Teori Grafitasi
Teori Grafitasi
Model Grafvitasi | 2
unsur penduduk. Untuk menutupi kelemahan ini
model gravitasi telah banyak dikem-bangkan dengan
memasukkan tidak hanya variabel massa, tetapi juga
gejala sosial sebagai faktor yang disebut "bobot".
Model Grafvitasi | 3
BAB II PEMBAHASAN
Model Grafvitasi | 4
salah satunya berdampak interaksi yang terjadi.
Karakteristik kota yang saling bertolak belakang di
antara keduanya mengakibatkan tingginya intensitas
keterkaitan. Semakin banyak perbedaan suatu kota
dengan kota lainnya maka keterkaitannya semakin kuat,
namun hal ini harus didukung dengan jarak yang relative
mudah diakses dan terjangkau.
Model Grafvitasi | 5
dengan pusat pengembangan wilayah; (2) menentukan
kekuatan tempat kedudukan dari setiap pusat kegiatan
ekonomi, produksi dan distribusi (sentra-sentra komoditi)
dalam sistem jaringan jasa, distribusi dan transfortasi.
Indeks ini berlaku relatif artinya jika indeks gravitasi
suatu daerah hinterland (daerah A) dengan pusat
pertumbuhan X lebih besar dibandingkan dengan indeks
gravitasi daerah A dengan pusat pertumbuhan Y, maka
daerah A tersebut akan dikategorikan sebagai daerah
hinterlandnya pusat pertumbuhan X. Posisi sebagai
hinterland dari suatu daerah akan ditentukan
berdasarkan besarnya indeks yang dihitung.Interaksi
adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi
sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau
memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah ini
penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari
hubungan satu arah pada sebab akibat. Kombinasi dari
interaksi-interaksi sederhana dapat menuntun pada
suatu fenomena baru. Dalam berbagai bidang ilmu,
interaksi memiliki makna yang berbeda. Interaksi wilayah
(Spatial Interaction) adalah hubungan timbal balik yang
saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih,
yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan
Model Grafvitasi | 6
permasalahan baru, secara langsung maupun tidak
langsung. Interaksi ini berupa perilaku dari pihak-pihak
yang bersangkutan melalui kontak langsung atau
berbagai media. Istilah spatial interaction ini berasal dari
Ullman dalam bukunya Geography As Spatial Interaction
(1954). Untuk mengidentifikasikan ketergantungan antar
wilayah geografis.
Interaksi merupakan pengertian yang dikenal dalam
sosiologi, sebagai gejala saling mempengaruhi antara
individu. Dalam sosiologi gejala saling mempengaruhi
tidak hanya berlaku pada individu melainkan juga pada
obyek-obyek dan ruang yang mewadahi obyek-obyek
itu. Sehubungan dengan itu dikenal tiga kelompok dasar
yang saling mempengaruhi. Pertama, antara vegetasi
dan iklim, tanah dan kawasan lahan; kedua, antara
kegiatan manusia dan sifat politis-ekonomis suatu
wilayah; ketiga adalah antar rumah tangga dan
pertokoan.
Dalam geografi interaksi diartikan sebagai interaksi
geografis antar satu wilayah dengan wilayah lain. Begitu
juga halnya dengan kota satu dengan kita lainnya.
Semakin banyak perbedaan yang ada maka peluang
menciptakan interaksi antara ke duanya. Ullman
Model Grafvitasi | 7
meguraikan tiga unsur interaksi keruangan yang
memberi pengaruh pada pola interaksi spatial.
Permodelan yang dapat digunakan dalam
melakukan analisis terhadap pola interaksi atau
keterkaitan antardaerah atau antar bagian wilayah
dengan wilayah lainnya, adalah Model Gravitasi. Dalam
hukum gravitasi dikatakan “besarnya kekuatan tarik
menarik antara dua benda adalah berbanding terbalik
dengan jarak dua benda pangkat dua.” Penerapan
model ini ini dalam bidang analisis perencanaan kota
adalah dengan anggapan dasar bahwa faktor
aglomerasi penduduk, pemusatan kegiatan atau potensi
sumber daya alam yang dimiliki, mempunyai daya tarik
yang dapat dianalogikan sebagai daya tarik menarik
antara 2 (dua) kutub magnet.
Model yang sering digunakan untuk menganalisis
efek integrasi ekonomi terhadap dampak kreasi dan
diversi perdagangan adalah Gravity Model (Model
Gravitasi). Model ini pertama diperkenalkan oleh
Tinbergen tahun 1962 yang menganalisis arus
perdagangan di negara-negara Eropa dan yang terakhir
diperkenalkan oleh Anderson (1979), Bergstrand (1985)
dan Sanso, Cuairian, dan Sanz. (1993). Model gravitasi
Model Grafvitasi | 8
mengaplikasikan hukum gravitasi dari Newton yang
menyatakan bahwa atraksi atau gaya tarik gravitasi dari
dua obyek adalah proporsional dengan massa mereka
dan berbubungan terbalik dengan jaraknya (Km2).
