klien
menjadi pasif, lebih pendiam, dan lebih
banyak melamun jika di rumah.
 setelah sakit klien sudah tidak pernah
mengikutinya pengajian dan kegiatan sekitar
rumah. Selama di RS klien jika malam sulit
tidur, namun siang klien selalu tidur.
 Menurut keterangan keluarga, terkadang
klien juga marah jika istrinya tidak menjaga
disampingnya
 klien juga tidak mau dijaga oleh anak atau
saudaranya
 Tampak pasif
 Murung
 Banyak melamun
 Ekspresi sedih
5 Data Subjektif Hipertermi
Klien mengatakan badan sering panas, kepala
pusing
DO:
Teraba panas
Suhu 38,2 oC
Kulit memerah

3.3 Diagnosis, Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan

Terdapat lima diagnosis keperawatan yang teridentifikasi dari Bapak S. Semua


diagnosa baik fisik maupun psikososial telah diberikan intervensi yang sesuai

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


29

dengan keadaan klien. Namun penulis hanya mencantumkan dua diagnosis utama
yaitu ketidakberdayaan dan ansietas yang merupakan fokus dari karya ilmiah ini.
Penulis memberikan asuhan keperawatan ansietas sejak hari pertama interaksi.
Ketika awal interaksi penulis telah membina hubungan saling percaya dengan
klien dan keluarganya. Pada awal pertemuan, tanda dan gejala ansietas telah
nampak pada klien. Klien mengatakan khawatir akan sakitnya menjadi semakin
parah. Menurut pengakuan klien, klien sulit tidur dan mengalami penurunan nafsu
makan. Data objektif menunjukan bahwa klien nampak pasif, kurang
bersemangat, tidak fokus, terlihat sering melamun, mengalami peningkatan RR,
nadi dan suhu, tampak gelisah. Setelah mendapati tanda-tanda tersebut muncul
pada klien, penulis segera menggali perasaan dan pengetahuan mengenai ansietas
serta mengajarkan posisi yang nyaman dan teknik tarik napas dalam.

Menurut klien, klien malam tidak dapat tidur karena memikirkan sakit dan merasa
sesak. Klien merasa khawatir akan sakitnya, klien takut sakitnya menjadi semakin
parah sehingga kejadian klien masuk ICU sekitar 9 bulan yang lalu terulang.
Pengalaman klien yang pernah dirawat selama kurang lebih 5 hari di ICU
membuat klien menjadi takut dan khawatir. Menurut pemikiran klien, orang sakit
masuk ICU maka penyakitnya parah. Kekhawatiran klien semakin bertambah jika
nyeri dada yang dirasakan klien muncul, nyeri yang klien rasakan akan memberat
jika klien batuk. Hal itu yang menambah kekhawatiran klien.

Setelah digali perasaan mengenai penyebab ansietas, penulis menjelaskan kepada


klien mengenai definisi, penyebab, akibat dan cara untuk mengatasi ansietas yang
dialami klien. Pada pertemuan pertama ini, penulis hanya mengajarkan posisi
nyaman dan teknik relaksasi napas dalam. Saat mengajarkan relaksasi napas
dalam penulis mencontohkan 3 kali, Bapak S mengulanginya. Setelah itu, penulis
dan Bapak S mengulangi napas dalam bersama-sama kurang lebih 5-7 kali.
Setelah seluruh intervensi yang dilakukan pada pertemuan pertama selesai, Bapak
S mengatakan posisi yang paling nyaman adalah tidur miring menghadap kanan
dengan kepala dinaikan 30o (semifowler), Bapak S juga merasa lebih lega dan
enak dari napas biasa ketika melakukan relaksasi napas dalam. Secara objektif,
klien juga tampak lebih ramah, pasif sedikit berkurang. RR klien yang awalnya

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


30

28x/menit, turun menjadi 25x/menit. Nadi yang awalnya 120x/menit turun


menjadi 116x/menit. Untuk tanda-tanda vital yang lain masih sama seperti awal.
Penulis dan Bapak S bersama-sama menentukan jadwal latihan klien untuk
melakukan teknik relaksasi napas dalam yaitu sebelum tidur dan bangun tidur.

Hari kedua interaksi, penulis berusaha melakukan evaluasi validasi tanda dan
gejala ansietas yang dirasakan oleh Bapak S. Bapak S mengatakan sulit tidur
berkurang karena sudah bisa tidur sedikit namun tetap sering terbangun, klien
tampak lebih ramah meskipun sikap gelisah dan murung klien masih sering
muncul. Klien juga mengatakan sudah latihan napas sebelum tidur. Ketika
ditanyakan mengenai cara tarik napas dalam, klien sudah dapat mempraktikkanya
namun masih belum optimal karena Bapak S meniupkan udaranya terlalu cepat.
Sehingga pada pertemuan kedua, penulis memberikan intervensi mengulangi cara
tarik napas dalam, mengajarkan teknik distraksi yang digabungkan dengan
spiritual. Setelah klien telah dapat mengatur hembusan napasnya ketika teknik
relaksasi napas dalam, penulis menjelaskan mengenai distraksi/ pengalihan untuk
mengurangi cemasnya. Bapak S sempat menyebutkan beberapa pengalihan yang
dapat dilakukannya seperti menonton tv dan zikir. Dari jawabannya tersebut
penulis berinisiatif untuk menggabungkan kedua teknik tersebut. Distraksi yang
klien dapat lakukan adalah berzikir. Penulis juga mencoba membantu Bapak S
dengan menyebutkan distraksi yang lain yaitu mengobrol dengan anak/ istrinya.
Bapak S langsung membantah dengan mengatakan mengobrol dengan anak tidak
nyambung dikarenakan berbeda zaman. Oleh karena hal itu, distraksi yang dipilih
dilakukan oleh klien adalah berzikir.

Setelah intervensi diberikan, klien mengatakan lega dan akan melakukannya.


Secara objektif, klien tampak lebih rileks, perhatian klien terhadap penulis
meningkat, lebih kooperatif mesikipun ada beberapa hal yang perlu penulis ulangi
seperti ketika menjelaskan mengenai distraksi. Penulis mengarahkan klien untuk
melakukan relaksasi TND, berzikir dan shalawatan sebelum tidur serta latihan
distraksi setiap saat. Rencananya besok penulis akan memberikan intervensi
mengajarkan teknik hipnosis 5 jari. Selain itu, penulis juga hari ini menjelaskan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


31

mengenai gagal jantung untuk memberikan klien pengetahuan agar ansietas yang
dialami klien dapat berukurang.

Hari ketiga perawatan, Bapak S mengatakan sudah dapat tidur dengan enak, RR
22x/menit, TD 90/60 mmHg, nadi 97x/menit. Secara objektif, hari ini klien
terlihat lebih terbuka pada penulis, klien telah hapal nama penulis, meskipun bila
diperhatikan klien masih sedikit terlihat tegang, penurunan konsentrasi, pasif dan
pasrah. Sebelum memulai interaksi penulis mencoba memvalidasi kemampuan
klien mengulangi intervensi-intervensi yang telah dilakukan kemarin. Bapak S
mengatakan yang dilakukan sebelum tidur adalah relaksasi napas dalam dan
membaca shalawat.Pada pertemuan ketiga, penulis mengevaluasi kemampuan
relaksasi napas dalam, kemampuan menyebutkan teknik distraksi dan spiritual
serta memandu Bapak S untuk melakukan hipnosis 5 jari. Klien sudah mampu
melakukan relaksasi napas dalam dengan baik, klien juga menyebutkan telah
bershalawat. Sesuai tujuan awal, penulis bermaksud mengajarkan hipnosis 5 jari.
Namun, klien tampak sulit membayangkan dan kurang berhasil dalam melakukan
hipnosis 5 jari. Secara subjektif klien mengatakan lebih nyaman dan akan
mencobanya. Namun secara objektif, penulis melihat klien belum dapat
berkonsentrasi. Oleh karena hal itu, planning yang dilakukan oleh penulis untuk
keesokan harinya adalah mengulangi teknik hipnosis 5 jari bagi klien.

Hari ketiga perawatan, klien mulai terbuka dengan penulis. Pada hari ini, klien
mulai menceritakan bahwa klien merasa menjadi beban bagi keluarganya dan
merasa sedih akan sakitnya. Cerita ini muncul ketika penulis menanyakan
perasaan klien menjalani perawatan di RS selama tiga hari. Lalu klien mulai
menceritakan bahwa klien sedih karena sakit dan juga merasa hanya menjadi
beban anaknya karena semenjak sakit 9 bulan yang lalu klien tidak lagi bekerja
hanya tidur-makan dan semua biaya hidup kini ditanggung oleh anaknya.
Meskipun secara subjektif klien baru terdengar pada hari ini, namun secara
objektif tanda-tanda ketidakberdayaan seperti pasif, murung, sedih, merasa cemas,
mengalami penurunan nafsu makan dan tingkat ketergantungan yang tinggi pada
orang lain sudah terlihat sejak awal interkasi dengan klien. Berdasarkan tanda dan
gejala tersebut, penulis mengidentifikasi klien mengalami ketidakberdayaan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


32

Pada saat hari itu juga, penulis langsung memberikan intervensi untuk mengatasi
ketidakberdayaan yang dialaminya. Intervensi yang dilakukan pada hari itu adalah
mengkaji perasaan klien, membantu klien mengenal ketidakberdyaan dan
membantu klien melatih berpikir positif serta afirmasi positif. Pengkajian
dilakukan dengan menanyakan lebih jauh mengenai perasaan ketidakberdayaan
yang muncul. Klien mengatakan sedih karena semenjak sakit tidak bekerja dan
hanya menjadi beban anak dan istri. Klien yang sejak dulu aktif berkerja kini
hanya berdiam diri di rumah. Klien juga merasakan sangat merepotkan bagi istri
karena semua kebutuhan dibantu oleh istri.

