Anda di halaman 1dari 65

H A R

J O N
KA TALO G 8-15
PA ME RAN ME I

O S I
ARS IP 2015
A R SIT EK TU R

G I T
w w w.ayo rek.org / har jonos i git
Saya tidak berbakat menjadi arsitek terkenal,
karena bangunan yang saya rancang semua
biasa-biasa saja…

Har j o n o Sigit
Form
Follows
Fiasco
Kuratorial / Ayos Purwoaji

disebut pada berbagai teks yang menuliskan


The aspect of the building that most interested tentang pembabakan arsitektur di negeri ini.
you was the way it engaged with unexpected
misuse. Its decay transgressed its anticipated Setelah mulai berkarya sejak 50 tahun yang
form. lalu, kami kembali mengunjungi dan menyigi
kembali karya-karya yang pernah dirancang
- Bernard Tschumi oleh Ir. Harjono Sigit. Pertemuan kami
dimulai dari setumpuk dokumen arsip
Kita sepenuhnya sadar, bahwa ada banyak berupa album foto dan gambar kerja yang
lubang dalam narasi besar sejarah arsitektur masih bisa diselamatkan. Thesis dari
di Indonesia. Hingga hari ini, masih ada Murtijas Sulistyowati yang pernah mengkaji
potongan puzzle sejarah yang belum sempat tiga karya Ir. Harjono Sigit juga kami jadikan
dilengkapi karena tradisi pendokumentasian acuan dalam memulai penelitian.
yang masih lemah dan miskinnya penerbitan
literatur berupa kritik dan kajian arsitektur. Melalui arsip-arsip tersebut, ditambah
Pada konteks tersebut pameran ini hadir. wawancara dengan Ir. Harjono Sigit dan
Sebagai sebuah upaya kecil untuk menam- beberapa narasumber lain, kami mulai turun
bal lubang sejarah perjalanan arsitektur di ke lapangan untuk melihat kondisi terkini
Indonesia. karya-karya beliau sekaligus mendokumen-
tasikan perubahan dan pergeseran fungsi
Pameran ini menyajikan arsip dari Ir. yang terjadi di lapangan.
Harjono Sigit, seorang tokoh arsitektur di
Surabaya yang selama ini diingat samar-sa- Sebagaimana diketahui, Ir. Harjono Sigit
mar oleh segelintir orang. Karya-karyanya adalah satu dari sekian banyak arsitek yang
tidak banyak dikenal, dan oleh karena itu lahir pada sebuah zaman di mana bentuk
belum banyak diapresiasi dan didokumenta- dituntut untuk mengikuti fungsi. Sedangkan
sikan. Namanya pun nyaris tak pernah kini, kita sedang berada pada sebuah zaman

PA ME R A N HARJONO
01
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
yang tunggang langgang, di mana fungsi terjadi pada karya-karya Ir. Harjono Sigit.
dapat terus berubah tanpa harus tunduk Ada yang berubah fungsi sebagian, ada juga
pada aturan-aturan bentuk. Form follows yang berubah fungsi secara ekstrim. Ada
fiasco. Siang hari bengkel motor, malamnya yang relatif tetap sejak dibangunnya, ada
dapat berubah menjadi angkringan lesehan. pula yang hilang tak berbekas.
Dan kita mulai mengamini Tschumi, bahwa
hubungan antara ruang dan kegunaannya Kantor Direksi Perhutani Divisi Regional
tak sesederhana yang dibayangkan. Jawa Timur adalah satu contoh bagaimana
sebuah karya arsitektur tak mampu melewa-
Perubahan dan pergeseran fungsi seperti ini ti masa satu generasi. Bangunan elok
adalah sebuah keniscayaan dalam karya tersebut kini sudah lenyap, berganti dengan
arsitektur. Setelah dibangun, sebuah karya gedung kaca yang belum tentu cocok
arsitektur akan diuji oleh dua konstanta dengan iklim tropis Surabaya. Di sisi lain,
yaitu kehadiran manusia dan waktu. Kebutu- Gedung Pusat Penelitian Semen (PPS) milik
han-kebutuhan manusia yang terus berger- Semen Indonesia masih tetap kokoh dan
ak akan menciptakan pemaknaan yang berfungsi sebagaimana mulanya dirancang.
plastis terhadap sebuah ruang. Selain itu, Dua kondisi tersebut menimbulkan sebuah
seiring berjalannya waktu, terjadilah pertanyaan; sejauh mana sebuah karya
pemalihan dari nilai ideal yang diterapkan arsitektur dapat mengakomodir perubahan
oleh sang arsitek saat merancang dengan dan kebutuhan yang terus bergerak maju?
apa yang terjadi di lapangan. Apalagi bangu-
nan tersebut sudah melewati rentang waktu Maka pada akhirnya sebuah karya arsitektur
yang relatif panjang seperti karya-karya Ir. harus dikembalikan pada fungsinya yang
Harjono Sigit. paling mendasar yaitu sebagai sebuah
ruang. Sebagaimana teks, ruang bisa dimak-
Untuk itu, kami memilih empat karya utama nai lentur, tergantung pada kondisi dan
yang menjadi titik tolak pameran ini. Yaitu, penggunanya. Hal ini dapat dilihat pada
Gedung Pusat Penelitian Semen (PPS) bangunan kantor PT. Mentras yang terletak
Semen Indonesia (1965), Kantor Direksi di Sukorejo, Pasuruan. Bangunan yang lama
Perhutani Divisi Regional Jawa Timur (1972), mangkrak ini sekarang dimanfaatkan warga
Kantor PT Mentras (1973), dan Pasar Atum sebagai bengkel mebel. Padahal dulunya
Surabaya (1977). adalah pusat administrasi pabrik penggilin-
gan padi. Bangunan ini perlahan kehilangan
Keempat karya tersebut dipilih untuk konteks seiring alih fungsi lahan pertanian
mewakili empat tipologi perubahan yang di sekelilingnya sebagai hunian dan ruang
produksi.

PAMERAN HARJONO
02
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
Penyalahgunaan (dan pemaknaan) yang
serampangan seperti ini memang banyak
terjadi di sekitar, dan kita mengenalnya
sebagai praktik berarsitektur yang lain. Yang
bonek dan banal. Yang barangkali tidak
penting untuk dicatat atau juga didokumen-
tasikan. Tapi justru sangat asyik untuk
dinikmati sebagai sebuah bagian yang
menyatu dalam laku arsitektur sehari-hari.[]

Pada Pasar Atum, dapat dilihat contoh lain


bagaimana pengguna memanfaatkan ruang
secara akrobatik sebagai komoditas bernilai
ekonomi. Ruang kosong di bawah tangga
berganti rupa menjadi kios atau markas
petugas kebersihan. Sedangkan sudut-sudut
bangunan pun disikat sebagai lapak kecil.
Nyaris tidak ada ruang kosong yang tersisa.
Dan kita akan mengira bahwa prinsip-prinsip
ergonomi yang disusun Neufert sebagai
omong kosong belaka.

PA ME R A N HARJONO
03
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
1939. Mula-mula ia hanya memiliki nama
satu kata, Harjono saja. Setelah lulus kuliah,
ia menambahkan nama ayahnya “Sigit
Harjono Sigit: Bachroen Salam” sebagai nama belakang.
Sebuah Biografi
Singkat Harjono menghabiskan masa kecil hingga
tamat SMA di kota kelahirannya. Sesekali
waktu, ia mengunjungi rumah saudara di
Surabaya. Sebuah kota besar yang banyak
memiliki gedung-gedung bertingkat tiga
atau empat yang megah dan indah. Harjono
mengingat, pada masa itu ada beberapa biro
perancangan yang sudah membuka praktik
di Surabaya, seperti NV. Tiekind dan
Dalam narasi besar sejarah perkembangan Architecten Ingenieur Aannemer (AIA).
arsitektur modern di Indonesia, tidak banyak Kekaguman terhadap rupa bangunan, ditam-
teks yang menyebut tentang cabang bah kegemarannya menggambar sejak kecil,
perkembangannya yang terjadi di Surabaya. menuntun Harjono Sigit untuk mengambil
Padahal, pada tahun 1960-an, banyak kuliah di bidang arsitektur selepas SMA.
arsitek muda lulusan perguruan tinggi yang Satu-satunya pilihan untuk bersekolah
pindah dan bekerja di Surabaya. Mereka arsitektur saat itu hanyalah Technische
adalah generasi baru sarjana arsitektur yang Hoogeschool te Bandoeng atau yang
mendapat pengaruh pendidikan dari Ameri- sekarang berubah nama menjadi Institut
ka dan Jerman serta mengedepankan Teknologi Bandung.
rasionalisme ketimbang romantisme dalam
berarsitektur. Selama berkuliah, Harjono Sigit mendapat
pendidikan tentang arsitektur modern,
Salah satu tokoh penting di balik perkem- sebuah gaya yang saat itu memang sedang
bangan arsitektur modern di Surabaya mengemuka. Namun, di sisi lain, beberapa
adalah Ir. Harjono Sigit Bachroen Salam. dosen juga mengajarkan tentang
Lahir di Madiun pada tanggal 21 September prinsip-prinsip arsitektur tropis karena

PAMERAN HARJONO
04
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
Selepas lulus sarjana pada bulan Maret
tahun 1964, Harjono lekas kembali ke Jawa
Timur. Pertimbangan utamanya saat itu
adalah kebutuhan akan profesi arsitek di
Surabaya sangat tinggi. Maka, berkongsi
dengan kakaknya, ia mendirikan sebuah biro
konsultan perancangan dengan nama CV.
Bina Wisma yang saat itu berkantor di Jl.
Pucang Anom Timur no. 11.

Pada saat yang sama, tawaran lain datang


dari rekan sejawat lulusan ITB, Ir. Djelantik,
yang saat itu mengemban tugas dari Rektor
ITS sebagai ketua Panitia Pendirian Fakultas
cocok dengan konteks Indonesia sebagai Teknik Arsitektur ITS. Harjono menerima
negara beriklim tropis. tawaran untuk masuk sebagai tim formatur
yang bertugas untuk menjajaki kemungk-
Harjono Sigit ingat betul, salah satu penga- inan diselenggarakannya pendidikan
jar yang menekankan pentingnya arsitektur arsitektur pertama di Surabaya. Mereka pun
tropis yang mengindonesia adalah Prof V.R. bergerak gesit, menghimbau para arsitek
Van Romondt, seorang dosen berkebang- muda yang bekerja di berbagai jawatan
saan Belanda yang juga pengarsip arsitektur pemerintah seperti PU Bina Marga, PU Cipta
Nusantara. Ia berambisi untuk menciptakan Karya, Pelabuhan Tanjung Perak, kepolisian,
“Arsitektur Indonesia”, yaitu sebuah gaya dan kantor pendaftaran tanah, untuk ikut
yang berakar pada prinsip tradisional mengajar.
dengan sentuhan modern untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat kontemporer. Setelah mendapat kesanggupan dari para
calon pengajar, maka usulan pendirian
Kelak pada penyatuan kedua pemikiran Fakultas Teknik Arsitektur ITS pun segera
tersebut, modern-tropis, menjadi akar dalam disampaikan pada Departemen Perguruan
gagasan berarsitektur Harjono Sigit. Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP).

