Puisi Jalan Batu Dan Tembok

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

Harga Yang Hilang

Karya: Ruslan Hamid Nguna


Mengendus waktu di penghabisan penciuman
Bersama mimpi indah kemarin
menggeliat ingin terbebas
Oleh kebisingan menggaruk sisa jiwaku

Sajak-sajak yang tertulis


memaksaku bertekuk di kaki anak-anak batu
Mengaum di tengah paraunya makian
engkau masih meracau akan faedah ketundukan

Bagai orang buta, semua yang kau perkosa


Mengukir semua maumu
merusak yang dikeramatkan
Konvensi akan konstruksi tabiatmu

kau paksakan !
Jemari mengikuti alur pena
tidak jelas kemana arahnya
Bersendawa akan harga yang hilang
Bergurau akan kata harga-menghargai
yang sebenarnya,
membuat tidak berharga
sama sekali !
Mengendus waktu di penghabisan
Bersama mimpi yang usai
menggeliat sebebas-bebasnya

Pada kebisingan sisa waktu


Sajak-sajak yang tertulis
memaksaku bertekuk di kaki anak-anak batu
Mengaum di tengah paraunya makian

engkau masih meracau akan faedah ketundukan


Bagai orang buta, kau abaikan ketakutan yang di agungkan
Dan susunan cinta yang damai retak di telapak kakimu

kini jemarimu memilih kepedihan


mencari kata yang telah mati
sebab kedamaian telah hilang diujung lidahmu

Mengendus waktu yang usai


Bergerak maju sesuka hatinya
Menuliskan sajak hina
Yang sujud di kaki batu

Mimpimu telah sia-sia


Sebab cinta retak ditapak kakimu
dan kedamaian yang kau nanti
hilang diujung lidahmu
kendari, 20 mei 2017

Anda mungkin juga menyukai