Anda di halaman 1dari 9

KEMUHAMMADIYAHAN

CABANG MUHAMMADIYAH
KABUPATEN SUKOHARJO

Nama : Edmund Arwanda

NIM : A320170008

Alamat : Tanjungsari RT 04/07 Sukoharjo

No HP : 081329724027

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


SURAKARTA
2019
A. Pengantar Penulis

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Kemuhammadiyahan Cabang
Muhammadiyah Kabupaten Sukoharjo”. Makalah ini kami selesaikan dalam
rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Kemuhammadiyahan

Penulis bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang ini dengan cukup
baik. Disamping itu, kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat membawa
manfaat baik bagi diri kami sendiri maupun bagi para pembaca. Kritik dan
saran sangat kami hargai dan harapkan demi perbaikan makalah di waktu
yang akan datang.

Sukoharjo, Mei 2019

B. Sejarah Muhammadiyah Sukoharjo

Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sukoharjo secara organisatoris lahir


pada tahun 1970 di bawah kepemimpinan Suyadi Mardisudarso. Sebelum
terbentuk PDM di Sukoharjo telah berdiri beberapa Cabang. Pendirian
Cabang ini sudah dimulai sejak Indonesia masih dijajah oleh Belanda ketika
wilayah Sukoharjo sendiri masih menjadi bagian dari wilayah Karesidenan
Kota Surakarta.

Muhammadiyah memang berasal dari Yogyakarta dan mulai menyebar


ke berbagai daerah di Indonesia mulai tahun 1922 karena Muhammadiyah
hanya boleh bergerak di Yogyakarta dari awal kelahirannya tahun 1912.
Setelah Muhammadiyah boleh mendirikan Cabang dan Ranting di luar
Yogyakarta saat itulah di Surakarta didirikanlah groep (Cabang) seperti
Blimbing, Padjang, Kedoenggoedel[1]. Rangkaian pembentukan Ranting dan
Cabang masih dilakukan ketika Indonesia sudah merdeka.
Masa sesudah Indonesia merdeka, pada tahun 1946 daerah Sukoharjo
terpisah dari karesidenan Surakarta menjadi Kabupaten sendiri, yaitu
Kabupaten Sukoharjo. Begitu pula dengan persyarikatan Muhammadiyah
yang sebelumnya berada di bawah administrasi kewilayahan Surakarta
berubah menjadi di bawah administrasi kewilayahan Sukoharjo walaupun
masih terhubung secara organisatoris. Pemisahan kewilayahan ini membuat
Muhammadiyah Sukoharjo lebih mengembangkan usahanya untuk berdakwah
dengan lebih banyak pembentukan ranting dan cabang. Adapun Pimpinan
Cabang Muhammadiyah se-Kabupaten Sukoharjo adalah : Pimpinan Cabang
Muhammadiyah (PCM) Polokarto, Bulu, Gatak, Kartasura, Blimbing, Baki,
Weru, Sukoharjo Kota, Nguter, Grogol, Bendosari, Tawangsari, Mojolaban.
Jumlah seluruhnya mencapai 13 PCM se-Kabupaten Sukoharjo.

Sesuai SK (Surat keputusan) yang dibuat oleh PP Muhammadiyah


bahwa di Kabupaten Sukoharjo terdapat 6 PCM yaitu Kartasura, Blimbing,
Weru, Baki, Bekonang serta Gatak sampai sebelum didirikannya PDM
Sukoharjo secara resmi. Kartasura merupakan Cabang yang didirikan pertama
sekitar tahun 1929 ketika masih menjadi wilayah Surakarta. Cabang
berikutnya yang didirikan adalah Blimbing pada tahun 1953, sedangkan ke-4
Cabang lain didirikan dalam tahun yang sama yaitu tahun 1964.
Masuknya Muhammadiyah ke Sukoharjo melalui daerah pinggiran
terutama daerah yang berbatasan dengan Kota Surakarta, seperti Kecamatan
Baki, Kartasura, Bekonang. Letak Kecamatan yang telah disebutkan memang
berada di pinggiran (perbatasan). Bukti lain yaitu dengan adanya pendirian
beberapa Cabang Muhammadiyah seperti yang telah disebutkan pada
sebelumnya. Hal ini juga dapat berarti bahwa masuknya Muhammadiyah ke
Sukoharjo akibat pengaruh dari Muhammadiyah Surakarta karena letaknya
yang berdekatan.

C. Struktur Muhammadiyah

Berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor


:177/KEP/I.0/B/2010 tentang Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad
Muhammadiyah (Muktamar Muhammadiyah Ke-46), maka struktur

Muhammadiyah periode 2010-2015 adalah


Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah

Pimpinan Daerah Muhammadiyah

Pimpinan Cabang Muhammadiyah

D. Jenis Amal Usaha

Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kepeloporan pembaruan Kyai Haji


Ahmad Dahlan yang menjadi tonggak berdirinya Muhammadiyah juga
ditunjukkan dengan merintis gerakan perempuan, yang diberikan nama
‘Aisyiyah. Dari pandangan Kyai Haji Ahmad Dahlan agar perempuan muslim
tidak hanya berada di dalam rumah, tetapi harus giat di masyarakat dan secara
khusus menanamkan ajaran Islam serta memajukan kehidupan kaum
perempuan.

Langkah pembaruan ini yang membedakan Kyai Haji Ahmad Dahlan


dari pembaru Islam lain. Perintisan ini menunjukkan sikap dan visi Islam yang
luas dari Kyai Haji Ahmad Dahlan mengenai posisi dan peran perempuan,
yang lahir dari pemahamannya yang cerdas dan bersemangat tajdid. Betapa
majunya pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan yang kemudian melahirkan
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam murni yang berkemajuan.