Pada saat mengkaji, klien tampak sedih, murung dan pandangan seperti
menerawang. Dari pengkajian saat itu, respon klien baik dengan klien sudah dapat
menceritakan rasa ketidakberdayaanya namun klien masih terlihat pasif dan
murung. Intervensi yang juga dilakukan hari ini adalah melatih pikiran dan
afirmasi positif. Klien merasa sedih karena semenjak sakit klien sudah tidak
bekerja. Penulis mencoba mengarahkan latihan berpikir positif dengan meminta
klien menerima hikmah dari sakitnya seperti klien menjadi memiliki banyak
waktu untuk beristirahat di waktu senjanya, klien juga menjadi memiliki lebih
banyak waktu untuk istri dan anaknya dan sakitnya klien mendekatkan anak-anak
klien yang berada di luar kota. Karena selama klien sakit, klien sering sekali
menerima kunjungan dari anak-anaknya. Selain itu, penulis juga sempat
menanyakan harapan yang dimiliki Bapak S. Klien sempat kesulitan ketika
merumuskan harapan yang klien inginkan, namun akhirnya klien sempat
mengatakan ingin pulang dan sembuh sehingga bisa melihat dua anak terakhirnya
dapat lulus sekolah. Setelah intervensi selesai, klien mengatakan terimakasih dan
lega. Namun secara objektif klien masih mununjukan sikap murung, sedih,
mengalami penurunan nafsu makan dan tingkat ketergantungan yang masih tinggi.

Pada hari keempat perawatan, penulis melakukan penerapan intervensi


ketidakberdayaan yaitu membantu mengulangi latihan berpikir positif, membantu
mengontrol perasaan ketidakberdayaan dengan memotivasi klien untuk
melakukan kegiatan yang masih bisa dilakukan secara mandiri baik di rumah atau

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


33

di rumah sakit. Klien mengatakan masih rasa sedih karena menjadi beban masih
ada tapi klien berusaha untuk membiarkannya. Menurut klien, klien sudah
mencoba menerapkan pikiran positif yang sudah kemarin diskusikan. Pada hari ini
klien terlihat lebih gelisah, lebih murung, lebih pasif, lebih banyak diam
melamun. Setelah dikaji klien mengatakan sudah bosan dan sangat ingin pulang.
Karena melihat respon klien, maka penulis memutuskan untuk mengulangi latihan
berpikir positif, mengembangkan afirmasi positif dan tetap mencoba menggali
kegiatan yang masih klien dapat lakukan di rumah sakit ataupun nanti setelah
klien pulang. Penulis kembali mengulangi berdiskusi dengan klien mengenai
hikmah yang didapat ketika sakit, selain itu penulis mencoba mengarahkan dari
keinginan pasien yang ingin pulang. Klien mengatakan jika klien ingin cepat
pulang dan ingin menemani anaknya hingga lulus sekolah, klien harus semangat
dan harus mau makan. Penulis juga mencoba membantu mengidentifikasi
kegiatan yang dapat klien lakukan meskipun dalam kondisi sakit. Kegiatan yang
teridentifikasi adalah mandi, makan, berzikir, shalat berjamaah di mushala dan
mengikuti pengajian. Di rumah sakit, klien dapat dzikir dan dapat duduk-duduk di
luar ruangan jika bosan dan sudah tidak sesak lagi. Penulis memotivasi klien
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum sakit, namun tetap
menyesuaikan dengan kemampuan klien. Untuk lebih meningkatkan motivasi dan
mempermudah klien dalam mengingat kegiatan-kegiatan tersebut maka berbagai
kegiatan ditulis. Setelah diberikan intervensi, klien mengatakan akan mengaji lagi
dan memperbanyak shalawat agar tidak melamun lagi dan terimakasih sarannya.
Secara objektif, setelah intervensi klien masih terlihat pasif, namun ekspresi klien
lebih ramah dan murung berkurang.

Selain mengajarkan mengenai strategi pelaksaan ketidakberdayaan, sesuai dengan


kesepakatan pada hari sebelumnya hari ini penulis akan kembali memandu dan
mengajarkan klien melakukan hipnosis 5 jari. Pada pertemuan kali ini, penulis
mengajak istri untuk melihat intervensi yang dilakukan. Hipnosis 5 jari pada kali
ini nampak lebih berhasil karena klien terlihat lebih rileks dan tidak lagi
menjawab saat dilakukan hipnosis. Klien juga mengatakan sangat berterimakasih
atas sarannya dan mau untuk melakukannya jika di rumah. Setelah dilakukan
hipnosis 5 jari, nadi klien mengalami penurunan dari 97x/menit menjadi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


34

90x/menit namun tanda-tanda vital yang lain tidak mengalami perubahan. Penulis,
keluarga dan klien membuat kesepakatan agak keluarga memandu klien untuk
melakukan hipnosis 5 jari besok pagi ketika bangun tidur.

Pada hari terakhir perawatan, penulis melakukan evaluasi terhadap kemampuan


yang dimiliki oleh klien. Ketika diminta untuk mengulangi apa yang telah
dipelajari dari intervensi pertama hingga ketiga, klien hanya dapat menyebutkan
melakukan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan di rumah. Oleh karena hal itu,
penulis mencoba mengulangi mengarahkan Bapak S untuk melakukan latihan
berpikir positif, mengembangkan harapan dan mengulangi menyebutkan kegiatan
yang dapat klien lakukan ketika pulang ke rumah. Secara subjektif, klien
mengatakan sangat terbantu dan mengucapkan terimakasih serta akan semangat
lalu melakukan bekal yang telah penulis berikan selama di RS. Klien juga
mengatakan tetap memikirkan jika sudah pulang semoga tidak merepotkan.
Secara subjektif klien sudah memiliki pemikiran bahwa kini giliran anak yang
menjaga klien. Jika penulis amati terdapat penurunan tanda dan gejala
ketidakberdayaan yang dialami klien. Namun, tingkat ketergantungan klien
kepada keluarga masih sangatlah tinggi. Klien juga masih sangat membutuhkan
bantuan keluarga untuk mengembangkan pikiran dan afirmasi positif.

Pada hari kelima perawatan klien tampak sangat senang akan pulang. Klien sudah
lebih segar, menurut klien klien sudah dapat tidur nyenyak semalam. Secara
umum klien dapat menyebutkan tanda ansietas yang klien alami, klien juga dapat
mempraktikkan tarik napas dalam dengan sangat baik. Untuk hipnosis klien
mengatakan sedikit sulit melakukannya. Oleh karena itu, penulis lebih
menggarahkan klien untuk melakukan tarik napas dalam dan shalawat jika sudah
di rumah.

Selain melakukan intervensi pada klien, penulis juga melakukan intervensi pada
keluarga klien terutama istri Bapak S. Keluarga yang kooperatif dan memiliki
penerimaan yang sangat baik menyebabkan intervensi keluarga sangat efektif.
Istri Bapak S mengatakan akan menjadi istri siaga yang akan menjaga sepenuh
hati suaminya serta mengingatkan suaminya agar melakukan hal-hal untuk
mengurangi ansietasnya dan mengingatkan klien agar semangat. Istri klien juga

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


35

sudah dengan baik mempraktikan relaksasi napas dalam serta menyebutkan teknik
spiritual. Selain itu, istri klien juga mengatakan jika di rumah akan mengingatkan
klien untuk tidak melamun, akan memberikan semangat kepada klien dan
memberikan motivasi pada klien agar mau beraktivitas lagi sesuai dengan
kemampuan klien.

Untuk diagnosis fisik seperti intoleransi aktivitas dan hipertermi. Penulis telah
melakukan intervensi seperti melakukan pengukuran suhu, mengajarkan cara
kompres hangat bila terjadi hipertermi, menganjurkan menggunakan pakaian tipis,
menganjurkan peningkatan asupan cairan serta melakukan kolaborasi memberikan
antipiretik. Untuk intoleransi aktivitas, penulis juga sudah memberikan intervensi
berupa pertahankan posisi nyaman, pertahankan aktivitas sesuai toleransi.
Diagnosis penurunan curah jantung telah dilakukan pertahankan masukan
oksigen, pantau hemodinamik, pantau neurologis dan pantau adanya syok
kardiogenik.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan mengenai analisa masalah


keperawatan, analisa intervensi dan alternatif pemecahan masalah
ketidakberdayaan pada Bapak S di Ruang Antasena RS Marzoeki Mahdi, Bogor.

4.1 Analisa Masalah Keperawatan Terkait Konsep Masyarakat Perkotaan


dan Konsep Ketidakberdayaan

Bapak S berusia 66 tahun yang dikategorikan ke dalam tingkat perkembangan


lanjut usia (Depkes, 2009). Keadaan lansia menyebabkan seluruh fungsi tubuh
mengalami kemunduran dan perubahan fungsi, termasuk fungsi jantung. Hal ini
didukung oleh data dari Riskesdas (2013) yang menyebutkan bahwa populasi
terbesar penderita gagal jantung berkisar pada usia 65-70 tahun. Usia tersebut
merupakan usia yang dikategorikan lanjut usia. Selain itu, Million Heart (2013)
menyebutkan terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gagal
jantung, faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Salah
satu faktor yang tidak dapat dikontrol/ dicegah adalah faktor usia lanjut yang
menyebabkan fungsi tubuh berkurang.

Gagal jantung yang dialami oleh Bapak S disebabkan karena hipertensi tidak
terkontrol dalam waktu lama. Klien mengatakan telah memiliki hipertensi sejak
kurang lebih 10 tahun namun jarang melakukan pengobatan. Hipertensi dapat
mengakibatkan peningkatan afterload yang akan meningkatkan beban jantung
untuk memompa darah lebih keras lagi sehingga dapat menyebabkan terjadinya
hipertrofi miokardium sebagai kompensasinya (Smeltzer, 2010).

