Anda di halaman 1dari 19

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas yang dahulu bernama
PT.Harita Prima Abadi Mineral terletak di Dusun Batang Belian, Desa Karya
Baru, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Bijih
bauksit yang dikelola oleh PT. Cita Mineral Investindo.Tbk ditambang dengan
sistem tambang terbuka yang menerapkan metode Strip Mining. PT. Cita Mineral
Investindo.Tbk adalah salah satu anak perusahaan dari perusahaan Harita
Group,dengan target produksi perbulannya ± 350.000 ton. Harita Group didirikan
oleh Hariyanto WS Lim dengan visi yaitu mengembangkan sumber daya alam
Indonesia secara luas. Kebutuhan pasar dunia akan bahan baku alumunium
,membuka peluang bagi Harita Group untuk ambil bagian dalam industri
pertambangan dengan penyediaan bahan baku bauksit.
Lokasi penambangan PT. Cita Mineral Investindo.Tbk mempunyai beberapa
blok yaitu Sebalakan, Pesanggaran, Sedawak, Pantai Ribai, Manggungan, Silat,
Batu Keling, Perendaman (Batu Menangis) dan Selakoan. PT. Cita Mineral
Investindo mempunyai 9 Bauxite Processing Plan (BPP) yang terdiri dari 7
Bauxite Processing Plan yang digunakan untuk mencuci ore yang berasal dari pit
atau intermediet (penyimpanan ore sementara) dan 2 Bauxite Processing Plan
yang digunakan untuk mencuci tailing dari proses pencucian ore.
PT. Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas mempunyai beberapa buyer
yang mempunyai permintaan kualitas kadar berbeda-beda antara lain yaitu PT.
Well Harvest Winning dengan permintaan kadar Al2O3 48%-50% dan SiO2 12%,
Chalco dengan permintaan kadar RSiO2 5% dan Xinfa dengan permintaan kadar
Al2O3 minimal 48%, SiO2 maximal 12%, RSiO2 maximal 5%.

11
3.2 Organisasi Perusahaan

Pada PT. Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas terdapat susunan
organisasi yang bertujuan untuk mengetahui jabatan serta untuk mengorganisir
dan menjalankan tugas yang ada di PT. Cita Mineral Investindo.Tbk site Air
Upas. Dalam struktur organisasi jabatan tertinggi adalah General Manager
Operation. General Manager Operation membawahi Deputi General Manager
Operation, Kepala Teknik Tambang, dan site Manager. PT. Cita Mineral
Investino.Tbk site Air Upas memiliki 9 departemen yaitu departemen
Perencanaan & Eksplorasi, Produksi, Quallity Control & Laboratorium, CSR &
Land Acquisition, Marine, Support, Finance & Accounting, Healt Safety and
Environment serta HR & GA. Dari masing-masing departemen tersebut memiliki
manager, supertenden, supervisor, staff dan crew yang bertugas untuk
menjalankan pekerjaan di departemen tersebut.
Dibuat Oleh, Diperiksa Oleh, Diperiksa Oleh, Disetujui Oleh, No Form : FHRD-001
STRUKTUR ORGANISASI Tanggal efektif : -
Halaman : -
ORGANISASI : PT. CITA MINERAL INVESTINDO Tbk HENGKI KURNIAWAN ADITYA L MAHESVARA IRMAN DARMANSYAH BONI SUBEKTI Revisi : -
SITE : AIR UPAS HR & GA SPT HR & GA Manager Act Deputy GM Sr. GM Production

Sr. GM KEPALA TEKNIK


PRODUCTION TAMBANG

BONI SUBEKTI DESKA WAHYU P

ACT DEPUTY GM
OPERATION

IRMAN
DARMANSYAH

SITE MANAGER

VACANT

FINANCE,
EKSPLORASI, ENGINEERING,
PRODUCTION SUPPORTING HR & GA EXPORT & MARINE
REKLAMASI, LA QC & LAB
PURCHASING

AMI PRIYANA VACANT IVANOZELLIA P. ADITYA L SETYO WIBOWO


MAHESVARA RESTU JATMIKO

FINANCE,
EKSPLORASI PRODUCTION MPE CSR HR EXPORT & MARINE
PURCHASING

NOVENDIA K.T. HERI PUJI P. DESKA WAHYU P OKKY ADI P. TEUKU NIZAR Z. RESTU JATMIKO
VACANT
HERMAWAN A.