PA ME R A N HARJONO
05
1
A R S IIP
P S I GI T
A R S IITT E K T U
URR
Sembari menunggu turunnya surat keputu- oleh arsitek Amerika Latin. Hal tersebut
san, Harjono Sigit dan kawan-kawan sudah nampak dari dominasi penggunaan
memulai menjalankan aktifitas pendidikan brise-soleil (sunscreen), geometri yang
arsitektur pada tanggal 1 September 1965. tegas, dan repetisi pada fasad bangunan.
Harjono Sigit sendiri mengaku bahwa ia
Saat itu, mereka menempati Gudang PT. banyak terinspirasi oleh karya-karya patron
IMACO di Jalan Undaan Kulon yang sangat arsitek modern seperti Le Corbusier, Oscar
sederhana sebagai lokasi mengajar. Harjono Niemeyer, Marcel Breuer, atau Mies Van der
Sigit ingat betul bagaimana kondisi kelas Rohe. Pengaruh tersebut menjadi lebih kaya
perkuliahan pada saat itu. Pada siang hari, setelah Harjono Sigit mengikuti kursus
udara di dalam kelas bisa menjadi sangat singkat STAGE di Perancis pada tahun 1970.
gerah karena atap gudang yang terbuat dari
seng mudah menyalurkan panas matahari. Preseden tersebut masih dapat dilihat pada
Dinding kelas pun terbuat dari anyaman beberapa karya awal yang dirancang oleh
bambu dengan alas lantai berupa plesteran Harjono Sigit, seperti Gedung Pusat Peneli-
semen. tian Semen dan Auditorium milik Semen
Gresik (1965) dan Kantor Penggilingan Padi
Belakangan, turut bergabung pula Ir. Johan PT Mentras di Sukorejo, Pasuruan (1973).
Silas, Ir. Setiadi, Ir. Sunjoyo dan Ir. Harry
Winarno Kwari masuk sebagai tenaga Harjono mengerjakan desain Gedung Pusat
pengajar dan diangkat menjadi pegawai Penelitian Semen dan Auditorium Semen
negeri sipil. Namun, belum sampai sebulan Gresik tepat setelah ia lulus sarjana dan
mengajar, pecah lah peristiwa G30S/PKI selesai dibangun pada tahun 1965. Bentukn-
(Gestok). Kegiatan perkuliahan angkatan ya sangat menarik; berupa dua buah balok
pertama pun terganggu dan harus massa yang digantung pada sebuah struktur
dilaksanakan selama satu setengah tahun. busur bentang lebar. Sebuah pertaruhan
yang berani dari seorang arsitek muda yang
Selain mengajar, Harjono Sigit juga berprak- baru kelar kuliah.
tik sebagai seorang arsitek. Karya-karyanya
mewakili arus besar gaya arsitektur paruh Secara umum, gedung ini terbagi dalam dua
pertama 1970an dan banyak dipengaruhi pukal bangunan dengan fungsi yang berbe-

PAMERAN HARJONO
06
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
mobil. Keunikan struktur ini belum pernah
ditemui di Jawa Timur pada saat itu.

Gagasan untuk membuat bangunan yang


‘melayang’ juga nampak pada rancangan
Harjono Sigit berupa kantor penggilingan
padi yang terletak di tepi jalan raya Suraba-
ya - Malang. Kliennya, PT. Mentras atau Man
Trust, adalah sebuah perusahaan yang
mensuplai ransum bagi tentara di medan
perang. Pemilihan lokasi pabrik memiliki
konteks yang kuat karena pada masa
tersebut Sukorejo merupakan salah satu
daerah utama penghasil padi.
da. Bangunan laboratorium berbentuk kotak
persegi panjang menghadap utara. Sedang- Tapi, saat ini areal persawahan di Sukorejo
kan bangunan kedua, sebuah auditorium banyak yang berganti fungsi menjadi ruang
berbentuk kotak yang menghadap ke barat. konsumsi atau pemukiman penduduk.
Di antara dua massa bangunan tersebut, Akibatnya, bangunan kantor penggilingan
terdapat sebuah lempeng beton pelat lipat padi ini seakan tidak memiliki konteks apa
yang mempertautkan keduanya. pun terkait lingkungan di sekelilingnya.
Sejak lama, kondisinya mangkrak tak
Gedung auditorium sendiri merupakan terurus. Dan saat ini beberapa warga lokal
sebuah blok massa yang terkesan menggan- memanfaatkannya sebagai sebuah bengkel
tung pada sebuah busur beton bentang meubel.
lebar. Kegunaan utama dari busur ini adalah
struktur untuk menggantung atap ruang Harjono Sigit merancang kantor PT. Mentras
auditorium. Sedang bagian bawahnya setinggi dua lantai. Lantai dasar berfungsi
ditopang oleh beberapa kolom berbentuk V sebagai teras sekaligus pintu keluar masuk
ala Interbau Apartment House-nya Niemeyer truk. Lantai dua digunakan sebagai kantor
yang juga berfungsi sebagai area parkir administrasi dan dan kegiatan pengelolaan.

PA ME R A N HARJONO
07
1
A R S IIP
P S I GI T
A R S IITT E K T U
URR
Kesan melayang timbul akibat massa bangu- pertama yang membawa gagasan mengenai
nan lantai dua ditopang oleh sederetan eksperimentasi struktur di Surabaya. Pada
kolom ramping setinggi enam meter sehing- tahun 1971, ia mencoba mengaplikasikan
ga memperkuat kesan ringan dan dinamis. struktur payung hypar (hyperbolic parabo-
loid) selebar 6x6 meter pada pintu masuk
Meski banyak mengambil inspirasi dari luar, Gedung Kampus ITS Baliwerti. Tidak hanya
namun Harjono Sigit mengupayakan pener- pada atap, payung hypar juga ia aplikasikan
jemahan dari gaya internasional kepada sebagai pondasi atap.
tampilan yang lebih cocok dengan konteks
Indonesia yang beriklim tropis. Penerjemah- Setelah percobaan pertamanya berhasil,
an itu nampak salah satunya pada fasad enam tahun berikutnya Harjono Sigit
gedung PT. Mentras. Bangunan ini mengha- kembali mengaplikasikan bentuk payung
dap barat laut, sehingga mendapat curahan hypar pada atap pintu masuk Pasar Atum
sinar matahari sore yang bisa memanasi (1977). Kali ini ukurannya jauh lebih besar
interior. Untuk itu, Harjono Sigit menambah- dan masih berdiri kokoh hingga hari ini.
kan sirip penahan sinar matahari yang Dengan luas atap 16x8 meter persegi, hanya
memiliki kemiringan dengan sudut yang ditopang oleh dua kolom ramping setinggi
sesuai dengan perhitungan arah paparan enam meter berukuran 60x60 sentimeter.
sinar matahari. Fitur pembayangan ini selain Pada karyanya ini, dapat dilihat bagaimana
menjadi jalan keluar dari masalah iklim, Harjono Sigit memanfaatkan struktur
sekaligus juga menjadi elemen estetik yang payung hypar untuk membuat atap yang
cukup menonjol dari bangunan tersebut. lebar namun terasa ringan dan mampu
menghemat penggunaan bahan bangunan.
Selain pandai mengolah bentuk, Harjono
Sigit juga dikenal akan kepiawaiannya Selain atap hypar, sebetulnya ada beberapa
dalam merekayasa struktur bangunan. hal menarik yang dapat kita temukan pada
Dalam hal ini, ia banyak dipengaruhi oleh rancangan Harjono Sigit di Pasar Atum. Di
Felix Candela, seorang arsitek Mexico yang sisi sebelah utara, Harjono Sigit merancang
mengembangkan berbagai rekayasa struktur sebuah tangga menggantung berbentuk
dengan memanfaatkan material beton tipis petir. Tangga ini sangat menarik karena
bertulang. Harjono Sigit adalah orang Harjono melakukan permainan struktur

PAMERAN HARJONO
08
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
Selain itu, ia pun merancang sebuah kolam
renang di atas Pasar Atum, dengan alasan
sebagai cadangan air jika sewaktu-waktu
terjadi kebakaran. Pertimbangan seperti itu
menguatkan bukti bahwa Harjono Sigit
menekankan logika dalam berarsitektur.
Pada masa tersebut, beberapa bangunan
pasar modern seperti Pasar Turi sudah
beberapa kali mengalami kebakaran hebat.
Padahal lokasinya tak jauh dari markas
pasukan pemadam kebakaran (PMK). Hal
tersebut mengilhami Harjono Sigit untuk
merancang kolam renang yang sekaligus
berfungsi sebagai simpanan cadangan air
yang bisa membuat tangga ini terlihat untuk mengantisipasi kebakaran.
menggantung. Seakan melayang tanpa
perlu disangga. Kita bisa saja menduga Jenis struktur lain yang pernah dibuat oleh
bentuk tangga petir ini sebagai versi nyata Harjono Sigit adalah cangkang konoida
dari tangga Maison Dom-Ino karya Le (conoidal shell), yang pernah digunakan
Corbusier. Namun, Harjono Sigit memodifi- sebagai pintu masuk (entrance gate) pada
kasi desain dan strukturnya sehingga terasa Gedung Kantor Direksi Perhutani Divisi
lebih canggih. Pada rancangan Maison Regional Jawa Timur (1972). Saat itu, belum
Dom-Ino, anak tangga masih ditopang oleh ada arsitek di Surabaya yang menggunakan
tiang yang menyatu dengan struktur bangu- struktur ini sebagai elemen dalam rancan-
nan. Sebaliknya, pada tangga Pasar Turi gannya. Harjono Sigit pun mengaku sulit
Harjono benar-benar membuatnya menerjemahkan idenya kepada kontraktor
melayang, berhadapan dengan struktur yang menangani pembangunan. Maka tak
gedung. Kemiringan tangga Pasar Atum pun ada jalan lain bagi Harjono Sigit kecuali
memiliki sudut lebih tajam, sehingga mengawasi sendiri proses pembuatan
kemungkinan terjadinya robek struktur jauh strukturnya secara ketat, mulai dari
lebih tinggi. membuat cetakan hingga hasil jadi.