Hipertensi yang klien alami diduga terjadi karena pola hidup tidak sehat yang
dilakukan selama bertahun-tahun. Klien mengatakan ketika bekerja di Jakarta
sebagai kuli bangunan dan kuli angkut di pasar, klien selalu merokok hampir
mencapai dua bungkus per hari serta meminum kopi sebelum dan sesudah
bekerja. Klien melakukan kebiasaan tersebut sejak klien muda berusia kurang
lebih 20 tahun baru menghentikan aktivitasnya hingga klien masuk rumah sakit

36 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


37

karena sakit jantung 9 bulan yang lalu. Selama klien bekerja, klien banyak
mengonsumsi kopi dan rokok di sela-sela aktivitas kerjanya dan menjadikan kopi
serta rokok sebagai cara klien mengalihkan pikiran klien dalam menghadapi
beban kerja yang berat. Merokok merupakan salah satu yang dapat memicu terjadi
hipertensi (American Heart Association, 2014). Merokok dalam jangka waktu
panjang dan lama akan menyebabkan nikotin yang terkandung dalam rokok
menyempitkan pembuluh darah, sehingga akhirnya membuat tekanan darah
menjadi meningkat (Canadian Diabetes Association Clinical Practice Guidelines,
2013).

Bapak S yang memiliki pekerjaan dengan beban kerja berat dan memiliki keadaan
ekonomi menengah ke bawah menyebabkan klien mengalami stres. Ketika stres
hal yang klien lakukan adalah merokok. Stres merupakan salah satu masalah yang
dihadapi seseorang yang tinggal di daerah perkotaan (Chest Heart and Stroke
Scotland, 2014). Stres yang dialami oleh Bapak S merupakan stres sosial. Hal
tersebut sesui dengan pernyataan dari Adli (2011) yang menyebutkan bahwa stres
sosial yang biasanya dapat terjadi bila seseorang tidak memiliki waktu untuk
dirinya sendiri, besarnya tekanan yang diterima dari pekerjaan dan orang sekitar
serta kondisi ekonomi rendah. Keadaan stres dan koping merokok juga merupakan
penyebab klien mengalami tekanan darah tinggi yang berakhir dengan gagal
jantung seperti yang klien alami saat ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan
American Heart Association (2014) bahwa stres juga merupakan salah satu
penyebab terjadinya hipertensi. Soufer (1992 dalam Black & Hawks, 2009)
menyebutkan bahwa ketika stres tubuh akan memproduksi hormon adrenalin yang
akan menyebabkan tubuh menjadi tegang, meningkatkan denyut jantung dan
tekanan jantung agar meningkatkan aliran darah ke otot. Jika hal tersebut terus
dibiarkan, maka akan berakhir dengan gagal jantung.

Saat masuk RSMM, Bapak S datang dengan keluhan sesak, klien mengatakan
kelelahan bila banyak melakukan aktivitas, batuk, nadi 120x/menit, respiration
rate 28x/menit, suara napas klien ronkhi di basal paru kanan, penurunan taktile
fremitus, suara jantung terdengar mur-mur. Berdasarkan data-data tersebut, gagal
jantung yang klien alami merupakan gagal jantung kiri. Hal ini sesuai dengan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


38

tanda dan gejala yang muncul adalah kelelahan, dypsneu, edema pulmonal, batuk
berdahak bahkan batuk darah, terdengar suara paru ronki, denyut nadi lebih dari
100x/menit, terdengar suara jantung S3 (Soufer, 1992 dan Black & Hawks, 2014).
Grade gagal jantung yang klien alami adalah grade II yaitu klien mengalami
keterbatasan ketika beraktivitas namun nyaman bila beristirahat (NYHA dalam
Smeltzer, 2010).

Saat menerima perawatan Bapak S mengatakan merasa khawatir akan sakitnya,


klien memikirkan sakitnya terlebih jika klien sedang nyeri dada takut menjadi
semakin parah. Pengalaman masuk ICU pada sembilan bulan yang lalu membuat
klien semakin khawatir dan takut. Gagal jantung yang juga penyakit kronik
menyebabkan Bapak S mengalami masalah psikososial. Penderita CHF umumnya
akan mengalami isolasi sosial, hidup dihantui ketakutan dan kematian, serta
kehilangan kontrol diri (Jeun, 2010), 16 dari 30 sampel penelitian menunjukan
bahwa menderita gagal jantung menyebabkan hidup merasa ketakutan dan
frustasi.

Dari tanda-tanda tersebut klien dapat digolongkan mengalami ansietas tingkat


sedang. Sesuai dengan kategori ansietas Peplau (1965 dalam Videback, 2008)
yang menunjukan pola tidur berubah, nyeri punggung, menunjukkan lapang
persepsi menurun dan rentang perhatian menurun serta mengalami peningkatan
tanda-tanda vital. Ansietas yang Bapak S alami sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Haworth et al., (2007) terhadap 100 orang pasien dengan CHF.
Hasilnya menunjukkan bahwa 29% mengalami ansietas. Hal ini juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yohanes et.al., (2010) yang menunjukan
11-45% klien dengan CHF mengalami prevalensi ansietas.

Pada saat hari ketiga perawatan, klien mengatakan sekarang hanya menjadi beban
anak dan keluarganya karena menggantungkan seluruh kebutuhan ekonomi pada
anaknya dan menggantungkan aktivitas pada istrinya. Hal tersebut membuat klien
merasa tidak dapat bertanggungjawab sebagai kepala keluarga. Berdasarkan
pernyataan klien, klien dapat dikategorikan mengalami ketidakberdayaan sesuai
dengan Carpenito & Moyet (2009) yang menyatakan ketidakberdayaan

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


39

merupakan keadaan kehilangan kontrol personal terhadap kejadian atau situasi


yang mempengaruhi tujuan dan gaya hidup. Klien mengalami kehilangan kontrol
personal terhadap keluarga dan hidupnya sejak mengalami gagal jantung.
Ketidakberdayaan merupakan salah satu tanda-gejala seseorang mengalami
depresi. Klien dengan gagal jantung rentan mengalami ketidakberdayaan hingga
depresi sesuai dengan pernyataan Yohanes et.al., (2010) yang menyatakan klien
memiliki prevalensi 10-60% mengalami ketidakberdayaan.

Menurut pengakuan klien, klien mulai merasa merasa menjadi beban keluarga
sejak divonis sakit jantung 9 bulan yang lalu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penyebab klien merasa tidakberdaya adalah sakit yang dialaminya. Sesuai dengan
Caprenito & Moyet (2009) penyebab klien merasa ketidakberdayaan berdasarkan
faktor patofisiologi adalah proses penyakit akut dan kronis sehingga mengalami
ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik serta ketidakmampuan mengerjakan
peran dan tanggungjawabnya, kelemahan karena penyakit dan penyakit yang
disebabkan kemunduran mental. Rasa khawatir yang klien rasakan karena proses
perawatan merupakan faktor situasional yang dapat menyebabkan
ketidakberdayaan yaitu berupa perubahan personal dan lingkungan seperti
hospitalisasi.

Berdasarkan kriteria Doenges (2008) yang membagi ketidakberdayaan menjadi


tiga kategori, klien dikategorikan dalam ketidakberdayaan sedang. Klien
mengatakan hanya menjadi beban dan tidak puas sebagai kepala keluarga, klien
juga sangat takut jika ditinggalkan oleh istri dan marah jika ditunggu oleh yang
lain berdasarkan tanda dan gejala yang muncul. Secara objektif, klien
menunjukkan sikap bergantung pada orang lain, tidak memiliki keinginan untuk
mencari informasi mengenai kondisinya, tidak ikut berpartisipasi dalam perawatan
dan tidak dapat melakukan perawatan mandiri. Respon pasien terhadap sakitnya
memiliki persepsi bahwa apa yang dialaminya saat ini membuat hidupnya tidak
bermakna dan pasien tidak bisa mengontrolnya sehingga penulis menetapkan
diagnosis keperawatan utama adalah ketidakberdayaan.

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


40

4.2 Analisa Intervensi Keperawatan dengan Penelitan Terkait

Intervensi yang akan dibahas dalam bagian ini adalah intervensi ansietas dan lebih
banyak membahas mengenai intervensi ketidakberdayaan sebagai fokus dalam
Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ansietas adalah dengan menginformasikan kepada klien mengenai ansietas,
mengajarkan posisi nyaman, mengajarkan teknik napas dalam, teknik distraksi,
spiritual dan hipnosis 5 jari (Standar Asuhan Keperawatan, 2012).

Intervensi untuk mengatasi ansietas dilakukan selama 5 hari. Secara subjektif


klien mengalami penurunan tanda dan gejala cemas. Begitu juga secara objektif,
klien terlihat lebih tenang, lebih rileks. Klien sudah dapat melakukan teknik
relaksasi napas dalam, distraksi dan spiritual, sedangkan untuk hipnosis klien
merasa kesulitan. Sehingga untuk mengatasi ansietasnya, penulis lebih
mengarahkan klien untuk melakukan relaksasi napas dalam. Hal ini sejalan
dengan penelitian ansietas pada pasien gagal jantung yang dilakukan oleh
Khaerunisa (2015) hasilnya menunjukan bahwa terapi ners dapat mengurangi
ansietas yang dialami pasien.

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi ketidakberdayaan yang klien alami


dilakukan selama tiga hari. Intervensi pada klien dengan ketidakberdayaan terdiri
dari dua tahap. Tahap pertama yang dilakukan oleh penulis adalah membina
hubungan saling percaya dengan klien, membantu klien untuk mengenal masalah
ketidakberdayaan yaitu dengan membantu mengidentifikasi dan menguraikan
perasaan klien, membantu klien penyebab ketidakberdayaan, serta membantu
menyadari klien akibat dari perilaku tidak berdaya.Selain itu, pada tahap pertama
penulis melatih klien untuk mengembangkan pikiran dan harapan positif (afirmasi
positif).