EQUIPMENT MAINT &


LA PROJECT LOGISTIC GA
RENTAL GENSET

YOYOK BAGYO P SUPRASTYONO TEGUH HADI P. PRI VACANT


VACANT
HARDIYANTO

TRAFFIC &
REKLAMASI PLANT FQC HSE
BARGE

GIO WAGIO VACANT VACANT IZAN BERLIN JUNIRA


NURJAMAN

QC

VACANT

LAB

VACANT

Gambar 3.1 Struktur Perusahaan

12
3.3 Pelaksanaan Disiplin Kerja dan Lain-lain

3.3.1 Peraturan Perusahaan


Pada PT. Cita Mineral Investindo.Tbk Site Air Upas untuk menciptakan
tenaga kerja yang disiplin dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya maka di
berlakukan peraturan sebagai berikut, yaitu:
1. Setiap karyawan harus menjalankan tugasnya sebaik mungkin sesuai dengan
fungsi uraian pekerjaan yang telah ditentukan oleh atasannya.
2. Setiap karyawan harus berada/hadir ditempat tugasnya masing-masing tepat
pada waktu kerjanya sesuai dengan perjanjian kerja, demikian pula pada
waktu istirahat keluar dan meninggalkan kerja.
3. Karyawan tidak diperkenankan melakukan absensi, menandai kartu
absen/kartu hadir karyawan lain. Pelanggaran terhadap hal ini akan
dikenakan sanksi.
4. Setiap karyawan yang datang terlambat atau pulang lebih awal dari waktu
kerja yang telah ditentukan wajib melapor dan mendapatkan persetujuan
dari atasannya.
5. Apabila karyawan berhalangan karena sakit atau kecelakan atau sebab lain
maka wajib memberitahukan kepada atasan masing-masing.
6. Setiap karyawan harus memperlihatkan sikap kerja yang baik, menghargai
rekan kerja, bawahan dan atasannya.
7. Setiap karyawan harus memelihara dengan baik barang milik perusahaan.
Bilamana menemukan, kehilang atau bila ada kerusakan barang tersebut
karyawan wajib melaporkan segera kepada perusahaan.
8. Barang milik perusahaan hanya digunakan untuk kepentingan perusahaan
dan dilarang keras untuk dipindahkan dari lingkungan perusahaan tanpa
persetujuan dari pimpinan/pejabat yang berwenang.
9. Karyawan tidak diperkenankan meminta atau menerima pemberian dalam
bentuk apapun dari seseorang atau organisasi yang ada hubungan
dagang/kerja dengan perusahaan. Apabila hal ini dilanggar,karyawan akan
terkena sanksi sesuai dengan peraturan perundangan atau peraturan
perusahaan yang berlaku.

13
10. Karyawan tidak diperkenankan baik langsung atau tidak langsung
mempergunakan peraturan atau keterangan perusahaan untuk tujuan atau
keuntungan pribadi.
11. Karyawan dilarang menertibkan tulisan, memberikan ceramah atau
keterangan kepada pihak luar terkait dengan hasil produksi ataupun kegiatan
perusahaan, kecuali dalam rangka melaksanakan tuas dan telah mendapat
persetujuan dari pimpinan perusahaan.
12. Karyawan tidak diperkenankan secara langsung maupun tidak langsung
bekerja untuk perusahaan lain selama masih ada hubungan kerja dengan
perusahaan.
13. Karyawan wajib mengembalikan dokumen dan barang-barang milik
perusahaan kepada atasannya pada waktu hubungan kerja berakhir.
14. Setiap karyawan wajib memelihara aset milik perusahaan yang dipinjamkan
kepadanya sebagai alat kerja atau fasilitas dengan sebaik-baiknya dan
bertanggung jawab.
15. Setiap karyawan diwajibkan untuk bersedia ditempatkan/dimutasi dalam
rangka tugas, kecuali ada alasan yang dapat dibenarkan oleh peraturan
perusahaan.
16. Dalam menjalankan tugas seperti yang disebutkna diatas, setiap karyawan
harus mematuhi instruksi atau tugas yang diberikan oleh perusahaan atau
atasan.
3.3.2 Jadwal Kerja Perusahaan