PA ME R A N HARJONO
09
1
A R S IIP
P S I GI T
A R S IITT E K T U
URR
Sayangnya, eksperimentasi struktur yang
biasanya melekat pada rancangan Harjono
Sigit tidak nampak pada beberapa karya
terakhirnya seperti gedung UNIPA di Waru,
Sidoarjo (1990) dan gedung operasi mata
Rumah Sakit Undaan, Surabaya (2001).
Perubahan seperti ini biasa terjadi seiring
dengan kematangan pemahaman seorang
perancang atau mungkin juga karena
pengaruh zaman dan kebutuhan-kebutuhan
yang senantiasa berubah.[]

PAMERAN HARJONO
10
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
Riwayat Hidup
Harjono Sigit

N ama Ir. H. Harjono bin Sigit Bachroen Salam (setelah lulus ITB)
Lahir Madiun, 21 September 1939
Pe n didik an Sekolah Rakyat, Madiun, lulus 1952
SMP 2, Madiun, lulus 1955
SMA B, Madiun, lulus 1958
Arsitektur ITB, Bandung, lulus 1964
Kursus singkat STAGE, Perancis, 1970

Keluarga

Is tr i Kusthini
An ak 1. Hendy Sutanto
2. Winny Sulistianti
3. Pinky Evianti
4. Astri Meriyanti
5. Maya Estianti
6. Syntia Livianti

PA ME R A N HARJONO
1
01
A R S IIP
P S I GI T
A R S IITT E K T U
URR
Pengalaman

1. Dosen tetap Jurusan Arsitektur FTSP-ITS, Surabaya, 1964-2005


Purna tugas pada 21 September 2005
2. Dekan Fakultas Teknik Arsitektur, ITS, Surabaya (1970-1974)
3. Pembantu Rektor II, ITS, Surabaya (1974-1976)
4. Dekan Fakultas Teknik Arsitektur, ITS, Surabaya (1978-1982)
5. Rektor ITS Surabaya (1982-1986)
6. Mengajar di Pendidikan Profesi Arsitektur ITS sejak tahun 2007

BIRO / KONSULTAN ARSITEKTUR


YANG PERNAH DIDIRIKAN

CV Bina Wisma (1964 sama kakak) Jl. Pucang Anom Timur no. 11
FGH (Fachroeddin Goenadi Harjono) (1971)

BIRO / KONSULTAN ARSITEKTUR YANG PERNAH DIIKUTI


Biro Teknik Ir Soendjasmono (1965-1969)
CV Aji Jaya (1972 balai kota samarinda)

KARYA BUKU
Struktur dan Utilitas (1974, Fakultas Teknik Arsitektur ITS)
Ekonomi Teknik (terjemahan) (1975, Fakultas Teknik Arsitektur ITS)

PAMERAN HARJONO
12
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
1939 Lahir di Madiun dengan nama lengkap Harjono 1973 Merancang Balai Kota Samarinda, Kalimantan Timur
Sigit Bachroen Salam dan Kantor Penggilingan Padi PT Mentras, Sukorejo,
Pasuruan
1958 Lulus dari SMA dan memasuki Jurusan Arsitektur ITB
1973 Menulis buku “Struktur dan Utilitas” yang diterbitkan
1964 Lulus dari Jurusan Arsitektur ITB dan hijrah ke
oleh Fakultas Teknik Arsitektur ITS
Surabaya, mendirikan biro arsitek CV. Bina
Wisma bersama kakak 1974 Menjabat sebagai Pembantu Rektor II ITS selama dua
tahun
Menjadi anggota badan persiapan pendirian Fakultas
Teknik Arsitektur ITS yang diketuai oleh Ir. Djelantik 1974 Menerjemahkan buku “Ekonomi Teknik” dan diterbitkan
oleh Fakultas Teknik Arsitektur ITS
1965 Merancang Gedung PPS Semen Gresik dengan
ekperimentasi struktur busur dan beton pre-stress 1977 Merancang Pasar Atum Tahap I Surabaya, menerapkan
struktur atap payung hypar berukuran besar
1967 Merancang Laboratorium Penelitian Kimia, Jagir,
Surabaya 1978 Menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik Arsitektur ITS
selama empat tahun
1970 Menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik Arsitektur
ITS selama empat tahun 1982 Menjabat sebagai Rektor ITS Surabaya selama empat
tahun
Mengikuti kursus singkat STAGE di Perancis
1990 Merancang Gedung UNIPA, Waru, Sidoarjo
1971 Mencoba menerapkan rancangan struktur payung hypar
(hyperbolic paraboloid) selebar 6 x 6 meter pada pintu 2001 Merancang Gedung Operasi Mata Rumah Sakit Mata
Undaan, Surabaya
masuk Kampus ITS Baliwerti, Surabaya
2005 Purna tugas sebagai pengajar di ITS
Mendirikan biro arsitek FGH (Fachruddin Gunadi Harjono)
bersama dua sahabatnya 2007 Mengajar pada Pendidikan Profesi Arsitektur ITS

1972 Merancang Kantor Direksi Perhutani Divisi Regional Jawa


Timur dengan eksperimentasi entrance gate berupa
struktur conoidal shell
Pasar Atum
Surabaya

Barangkali inilah karya Ir. Harjono Sigit yang


paling familiar bagi warga Surabaya. Hingga
saat ini, Pasar Atum masih menjadi sentra
perdangangan konveksi yang cukup penting
di Indonesia bagian timur. Pada bangunan
ini, Ir. Harjono Sigit memunculkan berbagai
rekayasa struktur dengan memanfaatkan
material beton tipis bertulang. Salah
satunya adalah atap payung hypar (hyper-
bolic paraboloid) selebar 8x16 meter pada
pintu masuk Pasar Atum. Struktur ini diman-
faatkan untuk membuat atap yang lebar
namun terasa ringan dan mampu menghe-
mat penggunaan bahan bangunan.

Selain dikenal atas eksperimentasinya, Ir.


Harjono Sigit juga merupakan sosok arsitek
yang sangat rasional dalam berkarya. Untuk
itu, ia membangun sebuah kolam renang di
puncak Pasar Atum. Tujuan utamanya, justru
bukan sebagai elemen hiburan, melainkan
cadangan air yang dapat digunakan bila
sewaktu-waktu terjadi kebakaran.

PA ME R A N HARJONO
13
ARSIP S I GI T
ARSITEKTUR
PAMERAN HARJONO
14
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
PA ME R A N HARJONO
15
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
PAMERAN HARJONO
16
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
Gedung PPS
PT. Semen Indonesia

Bangunan ini menjadi salah satu karya awal


yang dirancang oleh Ir. Harjono Sigit setelah
lulus kuliah. Hingga saat ini, bangunan ini
masih dimanfaatkan sesuai dengan fungsi
rancangan awalnya, yaitu sebagai pusat
penelitian dan auditorium.

Gedung auditorium sendiri merupakan


sebuah balok massa yang terkesan
menggantung pada sebuah busur beton
bentang lebar. Elemen busur adalah struktur
yang dipilih untuk mengait atap ruang
auditorium. Keunikan tersebut belum
pernah ditemui di Jawa Timur pada saat itu.
Sedang bagian bawahnya ditopang oleh
beberapa kolom berbentuk “V” yang juga
berfungsi sebagai area parkir mobil. Saat ini,
areal parkir tersebut berubah fungsi menjadi
ruang arsip PT. Semen Indonesia.

PA ME R A N HARJONO
17
ARSIP S I GI T
ARSITEKTUR
PAMERAN HARJONO
18
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
PA ME R A N HARJONO
19
AR S I P SIGIT
AR S I T E K T U R
PAMERAN HARJONO
20
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
PT. Mentras - Sukorejo

Gagasan untuk membuat bangunan yang


‘melayang’ nampak pada rancangan Ir.
Harjono Sigit berupa kantor penggilingan
padi yang terletak di tepi jalan raya Suraba-
ya - Malang. Kliennya, PT. Mentras atau Man
Trust, adalah sebuah perusahaan yang
mensuplai ransum bagi tentara di medan
perang. Pemilihan lokasi pabrik penggilin-
gan padi memiliki konteks yang kuat karena
pada masa tersebut Sukorejo merupakan
salah satu daerah utama penghasil padi.

Tapi, saat ini areal persawahan di Sukorejo


banyak yang berganti fungsi menjadi hunian
dan ruang produksi. Akibatnya, bangunan
kantor penggilingan padi ini seakan kehilan-
gan konteks terkait lingkungan di sekeliling-
nya. Sejak lama kondisinya mangkrak tak
terurus, dan saat ini beberapa warga lokal
memanfaatkannya sebagai sebuah bengkel
mebel.

PA ME R A N HARJONO
21
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
PAMERAN HARJONO
22
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
Koleks i Josef Pr ijotomo

Ars ip 2006 (Koleks i Mur t ijas Sulist yowat i)

Ars ip 2015 (Koleks i Wahyu Gunawan)


PA ME R A N HARJONO
23
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
Ars ip 2006 (Koleks i Mur t ijas Sulist yowat i)

Ars ip 2015 (Koleks i Wahyu Gunawan)


PAMERAN HARJONO
24
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
Gedung Direksi Perhutani
Divisi Regional Jawa Timur

Pada bangunan ini, Ir. Harjono Sigit sempat


mengaplikasikan eksperimentasi pembua-
tan sebuah entrance gate dari struktur
cangkang conoida (conoidal shell).
Bentuknya sangat menarik karena melibat-
kan distorsi dari sebuah lempeng beton
bertulang yang hingga hari sulit ditemui
padanannya di Indonesia. Ir. Harjono Sigit
juga menggunakan permainan dimensi
dinding sebagai elemen estetis.

Sayangnya, bangunan ini sudah tidak dapat


dinikmati secara fisik karena sudah diroboh-
kan pada awal 2000an. Diganti dengan
gedung baru yang terbuat dari kaca.
Sekarang, kita hanya bisa menikmatinya
melalui arsip dan sebuah rekonstruksi citra
trimatra yang diusahakan mendekati
aslinya.

PA ME R A N HARJONO
25
ARSIP S I GI T
ARSITEKTUR
PAMERAN HARJONO
26
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
PA ME R A N HARJONO
27
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
Rekonstruks i ulang Gedung Direks i Perhutani dalam c itra digital yang dibuat oleh Endy Yudho Praset yo

Sketsa asli Gedung Direks i Perhutani yang dibuat oleh IR. Har jono Sigit

PAMERAN HARJONO
28
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
Karya-
Karya
Lain

Selain keempat bangunan di atas, Ir.


Harjono Sigit juga merancang bangunan lain
yang bervariasi. Mulai dari hunian pribadi,
kantor pemerintahan, pesanggrahan, rumah
sakit, hingga bengkel PU. Ia juga pernah
terlibat beberapa proyek perancangan yang
pada akhirnya tidak pernah terwujud.
Karya-karya tersebut sebagian besar berada
di kota-kota di Jawa Timur, sisanya adalah
Gedung Balai Kota Samarinda, Kalimantan
Timur, yang dibangun pada tahun 1973.

Hingga saat ini, total ada sekitar 30 daftar


proyek perancangan Ir. Harjono Sigit yang
bisa didata. Masih ada sekitar 10 karya lagi
yang belum diarsipkan dan hilang di
celah-celah ingatan pembuatnya. Berikut ini
adalah beberapa karya yang memperlihat-
kan corak lain dari karya-karya Ir. Harjono
Sigit yang sudah ditampilkan sebelumnya.