Hal yang paling pertama penulis lakukan adalah mengkaji perasaan klien
mengenai ketidakberdayaan yang klien alami. Diagnosis ketidakberdayaan, secara
subjektif baru klien ungkapkan pada hari ketiga perawatan. Ketika hari pertama
dan kedua perawatan klien hanya menceritakan mengenai perasaan khawatir dan
takut yang dialaminya. Menurut analisis penulis, klien baru dapat mempercayai

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


41

penulis dan bersikap terbuka ketika penulis telah melakukan interaksi selama
beberapa hari, faktor jenis kelamin tentunya mempengaruhi hal ini. Jenis kelamin
dapat mempengaruhi seseorang dalam mengungkapkan perasaan. Seperti yang
dilansir oleh Depression and Bipolar Support Alliance (2004) yang menyatakan
bahwa pasien laki-laki cenderung tidak selalu menceritakan perasaan sedih dan
kesepian karena tidak ingin dianggap lemah. Ketika klien sudah merasa percaya
dengan penulis, maka masalah dapat teridentifikasi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ritchie (2001) yang menyebutkan hubungan yang baik akan
melahirkan kepercayaan, kejujuran dan keterbukaan. Penelitian yang dilakukan
oleh Bagley, Weaver & Buchanan (2011) juga menyebutkan bahwa perempuan
lebih sensitif dalam berespon dan berekspresi terhadap stres, sedikit berbeda
dengan lelaki yang lebih santai dalam menghadapi stres.

Intervensi selanjutnya yang dilakukan untuk mengatasi ketidakberdayaan adalah


latihan berpikiran positif. Pikiran positif yang penulis coba arahkan untuk klien
adalah dengan meminta klien berpikir positif bahwa ketika klien sakit, klien dapat
lebih banyak istirahat di usia senjanya, selain itu klien memiliki lebih banyak
waktu bagi istri dan anaknya. Sakitnya klien juga dapat mendekatkan anak-
anaknya, karena ketika klien di rawat di RS klien sering sekali mendapat
kunjungan dari anak-anaknya yang tinggal diluar kota Bogor. Hal yang penulis
lakukan sejalan dengan pernyataan Ellis (dalam Seligman, 2010) yang
menyebutkan latihan berpikir positif merupakan cara untuk mengenali pikiran
negatif, mengganti pikiran negatif menjadi positif dengan melatihnya serta
menggantinya dengan persepsi baru yang positif sehingga ketika kejadian tersebut
terjadi di masa depan maka akan dihadapi dengan pikiran positif yang telah
ditanamkan. Mengarahkan klien berpikir positif dengan melakukan pendekatan
keberadaan dan dukungan keluarga yang penulis lakukan, sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Aujouat, Luminet dan Deccache (2007) yang dilakukan
pada 40 orang klien dengan penyakit kronik yang hampir semuanya memiliki
pengalaman ketidakberdayaan, namun menurut wawancara yang dilakukan pada
klien didapatkan data bahwa rasa sedih karena penyakit dapat sedikit terobati
karena menjadi lebih dekat dengan caregiver dan keluarga.

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


42

Tujuan mengarahkan klien melatih berpikir postif agar klien memandang sakitnya
dengan cara pandang berbeda sehingga klien menjadi lebih semangat dalam
menjalani pengobatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Brissette, Scheiver &
Carver (2002 dalam Kivimaki et.al, 2005) yang menyatakan bahwa orientasi
berpikir positif bermanfaat bagi kesehatan hal ini dikarenakan bila seseorang
memiliki rasa optimis maka orang tersebut akan memiliki hubungan sosial yang
baik, menggunakan koping yang adaptif dan memiliki semangat serta kebiasaan
yang sehat dan meningkatkan taraf kesehatannya.

Selain itu, penulis juga sempat menanyakan harapan yang dimiliki Bapak S. Klien
sempat kesulitan ketika merumuskan harapan yang klien inginkan, namun
akhirnya klien sempat mengatakan ingin pulang dan sembuh sehingga bisa
melihat dua anak terakhirnya dapat lulus sekolah. Smith (2015) menyebutkan
bahwa penelitian yang dilakukan oleh Natchitoches mentu individu yang memiliki
harda diri rendah dan depresi.

Respon yang klien berikan setelah dilakukan intervensi latihan berpikir positif dan
afirmasi positif adalah secara verbal klien mengatakan terimakasih dan lega.
Namun secara objektif klien masih menunjukan sikap murung, sedih, mengalami
penurunan nafsu makan dan tingkat ketergantungan yang tinggi. Menurut analisis
penulis, hal itu sangat wajar karena intervensi baru dilakukan satu kali. Life Care
(2013) mengungkapkan bahwa untuk menginternalisasikan pikiran-pikiran positif
tidak dapat dilakukan dalam semalam, diperlukan konsistensi dan pengulangan
agar pikiran positif benar-benar terinternalisasi dengan baik. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Kanine, Helena & Nuraini (2011) terhadap pasien
ketidakberdayaan dengan diabetes mellitus di RS Bethesda-Tomohon penerapan
terapi ners juga dilakukan kurang lebih enam hari. Jadi, respon klien yang belum
secara signifikan bukan sebuah hambatan dalam melaksanakan intervensi
selanjutnya.

Intervensi ketidakberdayaan yang penulis lakukan membantu mengulangi latihan


berpikir positif dan afirmasi positif, membantu mengontrol perasaan
ketidakberdayaan dengan memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang masih
bisa dilakukan secara mandiri baik di rumah atau di rumah sakit. Kegiatan yang

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


43

teridentifikasi adalah mandi, makan, berzikir, shalat berjamaah di mushala dan


mengikuti pengajian. Untuk kegiatan di RS Bapak S lebih mengarahkan untuk
berzikir dan duduk-duduk di teras ruangan agar tidak bosan. Penulis memotivasi
klien agar melakukan kegiatan-kegiatan tersebut lagi seperti sebelum sakit, namun
tetap menyesuaikan dengan kemampuan klien. Untuk lebih meningkatkan
motivasi dan mempermudah klien dalam mengingat kegiatan-kegiatan tersebut
maka berbagai kegiatan ditulis dan akhirnya disimpan oleh klien.
Mengidentifikasi kegiatan yang dapat dilakukan Bapak S merupakan usaha untuk
membangkitkan sumber kekuatan klien. Lubkin & Larson (2009) memaparkan
bahwa orang dengan penyakit kronik akan kehilangan sumber kekuatan dalam
hidupnya. Sumber kekuatan seorang individu dapat berasal dari kekuatan fisik dan
psikologis, dorongan sosial, konsep diri positif, energi, pengetahuan, motivasi dan
harapan (Miller, 2000). Melakukan kegiatan-kegiatan yang masih dapat klien
lakukan akan menjadi sumber kekuatan fisik agar klien merasa masih dapat
melakukan beberapa hal secara mandiri terutama pemenuhan kebutuhan dasarnya.

Setelah diberikan intervensi, respon klien mengatakan akan memperbanyak


shalawat atau apapun kegitan untuk mengurangi frekuensi melamun. Klien juga
mengatakan akan keluar jika sudah tidak sesak. Secara objektif, setelah intervensi
klien masih terlihat pasif, namun ekspresi klien lebih ramah dan murung
berkurang. Dari respon yang ditunjukkan klien, klien sudah mengalami sedikit
perubahan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa untuk merubah pola
pikir menjadi pikiran positif dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Harapannya
dengan klien sudah memiliki motivasi untuk melakukan banyak kegiatan di rumah
akan dijadikan sumber kekuatan klien berikutnya untuk mengembangkan harapan
dan pikiran positif (Miller, 2000).

Setelah memberikan perawatan untuk klien dengan ketidakberdayaan penulis


melakukan evaluasi. Jika diamati secara umum telah terjadi penurunan tanda dan
gejala ketidakberdayaan pada Bapak S. Pada hari ketiga perawatan klien dideteksi
mengalami 26 tanda dan gejala ketidakberdayaan, hari terakhir perwatan klien
klien hanya mengalami 11 tanda dan gejala ketidakberdayaan. Secara subjekif
untuk mengulangi yang telah diperbincangkan klien hanya dapat menyebutkan

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


44

mengenai latihan mengontrol ketidakberdayaan dengan melakukan kegiatan-


kegiatan. Untuk latihan berpikir positif dan pengembangan afirmasi positif, klien
harus diarahkan dan diingatkan kembali agar dapat menyebutkannya. Respon
yang Bapak S berikan sama dengan hasil penelitian Agustin, Keliat & Mustikasari
(2015) yang memberikan intervensi terapi ners untuk 10 lansia dengan
ketidakberdayaan. Pada penelitian tersebut klien lansia mengalami penurunan
tanda dan gejala ketidakberdayaan signifikan yaitu kurang lebih 21%.

Selain memberikan intervensi individu pada klien, penulis juga melakukan


intervensi terhadap keluarga klien. Intervensi keluarga dengan ketidakberdayaan
ditujukan untuk memberikan bantuan kepada keluarga untuk memotivasi anggota
keluarga yang mengalami ketidakberdayaan agar tetap memiliki kepercayaan dan
semangat untuk aktif terlibat dalam kegiatan setelah pulang ke rumah. Keluarga
juga dapat memberikan dukugan agar klien melakukan latihan berpikir positif dan
afirmasi positif. Dukungan yang adekuat dari keluarga sebagai support system
akan meningkatkan keberhasilan dalam intervensi karena akan merubah sudut
pandang klien terhadap lingkungan sehingga akhirnya hal tersebut akan menjadi
sumber kekuatan dari klien untuk melakukan pengobatan dan perawatan
(Vishmasrao, 2013). Pemberian intervensi ketidakberdayaan pada keluarga
sangatlah penting dilakukan karena menurut penelitian Agustin, Keliat &
Mustikasari (2015) menunjukan hasil bahwa setelah diberikan intervensi keluarga,
pengetahuan keluarga dalam merawat keluarga lain yang mengalami
ketidakberdayaan meningkat sebanyak 72%.

4.3 Alternatif Pemecahan Masalah

Respon ketidakberdayaan dilihat dari data minor dan mayor yang didapat secara
subjektif dan diamati secara objektif (Carpenito & Moyet, 2009). Jika diamati
secara subjektif pada hari terakhir perawatan setelah diberikan intervesi selama 3
hari sebelumnya klien mengatakan bahwa pikiran yang menyatakan hanya
menjadi beban sudah agak sedikit berkurang, Bapak S mencoba memikirkan bawa
kini giliran anak yang merawat Bapak S.

