3 - Pedoman Manajemen Resiko - OK PDF
3 - Pedoman Manajemen Resiko - OK PDF
TIM PENYUSUN
b
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
KATA PENGANTAR
i
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
ii
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
DAFTAR ISI
iii
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
iv
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
DAFTAR GAMBAR
v
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
DAFTAR TABEL
vi
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
vii
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
P : Probabilitas
P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PAK : Penyakit Akibat Kerja
Permenakertrans : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
SDM : Sumber Daya Manusia
TB : Tuberculosis
UU : Undang-undang
WHO : World Health Organization
WTP : Water Treatment Plant
viii
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Gambar 1. Jumlah
Gambar 1. kasus
JumlahPAK
kasusdan
PAKKAK
dan di
KAKIndonesia Tahun
di Indonesia 2011-2014
Tahun 2011-2014
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015)
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015)
3
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meminimalkan risiko K3 yang ada di fasyankes
guna mencegah terjadinya PAK dan KAK pada SDM
fasyankes dan insiden pada pasien, pendamping, dan
pengunjung.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan dalam mempersiapkan
pelaksanaan manajemen risiko K3 di fasyankes;
b. Meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi
risiko K3 di fasyankes;
c. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis
risiko K3 di fasyankes;
d. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan
pengendalian risiko K3 di fasyankes;
4
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
5
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
E. Dasar Hukum
F. Pengertian
6
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
7
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
BAB II.
KONSEP MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJADI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
A. Bahaya K3
8
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN Kementerian
KESEHATAN KERJA Republik
Kesehatan DI FASYANKES
Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Bahaya
Fisik
Bahaya Bahaya
Psikososial Kimia
Bahaya
Bahaya Bahaya
Ergonomi Biologi
Gambar
Gambar 2. Jenis
2. Jenis Bahaya Kesehatan
Bahaya Kesehatandi Lingkungan Kerja
di Lingkungan Kerja
bahaya
Kelima Kelimatersebut
bahaya tersebut
di atas, di atas, dapat
dapat menimbulkan dampak,menimbulkan
baik terhadap
dampak,
kesehatan baik
maupun terhadap
terhadap kesehatan
keselamatan. maupunkelima
Penjelasan mengenai terhadap
bahaya
keselamatan.
tersebut Penjelasan
adalah sebagai berikut: mengenai kelima bahaya tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Bahaya Fisik
1. Bahaya
Bahaya fisikFisik
umumnya berasal dari energi yang dilepaskan dari alat dan
Bahaya
proses fisik
kerja, umumnya
serta berasal
berasal dari dariBeberapa
lingkungan. energi yang
contohdilepaskan
bahaya fisik
dari alat
adalah dan kebisingan,
getaran, proses kerja, serta
iluminasi berasal
atau dari lingkungan.
pencahayaan, iklim kerja,
Beberapa
radiasi contoh
pengion (sinar X,bahaya fisikradiasi
α, β, γ), dan adalahnongetaran, kebisingan,
pengion (medan magnet
iluminasi
dan medan atau
listrik, pencahayaan, iklim
sinar UV, sinar infra kerja,
merah, dll).radiasi
Bahaya pengion
gravitasi
(sinar jatuh
(seperti X, α,dari
β, γ), dan radiasi
ketinggian, non tersandung),
terpeleset, pengion (medan
mekanikmagnet
(seperti
dan bergerak,
benda medan mesin
listrik, sinarlistrik,
potong), UV,radiasi
sinar infra
nuklir, merah,
dan gas dll).
bertekanan
Bahaya
pun gravitasi (seperti
dapat dikategorikan ke dalam jatuh
bahayadari
fisik.ketinggian,
terpeleset,
tersandung), mekanik (seperti benda bergerak, mesin 17
potong), listrik, radiasi nuklir, dan gas bertekanan pun
dapat dikategorikan kedalam bahaya fisik.
9
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2. Bahaya Kimia
Bahaya kimia berasal dari sifat alami/ kandungan yang
terdapat dalam bahan kimia. Umumnya bahaya kimia
bersumber dari bahan yang dipakai dalam proses kerja,
udara ambien di area proses kerja, dan katalis proses
kimia di tempat kerja. Contoh bahaya kimia adalah
gas (CO, CO2, NOx, N2O, dll), uap (formaldehida, uap
merkuri, alkohol, benzene, toluen, xylene, dan cairan
kimia yang mudah menguap lainnya), serta partikulat
(asap, debu, fiber, fume, mist, fog). Dampak kesehatan
akibat bahan kimia dapat sangat luas spektrumnya dari
iritasi, sensitisasi, asfiksia, hingga mutasi gen (mutagen)
(Kurniawidjaja 2012). Dampak terhadap keselamatan dari
pajanan bahan kimia dapat menyebabkan kebakaran,
ledakan, korosi, dll. Pekerja dapat terpajan bahaya
kimia melalui inhalasi (jalur pernapasan), ingesti (jalur
pencernaan), injeksi, kontak mata, dan kontak melalui
kulit.
3. Bahaya Biologi
Bahaya biologi adalah bahaya yang bersumber dari
organisme dan mikroorganisme, seperti bakteri, jamur,
algae, virus, tanaman, dan binatang (insect, lebah, ular,
dll). Bahaya biologi menyebabkan penyakit yang dapat
menular dari satu orang ke orang yang lain baik melalui
kontak langsung ataupun tidak langsung. Pajanan bahaya
biologi di lingkungan kerja juga dapat terjadi ketika pekerja
kontak dengan cell cultures, tanah, tanam-tanaman,
debu organik, makanan dan sampah serta limbah.
Faktor yang dapat mempengaruhi rendah tingginya risiko
bahaya biologi ialah sistem pengaturan udara (ventilasi),
10
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
4. Bahaya Ergonomi
Bahaya Ergonomi adalah bahaya yang disebabkan karena
ketidaksesuaian interaksi antara pekerja, peralatan,
lingkungan dan organisasi kerja (esain peralatan,
tempat, prosedur, dan postur kerja). Ilmu Ergonomi
sendiri mempelajari interaksi antara manusia, pekerjaan,
lingkungan, dan organisasi kerja yang memiliki fokus
ilmu untuk menyesuaikan pekerjaan serta alat kerja
dengan karakteristik dan keterbatasan fisik manusia.
Ilmu ergonomi bertujuan untuk mencegah cedera dan
gangguan kesehatan akibat penggunaan otot berlebih
(beban kerja berlebih), postur janggal, maupun pekerjaan
yang berulang (NIOSH, 2014). Hal ini dilakukan melalui
mendesain pekerjaan, ruang kerja, kontrol, tampilan alat
atau mesin, pencahayaan, dan peralatan kerja sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan fisik pekerja
(NIOSH, 2014). Dampak kesehatan yang paling sering
ditimbulkan akibat bahaya ergonomi adalah Gangguan
Otot Tulang Rangka Akibat Kerja (GOTRAK).
Faktorrisiko GOTRAK terkait ergonomi antara lain:
• Postur dan pergerakan tubuh
o Postur statis (duduk/berdiri lama dengan posisi
netral tanpa membawa beban lebih dari empat
jam)
o Postur janggal (membungkuk, memutar, miring)
• Penanganan beban manual (mengangkat,
membawa, menarik, dan mendorong)
11
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
5. Bahaya Psikososial
Menurut ILO (1986) bahaya psikososial adalah hasil
interaksi antara aspek desain kerja, organisasi dan
pengelolaan pekerjaan, kondisi sosial serta lingkungan
yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja melalui
persepsi dan pengalamannya (Leka & Jain, 2010).