PA ME R A N HARJONO
29
ARSIP S I GI T
ARSITEKTUR
Proyek Kantor Pusat IKIP Surabaya (1965: t idak terbangun)

PAMERAN HARJONO
30
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
Gedung Laborator ium Penelit ian Kimia, Jagir. Surabaya (1967)

Guest House Perhutani, Cepu, Jawa Tengah (1968)

PA ME R A N HARJONO
31
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
Balai Kota Samar inda, Kalimantan Timur (197 3)

Fondas i Hypar Mas jid Petrokimia, Gres ik (1 981)

Gedung Pemangku Kehutanan, Randublatung, Jawa Tengah (1968)


PAMERAN HARJONO
32
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
SK ET S A - S K ET S A
IR. H A R J O N O S I G I T
pada pembayangan, penghawaan alami,
Harjono Sigit: Guru,
orientasi bangunan, tali air adalah sebagian
Inspirasi, dan Sejawat. pengetahuan yang selalu disarankan dalam
menghadapi iklim tropis dan panas mataha-
ri.
Ir. Murtijas Sulistijowati, MT.*
DUA. Ide-ide desainnya sangat dipengaruhi
oleh pengetahuan praktis dari salah satu
dosen beliau di Technische Hoogeschool te
Bandoeng yang bernama Prof V.R. Van
Romondt. Perancangan di Indonesia yang
mempertimbangkan dan memanfaat kan
SATU. Bapak Ir. H. Harjono Sigit Bachroen kondisi iklim di Indonesia akan membuat
Salam salah seorang dosen saya di Fakultas bangunan menjadi lebih efisien, nyaman dan
Teknik Arsitektur di Institut Teknologi berbudaya. Kekaguman beliau terhadap
Sepuluh Nopember, Surabaya. Ketika saya karya karya arsitek Le Corbusier, Oscar
mahasiswa, beliau mengajar mata kuliah Niemeyer dan Marcel Breuer yang meng-
Konstruksi Bangunan Lanjutan. Mata kuliah eksplorasi sistem struktur beton bertulang
yang mengajarkan bagimana struktur dan dalam menghadirkan bentuk yang ekspresif
konstruksi berperan dalam menghadirkan meningkatkan imajinasi dalam setiap
bentuk yang dikehendaki dan bagaimana bangunan karyanya. Perbendaharaan
merekayasa bangunan dalam mewadahi bentuk-bentuk karyanya ditandai dengan
fungsinya dan menghadapi iklim tropis dan besarnya perhatian beliau akan penyelesa-
sinar matahari yang berlimpah di Indonesia ian arsitektural terhadap masalah iklim
dengan effisien dan sebaik baiknya. Dalam tropik dan rasa kagum akan kemampuan
setiap kuliah selalu berbicara praktis tetapi sistem konstruksi beton bertulang dalam
sangat detail dengan gambar ketika mendukung beban struktur yang sekaligus
memberikan contoh contoh penyelesaian penghadir nilai estetika bangunan.
konstruksi bangunan. Penyelesaian detai

PA ME R A N HARJONO
33
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
TIGA. Menjadi dekan Fakultas Teknik Arsitektur ITS pada awal tahun 1970.
Arsitektur (1970-1974 dan 1978-1982) Sumber pengetahuan yang diberikan lebih
kemudian diangkat menjadi rektor Institut banyak berdasarkan apa yang telah dikerja-
Teknologi Sepuluh Nopember (1982-1986) kan beliau sebagai arsitek, sehingga
bukanlah hal yang sebenarnya di cita- kebenaran dan keakuratan pengetahuan
citakan beliau. Pak Harjono Sigit menerima tersebut dapat dilihat dan dipahami secara
tugas-tugas jabatan tersebut karena nyata. Ketika berkesempatan menyaksikan
amanah. Menurut saya, beliau hanya bangunan Gedung Direksi Perhutani Divisi
seseorang yang ingin bekerja dengan Regional Jawa Timur (sekarang sudah
sebaik-baiknya; seseorang yang berkarya dirobohkan) dan karya-karya lainnya, saya
dengan sungguh-sungguh dan mengajar menyaksikan jejak-jejak pengetahuan yang
tanpa pamrih semua pengetahuannya pernah diberikan dan diajarkan kepada
kepada mahasiswa. Karenanya beliau juga semua mahasiswanya. Saya menemukan
tidak memikirkan untuk menyimpan dan konsistensi pengetrapan konsep dan ide
mendata semua pengetahuan dan desain beliau pada semua bangunan yang
karya-karyanya dalam dokumen tertulis dirancangnya. Itulah yang membuat saya
dengan baik. ingin mengabadikan karya-karya beliau
melalui tugas tesis saya (2006). Konsep dan
EMPAT. Beliau lahir pada tanggal 21 ide desain dan karya-karya seorang arsitek
September 1939 di Madiun. Lulus dari pribumi generasi pertama yang mendapat-
Fakultas Teknik Arsitektur ITB pada tahun kan pendidikan arsitektur secara formal,
1964. Mulai menjadi dosen di ITS pada tahun berkerja dan berkarya di Surabaya. Beliau
1964 dan purna tugas pada tahun 2005, kemudian menjadi teman sejawat dan saya
setelah mengabdi sebagai dosen selama 41 memilih untuk turut menularkan pengeta-
tahun. Wajah yang selalu tampak muda huan yang saya peroleh dari beliau ketika
(baby face), bersih dan mahal senyum, itulah kuliah, kepada mahasiswa jurusan arsitektur
yang pertama saya tangkap tentang sosok FTSP – ITS sampai sekarang.
bapak Ir. H. Harjono Sigit Bachroen Salam
diawal saya kuliah di Fakultas Teknik *pengajar di Jurusan Arsitektur ITS Surabaya

PAMERAN HARJONO
34
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
tampilan keseluruhan yang lebih ringan
Harjono Sigit dan
daripada tampilan dalam pengaruh Belanda.
Eksperimen Arsitektur Romantisme arsitektur telah terpinggirkan,
Modern di Surabaya dan sebagai gantinya melajulah rational-
isme arsitektur. Kini, bukan lagi wujud (atau:
Prof. Dr. Ir. Josef Prijotomo, M. Arch* bentuk) yang mengambil kendali kehadiran
arsitektur melainkan space, yang diindone-
siakan menjadi ruang (padahal dalam
bahasa Indonesia bisa pula diartikan sebagai
ruangan). Kehadiran arsitektur menjadi hasil
dari perhitungan yang bertumpu pada
kegiatan atau aktifitas beserta kenyamanan
Sadar atau tidak, di akhir tahun 1950-an beraktifitas; yang di dalam –yang diwada-
pendidikan arsitektur di Indonesia mengala- hi—menjadi pemegang komando.
mi pergeseran yang sangat berarti bagi
perkembangan arsitektur. Konfrontasi Kemampuan menulis dengan tangan dari
dengan Belanda di pertengahan 1950-an Harjono Sigit tak kalah dari kemampuan
mengakibatkan para pengajar berkebang- menulis halus, menulis indah; namun itu
saan Belanda harus balik ke negeri asalnya. tidak lalu membuat Harjono Sigit mengede-
Ini berarti bahwa pendidikan arsitektur yang pankan ke-seniman-annya. Kepiawaiannya
berkiblat pada sistem pendidikan arsitektur dalam menggarap hitungan telah membuat
Belanda juga harus berakhir. Berlakulah Harjono Sigit memiliki kehandalan sebagai
pendidikan arsitektur yang berkiblat ke seorang insinyur sipil dalam membuat
Amerika dan Jerman. Di arsitektur, muncul perhitungan konstruksi; tetapi itu tidak
pula perubahan tampilan yang cukup bena membuat dia menekuni dunia teknik sipil.
(signifikan). Kini tampilan bangunan ditand- Lalu, kepribadian yang teguh pada prinsip
ai oleh lisplank lebar, lereng atap yang lebih tidak hanya membuat Harjono Sigit menjadi
landai, munculnya teras sebagai peralihan sosok yang ‘kaku’ tetapi juga sangat konsis-
dari ruang luar ke ruang dalam, serta kesan ten dengan arsitektur yang ditanganinya.

PA ME R A N HARJONO
35
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
Diperkaya dengan kesempatan untuk berada menjadi unsur dominan dari tampang
di Perancis dalam waktu yang singkat telah bangunan kantor pabrik beras ini. Terbuat
membuat Harjono Sigit menjadi arsitek yang dari beton bertulang yang tipis (dan dapat
setia dengan prinsip-prinsip kemodernan dipastikan merupakan hasil penghitungan
arsitektur. konstruksi beton yang dibuatnya sendiri)
penahan sinar (brise soleil) ini hadir sebagai
Bangunan kantor penggilingan beras di dinding cladding yang sepenuhnya memper-
Sukorejo tidak tampil dengan wajah yang hitungkan sudut jatuh matahari dan luasan
spektakular; mampu menyatu dengan laras pembayangan di satu sisi, dan memperhati-
di dalam lingkungan kota kecil yang terletak kan pula curah air hujan yang menerpa
antara Surabaya dan Malang. Seperti bangunan. Jadilah penahan sinar ini sebagai
keindahan tulisan tangannya yang sekelas tampang bangunan yang cantik, yang estetik
dengan generasi pendahulu yang menguta- karena sangat fungsional.
makan tulisan yang indah, yang artistik,
demikian pula dengan kantor pabrik beras Kecakapan dalam melakukan perhitungan
ini. Bangunan setinggi dua lantai dihadirkan teknik sipil di arsitektur telah membawa
dengan membiarkan separuh bagian dari Harjono Sigit untuk melakukan eksperimen
lantai satu tidak diisi oleh ruangan kantor. atas tampilan konstruksi dari beton. Wajah
Bangunan ini lalu seakan menjadi bangunan dari bangunan dengan geometrika yang
satu lantai yang berdiri pada pondasi yang dikenal dengan sebutan hyperbolic parabo-
tingginya satu ruangan sendiri. Memang loid diwujudkan pada bangunan eksperimen-
jauh dari setara bila disandingkan dengan tal di jalan Baliwerti berupa bangunan
Villa Savoye, tetapi pemikiran membuat payung hypar (sebutan akrab bagi hyperbolic
bangunan yang ’melayang’ bisa membawa paraboloid) yang sayangnya sudah dihancur-
kita pada hasil karya Le Corbusier itu kan. Ia juga membuat entrance gate berupa
sebagai presedennya. kanopi berstruktur conoida pada Gedung
Direksi Perhutani Divisi Regional Jawa Timur
Perujukan pada Le Corbusier berlanjut ( yang sayangnya sudah dihancurkan juga).
dengan mencermati penahan sinar yang Penghitungan kosntruksi untuk bangun

PAMERAN HARJONO
36
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
Bersama sejawat arsitek seangkatan
dengannya, Harjono Sigit telah menempat-
kan diri sebagai perintis arsitektur oleh
insinyur arsitektur yang adalah orang
Indonesia. Di sini pula keindonesiaan yang
ditandai oleh ketropisan menjadi ikon baru
bagi arsitektur yang berjatidiri Indonesia,
menggantikan arsitektur yang modern-Be-
landa/Eropa maupun arsitektur tradisional
yang sebelumnya telah menjadi ikon.[]

*pengajar di Jurusan Arsitektur ITS Surabaya


hypar ini hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan perhitungan tiga sumbu
koordinat x,y dan z. Harjono Sigit melakukan
perhitungan itu tanpa memakai kalkulator
(karena belum umum dipakai). Jikalau tidak
boleh dikatakan sebagai sebuah adikarya
(masterpiece), setidaknya payung hypar dan
kanopi hypar ini menjadi kebanggaan
Arsitektur ITS dalam kurun 1970-1980an.

Dengan rancangan bangunan Kantor


Penggilingan Beras PT. Mentras, Harjono
Sigit telah melakukan transformasi dari yang
arsitektur tradisional menjadi arsitektur
mengkini. Juga, dengan payung dan kanopi
hypar telah dilakukan pula transformasi dari
yang arsitektur modern-Belanda/Eropa
menjadi modern-universal.

PA ME R A N HARJONO
37
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
lawas dan anyar beberapa bangunan karya
Makna Baru Pada
Harjono Sigit, yang belum tersentuh proses
Ruang yang Kaku ‘penyelamatan’ arsitek mana pun. Foto-foto
lama kebanyakan menggambarkan mimpi
para perancang ketika bangunan-bangunan
Farid Rakun* ini baru rampung: tentang idealisme dan
harapan. Di sisi lain, foto-foto keadaan
sekarang memperlihatkan betapa jauh jarak
antara impian-impian tersebut dengan
kenyataan lapangan.