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


45

Tanda dan gejala yang mengalami penurunan menunjukkan bahwa klien


mengalami peningkatan kondisi dan perubahan kondisi ke arah yang lebih baik.
Namun pada hari ketiga, klien masih ragu bahwa klien sudah tidak lagi menjadi
beban. Karena klien masih menggunakan kata semoga. Usia klien yang sudah tua,
jenis kelamin laki-laki serta tingkat pendidikan klien yang rendah juga menjadi
penyebab intervensi yang diberikan belum optimal menurunkan tanda dan gejala
ketidakberdayaan sehingga klien benar-benar terbebas dari ketidakberdayaan.
Solusi yang dapat diberikan untuk kasus Bapak S adalah dengan menambah
intensitas dan frekuensi intervensi yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Life Care (2013) yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil
maksimal dari berpikir positif maka dibutuhkan waktu yang lama untuk
pembudayaan. Kanine, Helena & Nuraini (2011) memberikan terapi ners pada
penderita DM dilakukan selama 6 hari dan hasilnya terdapat penurunan tanda dan
gejala yang cukup signifikan antara pre dan post intervensi. Pada saat melakukan
intervensi, penulis telah memberikan cara-cara yang dapat Bapak S gunakan untuk
mengurangi rasa ketidakberdayaan yang dialami. Alternatif pemberian masalah
yang penulis tawarkan dengan menganturkan latihan mengontrol
ketidakberdayaan terjadwal agar nilai-nilai ketidakberdayaan yang diberikan lebih
terinternalisasi dengan baik.

Untuk mengoptimalkan hasil intervensi yang diberikan bagi Bapak S dengan hari
rawat yang sebentar juga dapat dikolaborasikan terapi ners dan spesialis agar hasil
yang didapatkan lebih optimal. Penguatan positif juga harus diberikan pada pasien
agar semangat untuk membangun kembali harapan dalam hidupnya karena
harapan akan membangun sebuah komitmen untuk menjadi lebih baik lagi.
Seperti yang dilakukan oleh Kanine, Helena & Nuraini (2011) yang
mengemukakan hasil bahwa skor ketidakberdayaan pada klien dengan DM
mengalami penurunan yang signifikan. Kelompok kontrol yang hanya diberikan
terapi ners mengalami penurunan tanda dan gejala sebesar 5,36. Sedangkan
kelompok intervensi yang diberikan terapi spesialis berupa logoterapi didapatkan
penurunan skor sebesar 14,80. Kanine, Helena & Nuraini (2011) menyatakan
bahwa jika keduanya digabungkan maka akan melahirkan hasil yang lebih
optimal.

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


46

Menurut penulis, terapi spesialis yang dapat dilakukan untuk klien adalah ACT
(Acceptance and Commitment Therapy). ACT merupakan terapi yang
menitikberatkan pada penerimaan atau aspek psikologis agar dapat menyesuaikan
dengan perubahan kondisi (Hayes, 2007). Widuri, Helena & Mustikasari (2012)
melakukan penerapan ACT pada pasien dengan gagal ginjal melalui empat sesi.
Sesi pertama membina hubungan saling percaya, sesi kedua identifikasi nilai
sesuai dengan pengalaman klien, sesi 3 berlatih menerima kejadian dengan nilai
yang dipilih dan sesi 4 berkomitmen untuk mencegah kekambuhan. Sesi ACT
yang Bapak S dapatkan lebih menitikberatkan pada sesi komitmen.

Bapak S telah masuk RS dengan keluhan yang sama sakit jantung pada 9 bulan
yang lalu, setelah itu klien hanya patuh menjalankan pengobatan rutin pada 6
bulan pertama. Namun 3 bulan berikutnya klien tidak melakukan pengobatan
bahkan kembali pada kebiasaan buruk yang justru memperparah sakit yang
dialaminya. Harapannya jika klien diberikan ACT maka klien akan memiki
komitmen untuk mencegah kekambuhan penyakitnya. Widuri, Helena &
Mustikasari (2012) menyebutkan bahwa penerapan terapi ACT dapat menurunkan
tanda dan gejala ketidakberdayaan sebesar 5,934 jauh lebih besar dari penerapan
terapi ners yang hanya 0,268. Tentunya kolaborasi penggunaan terapi ners dan
spesialis dapat menghasilkan perubahan yang lebih signifikan bagi Bapak S
dengan lama intervensi yang hanya tiga hari.

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Karya ilmiah ini sesuai dengan tujuan telah dapat menggambarkan asuhan
keperawatan klien dengan ketidakberdayaan pada Bapak S di ruang Antasena
Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Berdasarkan uraian penjelasan dari bab
sebelumnya maka dapat ditarik simpulan dan saran sebagai berikut.

7.1 Kesimpulan

Masalah yang terjadi pada Bapak S adalah ketidakberdayaan. Masalah


ketidakberdayaan yang dialami Bapak S erat kaitannya dengan masalah fisiknya.
Bapak S yang memiliki riwayat hipertensi selama kurang lebih 10 tahun dan
memiliki riwayat dirawat rumah sakit sembilan bulan yang lalu menyebabkan
Bapak S merasa menjadi beban keluarga karena sudah tidak mampu melakukan
pekerjaan dan kini bergantung seutuhnya pada anak klien. Berdasarkan
permasalahan tersebut, penulis telah melakukan intervensi untuk mengatasi
masalah ketidakberdayaanya selama tiga hari. Intervensi yang telah dilakukan
adalah pengkajian perasaan ketidakberdayaan, berlatih berpiberpikir positif,
mengembangkan afirmasi positif dan mengontrol rasa ketidakberdayaan. Setelah
diberikan intervensi, tanda dan gejala ketidakberdayaan yang klien alami
berkurang. Klien kini sudah mulai semangat, sudah memiliki harapan dan kini
menganggap bahwa kini giliran anak yang menjaganya.

7.2 Saran

Terkait dengan asuhan keperawatan yang penulis lakukan, penulis merumusukan


saran yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
khususnya untuk masalah psikososial di masa yang akan datang.

7.2.1 Aplikatif Keperawatan

Melalui karya tulis ilmiah ini, penulis mengharapkan perawat menyadari


pentingnya melakukan intervensi asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit fisik khususnya penyakit kronik. Perlu dilakukan pendampingan dan
supervisi perawat agar melakukan asuhan keperawatan psikososial pada pasien di

47 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


48

ruang rawat inap. Selain itu, diperlukannya intervensi keperawatan spesialis jiwa
dapat menimbulkan upaya untuk secara khusus menempatkan perawat spesialis
jiwa di setiap ruang rawat inap. Hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan
kontiunitas dari perawatan yang diberikan sehingga asuhan keperawatan yang
diiberikan pada klien dapat diterapkan secara utuh dan kontinyu dalam setiap
shiftnya dilakukan khusus oleh perawat psikososial.

7.2.2 Penelitian Keperawatan

Penulis mengharapkan setelah karya tulis ini dibuat, dilakukan penelitian-


penelitian selanjutnya yang mengembangkan asuhan keperawatan psikososial
khususnya asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada pasien gagal
jantung.Tujuannya adalah untuk menguji efektivitas setiap intervensi sehingga
asuhan keperawatan yang diberikan dapat lebih optimal. Selain itu, penulis
berharap setelah penelitian ini akan ada penelitian lain yang meneliti mengenai
teknik/ metode baru yang lebih memberikan hasil maksimal bagi kesembuhan
pasien.

7.2.3 Keilmuan Keperawatan

Peneliti berharap peneltian ini dapat menjadi dengan menjadi evidance based
untuk membandingkan implementasi dan teori yang ada agar nantinya dapat
menjadi acuan bagi mahasiswa keperawatan untuk mengembangkan intervensi
keperawatan masalah psikososial ketidakberdayaan bagi klien dengan gagal
jantung.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


DAFTAR REFERENSI

Adli, M. (2011). Urban Stress And Mental Health. City Health And Well Being.
London: London School Of Economics
Agustin, I. M., Keliat B.A., Mustikasari. (2015). Penerapan tindakan keperawatan:
terapi generalis terhadap ketidakberdayaan pada lansia. Jurnal Ners. 10(2)

American Hearth Association. (2011). Cardiovascular Conditions.Diagnosis And


Management In Chronic Heart Failure.National Heart Foundation Of
Australia. Juni, 16 2016
Http://Www.Heartfoundation.Org.Au/Sitecollectiondocuments/Chronic-
Heart-Failure-Qrg-2011.Pdf.

