Anda di halaman 1dari 6

BAHASA INDONESIA

PUISI

DISUSUN OLEH :

INDI ETHA WARINA TARIGAN

IX1

SMP NEGERI 5 DUMAI


Aku dan Masa Depanku
Karya: Ulil Albab Af-Farizi

Ketika sang mentari menampakkan sinarnya


Diiringi kicauan burung yang menyapa
Detik demi detik yang berbunyi
Membangunkanku untuk menggapai cita
Buku-buku yang memandangku
Seolah tak rela menenggelamkanku dalam angan
Kutatap mentari dan berkata
Aku siap demi masa depanku
Semangat yang membara
Membangkitkan jiwa dan raga
Lonceng sekolah yang memanggil
Adalah awal mengumpulkan ilmu
Menuntut ilmu
lalah candu bagiku
Menambah kecerdasan
Dan menjadi jembatan
Akan cita-citaku
PANDEMI

Sudut-sudut tampak penuh.

Kursi roda jadi sandaran,

selang infus bergelantungan (serupa ramainya pesta Tahun Baru).

Rintihan datang dan pergi,

menyelimuti ruang putih yang mendadak jadi kelam.

Napas terdengar bernyanyi satu-satu.

Ada yang kemudian hilang,

ada yang menjadi tenang.

Entah itu pertanda baik atau sebaliknya.

Petugas berlarian,

menjemput mereka yang tiba.

Lelah dalam keringat,

tersengal di dekapan lapisan baju penahan sakit

. Berjam-jam mencoba tak lelah,

meski kadang harus menyerah dalam lelap sekejap.

Sisanya, perpisahan pun tak kunjung selesai.

Waktu datang dan waktu pergi,

saling berlomba mencari peluang.

Bagaikan rem lepas, akibat kencangnya hembusan paparan virus.


Mengeja Merdeka
Oleh: Prawoto Susilo
 
Kata kakekku:
Kita harus mencintai negeri ini
Dengan sepenuh hati
Itu menjadi harga mati
 
Perjuangan para pahlawan dahulu
Berkorban tak peduli apa yang terjadi
Walau sampai mati
Untuk negeri kita cintai
 
Darah suci banyak jatuh di tanah pertiwi
Darah suci yang penuh arti
Untuk negeri ini
Untuk memberikan kemerdekaan yang hakiki
 
Pesan kakekku:
Kita jangan melupakan perjuangan pahlawan yang gugur di negeri ini
Karena jasa-jasanya sangat berarti
Yang telah memberikan kemerdekaan ini
Engkau Guru

Engkau yang memberi ilmu pada kami

Kaulah yang mengajar menulis

Engkau juga mengajar menghitung dan membaca

Engkau adalah pelita bagi kami

Ibu dan bapak guru tak pernah lelah mengajar kami

Bagiku engkau pahlawanku

Tanpamu tak kan berarti

Engkau bagai embun penyejuk

Walau kami sering membuatmu marah

Kau pun tak pernah bosan

Kami tidak bisa membalas jasamu

Terima kasih ku
Bunda dalam Cahaya

Dia wanita bernama cahaya

Hatinya memancar

Tergurat dalam doa-doa

Tangan kecilnya mengantar kami di gerbang cahaya

Dia berjalan dengan cinta

Dia berjalan menerjang luka

Bahkan dia menempuh tanpa

Batas rasa

Dia lah Ibu dari segala cahaya

Ibu dari semua luka kami

Ibu dari Jejak yang terukir

dalam tinta sejarah

Anda mungkin juga menyukai