Lapangan di sini bukan merujuk pada


Ketika bicara dengan beberapa arsitek ahli (pekerjaan) lapangan—di mana, seperti
pemugaran bangunan tua, yang kebetulan pendapat Josef Prijotomo dalam tulisannya
semua berjenis kelamin pria, saya sering pada katalog ini, arsitek Harjono Sigit amat
dengar pengandaian mereka tentang piawai menguasainya—namun lebih pada
bagaimana usaha ‘menyelamatkan’ bangu- kenyataan. Lapangan berarti masyarakat,
nan itu layaknya seorang dokter yang guna, dan pastinya waktu.
mencoba mengembalikan nenek-nenek yang
(pernah) cantik di atas meja operasi. Sebuah Arsitektur berperan secara utuh dalam
proses restorasi kecantikan, menurut sebuah siklus bangunan—ketika ia
mereka, lalu akan dengan sendirinya dirancang, dibangun, ditinggali, lalu diting-
membawa jiwa yang kembali hidup penuh galkan. Sebagai profesional, arsitek keban-
gairah bagi sebuah bangunan. Mirip budaya yakan hanya berperan dalam dua fase
Hollywood yang menomorsatukan penampi- pertama: sebagai perancang dan
lan, hasrat adalah kunci praktik mereka. (terkadang) pembangun. Hanya dalam
kasus-kasus istimewa arsitek campur
Kesan yang sama sekali berbeda hadir ketika tangan lagi pada fase terakhir bangunan,
saya membandingkan foto-foto keadaan setelah ia ditinggalkan. Hanya mereka yang

PAMERAN HARJONO
38
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
tetap berwarna. Di tempat lain, terbatasnya
akses yang berujung pada ketidakhadiran
mereka membunuh Gedung Arsip Nasional
di tengah Jakarta secara perlahan.

Berbicara dengan kurator Pameran Arsip


Arsitektur Harjono Sigit ini, ada kesan untuk
tidak membuat pameran ini retrospektif dan
penuh nostalgia. Guna dan bentuk bangu-
nan berubah karena keadaan. Mungkin ujian
utama sebuah bangunan ada di ketahanann-
ya untuk tetap bangun diterjang waktu. Si
istimewa dalam kecantikannya pantas untuk kurator menyebut Bernard Tschumi, yang
dibangunkan kembali. berpendapat bahwa arsitektur adalah
sebuah tindakan kekerasan. Bangunan,
Setelah dibangun dan sebelum ditinggal- dengan dinding-pintu-jendelanya, adalah
kan, dalam proses ditinggali—sebuah fase sebuah pemaksaan. Lewat bangunan sebuah
yang merentang sebagian besar masa pendapat menjadi aturan. Masyarakat
keberadaan sebuah bangunan—aktor-aktor Indonesia yang pernah mengalami ‘siksaan’
lain berperan dalam membuat sebuah lewat pengalaman berada dalam kantor
bangunan menjadi arsitektur. Mereka resmi birokratik bertele-tele pemerintahan
berinteraksi dengan dan dalam bangunan negeri ini, atau terjepit di KRL Commuterline
tersebut. Mereka tinggal walau tak diam. pada jam-jam padat ibukota, dapat menjadi
Merekalah yang memberi makna sebuah saksi kebenaran pendapat tersebut. Arsitek-
bangunan lewat proses penggunaan yang tur memang menyesakkan, sampai kita
panjang. Boleh kita sebut mereka para dapat melupakannya.
pengguna.
Para penggunalah yang lewat kehadiran Kembali ke foto-foto yang saya sebut di awal
mereka membuat Pasar Johar di Semarang tulisan ini, saya melihat sebuah potret

PA ME R A N HARJONO
39
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
tentang arsitektur yang sudah (berhasil) dan mengonsumsi). Dalam potret demikian,
terlupakan. Ada kebebasan dan kejujuran di arsitek pun tak lagi menjadi seorang jenius,
sana. Suasana berubah dari formal menjadi namun seorang yang hebat karena kerenda-
informal. Beton pun mencair, tak selamanya han hati, sadar bahwa hidup ini tak bisa, dan
harus kaku. Yang bertele-tele menjadi lugas. sebaiknya memang tidak usah, dilalui
Guna menjadi jujur. Sebagai konsekuensi, sendiri.
yang ‘cantik’ memang menjadi ‘jelek’. Tapi
saya pribadi nyaman pada yang jelek dan tak *seniman, penulis, editor, pengajar Jurusan
melulu menggoda. Ketika hasrat bisa Teknik Arsitektur Universitas Indonesia
diredam, saya bisa lebih bercanda. Kenapa
kita semua harus ‘tampil’ layaknya mereka
yang melulu tersorot media?

Saya pikir adalah sebuah keputusan yang


tepat untuk membuat pameran ini sebagai
sebuah potret masa kini. Bila pameran ini
berhasil, potret tersebut bukan hanya
tentang kehebatan seorang arsitek. Potret
ini lebih merayakan kecerdikan mereka yang
bisa minteri pemaksaan aturan yang
tertuang dalam bentuk bangunan. Mereka
yang dengan leluasa memberi makna baru
pada ruang-ruang kaku lewat aksi aktif
mengubah elemen-elemen pembentuk
mereka. Mereka yang lewat kebandelannya
menunjukkan bahwa budaya dan hidup tak
pernah berhenti menjadi daya hidup. Mereka
yang dalam hidupnya terkadang bisa merde-
ka dari hasrat (untuk memiliki, menimbun,

PAMERAN HARJONO
40
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
remain. Terus terang awalnya kami meragu-
Belajar Arsitektur
kan seberapa penting dokumentasi-doku-
Tanpa Tulisan: mentasi yang kami simpan baik-baik tadi.
Sebuah Alternatif Kami meragukan seberapa perlu cerita tadi
kami bagi. Ayos Purwoaji, yang merupakan
Rifandi S. Nugroho & kurator pameran ini, beberapa waktu lalu
Astri Isnaini Dewi* mengajak kami untuk berbuat, meninggal-
kan keraguan-keraguan, dan memaknai lagi
pengarsipan, khususnya pengarsipan
arsitektur.

Sebagai seseorang dengan latar belakang


Ada tujuh belas gigabyte lebih foto dan video arsitektur, literatur mengenai perkemban-
arsitektur yang tersimpan dalam harddisk. gan arsitektur di Indonesia kami rasakan
Sebuah koleksi rekaman dari beragam masih kurang. Sebagaimana komunitas
perjalanan kecil bersama teman-teman Kami-Arsitek-Jengki yang beberapa kali
Kami-Arsitek-Jengki sejak 2010 silam. mempelajari dan menelusuri arsitektur
Kebetulan kami semua sama-sama memiliki melalui perburuan dengan sedikit bacaan.
minat berburu arsitektur di lingkungan Dalam buku Masa Lalu Dalam Masa Kini
sekitar. Sayangnya, hasil perburuan kami Arsitektur, dicantumkan bahwa perbenda-
hanya tersimpan rapi sebagai konsumsi haraan arsip arsitektur masih sangat minim.
pribadi. Bisa dibilang kami kurang ajar Baik arsitektur sebelum masa kemerdekaan,
menyimpan kisah—atau ilmu pengetahuan, maupun sesudahnya. Bisa jadi hal ini yang
mungkin; tanpa berbagi dengan Anda mendorong istilah arsitektur Indonesia
sekalian. hanya sampai pada batas pewacanaan,
karena susahnya menelusuri identitas
Dalam buku Arsip dan Sejarah, Roeslan bangsa yang terkandung dalam arsitektur.
Abdul Gani menuliskan sebuah pepatah,
memory can fail but what is recorded will

PA ME R A N HARJONO
41
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
Pramoedya Ananta Toer juga pernah merekam perspektif perkembangan arsitek-
mengungkapkan, “Arsip membantu tur di Indonesia. Pada bagian depan terdapat
seseorang memperbaiki ingatan. Arsip garis waktu yang memetakan perkembangan
menunjukkan kekuatan pribadi pemiliknya. arsitektur dan perkembangan lain di luar
Arsip tidak akan berbohong karena ia tidak aristektur yang mempengaruhi. Pengamatan
bisa membantah dirinya sendiri”. Melihat kami terfokus pada data praktik arsitektur
pentingnya arsip, sebagai langkah awal 1960an, periode yang sama dengan awal
melacak identitas arsitektur, mendukung mula Harjono Sigit terjun ke dunia arsitektur
kami untuk semakin mempercepat gerak setelah tamat dari pendidikan tinggi di ITB.
untuk meluncurkan momen berbagi kisah Momentum praktik Harjono Sigit bertepatan
kami yang pertama, Pameran Arsip Arsitek- pada dominasi pembangunan karakter
tur Harjono Sigit. bangsa oleh Soekarno dan proyek raksasa
nasional (hotel, toserba, perkantoran,
Arsip identik dengan penyimpanan sekum- masjid, monumen, jalan layang, pusat olah
pulan warkat (file) secara teratur, terencana , raga, dan pusat rekreasi).
dan memiliki nilai, agar warkat tersebut
dapat digunakan kembali di kemudian hari. Di situ disebutkan nama-nama seperti
Dalam proses pengarsipan tersebut, Sudharsono perancang Monumen Nasional
dibutuhkan sebuah pencarian informasi dari (1961), Silaban perancang Gedung Pola
berbagai sumber. Tentu saja melalui sebuah (1962), Henk Ngantung bersama Silaban
proses komunikasi, baik secara verbal perancang Monumen Pembebasan Irian
maupun non-verbal, melalui lisan, tulisan, Barat (1962), Sujudi perancang gedung
atau penangkapan visual. Ketiga hal ini yang CONEFO (sekarang DPR-MPR RI) (1964), dan
menurut kami menjadi kunci yang saling disebutkan pula Atelier 6 yang baru berdiri
berkaitan, dengan tidak saling mengorban 1967, sebagai biro arsitek yang didirikan
kan salah satunya. oleh enam orang lulusan ITB yang menjadi
mahasiswa Van Romondt. Nama arsitek
Berbicara sumber informasi, buku Tegang Harjono Sigit sama sekali tidak disebut,
Bentang: Seratus Tahun Perspektif Arsitek- lepas dari pengamatan, atau bahkan sama
tur di Indonesia menjadi salah satu informa- sekali tidak dikenal. Mungkin salah satu
si tulisan yang sangat penting dalam penyebabnya adalah faktor geografis,

PAMERAN HARJONO
42
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
bidang eksakta dan kuantitatif, dengan
kemampuan itu beliau menyelesaikan
permasalahan teknis secara estetis. Terbukti
pada karya pertama, laboratorium PPS
Semen Gresik menggunakan struktur busur
untuk menggantung massa kotak di bawahn-
ya sehingga bangunan berkesan melayang.
Begitu pula dengan karya-karya berikutnya
seperti gerbang gedung perhutani dengan
struktur conoida dan pintu masuk pasar
atom dengan struktur hyperbolic paraboloid.
Kedua, ketaatannya dalam mengadapta-
sikan bangunan ke dalam iklim tropis,
semua dipikirkan sangat detail, hingga
pengaturan jarak celah kayu penutup
dimana proyek-proyek skala besar, yang langit-langit untuk jalan keluar udara panas
dalam buku Ketukangan: Kesadaran Materi- yang bergerak ke atas. Ketiga, batas aturan
al disebut sebagai etalase politik penguasa, arsitektur modern pada bangunannya
kebanyakan berpusat di ibu kota Jakarta dan terlihat samar, tidak sepenuhnya mengamini
sekitarnya. Selain itu daya jangkau para pernyataan bahwa bentuk selalu mengikuti
pencari informasi juga pastinya terbatas. fungsi. Pada bangunan Taman Kanak-Kanak
Akhirnya, praktisi yang berada di tempat di Cepu, Harjono Sigit menyediakan sebuah
yang jauh dari megahnya pembangunan ibu dinding yang diisi mural yang mirip dengan
kota belum sempat disisipkan ke dalam garis karya pelukis Spanyol, Pablo Picasso.
waktu tersebut. Barangkali Harjono Sigit Dinding itu mengekspresikan ego pribadi
baru satu, dari sekian banyaknya orang lain sang arsitek yang tidak puas dengan
di berbagai belahan Indonesia. kekakuan aturan. Padahal sebagian besar
pengguna bangunan ini hanya anak kecil
Setidaknya ada tiga hal yang kami baca dari berumur kurang dari enam tahun. Dinding
karya-karya Harjono Sigit baik dari sumber yang berdiri sendiri tanpa fungsi juga ada
lisan, maupun pengamatan visual di pada beberapa bangunan lainnya, sebatas
lapangan. Pertama, kejeniusannya dalam untuk mengatur komposisi visual bangunan.