Arnold, E., & Boggs, K. U. (2011). Interpersonal Relationships: Professional


Communication Skills For Nurses (6th Ed.). St. Louis: Mosby
Arouri M.E.H, Youssef A.B, Nguyen-Viet C, Soucat A. (2014). Effects of
urbanization on economic growth and human capital formation in africa.
Program On The Global Demography Of Aging Harvard University

Aujoulat, Luminet & Deccache. (2007). The perspective of patient on their


experience of powerlessness. Quality Health Research, 17 (6), doi
10.117/1049732307302665

Bhatta, B. (2010). Analysis of urban growth and sprawl from remote sensing data.
Berlin: Springer. Juni, 12 2016
Http://Www.Springer.Com/Us/Book/9783642052989

Black, J.M. & Hawks, J.H. (2014). Medical surgical nursing, clinical management
for positive outcomes (8 th. Edition). Philadelpia: Wb. Saunders Company
Canadian Diabetes Association Clinical Practise Guidelines. (2013). High Blood
Pressure & Diabetes. Juni 19, 2016. Http://Guidelines.Diabetes.Ca

Carpenito, L. J & Moyet. (2008). Nursing diagnosis application to clinical


practise. Lippincott: Wlliams & Wilkins

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Chest Heart And Stroke Scotland. (2014). Heart Series H4: Living With High
Blood Pressure. Glassgow: CHSS

Craven, R. F & Hirnle, C. J. (2003). Fundamental Of Nursing Human Health And


Function(4th Ed). Philadelphia Lippincott Wiliams & Wilkins

Damanik, F., H., S. (2012). Membentang fakta dunia sosial: Sosiologi. Jakarta:
Bumi Aksara

Departement Of Economic And Social Affairs United Nation.(2014). Population


distribution, urbanitation, internal migration, and development an
international persperctive. United Nation: New York
Depkes. (2009). Pusat Informasi Dan Data Kementerian Kesehatan RI.
Balitbangkes

Depression And Bipolar Support Alliannce. (2004). Men and depression. Illinios:
DBSA

Doenges, M., (2009). Nursing Care Plans, Guidlance For Individuaizing Pastient
Care, 8th Ed. Philadelphia : F. A. Davis

Dryer, D. E. (2007) the phenomenon of powerlessness in the eldery. The Ruth &
Tes Braun Award For Writing Exellence At Saginaw Valley University

Elfiky, I. (2008). Terapi berpikir positif biarkan mukjizat dalam diri anda melesat
agar hidup lebih sukses dan lebih bahagia. Jakarta Penerbit Zaman

Figueroa & Peters.(2006). Congestive heart failure:diagnosis, pathophysiology,


theraphy, and implications for respiratory care. Respiratory Care, 51(4)

Haruyama, S. (2011). The miracle of endorphine : Sehat mudah dan praktis


dengan hormon kebahagiaan. Bandung : Penerbit Kaifa

Haworth, et al. (2005). Prevalance and predicators of anxiety and depression in a


sample of chronic heart failure with lesft ventricular systolic dysfunction.
The European Journal Of Heart Failure. Doi:
10.1016/J.Ejheart.2005.03.001

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Hayes, S., Jason, B. L., Frank W.B., Akohito. (2007). Act Model, Processes,
Outcomes. Journal Behavioral, Research & Therapy.

Jeun, Y.H., et al. (2010). The experience of living with chronic heart disease: a
narrative review of qualitative studies. Sydney: Biomedical Center Health
Service Research.
Kanine, E., Helena N., Nuraini T. (2011). Pengaruh terapigeneralis dan
logoterapi individu tehadap respon ketidakberdayaan klien diabetes melitus
di rumah sakit provinsi Sulawesi Utara. Tesis Fik Ui. Tidak Dipublikasikan.

Kelley, D. (2014). Heart disease: Causes, prevention, and current research. Jcc
Honors Journals, 5(2)

Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa. (2011). Standar asuhan keperawatan


diagnosis psikososial. Depok: FIK UI

Kelompok Keilmuan Spesialis Keperawatan Jiwa. (2012). Standar asuhan


keperawatan diagnosis fisik dan psikososial. Depok: FIK UI
Kholidah E. N. & Alsa, A. (2012). Berpikir positif untuk menurunkan stres
psikologis. Jurnal Psikologi. 39(1)

Kivimaki, Et Al. (2005). Optimism & pesimis as predicators of change in health


after death or onset of severe illness in family.Health Psychology, 24(4),
413-421
Legg, M. J. (2010). What is psychosocial care and how can nurses better provide
it to adult oncology patients. Australian Journal Of Advanced Nursing,
28(3)

Lubkin & Larson.(2009). Chronic illness impact and interventions. University Of


Illinois Chicago Lll
Mind Essentials. (2008). Conducting A Psychosocial Assessment

Nanda International. (2015). Nursing diagnoses: Definitions and classification


2012-2014. Made Sumarwati, Et Al (Penerjemah). Jakarta: EGC.

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Prendes, Aag. & Thomas, Sa. (2011). Powerlessness and ander in african and
american women: The intersection race and gender. International Journal
Of Humanities And Social Science. 1(7)

Riset Kesehatan Dasar. (2007). Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan


Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Rsmm.(2016). RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Juni, 16 2016


Http://Www.Rsmmbogor.Com/

Setiadi, E., M. (2008). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana

Siregar, A. S. (2008). Miskin kota: Fenomena yang tak kunjung terselesaikan.


Medan: Bitra Indonesia

Smeltzer, B., et al. (2010). Brunner’s And Suddarth Textbook Of Medical –


Surgical Nursing 12th Edition. Philadelphia: Lippincot William & Wilkins

Soekanto, S. (2009). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers


Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2001). Principles and practise of phsychiatric
nursing. St Louis: Mosby

United Nation.(2014). World’s population increasingly urban with more than half
living in urban areas. United Nations: New York
WHO.(2005). Preventing chronic diseases a vital investment. United Nations:
New York

WHO.(2014). Urban Lifestyle.United Nations: New York


Wisduri, E., Helena, N., Mustikasari . (2012). Pengaruh acceptance &
commitment therapy terhadap respon ketidakberdayaan klien gagal ginjal
kronik di RSUP Fatmawati Jakarta. Tesis FIK UI. Tidak Dipublikasikan.

World Bank. (2015). Urban Population. Juni, 13 2016


Http://Data.Worldbank.Org/Indicator/Sp.Urb.Totl.In.Zs

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


World Heart Foundation. (2015). Cardiovaskular Disease Risk Factors. Geneva:
World Heart Foundation. Juni 13, 2016 Http://Www.World-Heart-
Federation.Org/Cardiovascular-Health/Cardiovascular-Disease-Risk-
Factors/Diet/
Yohanes Am., Willgoss Tg., Baldwin Rc., Connolly Mj. (2010). Depression and
axiety in chronic heart failure and chronic obstructivem pulmonary disease:
Prevalance, relevance, clinical impliction and management priciples. Int J
Geriatri Psychiatry

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

MASALAH PSIKOSOSIAL

INFORMASI UMUM
Inisial klien : Tn. S

Usia : 66 (tahun)

Jenis kelamin : laki-laki

Suku : Sunda

Bahasa dominan : Sunda

Status perkawinan : menikah

Alamat :Jl. Dukuh Waru RT/RW 003/001 Sukaraja,


Tamansari, Bogor

Tanggal masuk : 1 Mei 2016

Tanggal pengkajian : 2 Mei 2016

Ruang rawat : Antasena

Nomor rekam medik : 30-48-66

Diagnosis medis : Dyspneu ec CHF

Riwayat alergi : Tidak ada

Diet : Tidak ada

KELUHAN UTAMA
Tn. S datang dengan keluhan sesak sejak dua hari SMRS. Pada saat
pengkajian di dapatkan data sesak masih ada, RR = 32x/menit, nadi
120x/menit, suhu 38,6oC. Saat pemeriksaan fisik, didapapatkan data suara
naps ronkhi di basal paru kanan, penurunan taktile fremitus, terdengar suara
jantung S3.

Klien mengeluh sulit tidur karena sesak dan merasa takut sakitnya semakin
parah, klien juga mengeluh mengalami sulit makan. Kien takut sakit semakin

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


parah sehingga klien masuk ICU seperti 9 bulan yang lalu. Sejak sakit itu,
klien mangatakan cepat lelah jika melakukan aktivitas.

PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTOR


Fisik
Berat badan : 53 kg

Tinggi badan : 158 cm

Tanda-tanda vital : TD 100/80 mmHg P 32x/menit Nadi 120x/menit T


38,6

Riwayat pengobatan fisik

Tn. S memiliki riwayat sakit hipertensi namun tidak melakukan


pengobatan sejak 10 tahun yang lalu. Pada 9 bulan yang lalu, klien pernah
dirawat di RS dengan sakit jantung dan masuk ICU selama 5 hari. Sejak
masuk RS klien melakukan pengobatan rutin setiap bulan selama 6 bulan
pertama, 3 bulan berikutnya klien tidak lagi melakukan pengobatan karena
merasa lebih baik.

Hasil pemeriksaan laboratorium/ visum/ dll

HB = 11,9 gr/dl Hematokrit 36%


Leukosit = 16,3 gr/dl OT/PT 22/26
Tromboit 737 rb/ub Ur/Cr 47,7 / 2,67

Masalah Keperawatan: Penurunan Curah Jantung, Hipertermi, Intoleransi


Aktivitas

Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku yang
ditampilkan)

Ringan  Sedang  Berat


Panik

PERILAKU  PERILAKU 

Tenang Menarik diri 

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Ramah Bingung

Pasif  Disorientasi

Waspada Ketakutan

Merasa membenarkan lingkungan Hiperventilasi 

Kooperatif  Halusinasi/ delusi

Gangguan perhatian  Depersonalisasi

Gelisah  Obsesi

Sulit berkonsentrasi  Kompulsi

Waspada berlebihan  Keluhan somatik

Tremor Hiperaktivitas

Bicara cepat Lainnya: Sulit tidur

Masalah Keperawatan:Asietas Sedang

KELUARGA
Genogram

Tipe keluarga
 nuclear family  diad family

 extended family  single parent


family

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Pengambilan keputusan
 kepala keluarga  istri

 orang tua  bersama-sama

Hubungan klien dengan kepala keluarga


 kepala keluarga  istri

 orang tua  anak

 lain-lain, sebutkan:

Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga


Kebiasaan yang di lakukan bersama keluarga, berkumpul dan mengobrol.

Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat


Sebelum sakit klien sering mengikuti pengajian rutin di sekitar rumahnya.

Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah.

RIWAYAT SOSIAL
Pola sosial
Teman/ orang terdekat
Klien dekat dengan istri dan anaknya.

Peran serta dalam kelompok


Dalam kelompok klien mengikuti pengajian namun setelah sakit tidak
mengikuti kegiatan lagi. Klien juga sudah tidak mengikuti shalat di
mushala lagi. Sekarang klien hanya melakukan kegiatan di rumah dan
tidak lagi mengikuti kegiatan apapun

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Tidak ada hambatan dalam berkomunikasi

Obat-obatan yang dikonsumsi


Adakah obat herbal/ obat lain yang dikonsumsi diluar resep
Tidak ada.

Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini


ISDN 3x5mg kendaron 2x1 mg
Aspilet 1x80 mg Furosemid 2x1

Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi


masalahnya
Tidak

Masalah Keperawatan: Tidak ada

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


STATUS MENTAL DAN EMOSI
Penampilan
1. Cacat fisik

 ada, jelaskan

 tidak ada, jelaskan klien tidak ada cacat fisik

2. Kontak mata

 ada, klien ada kontak mata meskipun dengan sorot mata sedih dan
keadaan lemas. Kadang klien seperti sedang menerawang

 tidak ada, jelaskan

3. Pakaian

 tidak rapi, jelaskan

 penggunaan tdk sesuai

4. Perawatan diri

klien menggantugkan hidupnya pada istri, semua kebutuhan hidup


bergantung pada istri terutama ketika di RS. Semua aktivitas klien dibantu
oleh istri mulai dari makan, berganti pakaian, minum hingga BAB dan
BAK

Masalah Keperawatan: Ketidak berdayaan Sedang

Tingkah Laku
Tingkah Laku  Jelaskan

Resah

Agitasi

Letargi

Sikap  Klien kooperatif, pasif, sedikit tertutup. Klien


mulai terbuka pada hari ketiga perawatan

Ekspresi wajah  Klien terlihat seding, murung ketika


menceritakan sakitnya. Terlebih
menceritakan jika sekarang klien sudang
tidak berkerja lagi hanya menggantungkan

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


diri pada anak.

Klien juga terlihat tegang dan gelisah

Lain-lain

Masalah Keperawatan: Ketidakberdayaan Sedang

Pola komunikasi
POLA KOMUNIKASI  POLA KOMUNIKASI 

Jelas  Aphasia

Koheren  Perseverasi

Bicara kotor Rumination

Inkoheren Tangensial

Neologisme Banyak bicara/ dominan

Asosiasi longgar Bicara lambat 

Flight of ideas Sukar berbicara:

Lainnya: Klien tertutup dan baru terbuka pada mahasiswa pada hari ketiga
perawatan

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah.

Mood dan Afek


PERILAKU  JELASKAN

Senang

Sedih  Sedih karena memikirkan sakitnya dan kini


klien sudah tidak bekerja sehingga menjadi
beban anak. Klien juga sedih memikirkan
istri yang kini mengurusnya

Patah hati

Putus asa

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Gembira

Euporia

Curiga

Lesu  Klien sering terlihat lesu dan tidak


bersemangat karena merasa merepotkan istri
dan anak

Marah/ Bermusuhan  Menurut keluarga klien menjadi sering


marah jika istri tidak berada di sekitar klien

Lain-lain:

Masalah Keperawatan:Ketidakberdayaan Sedang

Proses Pikir

PERILAKU 

Jelas 

Logis 

Mudah diikuti 

Relevan

Bingung

Bloking

Delusi

Arus cepat

Asosiasi lambat

Curiga

Memori jangka pendek Hilang Utuh 

Memori jangka panjang Hilang Utuh 

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah.

Persepsi
PERILAKU  JELASKAN

Halusinasi Tidak di temukan dalam pangkajian

Ilusi Tidak di temukan dalam pengkajian

Depersonalisasi Tidak ditemukan dalam pengkajian

Derealisasi Tidak ditemukan dalam pengkajian

Halusinasi  Jelaskan

Pendengaran Tidak di temukan dalam pangkajian

Penglihatan Tidak di temukan dalam pangkajian

Perabaan Tidak di temukan dalam pangkajian

Pengecapan Tidak di temukan dalam pangkajian

Penghidu Tidak di temukan dalam pangkajian

Lain-lain: Tidak di temukan dalam pangkajian

Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah.

Kognitif
1. Orientasi realita
Waktu : Terorientasi dengan baik

Tempat : Terorientasi dengan baik

Orang : Terorientasi dengan baik

Situasi : Terorientasi dengan baik

2. Memori
Gangguan  jelaskan

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


gangguan daya ingat Tidak di temukan dalam
jangka panjang pengkajian

gangguan daya ingat Tidak di temukan dalam


jangka pendek pengkajian

gangguan daya ingat saat Tidak di temukan dalam


ini pengkajian

paramnesia, sebutkan Tidak di temukan dalam


pengkajian

hipermnesia, sebutkan Tidak di temukan dalam


pengkajian

amnesia, sebutkan Tidak di temukan dalam


pengkajian

3. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Tingkatan  jelaskan

mudah beralih Tidak di temukan dalam


pengkajian

tidak mampu Tidak di temukan dalam


berkonsentrasi pengkajian

tidak mampu berhitung Tidak di temukan dalam


sederhana pengkajian

Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah.

IDE-IDE BUNUH DIRI


Ide-ide merusak diri sendiri/ orang lain

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Ya Tidak 

Jelaskan:

Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah

V. KULTURAL DAN SPIRITUAL


Agama yang dianut
1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya?
Klien orang yang taat dalam menjalankan perintah agama. Sebelum
sakit jantung 9 bulan yang lalu, klien sering mengikuti pengkajian dan
shalat berjamaah. Ketika sakit di rumah sakit klien mengatakan agak
kesulitan untuk shalat.

2. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan


spiritualnya setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan?
Tidak pernah mengalami riwayat penganiayaan

3. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu?


Kegiatan spiritual sangat mempengaruhi koping klien merasa lebih
tenang saat setelah shlawatan.

Budaya yang diikuti


Apakah ada budaya klien yang mempengaruhi terjadinya masalah ?

Budaya klien sangat dipengaruhi oleh budaya sekitar klien mengatakan


sering meminum kopi dan merokok dengan keluarga dan saudara. Dan
ketika dahulu klien bekerja, untuk menambah semangat klien sering
meminum kopi dan merokok.

Tingkat perkembangan saat ini


Keluarga dengan lansia.

Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah.

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Catatan Perkembangan

Nama Pasien : Tn.S Usia : 66 th

No Rekam Medis : 30-48-66 Diagnosis : CHF

Tanggal Implementasi Evaluasi


Senin, 2 Data Subjektif
Mei 2016 Data Subjektif Lega lebih enak dari napas biasa
Sulit tidur karena sesak dan
memikirkan sakitnya Objektif
Merasa khawatir sakit parah sepeti Kurang bersemangat
9 bulan yang lalu Tidak fokus
Rasa takut muncul kalo sedang Terlihat sering melamun
sakit dada Tampak gelisah
Sulit tidur dan mengalami Klien terlihat lebih tenang, ramah
penurunan napsu makan RR 25x/menit
Nadi 116x/menit
Data Objektif
Pasif
Kurang bersemangat Analisa
Tidak fokus Ansietas belum teratasi
Terlihat sering melamun
Mengalami peningkatan suhu, nadi Planning
dan RR (RR= 28 x/menit, nadi Latihan TND sebelum tidur dan bangun
120x/menit) tidur
Tampak gelisah

Analisa
Ansietas Sedang

Tindakan
Menjelaskan definisi, penyebab,
akibat dan cara mengatas ansietas
Menganjurkan mencari posisi yang
nyaman
Mengajarkan teknik napas dalam

Rencana Tindak Lanjut


EV SP1Ansietas
SP 1 ansietas (distraksi)

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Catatan Perkembangan

Nama Pasien : Tn.S Usia : 66 th

No Rekam Medis : 30-48-66 Diagnosis : CHF

Tanggal Implementasi Evaluasi


Selasa, 3 Data Subjektif
Mei 2016 Data Subjektif Lega, mau melakukannya. Saya terima
Sulit tidur berkurang tapi masih sarannya. Terima kasih.
bangun-bangun, pengen cepet Pengalihan lebih enak dengan zikir,
pulang. Ngobrol tidak nyambung dengan anak
karena beda zaman
Data Objektif
Tampak lebih ramah, Objektif
Murung Klien terlihat lebih tenang, Lebih rileks
TD100/70 mmHg Perhatian terhadap penulis meningkat
Nadi 120x/menit Lebih kooperatif
RR 32x/menit Dapat melakukan TND dengan baik
Gelisah Dapat melakukan distraksi dan spiritual
Tergantung pada istri dengan bantuan
Sudah mengulangi TND sebelum
tidur Analisa
Teknik relaksasi napas dalam belum Ansietas belum teratasi
optimal
Analisa Planning
Ansietas Sedang Latihan TND dan shalawatan sebelum
tidur dan bangun tidur
Tindakan Latihan distraksi setiap saat
Mengulangi mengajarkan TND
Mengajarkan teknik ditraksi dan
spiritual
Menganjurkan klien menggunakan
teknik distraksi (pengalihan) dan
spiritual untuk mengalihkan pikiran
dari sakitnya,
Memberikan pendidikan kesehatan
mengenai gagal jantung

Rencana Tindak Lanjut


EV SP1,2 Ansietas
SP 2 ansietas (Hipnosis 5 jari)

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Catatan Perkembangan

Nama Pasien : Tn.S Usia : 66 th

No Rekam Medis : 30-48-66 Diagnosis : CHF

Tanggal Implementasi Evaluasi


Rabu, 3 Data Subjektif
Mei 2016 Data Subjektif Napas sudah dapat dilakukan sebelum
Sudah dapat tidur enak, bangun tidur
hanya untuk ke kamar mandi, Dan sudah shalawatan
sebelum tidur “napas” dan Setelah hipnosis terasa nyaman dan
shalawat. ingin mencobanya

Merasa menjadi beban keluarga Iya anak sekarang jadi ngumpul,


karena sakit dan merasa sedih, Harapannya agar bisa pulang, sembuh
sekarang di rumah hanya makan, dan liat anak selesai sekolah
minum dan BAB karena tidak Lega dan terimakasih
bekerja dan suluruh kebutuhan
dibantu istri Objektif
Rileks
Data Objektif Penurunan konsentrasi
RR : 22x/menit Murung
Nadi 97x/menit Penurunan nafsu makan
Lebih terbuka Tingkat ketergantungan tinggi
Sudah dapat menyebutkan nama
penulis Analisa
Penurunan konsentrasi + Ansietas dan ketidakberdayaan belum
Tegang masih ada + teratasi
Pasif +
Cemas Planning
Mengalami penuruna nafsu makan Latihan TND dan shalawatan sebelum
Sedih tidur dan bangun tidur
Tingkat ketergantungan tinggi Latihan distraksi setiap saat
Latihan berpikir positif setiap saat
Analisa Mempertahankan afirmasi positif
Ansietas Sedang
Ketidakberdayaan Sedang