PT. Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas memiliki jadwal kerja
sebagai berikut :

14
Tabel 3.1 Jawal Kerja PT Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas
Senin – Kamis Jumat Sabtu – Minggu
Kegiatan
Waktu (WIB) Waktu (WIB) Waktu (WIB)
Masuk Kerja 06.00 06.00 06.00
Persiapan Kerja 06.00 – 06.30 06.00 – 06.30 06.00 – 06.30
Kerja Produktif 07.00 – 12.00 07.00 – 11.30 07.30 – 12.00
Istirahat 12.00 – 14.00 11.30 – 14.00 12.00 – 14.00
Kerja Produktif 14.00 – 18.00 14.00 – 18.00 14.00 – 18.00
Pulang 18.00 18.00 18.00
( Sumber: PT. Cita Mineral Investindo.Tbk Site Air Upas )

3.4 Proses Pelaksanaan Kegiatan Perusahaan

Proses pelaksanaan kegiatan yang dilakukan PT. Cita Mineral Investindo


adalah sebagai berikut:
3.4.1 Eksplorasi
Eksplorasi merupakan kegiatan awal yang bertujuan untuk mengetahui
keberadaan, persebaran serta kualitas dari bahan galian disuatu daerah tersebut.
Bahan galian di lingkungan PT. Cita Mineral Investindo.Tbk Site Air Upas adalah
bauksit. Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan karena merupakan sumber
informasi pertama yang berguna untuk menuju tahap selanjutnya. Berikut adalah
tahap-tahap dalam kegiatan eksplorasi:
1) Survey Tinjau
Survey tinjau merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui lokasi
atau tempat dilakukannya survey. Survey tinjau dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pengambilan Data Lapangan
Pengambilan data dilapangan dilakukan menggunakan bantuan alat yaitu
GPS. GPS berguna untuk mencatat titik koordinat yang memiliki outcrop
disekitar daerah yang dieksplorasi. Setelah dilakukan mapping pada daerah
tersebut, selanjutnya beri tanda pada lahan yang telah dilakukan survey tinjau
dengan menggunakan pita warna kuning yang memiliki arti bahwa daerah tersebut
sudah di survey dan selanjutnya akan dilakukan tes pit.

15
b. Analisa Data Laboratorium
Sebelum dilakukan analisa laboratorium, sebaiknya dilakukan sampling
untuk mengambil sampel agar dilakukan analisis dilaboratorium yang bertujan
untuk mengetahui kadar mineral dari sampel tersebut.
2) Test Pit
Tujuan dilakukannya test pit yaitu untuk mengambil conto bauksit dalam
keadaan yang masih asli sebagai bahan dasar dalam analisa laboratorium, serta
untuk mengetahui ketebalan bauksit yang ada di daerah test pit tersebut. Ukuran
test pit yang digunakan oleh PT. Cita Mineral Investindo.Tbk Site Air Upas
adalah dengan lebar 50 cm dan panjang 80 cm. Kedalaman test pit di ukur sesuai
dengan batas bauksit lapuk dan litologi lempung yang sering disebut dengan kong.
Penentuan titik test pit didasarkan pada singkapan (outcrop) yang mempunyai
kualitas baik berdasarkan analisa laboratorium. Penentuan jumlah titik test pit
berdasarkan luasan area yang terindikasi adanya bahan galian bauksit dengan
kualitas baik. Kemudian bila hasil singkapan bagus maka dilanjutkan lagi
pendetailan dengan cara melakukan test pit dengan sistem grid, mulai dari grid
100 cm, 50 cm, dan 25 cm. Pembuatan test pit pada PT. Cita Mineral Investino.
Tbk menggunakan grid 50 cm.
3) Preparasi
Setelah pengambilan contoh dilakukan, selanjutnya dibawa ke KM 6 yaitu
didaerah Kelampai untuk dilakukan preparasi. Langkah-langkah pada preparasi
adalah sebagai berikut:
a. Penimbangan berat contoh awal
b. Pencucian conto dengan air yang bertujuan agar matriks (butiran yang lolos
pada ukuran mesh 100) dan pengotornya hilang
c. Pengeringan, bisa dilakukan dengan cara dijemur atau di oven
d. Penimbangan berat conto setelah dicuci. Perbandingan berat yang telah
dicuci dengan berat yang belum dicuci akan menghasilkan Concretion Factor
(CF)
e. Quartering (pencampuran 4 bagian), setelah itu diambil 3 – 3,5 kg dari conto
yang tersisa