Model umum gravitasi dituliskan sebagai berikut :
Model Grafvitasi | 9
berikutnya Bergstrand telah menggunakan dasar
mikroekonomi dalam rangka menjelaskan model
gravitasi. Dijelaskan bahwa penawaran perdagangan
negara di turunkan dari maksimisasi keuntungan
perusahaan, dan permintaan perdagangan diturunkan
melalui memaksimisasi fungsi utilitas CES dengan
kendala anggaran. Dengan demikian diperoleh
persamaan gravitasi menggunakan pasar keseimbangan
(market equilibrium ciesrence).
Deardorff (1995) mengembangkan model gravitasi
untuk diaplikasikan ke dalam FDI sebagai berikut :
Model Grafvitasi | 10
negara tersebut juga nol. Disini nilai Aij menjadi
konstanta proporsional.
Ketika mengaplikasikan model tersebut, ke dalam
konstanta proporsional dimasukan juga besaran
populasi dari kedua negara sehingga konstanta
proporsional
menjadi A dikalikan (POPi x POPj) dimana Aij
menjadi konstanta A. Dengan demikian diasumsikan
bahwa semakin besar populasi akan menarik FDI lebih
besar. Formula FDI menjadi :
Model Grafvitasi | 11
Penerapan model grafitasi pada interaksi sosial
diperkenalkan oleh Reilly pada tahun 1929 dalam
perniagaan. Para geograf pada abad ke-19 telah
memakai hukum grafitasi Newton (1687).
2.3 Studi Kasus
Bintarto (1983) menerapkan model grafitasi untuk
empat kotamadya di jawa tengah dan DI Yogyakarta,
Surakarta, Salatiga dan Magelang, yang lokasinya
mengelilingi kompleks gunung kembar Merapi-Merbabu.
Dengan sarana model segi empat ini Bintarto mengukur
interaksi sosial keempat kota tersebut, hasilnya adalah
sebagai berikut:
Model grafitasi interaksi antara ke empat kotamadya
Dik :
Model Grafvitasi | 12
F(Y- Su) = 398.192 x 462.825 =51.192.559
(60)2
F(Su-Sa) = 462.825 x 85.740 =22.495.814
(42)2
F(Sa-M) = 85.740 x 123.358 =6.610.447
(40)2
F(M-Y) = 123.358 x 398.192 =29.220.802
(41)2
Hasil perhitungan diatas menyatakan Surakarta
dan Yogya sebagi kota yang memiliki interaksi
terbesar (F = 51) artinya frekuensi hubungan sosial,
ekonomi dan sebagainya antara kedua tempat
tersebut tettinggi jika dibandingkan dengan interaksi
antar kodya lainnya. Meski jarak antara keduanya
adalah jarak terpanjang dibandingkan jarak
Magelang-Salatiga, hal ini dikarenakan dua kodya
tersebut merupakan kota budaya dan kota pelajar,
jalan yang menghubungkan kedua kota
memudahkan transferabilitas disamping jumlah
penduduk yang besar pula.
Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah
analisis yang lebih empiris dari pola perdagangan
dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model
Model Grafvitasi | 13
gravitasi, pada bentuk dasarnya, menerka
perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan
interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya.
Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga
memperhitungkan jarak dan ukuran fisik di antara
dua benda. Model ini telah terbukti menjadi kuat
secara empiris oleh analisis ekonometri. Faktor lain
seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik,
dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan dalam
versi lebih besar dari model ini.
Teori gravitasi juga dapat di terapkan dan di
pergunakan untuk mengetahui potensi penduduk di
setiap kawasan. Gravitasi dan migrasi juga di
kembangkan dalam hubungannya dengan penelitian
perpindahan penduduk seperti yang telah di
terapkan oleh sarjana-sarjana di Negara maju.
Perhitungan gravitasi dengan formula tipe Pareto
hanya memperhatikan jarak, sedangkan hambatan-
hambatan dalam proses perpindahan penduduk
tidak hanya faktor jarak tetapi juga ada hambatan
alami, seperti topografi, iklim, hutan, daerah aride,
dan sebagainya. Hambatan-hambatan yang bersifat
Model Grafvitasi | 14
alami ini dapat menghalangi proses perpindahan dari
satu tempat ke tempat yang lainnya.
Kelemahan penerapan model ini dalam analisis
wilayah, terutama terletak pada variabel yang
digunakan sebagai alat ukur, dimana dalam fisika
variabel yang digunakan, yaitu molekul suatu zat
mempunyai sifat yang homogen, namun tidak
demikian halnya dengan unsur pembentuk kota,
misalnya penduduk. Namun demikian, hal ini telah
dikembangkan, yaitu dengan tidak hanya
memasukan variabel massa saja, tetapi juga gejala
sosial sebagai faktor pembobot.
Model Grafvitasi | 15
BAB III PENUTUP
Model Grafvitasi | 17