Pajanan bahaya psikososial dapat mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan pekerja serta kesehatan
organisasi seperti produktivitas perusahaan, kualitas
produk dan jasa, dan iklim kerja organisasi. Bahaya
psikososial secara umum berkaitan erat dengan konteks
kerja (contohnya gaji dan fasilitas kerja kurang, hubungan
keluarga tidak harmonis sehingga mempengaruhi
pekerjaan, hubungan interpersonal yang tidak baik,
komunikasi atasan-bawahan tidak baik, dan lainnya)
dan konten pekerjaan (beban kerja berlebih, pekerjaan
tidak sesuai dengan kemampuan pekerja, kerja lembur,
dan lainnya) (Kurniawidjaja, 2012). Gejala dari dampak
kesehatan karena bahaya psikososial beragam seperti
perubahan perilaku (gangguan tidur, kecenderungan
konsumsi rokok dan minuman beralkohol, isolasi diri),
perubahan fisiologia (sakit maag, diare, mudah sakit
kepala dan lemas, gangguan organ seksual, dan lainnya),
perubahan mental (sulit konsentrasi, mudah lupa, dan
lainnya), serta perubahan psikologis (mudah marah,
tidak terarah, merasa kosong, dan lain-lain). Dampak
12
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
B. Risiko K3
13
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
C. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah metode yang logis dan sistematis
dari suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menurunkan
konsekuensi, baik PAK maupun KAK. Manajemen risiko terdiri
dari beberapa tahapan, yaitu persiapan, identifikasi, analisis,
evaluasi dan pengendalian risiko, komunikasi dan partisipasi,
serta monitoring risiko.
Mengacu kepada AS/NZS 4360 tahun 2004 yang diadopsi
ke dalam ISO 31000, proses implementasi manajemen risiko
terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
1. Persiapan
Merupakan sebuah tahapan di mana fasyankes
menentukan tujuan, sumber daya manusia, sumber daya
finansial, ruang lingkup, metode yang akan digunakan,
dan waktu pelaksanaan manajemen risiko.
2. Identifikasi risiko
Merupakan upaya untuk menemukan atau mengidentifikasi
bahaya yang ada di tempat kerja, populasi berisiko,
rute pajanan bahaya, serta konsekuensi yang mungkin
14
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
3. Analisis risiko
Merupakan proses menilai apakah risiko dapat diterima
atau tidak. Terdapat 3 jenis metode dalam analisis risiko:
a. Metode kualitatif
Tingkat risiko dinilai dengan menggunakan skala
deskriptif dengan menggunakan sebuah formulir
analisis risiko yang sederhana namun komprehensif.
b. Metode Semikuantitatif
Menggunakan skala dalam bentuk angka untuk
menilai tingkat risiko. Risiko digambarkan sebagai
fungsi dari probabilitas/kemungkinan terjadinya
dampak (P) dan konsekuensi/dampak (K),
sehingga secara matematis risiko dinyatakan dalam
persamaan 1. Semakin tinggi P/K, maka risiko akan
semakin tinggi, dan semakin rendah P/K maka risiko
pun akan semakin rendah.
Dimana,
P : Probabilitas atau kemungkinan terjadinya dampak
C : konsekuensi atau dampak
c. Metode Kuantitatif
Melakukan uji yang lebih detail untuk menentukan
tingkat probabilitas/kemungkinan dan konsekuensi.
15
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
4. Evaluasi risiko
Merupakan proses membandingkan antara hasil analisis
risiko dengan pengendalian yang telah diimplementasikan.
Dalam tahapan ini diputuskan apakah pengendalian yang
ada telah mencukupi atau perlu dilakukan pengendalian
tambahan. Rekomendasi pengendalian tambahan
merupakan output dari tahapan ini.
5. Pengendalian risiko
Merupakan proses implementasi dan pengembangan
strategi untuk mereduksi risiko yang muncul, sesuai
dengan rekomendasi yang telah dibuat pada tahapan
evaluasi risiko. Dalam penerapan pengendalian risiko
harus diperhatikan hierarki pengendalian risiko (subbab
3.E) serta efektivitasnya.
16
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
konsultasi.
Persiapan
Pemantauan dan Telaah Ulang
Komunikasi dan Konsultasi
Identifikasi Risiko
Analisis Risiko
Evaluasi Risiko
Pengkajian Risiko
Pengendalian Risiko
17
25
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
BAB III.
LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN RISIKOK3 DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN
B. Identifikasi Risiko
18
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
19
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pedoman
C. Analisis Risiko
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Setelah identifikasi risiko, langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah analisis risiko.Tujuan dari analisis risiko adalah untuk
menilai tingkat risiko K3 (rendah/ sedang / tinggi) baik sebelum
C. Analisis Risiko
maupun setelah adanya pengendalian. Berikut adalah metode
Setelah identifikasi risiko, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah analisis
analisis risiko :
risiko. Tujuan dari analisis risiko adalah untuk menilai tingkat risiko K3 (rendah/
sedang / tinggi) baik sebelum maupun setelah adanya pengendalian. Berikut
1. Metode Kualitatif
adalah metode analisis risiko :
Dalam analisis kualitatif, tingkat risiko dinilai dengan
menggunakan
1. Metode Kualitatifskala deskriptif saja, dengan menggunakan
sebuah formulir
Dalam analisis analisis
kualitatif, tingkatrisiko yangdengan
risiko dinilai sederhana
menggunakannamun skala
komprehensif. Baik menggunakan
deskriptif saja, dengan bahaya dan dampak
sebuah formulir dikategorikan
analisis risiko yang
berdasarkan
sederhana namun pengetahuan,
komprehensif. kemampuan,
Baik bahaya dan dan kesepakatan
dampak dikategorikan
dari tim K3.pengetahuan,
berdasarkan Pengkategorian kemampuan, dampak (konsekuensi)
dan kesepakatan danK3.
dari tim
kemungkinan
Pengkategorian (probabilitas)
dampak (konsekuensi) disajikan
dan pada Tabel 1dan
kemungkinan 2.
(probabilitas)
disajikan pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1.Tabel
Kategori Dampak/Konsekuensi
1. Kategori Dampak/Konsekuensi
Dampak/Konsekuensi Efek pada Pekerja
Ringan Sakit atau cedera yang hanya membutuhkan P3K dan
tidak terlalu mengganggu proses kerja
Sedang Gangguan kesehatan dan keselamatan yang lebih
serius dan membutuhkan penanganan medis, seperti
alergi, dermatitis, Low Back Pain, dan menyebabkan
pekerja absen dari pekerjaannya untuk beberapa hari
Berat Gangguan kesehatan dan keselamatan yang sangat
serius dan kemungkinan terjadinya cacat permanen
hingga kematian, contohnya amputasi, kehilangan
pendengaran, pneumonia, keracunan bahan kimia,
kanker
20
Pedoman
PedomanPedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN
MANAJEMEN DAN KESEHATAN
RISIKO KESELAMATAN DAN KERJA KERJA
KESEHATAN DI FASYANKES Pedoman
DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN Kesehatan
DAN KESEHATAN Republik Indonesia
KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tidak mungkin
Mungkin Risiko rendah Risiko rendah Risiko sedang
Kemungkinan
2. Metode Semikuantitatif
Dalam analisis semikuantitatif, setiap kategori diberi nilai
dengan angka numerik. Nilai tiap kategori perlu disepakati
dalam tim K3 sebelumnya. Sebagai contoh, konsekuensi,29
29
kemungkinan dan tingkat risiko di kategorikan ke dalam29
skala numerik seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5 –
Tabel 8.