PA ME R A N HARJONO
43
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
Rekaman informasi tentang Harjono Sigit ini istiadat, dan sebagainya. Dengan demikian,
tidak serta merta datang dengan mudah mau tidak mau usaha yang pastinya harus
hanya dengan sekali pertemuan. Tapi dilakukan demi mendapatkan fakta tersebut
dengan berkali-kali pendekatan, berusaha adalah dengan terjun ke dalamnya, menden-
menghilangkan jarak, mengatasi kecanggu- gar sendiri ceritanya, melihat sendiri visual-
ngan, demi keutuhan informasi yang disam- nya, dan menceritakan kembali temuannya.
paikan. Melalui dongeng dan cerita seorang Pertanyaannya adalah, dengan semakin
kakek kepada cucunya, biasanya akan cepatnya siklus informasi hari ini apakah
banyak fakta sejarah yang terungkap, telah membawa kita untuk melengkapi fakta
mengandalkan ingatan dari pengalaman, arsitektur di Indonesia? Bagaimana usaha
dan disampaikan melalui lisan. Bermodal- melengkapi ini dapat diwujudkan, di saat
kan lisan itu kami melanjutkan pencarian ke kita harus berlari mengejar hal baru yang
tiap bangunannya, lalu mengambil rekaman terus berganti setiap hari?
tentang kondisinya hari ini. Visualisasi
tersebut kami kembalikan kepada perancan- Kita bisa saja belajar dari Rem Koolhas,
gnya, hingga akhirnya beliau mampu bercer- seorang kurator Venice Architecture
ita lebih dalam tentang kisah di baliknya. Biennale 2014. Dengan tema “Fundamen-
Sebuah alternatif proses belajar yang tals” yang terdengar fantastis, ia meminta
menyenangkan bagi kami, tidak lewat tiap peserta menginterpretasikan 100 tahun
tulisan, tapi melalui lisan dan perjalanan. perkembangan arsitektur di negara asal tiap
peserta. Ia berhasil mengisi kota Venice
Sepanjang sejarah peradaban, manusia dengan bermacam instalasi, expo, sekaligus
sebagai makhluk individu maupun sosial, museum arsitektur dunia. Dapat dikatakan
telah mengenal aktivitas pengabadian diri. bahwa pameran ini adalah pameran arsip
Sejak zaman pra sejarah manusia mulai arsitektur sekaligus arsitektur itu sendiri.
membuat gambar dan guratan di dinding Perwujudan gagasan dikemas dalam bentuk
goa, kemudian mengenal aksara, tulis ruang yang berinteraksi dengan pengun-
menulis, dan percetakan, hingga akhirnya jung, mewakili substansi dari materi
pengabadian begitu berkembang. Di Indone- mereka. Indonesia pun hadir sebagai
sia sendiri, fakta sejarah sering kali dilahir- peserta, mengangkat tema ketukangan dan
kan melalui lisan, seperti cerita rakyat, adat kesadaran material. Disajikan melalui

PAMERAN HARJONO
44
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
pun tanpa titel dan pengakuan. Keluar dari
kesibukan, membagikan cerita meskipun
hanya sebentar.

Kami melihat konteks pengarsipan dalam


arsitektur sebagai salah satu moda produksi
pengetahuan. Pameran Arsip Harjono Sigit
sendiri, adalah moda pembacaan salah satu
subjek yang berperan penting dalam
perkembangan arsitektur di Indonesia.
Sehingga memperkuat identifikasi pengala-
man, gejolak, dan peran arsitektur pada
zamannya, untuk kemudian secara ideal
dapat memberikan tuntunan akan bagaima-
na berarsitektur di kemudian hari. Jika
instalasi video yang diproyeksikan pada ditarik lebih ke atas lagi, proses keseluruhan
medium kaca. Sayangnya, kita harus dari pameran Harjono Sigit ini, mulai dari
jauh-jauh datang ke Venice untuk bisa proses menerima informasi, hingga penyam-
merasakan atmosfer rekaman sejarah paian informasi oleh teman-teman panitia
arsitektur kita sendiri. adalah yang terpenting. Semuanya menjadi
bagian dari keseluruhan cerita. Hari ini
Setelah sekian lama sejarah dan arsip tentang Harjono Sigit, besok atau lusa harus
disajikan dalam bentuk tulisan, buku, dan ada cerita lain yang terungkap. Karena
ceramah yang membosankan, pada ajang belajar arsitektur tidak cukup hanya melalui
kelas internasional ternyata terbukti, para tulisan.[]
praktisi arsitektur kita mampu mengemas
nya dalam bentuk pameran yang interaktif. *penggiat komunitas Kami-Arsitek-Jengki
Di beberapa kota juga telah ada pamer-
an-pameran serupa yang dilakukan. Pamer-
an arsip Harjono Sigit ini mencoba meleng-
kapi, titik-titik sejarah yang sudah ada
dengan cara yang paling sederhana, meski-

PA ME R A N HARJONO
45
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
akhir tahun 1960-an hingga awal 1970-an,
Di Bawah Naungan
Pak Harjono memang banyak menerima
Hutan Jati; Sebuah proyek pembangunan properti milik Perusa-
Perjalanan Arsitektural haan Umum Perhutani Divisi Regional Jawa
Timur. Mulai dari guest house, gedung
Wahyu Gunawan* sekolah, kantor, hingga gedung serbaguna.
Sebagian dari proyeknya, digarap juga oleh
rekan-rekan di biro arsitek FGH (Fachroed-
din Goenadi Harjono).

Saya melihat perbedaan yang menarik bila


dibandingkan dengan karya-karya awal lain
Menziarahi arsitektur, adalah dua kata yang Pak Harjono di Surabaya dan sekitarnya.
terdengar magis. Selama ini, saya yang Pada tahun-tahun itu, Harjono muda sedang
memiliki kesempatan untuk wira-wiri gemar melakukan eksperimentasi struktur
berkolaborasi dengan para pelaku seni, dan mengeksplorasi material beton
arsitektur sering menjadi lintasannya. bertulang. Namun pada bangunan-bangu-
Hingga seorang sahabat membawa saya nan di lingkungan Perhutani, ciri khas
dalam sebuah dialog yang intens dan tersebut tidak nampak. Pak Harjono justru
mengajak bergabung ke dalam sebuah tim memanfaatkan material kayu jati dan
kerja pameran arsip arsitektur. Lantas, bahan-bahan lain yang memang menjadi
tulisan ringan ini dibuat sebagai catatan komoditas utama Perum Perhutani.
perjalanan saya dalam mendokumentasikan
beberapa karya Ir. Harjono Sigit yang berada Di sini, saya memahami bahwa Harjono Sigit
di Cepu, Randublatung, Jatirogo, dan adalah seorang arsitek yang luwes. Ia
Rembang. mampu beradaptasi dengan kebutuhan dan
sumberdaya yang tersedia di sekitarnya.
Semua karya yang saya temui di empat kota Rupa dari bangunan yang dirancang Pak
kecil tersebut adalah milik Perhutani. Sejak Harjono pun dapat menyatu dengan laras

PAMERAN HARJONO
46
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
Jurusan Arsitektur ITS. Kami juga sempat
medapatkan informasi daftar karya di
Perhutani dari Pak Harjono. Dari situ, kami
memulai perjalanan ini.

CEPU

Kota kecil Cepu menjadi tujuan pertama


kami. Di komplek Perhutani Cepu, Pak
Harjono pernah merancang sebuah Sekolah
TK dan guest house. Perjalanan menuju Cepu
terbilang lancar, Faisal pun sudah
menyiapkan sebuah gawai Global Positioning
System (GPS) sebagai panduan. Namun,
ternyata alat GPS pun tak banyak membantu
lingkungan di sekelilingnya. Ia tidak meran- di areal hutan produksi dengan jalur yang
cang monumen yang jauh dari lingkungan, relatif kecil. Kami pun menggunakan GPS
melainkan bangunan yang dekat dengan yang lain berupa guide penduduk setempat
keseharian. Meski begitu, ia tetap memberi- untuk menunjukkan arah yang betul menuju
kan sentuhan khas seorang arsitek, yang jeli komplek Perhutani Cepu.
menghitung kenyamanan pengguna dan
memasukkan unsur-unsur seni rupa dalam Kebingungan kami bertambah ketika
rancangannya. mendapat informasi bahwa ada dua lokasi
Kantor Perhutani. Saya dan Irfan sempat
Dalam perjalanan ini, saya ditemani dua mampir ke salah satu kantor. Tapi suasanan-
rekan lain, yaitu Irfan Irwanuddin dan Faisal ya terasa lengang. Yang kami dapati hanya
Rizaldy. Sehari sebelumnya, kami sudah barisan komputer yang menyala, namun
menentukan rute dan tujuan perjalanan. tidak ada manusia yang bisa kami jadikan
Saat itu, kami hanya berbekal informasi tempat bertanya. Belakangan kami sadar,
yang sangat minim dari bahan-bahan bahwa ini adalah Hari Jumat dan semua
penyusun thesis yang dikumpulkan oleh Ibu pegawai pulang cepat.
Murtijas Sulistyowati, seorang dosen di

PA ME R A N HARJONO
47
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
Setelah ibadah Jumat, kami pun menengok Pak Harjono. Beberapa saat kemudian,
satu lokasi lainnya. Setelah kami tunjukkan datanglah seorang ibu yang berboncengan
arsip foto yang kami miliki, seorang penjaga motor dengan anaknya. Ternyata ia adalah
mengatakan bahwa bangunan itu berada di salah satu pengajar di TK tersebut. Melihat
wilayah Cepu. hal itu membuat kami sadar, pintu gembok terkunci, saya mendekatinya
dengan jarak yang kurang dari 5 kilometer, dan meminta ijin untuk mengambil gambar
pemilik kewenangan pun sudah berbeda. dan masuk ke halaman TK. Melalui obrolan
Satu kantor milik Perhutani Jawa Timur, satu singkat dengan Ibu Guru, saya dapat cerita,
kantor lainnya milik Perhutani Jawa Tengah. bahwa semua bangunan TK tersebut masih
asli, hanya genteng saja yang sempat diganti
Tak lama kemudian, kami pun tiba di lokasi karna renovasi.
pertama, yaitu Sekolah TK Tunas Rimba 1
Cepu. Seorang petugas berpakaian olahraga Tak lama kami berada di TK tersebut, karena
datang menghampiri kami. Ia sempat belum genap 30 menit, perlahan gerimis
bertanya tentang izin dan sebagainya. Ribet! datang, Irfan dan Faisal mengambil langkah
Kami jelaskan dengan santun dan mencoba seribu balik ke mobil. Saya sempat menghi-
meyakinkannya bahwa kami hanya akan raukannya karena masih perlu untuk
mengecek saja bangunan itu. mengambil beberapa jepretan lagi. Tepat
saat saya kembali ke dalam mobil, bak
Tanpa dikomando, saya, Irfan, dan Faisal disambut tepuk tangan, air hujan menghu-
menyebar ke berbagai sudut. Celingak- jam deras.
celinguk sambil sesekali melihat ke awan
yang semakin mendung. Sejenak kemudian, Kami pun melanjutkan perjalanan untuk
Irfan berseru, “Ya! Ini bangunannya. Itu ada mencari Guest House Perhutani Cepu.
ornamen di tembok yang mirip dengan Sebelumnya, kami mendapat petunjuk jika
lukisan di rumah Pak Harjono!” lokasi pesanggrahan berada di sebelah
utara Stasiun Cepu. Namun, keyakinan kami
Saya dan Irfan pun segera mengambil mulai runtuh ketika tak kunjung menemu-
gambar. Saya tertarik dengan ornamen kan lokasi stasiun kereta api. Saya turun
mural yang ada di samping TK ini. Gayanya mobil dan bertanya sampai dua kali. Awaln-
kubisme, seperti Picasso, pelukis kesukaan ya karena kami bertanya pada orang yang

PAMERAN HARJONO
48
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
Penjaga mempersilahkan kami masuk.
Ruang utama tampak eksklusif, menandakan
guest house ini tempat menginap pegawai
direksi. Di dinding tembok, terdapat foto-fo-
to penerimaan penghargaan, serah terima
jabatan, dan berbagai perayaan kedinasan
lainnya.

