Diiringi kicauan burung yang menyapa Detik demi detik yang berbunyi Membangunkanku untuk menggapai cita Buku-buku yang memandangku Seolah tak rela menenggelamkanku dalam angan Kutatap mentari dan berkata Aku siap demi masa depanku Semangat yang membara Membangkitkan jiwa dan raga Lonceng sekolah yang memanggil Adalah awal mengumpulkan ilmu Menuntut ilmu lalah candu bagiku Menambah kecerdasan Dan menjadi jembatan Akan cita-citaku PANDEMI
Sudut-sudut tampak penuh.
Kursi roda jadi sandaran,
selang infus bergelantungan (serupa ramainya pesta Tahun Baru).
Rintihan datang dan pergi,
menyelimuti ruang putih yang mendadak jadi kelam.
Napas terdengar bernyanyi satu-satu.
Ada yang kemudian hilang,
ada yang menjadi tenang.
Entah itu pertanda baik atau sebaliknya.
Petugas berlarian,
menjemput mereka yang tiba.
Lelah dalam keringat,
tersengal di dekapan lapisan baju penahan sakit
. Berjam-jam mencoba tak lelah,
meski kadang harus menyerah dalam lelap sekejap.
Sisanya, perpisahan pun tak kunjung selesai.
Waktu datang dan waktu pergi,
saling berlomba mencari peluang.
Bagaikan rem lepas, akibat kencangnya hembusan paparan virus.
Mengeja Merdeka Oleh: Prawoto Susilo
Kata kakekku: Kita harus mencintai negeri ini Dengan sepenuh hati Itu menjadi harga mati
Perjuangan para pahlawan dahulu Berkorban tak peduli apa yang terjadi Walau sampai mati Untuk negeri kita cintai
Darah suci banyak jatuh di tanah pertiwi Darah suci yang penuh arti Untuk negeri ini Untuk memberikan kemerdekaan yang hakiki
Pesan kakekku: Kita jangan melupakan perjuangan pahlawan yang gugur di negeri ini Karena jasa-jasanya sangat berarti Yang telah memberikan kemerdekaan ini Engkau Guru