21
Dalam
Dalam analisis
analisis semikuantitatif,
semikuantitatif, setiap
setiap kategori
kategori diberi
diberi nilai
nilai dengan
dengan angka
angka
numerik. Nilai
numerik. Nilai tiap
tiap kategori
kategori perlu
perlu disepakati
disepakati dalam
dalam tim
tim K3K3 sebelumnya.
sebelumnya.
Pedoman Sebagai contoh, konsekuensi, kemungkinan dan tingkat risiko di kategorikan
Sebagai contoh, konsekuensi, kemungkinan dan tingkat risiko di kategorikan
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
ke
ke dalam
Kementerian skala
Kesehatan
dalam numerik
Republik
skala numerik seperti
seperti yang
Indonesia yang dapat
dapat dilihat
dilihat pada
pada Tabel
Tabel 5
5–– Tabel
Tabel 8.
8.
Tabel
Tabel5.5.
Tabel 5.Kategori
Kategori Dampak/Konsekuensi
Kategori Dampak/Konsekuensi
Dampak/Konsekuensi
Kategori
Kategori Dampak/Keparahan
Dampak/Keparahan
1
1 Tidak
Tidak ada
ada dampak
dampak
2
2 Membutuhkan
Membutuhkan P3K
P3K
3
3 Membutuhkan perawatan
Membutuhkan perawatan medis
medis
4
4 Menyebabkan
Menyebabkan cacat
cacat permanen
permanen
5
5 Menyebabkan kematian
Menyebabkan kematian
2 2 4 6 8 10
Kemungkinan/
2 2 4 6 8
Kemungkinan/
Probabilitas
Probabilitas
Probabilitas
3
3 3
3 6
6 9
9 12
12 15
15
4
4 4
4 8
8 12
12 16
16 20
20
5
5 5
5 10
10 15
15 20
20 25
25
30
30
22
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Pedoman
Kementerian KERJA
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN Kesehatan Republik Indonesia
DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tabel
Tabel 8. Tingkat
8. Tingkat Risiko
Risiko
Dampak x
Tingkat risiko Keterangan warna
Kemungkinan
1–3 Rendah
4–6 Sedang
8 – 12 Bermakna
15 – 25 Tinggi
3. Metode Kuantitatif
3. Metode Kuantitatif
Dalam analisis kuantitatif, dilakukan pengukuran pajanan
Dalam analisis kuantitatif, dilakukan pengukuran pajanan bahaya dengan
bahaya dengan menggunakan berbagai macam instrumen
menggunakan berbagai macam instrumen dan dibandingkan dengan nilai
dan dibandingkan dengan nilai standar yang sesuai
standar yang sesuai
dengan denganberlaku.
ketentuan ketentuanSebagai
berlaku. Sebagai
contohcontoh pengukuran
pengukuran
iklim iklim
kerja,kerja, pencahayaan
pencahayaan (iluminasi),
(iluminasi), radiasi pengion
radiasi pengion dan
dan nonpengion,
bahan nonpengion, bahan kimia, Apabila
kimia, dan mikroorganisme. dan mikroorganisme.
hasil pengukuran Apabila
tidak sesuai
denganhasil pengukuran
standar, tidak tindakan
maka diperlukan sesuai pengendalian.
dengan standar, maka
diperlukan tindakan pengendalian.
D. Evaluasi Risiko
D. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko dilakukan dalam rangka membandingkan tingkat risiko yang telah
Evaluasi risiko dilakukan dalam rangka membandingkan
dihitung dengan upaya pengendalian yang telah dilakukan. Bila masih ada sisa
tingkat risiko yang telah dihitung dengan upaya pengendalian
risiko maka perlu diterapkan pengendalian lanjutan. Tahap ini juga digunakan
yang telah dilakukan. Bila masih ada sisa risiko maka perlu
untuk diterapkan
menilai efektivitas pengendalian.
pengendalian Hasil evaluasi
lanjutan. Tahaprisiko
ini diantaranya adalah:
juga digunakan
Gambaran tentang sisa
untuk menilai risiko yangpengendalian.
efektivitas ada. Hasil evaluasi risiko
diantaranya
Gambaran tentangadalah:
prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
• Gambaran
Masukan/informasi tentang
untuk sisa risiko
pertimbangan yang ada.
penerapan pengendalian lanjutan.
24
Tahapan evaluasi juga meliputi penentuan kategori tingkat Pedoman
risiko K3, apakah termasuk dalam kategori Dapat Diterima,
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Tabel
Tabel 9. Evaluasi
9. Evaluasi dan Prioritas
dan Prioritas Pengendalian
Pengendalian RisikoAnalisis
Risiko dengan Metode dengan
Metode Analisis Risiko Semikuantitatif
Risiko Semikuantitatif
Nilai Kategori Nilai Kategori Tingkat Prioritas
Jangka Waktu Pengendalian
Risiko Risiko Risiko Pengendalian
Membutuhkan pengendalian
1–3 Rendah Dapat Diterima Prioritas 4
dalam waktu 1 tahun
Membutuhkan pengendalian
4–6 Sedang Prioritas 3
dalam waktu 6 bulan
Moderat
Membutuhkan pengendalian
8 – 12 Bermakna Prioritas 2
dalam waktu 3 bulan
Membutuhkan pengendalian
15 – 25 Tinggi Penting Prioritas 1 segera (maksimal dalam waktu
1 bulan)
24
32
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
33
25
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
E.Kementerian
Pengendalian
KesehatanRisiko
Republik Indonesia
Eliminasi
E
f Subtitusi
e
k
t Pengendalian
i Teknik
v
i Administratif
t
a
s APD
GambarGambar
4. Hierarki Pengendalian Risiko K3
4. Hierarki Pengendalian Risiko K3
26
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
27
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
28
bersifat sekali pakai. Implementasi alat pelindung diri seringkali menjadi
komplementer dari upaya pengendalian di atasnya dan/atau apabila
Pedoman
pengendalian
MANAJEMEN di RISIKO
atasnya belum cukup
KESELAMATAN efektif.
DAN Di bawah
KESEHATAN KERJAini
DI terdapat
FASYANKES gambar
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
yang menunjukkan jenis-jenis alat pelindung diri yang umum.
1 2 KETERANGAN GAMBAR
1. Alat Pelindung Kepala
2. Alat Pelindung Mata
3 3. Alat Pelindung Mata
4
dan Muka
4. Alat pelindung Telinga
5 6 5. Pakaian Pelindung
6. Alat Pelindung Tangan
Pedoman
7. Alat Pelindung
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN Kaki
KERJA DI FASYANKES
7
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Gambar 5. Beberapa
Gambar jenis
5. Beberapa jenisAlat
AlatPelindung Diri(APD)
Pelindung Diri (APD)
36
Gambar 6. Contoh
Gambar 6. Contoh APD
APD didi Ruang
Ruang Operasi
Operasi
Berdasarkan
Berdasarkan lokasinya,
lokasinya, pengendalian
pengendalian risiko dapat
risiko dapat dilakukan dilakukan
di sumber, di media
di sumber,
antara di pekerja,
sumber dan mediaataupun
antara sumber
dilakukan dan pekerja,
pada pekerja. ataupun
dilakukan pada pekerja.
29
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Pedoman
Kementerian
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJAKesehatan Republik Indonesia
DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Metode yangditerapkan
Metode yang dapat dapat diterapkan
berdasarkan
Gambar berdasarkan
lokasiRisiko
7. Pengendalian pengendaliannya dapat lokasi
dilihat
pada Tabel 11 berikut:
pengendaliannya dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
Metode yang dapat diterapkan berdasarkan lokasi pengendaliannya dapat dilihat
Tabel 11. Metode Pengendalian Bahaya berdasarkan Lokasi Pengendaliannya
pada Tabel 11 berikut:
Tabel 11. Metode Eliminasi
Pengendalian Bahaya berdasarkan Lokasi
Substitusi
Pengendaliannya
Tabel 11. Metode Pengendalian
Modifikasi Bahaya berdasarkan
sumber atau proses Lokasi Pengendaliannya
Sumber
Automatisasi
Eliminasi
Isolasi/containment/enclosure
Substitusi sumber bahaya
Local exhaust
Modifikasi ventilation
sumber atau proses
Sumber Ventilasi general/penghawaan dengan jendela
Automatisasi
Media Menjauhi sumber
Isolasi/containment/enclosure sumber bahaya
Jadwal kerja
Local exhaust ventilation
Cara kerja
Ventilasi aman
general/penghawaan dengan jendela
Pekerja
Media Prosedur sumber
Menjauhi kerja
Alat pelindung
Jadwal kerja diri
Cara kerja aman
Pekerja Prosedur kerja
Alat pelindung diri
38
38
30
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
31
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
32
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
BAB IV.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO K3
33
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
42
34
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
43
35
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
44
36
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
45
37
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
46
38
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
47
39
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
48
40
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
49
41
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
50
42
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
51
43
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
44
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
REFERENSI
HSE UK. 2016. Health and Safety Statistics. Available at: http://
www.hse.gov.uk/statistics/.
ILO. 2014. Safety and Health at Work. Available at: http://www.
ilo.org/global/topics/safety-and-health-at-work/lang--en/
index.htm.
Kurniawidjaja, L.M. 2012. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja.
Jakarta.
Leka, Stavroula and Aditya Jain. 2010. Health Impact of Psychosocial
Hazards at Work. Geneva.
NIOSH. 2014. No title
OSHA. 2012. Worker Safety in Your Hospital: Know the Facts.
Available at: https://www.osha.gov/dsg/hospitals/
documents/1.1_Data_highlights_508.pdf [Accessed July
24, 2016].
OSHA. 2013. Lessons from High Performing Hospital, Integrating
Patient and Workplace Safety Program.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2015. Data Jumlah Kasus PAK dan KAK yang
Dilaporkan oleh Puskesmas Tahun 2011-2014.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
WHO. 2016. Health Workers. Available at: http://www.who.int/
occupational_health/topics/hcworkers/en/.
45
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
LAMPIRAN
CONTOH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO K3 DI INSTALASI GAWAT DARURAT
1 Penerimaan Ergonomi Saat mengangkat Perawat Gangguan otot, 4 3 12 Bermakna Penggunaan tempat 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penggunaan tempat Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
pasien dan memindahkan tulang dan rangka tidur/brankar yang pengendalian tidur/brankar yang dibantu 2017
pasien (pekerjaan adjustable dalam waktu 6 adjustable oleh Tim K3
yang dilakukan bulan Fasilitas
secara manual dan Prosedur kerja yang Prosedur kerja yang Pelayanan
postur janggal) mencakup teknik mencakup teknik Kesehatan
pengangkatan dan pengangkatan dan
pemindahan pasien pemindahan pasien
yang baik dan benar yang baik dan benar
serta memenuhi serta memenuhi
kaidah ergonomi kaidah ergonomi
Pelaksanaan Pelaksanaan
pengukuran faktor pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk risiko ergonomi
menilai risiko untuk menilai risiko
ergonomi ergonomi
Biologi Mikroorganisme Penyakit infeksi/ 4 3 12 Bermakna Pembersihan 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pembersihan Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
yang berasal dari menular ruangan secara pengendalian ruangan secara dibantu 2017
udara (airborne), berkala dalam waktu 6 berkala oleh Tim K3
kontak dengan menggunakan bulan menggunakan Fasilitas
pasien (termasuk desinfektan desinfektan Pelayanan
kontak dengan darah Kesehatan
atau cairan tubuh Pengukuran Pengukuran
lainnya) parameter biologi parameter biologi
(mikroorganisme) (mikroorganisme)
46
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pertimbangkan Pertimbangkan
penggunaan air penggunaan air
purifier purifier
Psikososial Sering kontak Stres kerja, cedera 4 3 12 Bermakna Pengaturan waktu 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
dengan pasien, kerja kerja dan istirahat pengendalian kerja dan istirahat dibantu 2017
bergilir (shift), beban dalam waktu 6 oleh Tim K3
kerja berlebih, Pengaturan shift bulan Pengaturan shift Fasilitas
ancaman secara fisik kerja kerja Pelayanan
Kesehatan
Pengaturan beban Pengaturan beban
kerja kerja
Prosedur Prosedur
penanganan pasien penanganan pasien
2 Pemeriksaan
Anamnesis, Pencahayaan Tingkat Dokter Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pemasangan lampu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pemasangan lampu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
pemeriksaan pencahayaan dengan intensitas pengendalian dengan intensitas
fisik, penentuan ruangan kurang atau Perawat minimal 300 lux dalam waktu 1 minimal 300 lux
diagnosis terlalu silau tahun
Petugas Penambahan lampu Penambahan lampu
pembersihan tambahan saat tambahan saat
peralatan dan melakukan melakukan
ruangan pemeriksaan pasien pemeriksaan pasien
(jika diperlukan) (jika diperlukan)
Perbaikan/pengganti Perbaikan/pengganti
an lampu yang rusak an lampu yang
rusak
Pengukuran
intensitas Pengukuran
pencahayaan secara intensitas
berkala pencahayaan
secara berkala
Suhu dan Suhu ruangan terlalu Ketidaknyamanan, 5 1 5 Sedang Pengaturan suhu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan suhu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
kelembaban dingin atau terlalu ruangan pada pengendalian ruangan pada
udara panas dehidrasi dan temperatur yang dalam waktu 1 temperatur yang
kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC) tahun nyaman (18 – 24oC)
ruangan panas)
Memperhatikan Memperhatikan
sirkulasi udara di sirkulasi udara di
dalam ruangan dalam ruangan
Listrik Instalasi atau Tersengat listrik, 3 5 15 Tinggi Pemeriksaan 3 3 9 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Pemeriksaan Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
penggunaan Kebakaran instalasi listrik secara pengendalian instalasi listrik dibantu 2016