Satu fakta menarik yang saya catat, bangu-


nan yang awalnya berlantai kayu jati ini
ternyata sudah diganti keramik. Konon,
Sungai Bengawan Solo meluap hebat dalam
25 tahun terakhir. Kadang merendam bangu-
nan ini berjam-jam. Usia lantai jati yang
tidak tepat, penjelasannya berbelit sampai diharapkan panjang, terpaksa uzur lebih
saya pusing sendiri. Maklum, warga lokal cepat. Bahkan sang penjaga menunjukkan
yang sudah hafal jalan kadang memberi bekas genangan banjir di tembok yang juga
arah mata angin seenaknya yang membuat berbahan kayu jati, sebagai bukti bahwa
kami bertiga merasa disorientasi. areal ini menjadi pelanggan banjir tahunan.
Sebagai bangunan dengan rentang waktu
Beruntung kami cukup optimis. Tepat di puluhan tahun, barangkali guest house ini
pertigaan SMA Negeri 1 Cepu, belok kanan, memang tidak disiapkan untuk menerima
dalam lima menit kami pun tiba di lokasi perubahan alam yang terjadi belakangan ini.
Guest House Perhutani Cepu. Pagarnya
terbuka seperempat, mobil diparkir di RANDUBLATUNG
pinggir jalan. Saya pun bergegas mengham-
piri bagian samping gedung, menyapa bapak Dari Cepu kami bertolak ke Randublatung.
penjaga dan mengutarakan maksud Perjalanan kami tempuh selama satu jam.
kedatangan kami. Sepanjang jalan, pemandangannya yang
saya lihat hanyalah hutan dan pohon jati.

PA ME R A N HARJONO
49
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
Saya, Irfan, dan Faisal sempat membahas Serbaguna ini dulu digunakan sebagai
pohon jati yang merangas dengan rantingn- tempat pertunjukan ludruk dan wayang. Ada
ya yang bercabang-cabang menyerupai lubang proyektor untuk pemutaran film,
typeface band blackmetal. Cocok juga untuk lengkap dengan panggung untuk pentas.
dijadikan background foto Instagram yang Salah satu penduduk menuturkan, “Untuk
catchy. Beberapa jalan sempit dan rusak, nonton ludruk di sini, dulu bayar tiket 500
pemuda akamsi setempat tampak bergerom- perak, Mas.”
bol di pinggir jembatan dengan motor
modifikasi. Saya membayangkan, gedung ini dulunya
berfungsi sebagai meeting point warga
Kami tiba belum terlampau senja. Sore itu untuk perayaan ruwat desa atau agustusan.
cerah dan tanah menguapkan bau hujan. Adapun lokasinya sungguh strategis karena
Bangunan yang kami tuju, Gedung Serbagu- berseberangan dengan Stasiun Randubla-
na Perhutani Randublatung, berada persis di tung yang menjadi perlintasan kereta
pintu masuk Stasiun Randublatung. Bangu- ekonomi jurusan Jakarta. Setiap harinya ada
nannya megah menghadap utara dengan cat enam kereta yang berhenti di Randublatung,
oranye di dindingnya. salah satunya KA Jayabaya jurusan Malang –
Jakarta.
Pagar terkunci dan saya memilih memanjat,
Irfan ikut di belakang. Tiba-tiba sepuluh Bangunan berikutnya adalah TK Tunas
menit kemudian, ada penduduk yang datang Rimba Randublatung. Jarak TK dari Gedung
dan membuka gemboknya. Ternyata sore itu Serbaguna hanya sepelemparan batu. Kami
ada jadwal bulutangkis. Saya tertawa konyol memasuki pagar dengan santai. Tampaknya
dengan usaha yang berlebihan tadi. kedatangan kami sudah dideteksi penjaga
yang sudah melihat kami di Gedung Serba-
Menurut Pak Harjono, dulunya gedung ini guna. Kami melenggang melewati rumah
tak bercat oranye, pun mural ala Kepala Perhutani Randublatung. Dari
Picasso-nya, berwarna kebiruan. Warna halamannya, ada akses berupa pagar kecil
bangunan ini berganti seiring dengan untuk masuk ke sekolah. TK Tunas Rimba ini
berubahnya logo Perhutani yang dominan memiliki halaman yang sangat luas, rindang,
oranye. Menurut penduduk sekitar, Gedung dan lugu. Bagi saya, inilah bentuk ideal dari

PAMERAN HARJONO
50
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
steril, lepas dari alam, lepas dari ibunya.

Menurut Pak Harjono, dulunya Gedung TK


yang dirancangnya kecil. Lebih kecil dari
yang sekarang. Di samping gedung TK
tersebut, masih utuh sebuah tembok batu
dan tertera tipografi dekoratif ala gaya huruf
sambung halus kreasi sang arsitek.

REMBANG

Setelah semalam menginap di Blora, pada


hari kedua kami berjalan menuju Rembang.
Jalurnya masih sama, naik turun dengan
pembagian teritori hutan-desa-hutan-desa.
taman kanak-kanak; punya halaman Sepanjang jalan, kami mendapat bonus
bermain yang luas, anak-anak bebas berlari- berupa wana wisata dan makam RA Kartini.
an di tanah, bukan paving atau lantai semen. Sampai Rembang, relatif masih pagi, sekitar
pukul 09.00 WIB. Tujuan kami adalah Wisma
Secara harfiah, sebetulnya taman menjadi Tectona Perhutani Rembang yang berjarak
locus utama dalam terma Taman sekitar dua kilometer dari Kantor Perhutani
Kanak-Kanak. Dengan begitu, mustinya Rembang. Saya dan Irfan sempat diusir oleh
sebuah TK perlu mempertimbangkan adanya seorang suster, karena salah mengira
sebuah taman di luar bangunan yang luas. sebuah klinik sebagai bangunan yang kami
Di mana anak-anak dapat lebih dekat tuju.
dengan alam, tempat mereka menemukan
seonggok sampah daun bagai sebuah Makin penasaran, kami lanjutkan perjalan
misteri. Sayangnya, di kota-kota besar, sambil mengamati kanan-kiri, menebak-ne-
banyak Taman Kanak-Kanak yang justru tak bak kira-kira bangunan mana yang
memiliki taman. Bahkan hanya menumpang dirancang oleh Pak Harjono. Pada sebuah
bangunan pada sebuah ruko dengan lisensi bangunan yang tak jauh dari klinik tadi,
mainan bebas bahan beracun, interior yang

PA ME R A N HARJONO
51
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
kami mencoba mencocokkan ingatan; kami membutuhkan waktu sekitar satu
apakah betul bangunan yang ada di depan setengah jam. Agak lama, karena kami
kami adalah bangunan yang kami cari? Tidak berputar melalui jalan alternatif, tidak
ada pagar tertutup, halamannya luas ditum- melewati jalur Pantura. Jalannya relatif kecil
buhi pohon-pohon asam belanda yang besar. dan rusak. Sepanjang perjalanan, panorama
Dedaunan dan bunga-bunga rontok mengot- yang kami dapatkan adalah hamparan
ori halaman. sawah dengan formasi Pegunungan
Kendeng Utara di kejauhan. Tepat sebelum
Karena tepat pada hari Sabtu, maka suasana masuk kawasan Jatirogo, kami melewati
lengang. Kami masuk mengelilingi bangu- sebuah hutan jati dengan beberapa pabrik di
nan dan menjadi yakin bahwa ini adalah kiri kanan jalan. Entah pabrik apa.
bangunan yang kami cari, karena melihat
plafonnya menggunakan reng kayu. Ini Mulanya tujuan kami adalah Kantor
adalah fitur khas atau sebuah signature yang Pemangku Kehutanan KPH Jatirogo. Pada
selalu hadir pada rancangan-rancangan siang itu, kebetulan ada kegiatan kerja bakti
Harjono Sigit di komplek Perhutani. Gunan- yang diadakan oleh para pegawai Perhutani.
ya sebagai cross-ventilation, agar udara di Kami menemui salah satunya dan mengung-
dalam rumah tidak gerah. Kami tidak bisa kapkan tentang tujuan kedatangan kami
masuk, karena semua pintu terkunci. Irfan bertiga. Selanjutnya, kami diterima oleh
mencoba mengambil gambar interior bangu- salah satu petugas wanita yang kemudian
nan melalui celah-celah jendela. Karena tak menjadi guide dan mempersilahkan kami
ada satu orang pun yang bisa kami ajak mengambil gambar.
bicara, jadinya kami hanya bisa berspekula-
si. Sampai pada titik dimana kami tak Beberapa hal menarik perhatian saya. Salah
mampu menemukan keunikan yang spesifik satunya adalah penggunaan atap beton lipat
dari bangunan ini. yang juga dapat dijumpai pada karya Pak
Harjono yang lain, yaitu Gedung PPS milik
JATIROGO Semen Indonesia. Selain itu, saya melihat
sebuah ‘keisengan’ berupa usaha sang
Selepas dari Wisma Tectona kami menuju arsitek untuk menyembunyikan talang air di
Jatirogo. Dari Rembang menuju Jatirogo antara kolom-kolom bangunan. Di sini kita

PAMERAN HARJONO
52
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
bertugas mendokumentasikan kenan-
gan-kenangan beliau selama berdinas di
Jatirogo. Kecele.

Kejadian tersebut membuat kami sedikit


keki. Kami pun segera pamit angkat kaki
menuju tujuan akhir yaitu Pesanggrahan
Perhutani Jatirogo, sebuah guest house
berkamar tiga yang seolah hilang di antara
rerimbunan hutan jati. Dari jalan utama, kita
harus berjalan kaki mengikuti jalan setapak
sejauh lima puluh meter untuk tiba di depan
bangunan ini.

Secara umum, kita dapat melihat bahwa


dapat melihat bahwa Harjono Sigit memiliki pesanggrahan ini memiliki penampilan khas
kesetiaan terhadap detail rancangannya. hunian tropis. Nyaris tidak ada yang istime-
Bahkan penampilan talang air pun dipikir- wa. Tapi, lagi-lagi kita bisa melihat
kan! ketekunan seorang Harjono Sigit bukan
hanya dari rupa bangunan saja, melainkan
Tidak seperti biasa, di Kantor Pemangku juga pada permainan detailnya. Pada bangu-
Kehutanan KPH Jatirogo kami mendapat nan ini, Pak Harjono membuat sebuah kreasi
perlakuan yang berbeda dibanding berbagai berupa penataan roster sehingga meyerupai
tempat yang kami kunjungi sebelumnya. anyaman bambu. Meski kecil, namun detail
Selain disambut baik, kami juga disuguhi ini sangatlah manis. Selain itu, saya juga
gorengan tempe gembus lengkap dengan es melihat atraksi permainan pukal bangunan,
degan. Ternyata, kebaikan ini merupakan di mana sebuah tembok berbatu di bagian
sebuah kesalahan yang lucu. Ibu yang tadi luar bangunan dapat ditarik hingga menem-
mengantar kami berkeliling, mengira Pak bus ruangan dan menciptakan aksestuasi
Harjono adalah salah satu Kepala Perhutani tekstur yang menarik pada interior pesang-
yang pernah menjabat di Jatirogo. Dan ia grahan.
mengira bahwa kami adalah suruhan yang

PA ME R A N HARJONO
53
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
Selain menjadi jujugan terakhir, pesanggra-
han ini juga merupakan obyek yang paling
lama kami kunjungi. Entah apa yang
membuat kami bertiga betah berlama-lama
berada di bangunan ini. Barangkali karena
suasanya yang nyaman dan teduh karena di
berada di tengah-tengah hutan jati.

Namun, belakangan baru saya sadari bahwa


pesanggrahan ini terasa istimewa bukan
saja karena kenyamanannya yang mudah
membuat ngantuk. Melainkan karena saya
merasa bangunan ini merupakan perwuju-
dan yang paling mendekati dari personifika-
si seorang Harjono Sigit. Terasa tenang dan
sejuk. Sederhana dan jauh dari hiruk pikuk
arus besar perhatian arsitektur. Pada saat
yang sama, ketika daun-daun di puncak
pohon bertunas berkemerisik, ia justru
diam-diam menyelinap mendekati tanah.
Membumi.

Dan, pesanggrahan yang sederhana ini


sekaligus menjadi klimaks dari perjalanan
arsitektur saya menziarahi kota-kota kecil di
utara Jawa. []

*seorang peneliti dan pekerja seni.

PAMERAN HARJONO
54
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
Salah satu keniscayaan yang terjadi pada
New Folder:
sebuah arsip adalah peluang terjadinya
Harjono Sigit kondisi dirinya tertimbun oleh arsip yang
lain, dan kondisi ini akan selalu terjadi dan
pasti terjadi. Gambaran yang dapat
Defry Ardianta* digunakan sebagai analogi adalah pada
pengarsipan file(s) di sebuah perangkat
komputer, dimana dijumpai arsip yang lama
akan selalu ditemani dengan arsip-arsip lain
yang lebih baru dan tidak kalah penting.
Meskipun kondisi tertimbun niscaya tidak
terjadi dalam perangkat komputer, namun
kondisi bahwa dia akan "terdesak" akan
tetap terjadi. Sehingga lapangnya ruang
Arsip identik dengan sekumpulan dokumen penyimpanan menjadi sangat relatif. Jika
yang disimpan, dengan harapan ada data awalnya ratusan megabytes cukup untuk
yang jika sewaktu-waktu dibutuhkan akan menampung files, saat ini ruang ratusan
dengan mudah dapat dilihat dan dimanfaat- sampai ribuan gigabytes pun akan segera
kan kembali. Pengarsipan yang baik menjumpai kondisi penuh sesak.
mungkin bukan hanya terkait bagaimana
menyimpan dan menata dengan baik, namun Pada kasus pekerjaan-pekerjaan desain
dapat juga terkait seberapa jeli seseorang yang dilakukan Harjono Sigit, jika dikaitkan
itu melihat dokumen apa yang dirasa perlu dengan sebuah arsip, saya memandang hal
disimpan dan dokumen apa yang tidak di luar arsip pekerjaan beliau itu sendiri. Hal
seberapa perlu disimpan. Pengertian "doku- yang lebih menarik perhatian saya adalah
men" di sini tentu saja tidak hanya diartikan tentang karya pak Sigit sebagai salah satu
dalam wujud kertas atau sejenisnya, namun "dokumen", salah satu "data", salah satu
lebih pada pengertian sebuah data, informa- "file", di antara ratusan dokumen lain yang
si, kejadian, dan lainnya. ada mulai dari profesi arsitek muncul di

PA ME R A N HARJONO
55
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
Indonesia sampai dengan saat ini. Saya bakar yang luar biasa dalam sebuah perfor-
memandang karya pak Sigit sebagai salah ma. Latar pendidikan yang ditempuh oleh
satu contoh dokumen yang terdesak oleh pak Sigit lebih banyak membekali seseorang
sekian banyak dokumen lain dalam ruang terkait pengetahuan teknis, ketrampilan
penyimpanan dokumen arsitektur Indonesia. terkait material, kekokohan bangunan, dan
Begitu banyaknya dokumen lain yang hal seputar itu. Namun apa yang dilakukan
mungkin menumpuknya, sampai juga dapat oleh pak Sigit menunjukkan bahwa beliau
muncul keragu-raguan apa benar karya pak mampu melampaui apa yang diperolehnya
Sigit pernah tersimpan di ruang penyim- dari sekolah. Passion-nya yang besar pada
panan tersebut. Jangan-jangan memang desain dan arsitektur, membuatnya selalu
belum pernah tersimpan? menantang kemampuannya sendiri untuk
dapat merancang. Kesan yang dapat ditang-
Mungkin akan lebih sesuai menempatkan kap dalam karya-karyanya jauh sekali
karya pak Sigit sebagai dokumen yang dengan kesan bahwa gedung-gedung itu
belum (sempat) tersimpan. Seperti sebuah hanyalah sekedar proyek. Jauh dari kesan
file yang masih terserak pada desktop sebuah hanya bagian dari gencarnya pembangunan
komputer tanpa sempat tersimpan rapi dan yang berlangsung di masa itu.
beruntung belum terpindah pada trash
folder. Ketika file tersebut dibuka kembali, Tamparan yang cukup keras dapat dirasakan
ternyata banyak hal yang membuat kita adalah terkait dengan beberapa pertanyaan
merasa bersyukur belum kehilangan file besar yang dapat ditujukan pada arsitek
tersebut. File tersebut menyimpan banyak generasi sekarang. Apa benar kita sudah
sekali hal yang bisa menjadi pembelajaran, memeras otak kita ketika merancang? Apa
bisa menjadi tamparan, dan bisa menjadi benar kita sudah melakukan sebuah
sebuah harapan. pekerjaan rancang dengan penuh hasrat?
Apa benar kita sudah memberi sumbangsih
Pembelajaran terbesar yang dapat diambil pada dunia arsitektur itu sendiri? Mungkin
dari karya pak Sigit ini menurut saya adalah pertanyaan-pertanyaan itu terlalu ideal,
bagaimana hasrat dapat menjadi bahan namun justru mungkin yang melemahkan

PAMERAN HARJONO
56
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
kamera ataupun radar media sosial. Dan
kecurigaan saya pribadi, mereka-mereka ini
bukan dari golongan generasi tertentu
melainkan terdapat di generasi yang berbe-
da-beda. Mungkin publikasi bukan sebuah
tujuan bagi mereka, karena mereka merasa
hal seperti publikasi, penghargaan, dan
sejenisnya merupakan sebuah konsekuensi.
Hal yang akan menghampiri mereka walau-
pun sepandai-pandainya mereka menyimpan
rapat hal-hal luar biasa yang mereka
lakukan.

Saya rasa setiap pecinta dunia arsitektur


profesi arsitek adalah para arsitek itu sendiri harus melakukan upaya pengungkapan-pen-
karena merasa hal ideal itu hanya pantas gungkapan pekerjaan hebat yang dilakukan
ditempel di angan-angan. Arsitek-arsitek oleh arsitek di lingkungan mereka, kemudi-
yang hasratnya di dunia arsitektur layak an mereka membuat folder baru untuk
dipertanyakan. Arsitek-arsitek para petual- mengarsipkannya, dan mungkin jauh lebih
ang proyek. Arsitek-arsitek yang merasa baik lagi jika diletakkan pula di cloud storage
berkarya adalah kegiatan yang asing bagi yang dapat di-share kepada publik, demi
mereka, karena mereka hanyalah menyele- kemajuan dunia arsitektur itu sendiri.[]
saikan pekerjaan.
*pengajar di Jurusan Arsitektur ITS Surabaya,
Harapan yang saya rasakan dapat dipetik co-founder ordes arsitektur studio
dari karya-karya Harjono Sigit adalah
terkuaknya pandangan bahwa mungkin saja
banyak arsitek-arsitek hebat yang berkarya
dalam diam. Mereka jauh sekali dari blitz

PA ME R A N HARJONO
57
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
Ir. Harjono Sigit bersama Ir. Djelantik
mampir di Taipei dalam perjalanan
pulang dari Kongres UIA di Mexico
tahun 1978

PAMERAN HARJONO
58
ARSIP SIG IT
ARSITEKTUR
COLOPHO N

Dipublikasikan pertama kali di Surabaya


pada tahun 2015 oleh Kami-Arsitek-Jengki
Disebarluaskan dengan lisensi
sebagai katalog Pameran Arsip Arsitektur
Creative Commons BY-NC-SA
Harjono Sigit.

Anda bebas untuk mengutip, menyalin,


menyebarluaskan, mengadaptasi, selama:

Manajer Proyek:
1. Mencantumkan sumber,
Rifandi Septiawan Nugroho
2. Untuk kepentingan non-komersial,
3. Menggunakan lisensi yang sama.
Peneliti:
Wahyu Gunawan, Faizal Rizaldi
Dicetak di:
Desainer Grafis: Ramayana Copy & Printing
Archy Sinatrya Jl. Dharmawangsa 106 A, Surabaya
Ph: +62 -31-5032117 / Fax: +62-31-5030876
Manajer Program:
Rendy Hendrawan E-katalog diterbitkan oleh:
www.konteks.org
Administrasi:
Astri Isnaini Dewi, Safana Dewingga

Dokumentasi:
Irfan Irwanudin, Muhammad Chottob

Kurator:
ayos purwoaji Arsip digital Ir. Harjono Sigit dapat diakses pada:
www.ayorek.org/harjonosigit

PA ME R A N HARJONO
59
A R S IP S I GI T
A R S IT E K T UR
Sponsors

Media Partners

Ucapan terima kasih diberikan kepada: Ir. Harjono Sigit Bachroen Salam, Prof. Dr. Ir. Josef Prijotomo, M. Arch, Ir.
Murtijas Sulistyowati, MT., Defry Agatha Ardianta, ST. MT., Endy Yudho
Prasetyo, ST. MT., Ir. Hari Sunarko, IAI., Reza Satya, Muhammad Chottob, Daniel
Manoe, Hermawan Dasmanto, Yuli Kalson Sagala, Andy Rahman, Alvin Noor,
Farid Rakun, Semen Indonesia Foundation, Ayorek! (Kathleen Azali & Erlin
Goentoro), Wisma Jerman (Birgit Steffan & Mochammad Findiansyah), HIMA
Sthapati Arsitektur ITS.

Anda mungkin juga menyukai