Anda di halaman 1dari 4

LOMBA PUISI BULAN BAHASA

Berdikari Atas Intuisi - Hilda Anggita Ekawati

Sekiranya jagat mampu memalingkan rotasi waktu


Andaikata semesta sanggup mencekal jarak menuju lampau
Dan jikalau buana tak mahir merekonstruksi takdir
Segugus puan pasti memeram seonggok getir
Serangkai nyonya berserah di bawah titik nadir

Berdesir napas mereka dalam terungku


Berdegup jiwa diselimuti ragu
Hidup senantiasa terbalut pekatnya gulita
Buramnya aksara kian merabun dalam netra
Segala binar angan tersekat hingga sirna
Jatuh, gugur, lipur, luruh, runtuh, lesap, tumpas menuju binasa
Tak lagi menyisa secercah cita-cita

Hingga di suatu titik masa kartini tiba


Wujud rupa sahutan dari doa semesta
Berderas peluh dalam menuntun garis hidup baru
Berderai gerimis tangis dalam menyulut sukma yang layu
Berpayah meleburkan gejolaknya ombak stigma
Berpenat menepikan nasib dari pusaran prahara
Dan wanita merdeka atas segenap atma

Independensi benar layak dikantongi


Kedaulatan ialah harta segenap sanubari
Berdikarilah atas intuisi
Sebab gelora mesti tanpa sempadan
Kebebasan mesti tak bertuan
Kini wanita bebas selapangnya mengudara di antariksa
Leluasa berlari mengarungi jagat raya

Untuk segala nyala bintang di tengah temaram yang tetap tegar berpendar tak meredup walau dihembus
topan. Untuk segala jiwa seteguh gugus karang yang tetap kukuh tak runtuh walau dihempas gelombang.
Untuk segala hati penimbun ketulusan yang tetap tersenyum tabah walau dihujani tangisan. Untuk
mereka, seluruh wanita dan segenap kekuatannya.
Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini-Taufik Ismail

Tidak ada pilihan lain


Kita harus berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”

Tidak ada lagi pilihan lain


Kita harus berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
(1966)
PUPUS RAGA HILANG NYAWA
Oleh : Ni Komang Anisa Purnama Sari

Napak tilas para pahlawan bangsa…


Berkibar dalam syair sang saka
Berkorban dalam sebuah perjuangan
Untuk meraih cita-cita merdeka

Napak tilas anak bangsa …


Bersatu kobaran semangat membara
Riuh di jagat Nusantara
Membela negeri tercinta

Gugur bunga setiap saat…


Melawan koloni yang sesat
Melawan siang,malam
Serasa semudah membalikkan telapak tangan

Kedua matamu tetap fokus satu tujuan…


Ke arah musuhmu
Entah kepala atau dada
Kesigapanmu mengarahkan senjatamu

Namun, granat-granat telah menghampiri…


Tepat di depan matamu
Kau terguncang dengan naas
Kau tercabik dan berlumuran darah

Dentang jam berbunyi detik demi detik…

Waktu kian berlalu bagai air mengalir


Sekawan burung gagak membawa kabar
Mereka telah pergi

Di saat – saat terakhir kau berucap “MERDEKA”…


Ucap terkhir penuh harap
Tertanam dalam jiwa pemuda
Bermandikan darah dan air mata

Darahmu menjadi air bagi tanah kami…


Semangatmu menjadi energi
Menumbuhkan para tunas-tunas baru
Generasi muda penerus

Saksikanlah tanah juangmu kini


Kau akan terima keluh kesah dari Pertiwi
Menantimu kembali
Sebagai pahlawan sejati
HILANG RAGA UNTUK MERDEKA
Oleh : Winda Sasmita Dewi Arhan

Dalam gelora semangat kemerdekaan


Memacu jiwa, raga bahkan nyawa
Tumpah darah dan derai air mata
Tuliskan sejarah dalam tinta perjuangan
Lihatlah! Berapa banyak lagi?

Teteran darah yang bercucuran di jiwamu


Tidak ada kata menyerah di pikiranmu
Ragamu yang seolah olah tidak mempan oleh luka
Bambu runcing yang selalu menemanimu

Dan timah besi yang menusuk ragamu


Tidak mengecoh sedikitpun agenda kecilmu
Semangat tekatmu menggetarkan bangsa ini
Kau berteman dengan maut

Hanya untuk sebuah keadilan


Dan kau raih itu untuk Indonesiaku
Kini kejayaan tak ingin hanya sebuah mimpi
Kata merdekapun tak ingin hanya sebuah buaian

sorak gembira rakyat menyentuh sanubariku


Engkau torehkan centa di balik perjuangan
Dan sampai akhir hayat pun akan kukenang
Merdeka! Merdeka!

Berjaya bangsa Indonesiaku


Aku sangat bangga kepadamu
kan aku tuliskan pejuanganmu
Dalam sebuah puisi kecilku
Akulah penerusmu
Indonesia….
Untuk bangsa yang lebih bermartabat.

Anda mungkin juga menyukai