peralatan listrik yang berkala dalam waktu 3 secara berkala oleh Tim K3
47
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Peletakan Peletakan
saklar/kabel/colokan saklar/kabel/colokan
listrik pada tempat listrik pada tempat
yang jauh dari yang jauh dari
kemungkinan terkena kemungkinan
cairan terkena cairan
Penggunaan 1 Penggunaan 1
colokan listrik hanya colokan listrik hanya
untuk 1 peralatan untuk 1 peralatan
elektronik elektronik
Benda tajam Jarum suntik atau Tertusuk benda 4 3 12 Bermakna Penerapan teknik 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penerapan teknik Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
benda tajam lain tajam penggunaan jarum pengendalian penggunaan jarum dibantu 2017
yang digunakan suntik yang baik dan dalam waktu 6 suntik yang baik dan oleh Tim K3
untuk menunjang Penularan penyakit benar bulan benar Fasilitas
pemeriksaan melalui benda tajam Pelayanan
yang kontak Tidak menggunakan Tidak menggunakan Kesehatan
langsung dengan 2 tangan saat 2 tangan saat
pasien menutup jarum suntik menutup jarum
yang telah digunakan suntik yang telah
digunakan
Prosedur kerja
penggunaan benda Prosedur kerja
tajam yang telah penggunaan benda
memasukkan aspek tajam yang telah
K3 memasukkan aspek
K3
Penggunaan sarung
tangan saat Penggunaan sarung
menggunakan benda tangan saat
tajam seperti jarum menggunakan
suntik benda tajam seperti
jarum suntik
Pembuangan jarum
suntik yang telah Pembuangan jarum
terpakai dalam suntik yang telah
wadah pembuangan terpakai dalam
yang telah diberi wadah pembuangan
tanda “infeksius” yang telah diberi
tanda “infeksius”
Kimia Desinfektan yang Gangguan saluran 3 3 9 Bermakna Prosedur 2 2 4 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
digunakan untuk pernapasan, iritasi pembersihan pengendalian pembersihan dibantu 2017
membersihkan kulit ruangan yang dalam waktu 6 ruangan yang oleh Tim K3
peralatan Fasilitas
48
Pedoman
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Biologi Mikroorganisme Penyakit infeksi/ 4 3 12 Bermakna Prosedur 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
yang berasal dari menular pemeriksaan pasien pengendalian pemeriksaan pasien dibantu 2017
udara (airborne), yang sudah dalam waktu 6 yang sudah oleh Tim K3
kontak dengan mempertimbangkan bulan mempertimbangkan Fasilitas
pasien (termasuk aspek K3 aspek K3 Pelayanan
kontak dengan darah Kesehatan
atau cairan tubuh Pembersihan Pembersihan
lainnya) ruangan secara ruangan secara
berkala berkala
menggunakan menggunakan
desinfektan desinfektan
Pengukuran Pengukuran
parameter biologi parameter biologi
(mikroorganisme) (mikroorganisme)
secara berkala secara berkala
Pertimbangkan Pertimbangkan
penggunaan air penggunaan air
purifier purifier
Ergonomi Postur tubuh yang Gangguan otot, 4 3 12 Bermakna Penggunaan tempat 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penggunaan tempat Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
janggal pada pada tulang dan rangka tidur/brankar yang pengendalian tidur/brankar yang dibantu 2017
saat memeriksa adjustable dalam waktu 6 adjustable oleh Tim K3
pasien, mengangkat bulan Fasilitas
dan memindahkan Prosedur kerja yang Prosedur kerja yang Pelayanan
pasien, mendorong mencakup teknik mencakup teknik Kesehatan
atau menarik tempat pengangkatan dan pengangkatan dan
tidur pasien, pemindahan pasien pemindahan pasien
keterbatasan ruang yang baik dan benar yang baik dan benar
kerja, penempatan serta memenuhi serta memenuhi
peralatan kerja yang kaidah ergonomi kaidah ergonomi
kurang ergonomis
Pemberian pelatihan Pemberian pelatihan
mengenai ergonomi mengenai ergonomi
bagi perawat bagi perawat
49
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pelaksanaan Pelaksanaan
pengukuran faktor pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk risiko ergonomi
menilai risiko untuk menilai risiko
ergonomi ergonomi
Psikososial Sering kontak Stres kerja, cedera 4 3 12 Bermakna Pengaturan waktu 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
dengan pasien, kerja kerja dan istirahat pengendalian kerja dan istirahat dibantu 2017
bergilir (shift), beban dalam waktu 6 oleh Tim K3
kerja berlebih, Pengaturan shift bulan Pengaturan shift Fasilitas
ancaman secara fisik kerja kerja Pelayanan
Kesehatan
Pengaturan beban Pengaturan beban
kerja kerja
Prosedur Prosedur
penanganan pasien penanganan pasien
Bedah cito Pencahayaan Tingkat Tim dokter Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pemasangan lampu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pemasangan lampu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
pencahayaan bedah dengan intensitas pengendalian dengan intensitas
ruangan kurang atau minimal 300 lux dalam waktu 1 minimal 300 lux
terlalu silau Perawat tahun
bedah Penambahan lampu Penambahan lampu
tambahan saat tambahan saat
Perawat umum melakukan melakukan
pemeriksaan pasien pemeriksaan pasien
Petugas (jika diperlukan) (jika diperlukan)
pembersihan
peralatan dan Pemilihan lampu Pemilihan lampu
ruangan jenis TL, bukan jenis TL, bukan
downlight downlight
Perbaikan/pengganti Perbaikan/pengganti
an lampu yang rusak an lampu yang
rusak
Pengukuran
intensitas Pengukuran
pencahayaan secara intensitas
berkala pencahayaan
secara berkala
Suhu dan Suhu ruangan terlalu Ketidaknyamanan, 5 1 5 Sedang Pengaturan suhu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan suhu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
kelembaban dingin atau terlalu ruangan pada pengendalian ruangan pada
udara panas dehidrasi dan temperatur yang dalam waktu 1 temperatur yang
kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC) tahun nyaman (18 – 24oC)
ruangan panas)
Memperhatikan Memperhatikan
sirkulasi udara di sirkulasi udara di
dalam ruangan dalam ruangan
Listrik Instalasi atau Tersengat listrik, 3 5 15 Tinggi Pemeriksaan 3 3 9 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Pemeriksaan Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
penggunaan Kebakaran instalasi listrik secara pengendalian instalasi listrik dibantu 2016
peralatan listrik yang berkala dalam waktu 3 secara berkala oleh Tim K3
tidak standar SNI bulan Fasilitas
Penggunaan Penggunaan Pelayanan
50
Pedoman
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Peletakan Peletakan
saklar/kabel/colokan saklar/kabel/colokan
listrik pada tempat listrik pada tempat
yang jauh dari yang jauh dari
kemungkinan terkena kemungkinan
cairan terkena cairan
Penggunaan 1 Penggunaan 1
colokan listrik hanya colokan listrik hanya
untuk 1 peralatan untuk 1 peralatan
elektronik elektronik
Benda tajam Pisau bedah, jarum Tertusuk benda 4 3 12 Bermakna Penerapan teknik 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penerapan teknik Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
atau benda tajam tajam penggunaan jarum pengendalian penggunaan jarum dibantu 2017
lain yang digunakan suntik yang baik dan dalam waktu 6 suntik yang baik dan oleh Tim K3
untuk operasi Penularan penyakit benar bulan benar Fasilitas
melalui benda tajam Pelayanan
yang kontak Tidak menggunakan Tidak menggunakan Kesehatan
langsung dengan 2 tangan saat 2 tangan saat
pasien menutup jarum suntik menutup jarum
yang telah digunakan suntik yang telah
digunakan
Prosedur kerja
penggunaan benda Prosedur kerja
tajam yang telah penggunaan benda
memasukkan aspek tajam yang telah
K3 memasukkan aspek
K3
Penggunaan sarung
tangan saat Penggunaan sarung
menggunakan benda tangan saat
tajam seperti jarum menggunakan
suntik benda tajam seperti
jarum suntik
Pembuangan jarum
suntik yang telah Pembuangan jarum
terpakai dalam suntik yang telah
wadah pembuangan terpakai dalam
yang telah diberi wadah pembuangan
tanda “infeksius” yang telah diberi
tanda “infeksius”
Kimia Bahan kimia, Gangguan saluran 3 5 15 Tinggi Prosedur 2 4 8 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
misalnya gas pernapasan, iritasi pembersihan pengendalian pembersihan dibantu 2016
anestesi, kulit, kanker ruangan yang dalam waktu 3 ruangan yang oleh Tim K3
desinfektan, ethylene (ethylene oksida) memenuhi aspek K3 bulan memenuhi aspek K3 Fasilitas
oksida, atau bahan Pelayanan
51
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Biologi Mikroorganisme Penyakit infeksi/ 4 3 12 Bermakna Prosedur 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
yang berasal dari menular pemeriksaan pasien pengendalian pemeriksaan pasien dibantu 2017
udara (airborne), yang sudah dalam waktu 6 yang sudah oleh Tim K3
kontak dengan mempertimbangkan bulan mempertimbangkan Fasilitas
pasien (termasuk aspek K3 aspek K3 Pelayanan
kontak dengan darah Kesehatan
atau cairan tubuh Pembersihan Pembersihan
lainnya) ruangan secara ruangan secara
berkala berkala
menggunakan menggunakan
desinfektan desinfektan
Pengukuran Pengukuran
parameter biologi parameter biologi
(mikroorganisme) (mikroorganisme)
secara berkala secara berkala
Pertimbangkan Pertimbangkan
penggunaan air penggunaan air
purifier purifier
Ergonomi Postur tubuh yang Gangguan otot, 4 3 12 Bermakna Penggunaan tempat 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penggunaan tempat Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
janggal pada pada tulang dan rangka tidur/brankar yang pengendalian tidur/brankar yang dibantu 2017
saat melakukan adjustable dalam waktu 6 adjustable oleh Tim K3
operasi mengangkat bulan Fasilitas
dan memindahkan Prosedur kerja yang Prosedur kerja yang Pelayanan
pasien, mendorong mencakup teknik mencakup teknik Kesehatan
atau menarik tempat pengangkatan dan pengangkatan dan
tidur pasien, pemindahan pasien pemindahan pasien
keterbatasan ruang yang baik dan benar yang baik dan benar
kerja, penempatan serta memenuhi serta memenuhi
peralatan kerja yang kaidah ergonomi kaidah ergonomi
kurang ergonomis
Pemberian pelatihan Pemberian pelatihan
mengenai ergonomi mengenai ergonomi
bagi perawat bagi perawat
52
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pelaksanaan Pelaksanaan
pengukuran faktor pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk risiko ergonomi
menilai risiko untuk menilai risiko
ergonomi ergonomi
Psikososial Sering kontak Stres kerja, cedera 4 3 12 Bermakna Pengaturan waktu 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
dengan pasien, kerja kerja dan istirahat pengendalian kerja dan istirahat dibantu 2017
bergilir (shift), beban dalam waktu 6 oleh Tim K3
kerja berlebih, Pengaturan shift bulan Pengaturan shift Fasilitas
ancaman secara fisik kerja kerja Pelayanan
Kesehatan
Pengaturan beban Pengaturan beban
kerja kerja
Prosedur Prosedur
penanganan pasien penanganan pasien
3 Pemeriksaan
Penunjang
Laboratorium Pencahayaan Tingkat Petugas Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pemasangan lampu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pemasangan lampu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
pencahayaan pengambil dengan intensitas pengendalian dengan intensitas
ruangan kurang atau sampel minimal 300 lux dalam waktu 1 minimal 300 lux
terlalu silau tahun
Petugas Penambahan lampu Penambahan lampu
analisis tambahan saat tambahan saat
sampel melakukan melakukan
pemeriksaan pasien pemeriksaan pasien
Petugas (jika diperlukan) (jika diperlukan)
pembersihan
peralatan dan Pemilihan lampu Pemilihan lampu
ruangan jenis TL, bukan jenis TL, bukan
downlight downlight
Perbaikan/pengganti Perbaikan/pengganti
an lampu yang rusak an lampu yang
rusak
Pengukuran
intensitas Pengukuran
pencahayaan secara intensitas
berkala pencahayaan
secara berkala
Suhu dan Suhu ruangan terlalu Ketidaknyamanan, 5 1 5 Sedang Pengaturan suhu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan suhu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
kelembaban dingin atau terlalu ruangan pada pengendalian ruangan pada
udara panas dehidrasi dan temperatur yang dalam waktu 1 temperatur yang
kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC) tahun nyaman (18 – 24oC)
ruangan panas)
Memperhatikan Memperhatikan
sirkulasi udara di sirkulasi udara di
dalam ruangan dalam ruangan
Listrik Instalasi atau Tersengat listrik, 3 5 15 Tinggi Pemeriksaan 3 3 9 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Pemeriksaan Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
penggunaan Kebakaran instalasi listrik secara pengendalian instalasi listrik dibantu 2016
peralatan listrik yang dalam waktu 3 oleh Tim K3
53
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Peletakan Peletakan
saklar/kabel/colokan saklar/kabel/colokan
listrik pada tempat listrik pada tempat
yang jauh dari yang jauh dari
kemungkinan terkena kemungkinan
cairan terkena cairan
Penggunaan 1 Penggunaan 1
colokan listrik hanya colokan listrik hanya
untuk 1 peralatan untuk 1 peralatan
elektronik elektronik
Radiasi Radiasi sinar pada Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pengaturan waktu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
komputer layar komputer kerja menggunakn pengendalian kerja menggunakn
komputer dalam waktu 1 komputer
tahun
Penggunaan screen Penggunaan screen
protector untuk protector untuk
mengurangi radiasi mengurangi radiasi
(jika diperlukan) (jika diperlukan)
Benda tajam Jarum suntik atau Tertusuk benda 4 3 12 Bermakna Penerapan teknik 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penerapan teknik Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
benda tajam lain tajam penggunaan jarum pengendalian penggunaan jarum dibantu 2017
yang digunakan suntik yang baik dan dalam waktu 6 suntik yang baik dan oleh Tim K3
untuk pengambilan Penularan penyakit benar bulan benar Fasilitas
sampel spesimen melalui benda tajam Pelayanan
tubuh pasien yang kontak Tidak menggunakan Tidak menggunakan Kesehatan
langsung dengan 2 tangan saat 2 tangan saat
pasien menutup jarum suntik menutup jarum
yang telah digunakan suntik yang telah
digunakan
Prosedur kerja
penggunaan benda Prosedur kerja
tajam yang telah penggunaan benda
memasukkan aspek tajam yang telah
K3 memasukkan aspek
K3
Penggunaan sarung
tangan saat Penggunaan sarung
menggunakan benda tangan saat
tajam seperti jarum menggunakan
suntik benda tajam seperti
jarum suntik
Pembuangan jarum
54
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kimia Bahan kimia yang Gangguan saluran 3 3 9 Bermakna Prosedur 2 2 4 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
digunakan untuk pernapasan, iritasi pembersihan pengendalian pembersihan dibantu 2017
analisis sampel kulit ruangan yang dalam waktu 6 ruangan yang oleh Tim K3
spesimen tubuh memenuhi aspek K3 bulan memenuhi aspek K3 Fasilitas
pasien seperti Pelayanan
pelarut dan Pengukuran pajanan Pengukuran pajanan Kesehatan
formaldehid, serta bahan kimia bahan kimia
desinfektan untuk
membersihkan Surveilans kesehatan Surveilans
ruangan. pekerja yang terpajan kesehatan pekerja
bahan kimia yang terpajan bahan
Toner mesin fotokopi kimia
atau tinta printer Penggunaan alat
pelindung diri seperti Penggunaan alat
masker dan sarung pelindung diri seperti
tangan pada saat masker dan sarung
menggunakan tangan pada saat
desinfektan menggunakan
desinfektan
Biologi Mikroorganisme Penyakit infeksi/ 4 3 12 Bermakna Prosedur 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
yang berasal dari menular pemeriksaan pasien pengendalian pemeriksaan pasien dibantu 2017
udara (airborne), yang sudah dalam waktu 6 yang sudah oleh Tim K3
kontak dengan mempertimbangkan bulan mempertimbangkan Fasilitas
pasien (termasuk aspek K3 aspek K3 Pelayanan
kontak dengan darah Kesehatan
atau cairan tubuh Pembersihan Pembersihan
lainnya) ruangan secara ruangan secara
berkala berkala
menggunakan menggunakan
desinfektan desinfektan
Pengukuran Pengukuran
parameter biologi parameter biologi
(mikroorganisme) (mikroorganisme)
secara berkala secara berkala
Pertimbangkan Pertimbangkan
penggunaan air penggunaan air
purifier purifier
Ergonomi Postur tubuh yang Gangguan otot, 4 3 12 Bermakna Penggunaan tempat 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penggunaan tempat Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
janggal pada tulang dan rangka tidur/brankar yang pengendalian tidur/brankar yang dibantu 2017
mengambil sampel adjustable dalam waktu 6 adjustable oleh Tim K3
spesimen tubuh bulan Fasilitas
pasien, terlalu Prosedur kerja yang Prosedur kerja yang Pelayanan
lama/sering bekerja mencakup teknik mencakup teknik Kesehatan
dalam posisi duduk, pengangkatan dan pengangkatan dan
55
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pelaksanaan Pelaksanaan
pengukuran faktor pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk risiko ergonomi
menilai risiko untuk menilai risiko
ergonomi ergonomi
Psikososial Sering kontak Stres kerja, cedera 4 3 12 Bermakna Pengaturan waktu 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
dengan pasien, kerja kerja dan istirahat pengendalian kerja dan istirahat dibantu 2017
bergilir (shift), beban dalam waktu 6 oleh Tim K3
kerja berlebih, Pengaturan shift bulan Pengaturan shift Fasilitas
ancaman secara fisik kerja kerja Pelayanan
Kesehatan
Pengaturan beban Pengaturan beban
kerja kerja
Prosedur Prosedur
penanganan pasien penanganan pasien
Radiologi Radiasi Radiasi sinar-X dari Ahli radiologi Kemandulan, 3 5 15 Tinggi Prosedur kerja 3 4 12 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Prosedur kerja Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
peralatan kanker darah radiasi yang pengendalian radiasi yang dibantu 2016
pemeriksaan Radioterapist (leukemia) memenuhi aspek K3 dalam waktu 3 memenuhi aspek K3 oleh Tim K3
radiologi bulan Fasilitas
Radiografer Pengaturan jarak dan Pengaturan jarak Pelayanan
waktu kerja bagi dan waktu kerja bagi Kesehatan
Perawat radioterapist dan radioterapist dan
radiografer radiografer
Petugas
kebersihan Pengukuran pajanan Pengukuran pajanan
radiasi di lingkungan radiasi di lingkungan
dan dosis radiasi dan dosis radiasi
pada pekerja pada pekerja
Pemeriksaan Pemeriksaan
kesehatan khusus kesehatan khusus
bagi pekerja yang bagi pekerja yang
terpajan radiasi terpajan radiasi
56
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pencahayaan Tingkat Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pemasangan lampu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pemasangan lampu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
pencahayaan dengan intensitas pengendalian dengan intensitas
ruangan kurang atau minimal 300 lux dalam waktu 1 minimal 300 lux
terlalu silau tahun
Penambahan lampu Penambahan lampu
tambahan saat tambahan saat
melakukan melakukan
pemeriksaan pasien pemeriksaan pasien
(jika diperlukan) (jika diperlukan)
Perbaikan/pengganti Perbaikan/pengganti
an lampu yang rusak an lampu yang
rusak
Pengukuran
intensitas Pengukuran
pencahayaan secara intensitas
berkala pencahayaan
secara berkala
Suhu dan Suhu ruangan terlalu Ketidaknyamanan, 5 1 5 Sedang Pengaturan suhu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan suhu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
kelembaban dingin atau terlalu ruangan pada pengendalian ruangan pada
udara panas dehidrasi dan temperatur yang dalam waktu 1 temperatur yang
kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC) tahun nyaman (18 – 24oC)
ruangan panas)
Memperhatikan Memperhatikan
sirkulasi udara di sirkulasi udara di
dalam ruangan dalam ruangan
Listrik Instalasi atau Tersengat listrik, 3 5 15 Tinggi Pemeriksaan 3 3 9 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Pemeriksaan Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
penggunaan Kebakaran instalasi listrik secara pengendalian instalasi listrik dibantu 2016
peralatan listrik yang berkala dalam waktu 3 secara berkala oleh Tim K3
kurang baik bulan Fasilitas
Penggunaan Penggunaan Pelayanan
peralatan peralatan Kesehatan
listrik/elektronik yang listrik/elektronik yang
sesuai dengan sesuai dengan
Standar Nasional Standar Nasional
Indonesia (SNI) Indonesia (SNI)
Peletakan Peletakan
saklar/kabel/colokan saklar/kabel/colokan
listrik pada tempat listrik pada tempat
yang jauh dari yang jauh dari
kemungkinan terkena kemungkinan
cairan terkena cairan
Penggunaan 1 Penggunaan 1
colokan listrik hanya colokan listrik hanya
untuk 1 peralatan untuk 1 peralatan
elektronik elektronik
57
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
basah basah
Kimia Desinfektan yang Gangguan saluran 3 3 9 Bermakna Prosedur 2 2 4 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
digunakan untuk pernapasan, iritasi pembersihan pengendalian pembersihan dibantu 2017
membersihkan kulit ruangan yang dalam waktu 6 ruangan yang oleh Tim K3
ruangan memenuhi aspek K3 bulan memenuhi aspek K3 Fasilitas
Pelayanan
Pengukuran pajanan Pengukuran pajanan Kesehatan
bahan kimia bahan kimia
Biologi Mikroorganisme Penyakit infeksi/ 4 3 12 Bermakna Prosedur 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
yang berasal dari menular pemeriksaan pasien pengendalian pemeriksaan pasien dibantu 2017
udara (airborne), yang sudah dalam waktu 6 yang sudah oleh Tim K3
kontak dengan mempertimbangkan bulan mempertimbangkan Fasilitas
pasien (termasuk aspek K3 aspek K3 Pelayanan
kontak dengan darah Kesehatan
atau cairan tubuh Pembersihan Pembersihan
lainnya) ruangan secara ruangan secara
berkala berkala
menggunakan menggunakan
desinfektan desinfektan
Pengukuran Pengukuran
parameter biologi parameter biologi
(mikroorganisme) (mikroorganisme)
secara berkala secara berkala
Pertimbangkan Pertimbangkan
penggunaan air penggunaan air
purifier purifier
Ergonomi Postur tubuh yang Gangguan otot, 4 3 12 Bermakna Penggunaan tempat 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penggunaan tempat Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
janggal pada saat tulang dan rangka tidur/brankar yang pengendalian tidur/brankar yang dibantu 2017
bekerja, mengangkat adjustable dalam waktu 6 adjustable oleh Tim K3
dan memindahkan bulan Fasilitas
pasien, Prosedur kerja yang Prosedur kerja yang Pelayanan
mendorong/menarik mencakup teknik mencakup teknik Kesehatan
pasien/peralatan pengangkatan dan pengangkatan dan
pemeriksaan, pemindahan pasien pemindahan pasien
penempatan yang baik dan benar yang baik dan benar
peralatan kerja yang serta memenuhi serta memenuhi
kurang ergonomis kaidah ergonomi kaidah ergonomi
58
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pelaksanaan Pelaksanaan
pengukuran faktor pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk risiko ergonomi
menilai risiko untuk menilai risiko
ergonomi ergonomi
Psikososial Sering kontak Stres kerja, cedera 4 3 12 Bermakna Pengaturan waktu 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
dengan pasien, kerja kerja dan istirahat pengendalian kerja dan istirahat dibantu 2017
bergilir (shift), beban dalam waktu 6 oleh Tim K3
kerja berlebih, Pengaturan shift bulan Pengaturan shift Fasilitas
ancaman secara fisik kerja kerja Pelayanan
Kesehatan
Pengaturan beban Pengaturan beban
kerja kerja
Prosedur Prosedur
penanganan pasien penanganan pasien
4 Administrasi Pencahayaan Tingkat Petugas Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pemasangan lampu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pemasangan lampu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
pasien pencahayaan administrasi dengan intensitas pengendalian dengan intensitas
ruangan kurang atau minimal 300 lux dalam waktu 1 minimal 300 lux
terlalu silau tahun
Penambahan lampu Penambahan lampu
tambahan saat tambahan saat
melakukan melakukan
pemeriksaan pasien pemeriksaan pasien
(jika diperlukan) (jika diperlukan)
Perbaikan/pengganti Perbaikan/pengganti
an lampu yang rusak an lampu yang
rusak
Pengukuran
intensitas Pengukuran
pencahayaan secara intensitas
berkala pencahayaan
secara berkala
Suhu dan Suhu ruangan terlalu Ketidaknyamanan, 5 1 5 Sedang Pengaturan suhu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan suhu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
kelembaban panas atau terlalu ruangan pada pengendalian ruangan pada
udara dingin dehidrasi dan temperatur yang dalam waktu 1 temperatur yang
kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC) tahun nyaman (18 – 24oC)
ruangan panas)
Memperhatikan Memperhatikan
sirkulasi udara di sirkulasi udara di
dalam ruangan dalam ruangan
59
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN
Kementerian KERJA DI FASYANKES
Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Radiasi Radiasi sinar pada Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pengaturan waktu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
komputer layar komputer kerja menggunakn pengendalian kerja menggunakn
komputer dalam waktu 1 komputer
tahun
Penggunaan screen Penggunaan screen
protector untuk protector untuk
mengurangi radiasi mengurangi radiasi
(jika diperlukan) (jika diperlukan)
Listrik Instalasi atau Tersengat listrik, 3 5 15 Tinggi Pemeriksaan 3 3 9 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Pemeriksaan Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
penggunaan Kebakaran instalasi listrik secara pengendalian instalasi listrik dibantu 2016
peralatan listrik yang berkala dalam waktu 3 secara berkala oleh Tim K3
kurang baik bulan Fasilitas
Penggunaan Penggunaan Pelayanan
peralatan peralatan Kesehatan
listrik/elektronik yang listrik/elektronik yang
sesuai dengan sesuai dengan
Standar Nasional Standar Nasional
Indonesia (SNI) Indonesia (SNI)
Peletakan Peletakan
saklar/kabel/colokan saklar/kabel/colokan
listrik pada tempat listrik pada tempat
yang jauh dari yang jauh dari
kemungkinan terkena kemungkinan
cairan terkena cairan
Penggunaan 1 Penggunaan 1
colokan listrik hanya colokan listrik hanya
untuk 1 peralatan untuk 1 peralatan
elektronik elektronik
Kimia Desinfektan yang Gangguan saluran 3 3 9 Bermakna Prosedur 2 2 4 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
digunakan untk pernapasan, iritasi pembersihan pengendalian pembersihan dibantu 2017
membersihkan kulit ruangan yang dalam waktu 6 ruangan yang oleh Tim K3
ruangan memenuhi aspek K3 bulan memenuhi aspek K3 Fasilitas
Pelayanan
Debu Pengukuran pajanan Pengukuran pajanan Kesehatan
bahan kimia bahan kimia
Toner mesin fotokopi
atau tinta printer Surveilans kesehatan Surveilans
pekerja yang terpajan kesehatan pekerja
bahan kimia yang terpajan bahan
kimia
Penggunaan alat
pelindung diri seperti Penggunaan alat
masker dan sarung pelindung diri seperti
tangan pada saat masker dan sarung
menggunakan tangan pada saat
desinfektan menggunakan
desinfektan
60
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Biologi Mikroorganisme Penyakit infeksi/ 4 3 12 Bermakna Prosedur 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
yang berasal dari menular pemeriksaan pasien pengendalian pemeriksaan pasien dibantu 2017
udara (airborne) yang sudah dalam waktu 6 yang sudah oleh Tim K3
mempertimbangkan bulan mempertimbangkan Fasilitas
aspek K3 aspek K3 Pelayanan
Kesehatan
Pembersihan Pembersihan
ruangan secara ruangan secara
berkala berkala
menggunakan menggunakan
desinfektan desinfektan
Pengukuran Pengukuran
parameter biologi parameter biologi
(mikroorganisme) (mikroorganisme)
secara berkala secara berkala
Pertimbangkan Pertimbangkan
penggunaan air penggunaan air
purifier purifier
Ergonomi Postur tubuh yang Gangguan otot, 4 3 12 Bermakna Penggunaan tempat 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penggunaan tempat Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
janggal pada saat tulang dan rangka tidur/brankar yang pengendalian tidur/brankar yang dibantu 2017
bekerja, terlalu adjustable dalam waktu 6 adjustable oleh Tim K3
lama/sering bekerja bulan Fasilitas
dalam posisi duduk, Prosedur kerja yang Prosedur kerja yang Pelayanan
terlalu lama/sering mencakup teknik mencakup teknik Kesehatan
mengetik pengangkatan dan pengangkatan dan
menggunakan pemindahan pasien pemindahan pasien
komputer, yang baik dan benar yang baik dan benar
keterbatasan ruang serta memenuhi serta memenuhi
kerja, penempatan kaidah ergonomi kaidah ergonomi
peralatan kerja yang
kurang ergonomis Pemberian pelatihan Pemberian pelatihan
mengenai ergonomi mengenai ergonomi
bagi perawat bagi perawat
Pelaksanaan Pelaksanaan
pengukuran faktor pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk risiko ergonomi
menilai risiko untuk menilai risiko
ergonomi ergonomi
Psikososial Sering kontak Stres kerja, cedera 4 3 12 Bermakna Pengaturan waktu 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
dengan pasien, kerja kerja dan istirahat pengendalian kerja dan istirahat dibantu 2017
bergilir (shift), beban dalam waktu 6 oleh Tim K3
kerja berlebih, Pengaturan shift bulan Pengaturan shift Fasilitas
ancaman secara fisik kerja kerja Pelayanan
Kesehatan
Pengaturan beban Pengaturan beban
kerja kerja
61
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pedoman
DI FASYANKES
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Prosedur Prosedur
penanganan pasien penanganan pasien
62