Tindakan
Mengulangi kemampuan tarik
napas dalam, menganjurkan
distraksi dan spritual, mengajarkan
hipnosis 5 jari

Mengkaji perasaan
ketidakberdayaan
Menjelaskan penyebab dan akibat

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Tanggal Implementasi Evaluasi
ketidakberdayaan
Membantu melakukan latihan
berpikir positif dan
mengembangkan afirmasi positif

Rencana Tindak Lanjut


EV SP1 Ansietas
SP 2 Ansietas (hipnosis 5 jari)
EV SP Ketidakberdayaan

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Catatan Perkembangan

Nama Pasien : Tn.S Usia : 66 th


No Rekam Medis : 30-48-66 Diagnosis : CHF
Tanggal Implementasi Evaluasi
Kamis, 4 Data Subjektif
Mei 2016 Data Subjektif Hari ini lebih lemas, sering tidur dan
Merasa bosan dan ingin pulang, masih tidak mau makan karena bosan dan
lemes, semua masih dibantu umi merasa makanan RS tidak enak,
Data Objektif semalam tidur sedikit.
Badan lemas-cepat lelah Ketika di rumah sakit mencoba makan
Tidak nafsu makan sendiri, berzikir dan duduk di luar
Banyak diam, fasif Jika di rumah nanti makan, mandi,
Aktivitas dibantu oleh istri shalat berjamaan
Merasa cemas Mau melakukan kegiatan pengajian
Gelisah lagi
Lebih murung Nanti mau mencoba makan agar cepat
Melamun pulang
Sulit tidur
Nadi 97x/menit Sangat berterimkasih dan mau
Analisa melakukan hipnosis 5 jari di rumah
Ketidakberdayaan Sedang
Ansietas Sedang Keluarga:
Tindakan Terimakasih sarannya, ibu nanti
Mengulangi latihan berpikir positif jagain, ingetin bapak, jadi istri siaga.
Mengembangkan afirmasi positif
Mengontrol ketidakberdayaan: kegiatan Objektif
Mengulangi TND Ketergantungan pada istri +
Menganjurkan distraksi Pasif +
Mengulangi hipnosis 5 jari Murung berkurang
Keluarga: Ekspresi lebih ramah
Menjelaskan kepada caregiver tanda Nadi 90x/menit
gejala pasien cemas/takut,
menjelaskan pada caregiver cara
mengatasi ansietas : TND, pengalihan, Analisa
shalawat, hipnosis 5 jari, meminta Ketidakberdayaan dan ansietas belum
keluarga agar mmeberikan motivasi pada teratasi
klien untuk melakukan cara mengatasi
cemas. Planning
Tanaman pikiran positif dan semangat
Rencana Tindak Lanjut Latihan TND dan shalawatan sebelum
EV SP 1-2 Ketidakberdayaan tidur dan bangun tidur
EV SP 1-2 Ansietas Latihan distraksi setiap saat
Latihan hipnosis 5 jari bangun tidur

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Catatan Perkembangan

Nama Pasien : Tn.S Usia : 66 th


No Rekam Medis : 30-48-66 Diagnosis : CHF
Tanggal Implementasi Evaluasi
Jumat, 5 Data Subjektif
Mei 2016 Data Subjektif Klien mengatakan senang karena
Klien mengatakan sudah segar namuan boleh pulang, sudah lebih segar dan
masih lemas karena tidak nafsu makan. enakan cuma nafsu makan masih
Saya tetap merasa menjadi beban namun belum baik. Tarik napas dalam dapat
ya gantian sekarang anak yang jaga. dilakukan, hipnosis sulit dilakukan

Semoga setelah pulang tidak lagi


Data Objektif merepotkan, sekarang giliran anak
Tampak segar yang menjaga
Kegelisahan berkurang Terimakasih atas sarannya akan
melakukannya di rumah
Banyak tersenyum Semangat mau pulang kalau mau
lebih mudah menerima informasi pulang mau kurangi bengong dan
Lebih banyak fokus pada diri sendiri melamun, istri bilang mau ngasih
tasbeh di rumah.

Analisa
Ansietas. Objektif
Ketidakberdayaan. Kegelisahan berkurang
Wajah senang banyak senyum
Tindakan Lebih bersemangat
Megevaluasi perasan takut/cemas, Menyimak informasi
Mereview cara TND Fokus
Mereview dan menganjurkan distraksi Tingkat ketergantungan tinggi
dan spiritual Tampak dapat mengulangi tarik napas
dalam
Mengevaluasi perasaan
Mengulangi latihan berpikir positif
Memotivasi klien melakukan kontrol Analisa
perasaan, Memotivasi klien untuk mau Ansietas teratasi.
melakukan kegiatan di rumah Ketidakberdayaan teratasi.
Memotivasi keluarga (istri) agar mau
memberikan motivasi pada klien agar Planning
mau melakukan kegiatan. Latihan TND
Latihan distraksi
Rencana Tindak Lanjut Latihan spiritual
Klien pulang Latihan hiptnotis lima jari
Latihan mengontrol perasaan
Lakukan kegiatan di rumah
Keluarga motivasi agar klien mau dan
termotivasi melakukan kegiatan jika di
rumah

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


EVALUASI TANDA & GEJALA, KEMAMPUAN KLIEN DAN
KELUARGA PADA DIAGNOSIS KEPERAWATAN
KETIDAKBERDAYAAN

Nama pasien : Tn.S Ruangan : Antasena


No Aspek Penilaian Tanggal
4/5 5/5 6/5
Kognitif
1 Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat X
energi
2 Mengungkan ketidakpuasan dengan tugas atau aktivitas yang X X
dilakukan sebelumnya
3 Mengungkapkan ragu-ragu dalam melaksanakan peran X
4 Mengungkapkan tidak mampu mengendalikan situasi, X X
perawatan diri dan hasil pengobatan
5 Mengungkapkan ketidakpuasan dan tergantung pada orang X X X
lain
6 Ambivalen
7 Sulit konsentrasi X X
8 Mudah lupa
9 Cenderung menyalahkan orang lain
10 Berfokus pada diri sendiri X X
11 Sulit memahami informasi
12 Bingung
13 Preokupasi
14 Blocking pikiran
Affektif
15 Merasa tertekan dan depresi
16 Merasa bersalah X X
17 Takut terhadap pengasingan X X
18 Cemas X X
19 Merasa tidak adekuat X X
20 Sangat waspada X
21 Merasa tidak pasti
22 Merasa tidak berdaya X X
23 Merasa menyesal
Fisiologis
24 Sulit tidur X X
25 Tekanan darah meningkat
26 Frekuensi napas meningkat X X
27 Denyut nadi meningkat X X X
28 Dada berdebar-debar
29 Muka tegang X X
30 Keringat dingin
31 Tidak nafsu makan X X X

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


No Aspek Penilaian Tanggal
4/5 5/5 6/5
32 Iritabitas meningkat
33 Badan lemes dan cepat lelah X X X
Perilaku
34 Banyak diam, pasif X X
35 Aktifitas harian dibantu orang lain X X X
36 Tidak memantau kemajuan pengobatan
37 Tidak berpartisipasi dalam mengambil keputusan
38 Mengindari kontak mata X
39 Perilaku menyerang/agresif
40 Menarik diri X X
41 Perilaku mencari perhatian
42 Gelisah dan tidak bisa tenang X X
Sosial
43 Enggan mengungkan perasaannya X
44 Tidak mampu mencari informasi X X X
45 Tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain X X
46 Bicara pelan X X X
Total Jumlah Tanda dan Gejala 25 25 7
II Kemampuan Pasien
1 Mampu mengenal ketidakberdayaan, mengungkapkan X X X
perasaan, mengenal penyebab ketidakberdayaan dan prilaku
yang diakibatkan
2 Mampu mengidentifikasi situasi kehidupan yang tidak mampu X X X
dikontrok pasien
3 Mampu mendiskusikan pikiran negatif dan mengembangkan X X X
pikiran positif
4 Mampu menggnakan kemampuan afirmas pikiran dan harapan X X X
positif dan mengontrol ketidakberdayaan
5 Mampu mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan X X
walaupun sedang sakit
6 Mampu melakukan aktivitas yang dapat dilakukan walaupun X
sedang sakit
Total Jumlah Kemampuan Klien 4 5 5
III Kemampuan Keluarga
1 Menyebutkan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien X X
ketidakberdayaan
2 Menyebutkan pengertian ketidakberdayaan, tanda dan gejala X X
dan proses terjadinya
3 Mampu melatih klien berpikir postif, logis, rasional dan X X
mengembangkan afirmasi positif
4 Mampu melatih klien mengembangkan pikiran dan harapan X X
yang positif
5 Mampu Menyebutkan sumber-sumber pelayanan kesehatan X X
yang tersedia (Follow-up)
Total Jumlah Kemampuan keluarga 5 5

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016


Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Nama : Puji Mentari


Tempat Tanggal Lahir : Kuningan, 29 Desember 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Buana Gardenia blok C3 No.26 Pinang, Tangerang
Kontak : +62 8778246792
Email : fuji.mentari29@gmail.com
Agama : Islam

Riwayat Pendidikan Formal

No. Pendidikan Tahun

1 Fakultas Ilmu Keperawatan, Univesitas 2011 – sekarang


Indonesia

2 SMA Negeri 2 Tangerang 2008 – 2011

3 SMP Negeri 3 Tangerang 2005 – 2008

4 SD Negeri Pinang 6 1999 – 2005

5 TK Al-Huda, Kuningan 1998 – 1999

Asuhan keperawatan ..., Puji Mentari, FIK UI, 2016

Anda mungkin juga menyukai