16
f. Dari 3-3,5 kg dilakukan penghalusan setelah itu conto tersebut diayak
dengan ukuran 200 mesh, sampel yang lolos kemudian siap untuk di analisis
di laboratorium.
4) Laboratorium
Setelah melalui tahap preparasi, bauksit di analisa dilaboratorium untuk
mengetahui kadarnya. Selain pihak PT. Cita Mineral Investindo.Tbk Site Air
Upas yang melakukan analisa pada bauksit, PT.Sucofindo juga berperan dalam
proses analisa kadar untuk menetralisir kecurangan. Setelah kadar diketahui maka
akan dilakukan blok sistem. Blok sistem adalah panjang vertikal dan horizontal
dari grid dihitung letak test pit. Metode ini dilakukan untuk mencari penentuan
batas nilai kadar test pit pada grid.
3.4.2 Kegiatan Perencanaan Penambangan
Setelah data test pit telah didapatkan, data tersebut diserahkan kepada
Departement Mine Plan Engineer (MPE). MPE akan menghitung cadangan
reserve dan membuat berita acara untuk pengajuan pembebasan lahan. Pengajuan
tersebut diajukan kepada Departement Land Acquistion (LA). Jika lahan tersebut
telah di bebaskan maka MPE akan membuat perencanaan penambangan. MPE
akan menjadwalkan bagian yang mana saja yang harus ditambang, merencanakan
akses pit yang akan ditambang, menentukan alat yang akan digunakan pada saat
produksi, menentukan Washing Plant yang akan digunakan untuk mencuci
material dari pit tersebut dan akan membuat data material yang akan ditambang.
MPE juga akan meminta informasi kepada Departement Quallity Control tentang
shipment yang akan dimuat dan permintaan material shipment pada bulan tersebut
sehingga MPE dapat merencanakan material yang harus ditambang untuk
memenuhi permintaan dari buyer. Departement MPE juga akan merencanakan
proses back filling dan proses regrading setelah selesai kegiatan penambangan.
3.4.3 Kegiatan Penambangan
Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Cita Mineral Investindo.
Tbk Site Air Upas adalah sistem tambang terbuka dengan metode penambangan
yang digunakan yaitu open pit yang dilanjutkan dengan open shaft. Kegiatan

17
penambangan di PT. Cita Mineral Investindo. Tbk Site Air Upas adalah sebagai
berikut:
1) Land Clearing (Pembersihan Lahan)
Land clearing adalah suatu kegiatan pembersihan permukaan tanah areal
penambangan dari pepohonan, semak belukar dan lain-lain yang terdapat di areal
tambang. Kegiatan land clearing menggunakan bulldozer sebagai alat pembersih
lahan. Area yang akan dilakukan proses land clearing yaitu:
a. Area jalan yang akan dibuat sebagai jalan tambang guna berlangsungnya
aktivitas produksi
b. Area tambang yang akan dilakukan proses penambangan sampai batas lahan
yang sudah ditentukan oleh LA
c. Area yang akan digunakan sebagai tempat pembuangan material
tanah/batuan (disposal area)

Gambar 3.2 Proses Land Clearing


2) Pengupasan Top Soil dan Over Burden
Pengupasan top soil dilakukan dan di pindahkan untuk menjaga kesuburan
tanah agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah asli guna
memenuhi kebutuhan revegetasi pada saat kegiatan reklamasi. Untuk pengupasan
pada over burden biasanya mencapai kedalaman 1-1,5 m dari ore. Pengupasan

18
over burden dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat seperti bulldozer
dan excavator. Untuk top soil dan over burden yang telah di lakukan pengupasan
sebelumnya di letakkan di sebelah shaft yang telah dibuka. Pada kegiatan open
shaft dilakukan pengontrolan agar over burden tidak tersisa sehingga tidak
tercampur pada saat ore getting dimulai. Jika over burden tercampur didalam ore
maka akan meningkatkan kadar silika dari ore tersebut dan akan berpengaruh
pada jumlah kuantitas material tersebut. Untuk menghindari tersisanya over
burden maka pengupasan over burden dihentikan setelah mengenai 10 cm bagian
atas ore.