Hal tersebut yang memberikan dorongan gerakan Muhammadiyah


untuk dapat memajukan dan menggerakan masyarakat kearah yang lebih baik.
Tidak hanya dalam menuju ke jalan yang benar, namun juga ke aspek yang
lebih baik untuk masa depan. Muhammadiyah memiliki Amal Usaha yang
diperuntukan sebagai rintisan dakwah ma’ruf nahi munkar dan tajdid.

Amal Usaha Muhammadiyah di bawah Pimpinan Daerah Muhammadiyah


Sukoharjo adalah :
1. Pendidikan = 3 Sekolah dasar
= 48 M.I
= 9 Sekolah Menengah Pertama
= 5 M.Ts
= 6 Sekolah Menengah Atas
= 5 Sekolah Menengah Kejuruan
= 1 M.A
= 2 Pondok Pesantren

E. Amal usaha unggulan muahammadiyah di sukoharjo di antaranya


1. Rumah sakit pku muhammadiyah sukoharjo
2. Smk muhammadiyah 1 sukoharjo
3. Techno Park
4. Ponpes Imam Syuhodo
5. Panti asuhan yatim dan dhuafa (di Joho dan Grogol)

Alasan dalan bidang kesehatan ialah


Karena Kesehatan adalah hak azasi manusia, demikian yang diungkapkan oleh WHO, hal
ini
mengandung maksud bahwa pemerintah mem
punyai kewajiban untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan bagi penduduknya. Salah satu tolok ukur apakah suatu Negara maju
atau
belum, diukur dari kemampuan pemerintah dalam melindungi masyarakatnya dalam
bidang
kesehatan. Metode yang dipilih biasanya de
ngan memberikan pelayanan kesehatan dengan
sistem asuransi. Dengan sistem asuransi memisahkan antara pemberi biaya, pelaksana
pelayanan
dan pasien yang berakibat terjadinya keseimbangan antara pemberi pelayanan dengan
pengguna
yang diperantarai oleh penanggung pembiayaan. Keseimbangan ini menjadikan
peningkatan
kualitas dipihak pemberi pelayanan kesehatan, penurunan biaya, dan keefektifan yang
dirasakan
pasien
Alasan dalam bidang pendidikan ialah

Karena Muhammadiyah sebagai organisasi Islam sejak awal berdiri memiliki


komitmen yang teguh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui jalur
pendidikan, hingga saat ini lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah terus
berkembang dan bertambah baik secara kuantitas maupun kualitas. Dalam
pelaksanaan pendidikannya Muhammadiyah merpakan sistem pendidikan yang
memadukan antara sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan sekolah,
menjadi sistem pendidikan madrasah atau sekolah agama.

F. Usulan Program Tehadap Muhammadiyah/Aisyiyah


Beberapa hal yang mungkin perlu diprogramkan oleh pengurus, baik tingkat
Ranting, Cabang, maupun Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sukoharjo
adalah:
1. Pembelajaran tahsin yang lebih, terutama bagi para pengajar tingkat
BA/TK dan SD/MI, dan secara umum bagi warga Muhammadiyah yang
lain. Hal ini dikarenakan ilmu al-Qur’an adalah ilmu yang sudah ma’ruf.
Bukan hanya bagi mahasiswa atau pelajar di sekolah Islami, namun
masyarakat umum pun sudah jamak yang belajar al-Qur’an secara intens.
Dan hal ini sangat ditekankan lebih, kepada pengajar di sekolah
Muhammadiyah, agar tidak kalah dengan masyarakat umum yang
notabene tidak berasal dari pendidikan program/jurusan Islami.
2. Peningkatan program dan ukhuwah di SMA Muhammadiyah 1 Sukoharjo.
Pada masanya SMA ini merupakan unggulan. Namun seiring berjalannya
waktu, mulai ditinggalkan peserta didik. Oleh karena itu harus ada
ukhuwah yang lebih agar tetap bersatu membangun SMA, dan harus ada
program khusus semisal ekstrakurikuler bidang ketramilan agar lebih
dilirik calon peserta didik.

G. Rekomendasi Usulan Program


Penjelasan pada bab ini mungkin hampir sama dengan bab di atas. Hanya
penulis akan menyampaikan secara lebih ringkas, namun lebih banyak.
Diantaranya:
1. Pembelajaran tahsin bagi semua warga, terutama bagi pengajar.
2. Program khusus di SMA Muhammadiyah Sukoharjo. Misal bidang
keterampilan di ekstrakurikuler dan keringanan biaya untuk melirik calon
peserta didik.
3. Memakmurkan pembelajaran TPQ di tiap Ranting.
4. Mengaktifkan kajian di tiap Ranting
5. Dan bagi Pimpinan Cabang atau Pimpinan Ranting di Daerah Sukoharjo,
bisa mencontoh hidupnya program di cabang atau rangting Blimbing dan
Wonorejo.

H Dokumentasi
I Sumber referensi

________, http://sukoharjo.muhammadiyah.or.id/content-8-sdet-program-
kerja.html, diakses Mei 2019
_______, https://irfan989434723.wordpress.com/2018/01/28/amal-usaha-
muhammadiyah-dalam-bidang-pendidikan/, diakses Mei 2019
_______, https://docplayer.info/29810913-Muhammadiyah-dan-amal-usaha-
muhammadiyah-bidang-kesehatan.html, diakses Mei 2019
_______, http://sukoharjo.muhammadiyah.or.id/, diakses Mei 2019
Arif Rohman, S.Pd.I (Guru SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan Ketua
Bidang Dakwah Pimpinan Cabang Muhammadiyah 1 Sukoharjo),
wawancara dilakukan tanggal 31 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai