Anda di halaman 1dari 26

Armaidi Darmawan, dr, M.

Epid
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga
PSPD Unja
1. Mengetahui latar belakang klinik di tempat
kerja
2. Menjelaskan pengertian, kedudukan dan
fungsi klinik di tempat kerja
3. Mengetahui persyaratan penyelenggaraan
klinik di tempat kerja
4. Mengetahui kebutuhan tenaga, sarana dan
prasarana klinik di tempat kerja
5. Mengetahui pencatatan dan pelaporan klinik
perusahaan

PAK/PSPS UNJA
 Indonesia memiliki angkatan kerja ke 4 terbesar di dunia
 Jumlah Angkatan kerja 118,19 juta tahun 2013 diprediksi
meningkat menjadi 119,91 juta tahun 2014 (Kemenakertran
2013)
 Peningkatan pertahun 1,72 juta pekerja
 Jumlah industri/perusahaan sekitar 102.000
 Pada SKN Klinik Perusahaan berada dalam UKM layanan strata
pertama
 Masih tingginya PAK/PAHK  penting Klinik Perusahaan
 Hak pekerja mendapatkan pelayanan kesehatan kerja
 Hak pekerja mendapatkan pembinaan kesehatan kerja
 Kewajiban perusahaan memeriksakan kesehatan badan,
kondisi mental dan kemampuan fisik tenaga kerja
 Umum : terselenggaranya pelayanan
kesehatan kerja dasar secara optimal di klinik
perusahaan terhadap masyarakat pekerja
sehingga mampu meningkatkan produktifitas
kerja
 Khusus:
◦ Terlaksanan 5 level pencegahan
◦ Terlaksana pencatatan/pelapotan PAK,PAHK dan
kecelakaan kerja
◦ Tersedianya tenaga,sarana dan prasrana klinik
 Klinik di tempat kerja / perusahaan adalah:
tempat untuk memberikan pelayanan
kesehatan terutama pelayanan kesehatan
kerja minimal (peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan) yang
diselengarakan perusahaan atau badan
hukum sesuai ketentuan yang berlaku
 Secara struktural  bagian dari perusahaan
 Secara administratif dan fungsional 
bertanggung jawab pada puskesmas
 Sejajar dengan departemen health, safety and
environment (HSE) atau human resources
departement (HRD)
 Dapat juga dibawah HRD
 Akan lebih baik punya depatement sendiri
 Penanggung jawab/koordinator seorang
dokter
 Memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan pekerja
 Membantu perusahaan menentukan
kebijakan dalam bidang kesehatan kerja
 Memelihara produktifitas kerja
 Pendirian klinik perusahaan harus mendapat
izin dari Kemenkes (didelegasikan ke Dinkes
Kab/Kota) dengan terlebih dahulu mendapat
rekomendasi dari puskesmas setempat
 Diharuskan pada semua perusahaan mulai
skala kecil, sampai perusahaan besar
 Mampu menyelengarakan pelayanan
kesehatan kerja
 Tingkat I (awal):
◦ Perawat, sanitarian yg telah mendapatkan pelatihan
 Tingkat II (dasar) :
◦ Dokter, perawat dan sanitarian yang telah
mendapatkan pelatihan
 Tingkat III (pelayanan standar internasional):
◦ Dokter kesehatan kerja, dan tim dari multi disiplin
ilmu
 Tingkat IV ( pelayanan komprehensif):
◦ Tim multi displin ilmu, tdd: dokter spesialis,
perawat kesehatan kerja, ahli higienes kerja,
ergonomist, psikolog, insinyur keselamatan kerja
1. Promotif:
◦ Pendidikan dan penyuluhan PHBS
◦ Perbaikan gizi, menu seimbang, higiene kantin
◦ Pemeliharaan tempat , proses dan lingk kerja
◦ Konsultasi, psikologi, KB, masalah kesehatan lain
◦ OR fisik dan kebugaran
◦ Koordinasi ke dalam dan luar perusahaan
◦ Advokasi
2. Pelayanan preventif:
◦ Pemeriksaan kes awal, berkala dan
khusus
◦ Identifikasi dan pengukuran potensi risiko
◦ Pengendalaian bahaya link kerja (fisik,
kimia,biologi,psikososial,ergonomi)
◦ Surveilans PAK, PAHK, KK, dan peny lainya
◦ Pemeriksaan kualitas air minum, makanan
3. Pelayanan Kuratif:
◦ P3K
◦ Pemeriksaan fisik dan penunjang
◦ Deteksi dini dan pengobatan segera PAK, KK

4. Rehablitatif
◦ Evaluasi tingkat kecacatan
◦ Rekomendasi penempatan kembali

5. Pelayanan Rujukan

6. Pencatatan dan Pelaporan


1. Klinik Umum
 Kebutuhan ruang
◦ Luas min 3x 4 m2
◦ Cahaya, sirkulasi udara, suhu sesuai standar
◦ Ada wastafel/air mengalir
◦ Mudah dijangkau, jauh dari bising, panas, sumber getar
(tidak berbahaya)
 Kebutuhan alat
◦ Meja, kursi
◦ Lemari obat, alat, meja instrumen
◦ Tempat tidur periksa, APD, oksigen,
◦ Tandu/brankar
◦ Ambulance
◦ telepon
 Kebutuhan SDM
◦ Dokter yang terlatih hiperkes
◦ Perawat terlatih K3
◦ Paramedis lain terlatih K3
◦ Petugas administrasi
2. Klinik Spesialis Okupasi
 Kebutuhan ruang
◦ Luas min 3x 4 m2
◦ Cahaya, sirkulasi udara, suhu sesuai standar
◦ Ada wastafel/air mengalir
◦ Mudah dijangkau, jauh dari bising, panas, sumber
getar (tidak berbahaya)
 Kebutuhan alat
◦ Meja, kursi
◦ Lemari obat,
◦ Lemari alat, meja instrumen
◦ Peralatan kesehatan lingkungan kerja (spirometer,
lux meter, Higrometer, Dust Sample Meter, Sound
Level Meter, Termometer Kit, dll)
◦ Tempat tidur periksa, APD, oksigen,
◦ Tandu/brankar
◦ Ambulance
◦ telepon
 Kebutuhan SDM
◦ Dokter spesialis okupasi
◦ Dokter yang telah terlatih K3
◦ Dokter yang telatih Hiperkes
◦ Perawat terlatih K3
◦ Paramedis lain terlatih K3
◦ Petugas administrasi
◦ Petugas Sanitarian telatih K3
◦ Petugas administrasi
 Klinik gigi
 Klinik Gizi
 Ruang pemulihan
 Ruang kepala
 Ruang staff
 Ruang laboratorium kesehatan
 Ruang loket pendaftaran
 Ruang obat dan pemberian obat
 Tiolet
Tinkat I Tingkat Awal
◦ Titik awal
◦ Belum ada klinik kusus hanya ruangan secukupnya
◦ Kegiatan pelayananberfokus pada risiko kecelakaan,
kerja fisik berat, sanitasi dan kebersihan dasar
◦ Bahaya kimia, faktor fisik dan biologis
Tingkat II Pelayanan Kesehatan Dasar
◦ Pelayanan dengan basis infrastruktur
◦ Fokus pelayanan pelayanan tingkat I ditabah dengan
pendidkan kesehatan, pelayanan kesehatan kerja,
pembinaan lingkungan kerja, surveilans kesehatan kerja
 Tingkat III Pelayanan dengan standar
Internasional
◦ Standar minimal yg ditetapkan Konvensi ILO no 161
◦ Infra struktur ada beberapa bentuk pilihan
◦ Intinya terutama tentang pencegahan-tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif/penyembuhan
 Tingkat IV
◦ Pelayanan Kesehatan Komprehensif
◦ Dijumpai pada perusahaan besarmenyediakan
pelayanan bagi sejumlah besar klien perusahaan
◦ Substansi pelayanan: pencegahan komprehensif,
pelayanan kuratif, promosi kes, promosi
kemampuan kerja dan pembangunan organisasi
kerja yang sehat
 Perusahaan skala kecil dan menengah
tahap pelayanan Tingkat I dan II
 Perusahaan skala menengah-besar yang
terorganisis dengan baik  tahap III dan IV
Jenis Pelaporan meliputi :
1) Jumlah kunjungan pasien yang berobat, terdiri
dari :
 Kunjungan baru
 Kunjungan ulangan
 Diagnosa penyakit
 Penyakit akibat kerja atau penyakit yang diduga
disebabkan oleh pekerjaan
 Kecelakaan kerja
2) Laporan hasil pemeriksaan kesehatan tenaga
kerja
 Pemeriksaan kesehatan awal
 Pemeriksaan kesehatan berkala
 Pemeriksaan kesehatan khusus
3) Laporan hasil pemantauan lingkungan kerja
4) Statistik kesehatan kerja (prevalens, insiden)
5) Kegiatan kesehatan kerja lainnya
1. Pimpinan Perusahaan
2. Puskesmas dan Dinkes setempat
3. Dinas tenaga kerja setempat
No Jenis Jml Jenis Kemungkinan Saran
penyakit/ pekerjaan penyebab tindak
gangguan / lanjut
kesehatan Tempat Faktor bahaya/risiko Faktor
yang kerja di tempat kerja penyebab
diderita lain

Anda mungkin juga menyukai