Gambar 3.3 Proses Pengupasan Top Soil dan Over Burden


3) Ore Getting
Ore getting adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengambil ore
yang berada di shaft. Kemudian ore dimuat kedalam alat angkut yaitu dump truck
dengan kapasitas muatan 23 ton. Alat muat yang diguanakan dalam kegiatan ini
adalah excavator dengan beragam PC atau kapasitas bucket antara lain PC200,
PC,300, dan PC400. Pada kegiatan ini perlu dilakukan pengontrolan terhadap
pengambilan ore agar tidak mengenai clay karena akan berpengaruh pada kadar
silika yang dapat merusak kuantitas material tersebut. Untuk menghindari
terambilnya clay maka proses ore getting dihentikan apabila ore tersisa 10 cm .

19
Gambar 3.4 Proses Ore Getting
4) Hauling pit ke Bauxite Processing Plan (BPP)
Proses hauling berlangsung dari pit ke Bauxite Processing Plan (BPP) yang
selanjutnya akan dilakukan proses pencucian pada masing-masing BPP yang telah
ditentukan.

Gambar 3.5 Proses Hauling pit ke BPP

20
5) Bauxite Processing Plan (BPP)
Bauksit yang berasal dari pit atau intermediet selanjutnya akan di bawa ke
masing-masing BPP yang telah ditentukan. Penentuan penggunaan BPP didasari
oleh kualitas dari kadar bauksit sebelum tercuci. Ada 6 WP yang digunakan pada
proses pencucian, diantaranya adalah WP1, WP2, WP4, WP5, WP7 dan WP9.
Material yang dibawa oleh dump truck akan ditumpahkan ke dalam hopper untuk
dicuci dengan menggunakan air (Water Cannon) sebagai media pembersih dan
pengangkut material pengotor atau gangue seperti lumpur serta dapat
meningkatkan kadar dari material tersebut. Setelah melewati hopper, material
akan masuk ke dalam tromol baby untuk dipisahkan berdasarkan ukurannya.
Ukuran yang lolos pada trommol baby yaitu 8-10 mm. Selanjutnya material yang
lolos pada tromol baby akan masuk ke tromol primary untuk diseragamkan
ukuran butirnya. Ukuran butirnya berkisar 2,6 – 2,8 mm. Untuk material yang
mempunyai ukuran lebih besar dari 8-10 mm (bolder) tidak di ambil dan
dimanfaatkan untuk penimbunan jalan. Hal ini dikarenakan tidak adanya mesin
crusher yang berguna untuk memperkecil ukuran material. Bauksit yang telah
tercuci disebut dengan Metalurgy Grade Bauxite (MGB). Target dari produksi
dari MGB yaitu 350.000 ton/bulan. Proses penirisan bauksit dapat berlangsung
selama 3 jam. Bauksit yang ditiriskan diletakkan di dekat area BPP.

Gambar 3.6 BPP Tampak Bawah

21
Gambar 3.7 BPP Tampak Atas
6) Hauling BPP ke Stockpile
Setelah material tercuci dan melalui tahap penirisan, selanjutnya akan
dibawa menuju stockpile dengan menggunakan dump truck berkapasitas 23 ton
sebagai alat angkut yang digunakan. MGB dibawa menuju stockpile yang terletak
pada KM 6 di daerah Kelampai. Sebelum MGB di dumping ke stockpile,
sebaiknya ditimbang dahulu untuk mengetahui berat material tersebut sebagai
dasar untuk pembayaran kontraktor dan untuk mengetahui tonase dalam waktu 1
hari. Hauling yang dilakukan dari WP menuju stockpile disebut dengan hauling
panjang. Pada proses penimbangan yang dilakukan untuk mengetahui tonase
MGB tersebut, ada 2 jembatan timbang yang digunakan dengan kapasitas masing-
masing 200 ton.

22
Gambar 3.8 Hauling BPP ke Stockpile
7) Pembuatan Letter Of Transhipment
Setelah MGB melewati proses penimbangan, selanjutnya akan disimpan di
stockpile. Penyimpanan pada stockpile harus berdasarkan Letter Of Shipment
(LOT) yang akan dibuat. Pembuatan LOT harus berdasarkan sumber asal dari pit
material, BPP yang digunakan pada pencucian material, tanggal pembuatan LOT,
serta beberapa analisa (kadar).

Gambar 3.9 Pembuatan LOT

23
8) Pengapalan (Shipping)
Pada proses pengapalan terjadi proses blending karena bercampurnya MGB
yang bersumber dari berbagai LOT dengan menggunakan bantuan alat dari
excavator. Pada proses dumping yang dilakukan dipengapalan akan diambil
sample sebanyak 1 sekop dari setiap dump truck dan disimpan dalam satu karung
untuk 1 sekop yang bersumber dari 1 dump truck. Setelah sample terkumpul dari
beberapa dump truck sehingga tongkang penuh, maka selanjutnya akan dilakukan
komposit agar merata serta dapat mengetahui kadar material dari tongkang yang
telah dimuat.

Gambar 3.10 Proses Pengapalan


3.4.4 Reklamasi Penambangan
Setelah kegiatan penambangan dilokasi pit dinyatakan telah berakhir, PT.
Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas melakukan kegiatan selanjutnya yaitu
revegetasi. Revegetasi bertujuan untuk memulihkan fungsi lingkungan setelah
dilakukan penambangan. Tahap kegiatan pasca tambang adalah:
1) Pemerataan dan Rehabilitasi Tanah
Tahapan pertama yang dilakukan dalam kegiatan pasca tambang adalah
pemerataan dan rehabilitasi tanah. Berikut adalah kegiatan dilakukan saat kegiatan
pemerataan dan rehabilitasi tanah, yaitu:

24
a. Back Filling
Back filling merupakan proses dimana dilakukannya penimbunan kembali
over burden dan top soil pada shaft yang telah ditambang guna memenuhi
kesuburan tanah untuk reklamasi. Pengupasan over burden dan top soil yang
dilakukan oleh PT. Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas ini tidak dipisahkan
pada saat dikeruk dan di timbun kembali. Alat yang digunakan pada proses back
filling adalah bulldozer dan excavator. Alat yang digunakan pada proses back
filling dipilih berdasarkan kondisi areal tersebut.

Gambar 3.11 Proses Back Filling


b. Regrading
Regrading adalah kegiatan perataan lahan setelah kegiatan back filling
berlangsung. Kegiatan ini dilakukan setelah semua shaft pada lahan tertentu telah
selesai di back filling. Kegiatan ini juga bertujuan agar mempermudah revegetasi
pada saat kegiatan reklamasi. Alat yang digunakan pada proses regrading adalah
bulldozer.

25
Gambar 3.12 Proses Regrading

2) Revegetasi
Revegetasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengembalikan lahan
bekas tambang seperti semula. Revegetasi lahan bekas tambang dilakukan dengan
menanam tanaman yang sesuai dengan permintaan atau perjanjian antara PT. Cita
Mineral Investindo. Tbk site Air upas dengan pemilik lahan. Biasanya tanaman
yang digunakan untuk revegetasi adalah tanaman kelapa sawit. Pada tahapan
reklamasi ini ada dua macam. Pertama, revegetasi dengan perawatan 1 tahun.
Kedua, revegetasi tanpa perawatan. Dengan penanaman yang telah dilakukan pada
lahan bekas tambang, lahan akan kembali seperti semula.

26
Gambar 3.13 Lahan Reklamasi

3.4.5. Pengolahan Limbah


Pengolahan limbah yang dihasilkan oleh proses pencucian ore disebut
tailing. Tailing mengandung material pengotor berupa lumpur yang dapat
mencemari sistem pengairan dan sungai disekitar lingkungan pemukiman yang
dekat dengan areal tambang. Maka harus dilakukan pengolahan limbang dengan
cara membuat tailing pond di dekat BPP yang bertujuan untuk mengendapkan
lumpur yang terkandung dari tailing sehingga pada tailing pond yang terakhir
akan kembali jernih dan dapat digunakan pada proses pencucian ore kembali dan
tidak memberi efek negatif pada sungai dan perairan sekitar.

27
Gambar 3.14 Tailing Pond Pengendapan Pertama

Gambar 3.15 Tailing Pond Pengendapan Kedua

28
Gambar 3.16 Tailing Pond Pengendapan Ketiga atau Terakhir

29

Anda mungkin juga menyukai