PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
optimal dan tidak sepenuhnya selalu berhasil, karena masih banyak faktor
1
M Darson Hamid, M. Yusron Asrofie dkk, Kader Persyarikatan dalam Persoalan,
(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2002), hlm. 41.
1
2
kader ulama seperti sering diungkapkan belakangan ini, dan secara serius
kader atau pemimpinnya dengan sebutan Ulama atau Kiai, walau pun
Pondok Pesantren.2
2
Ibid., hal. 43.
3
tingkat akademi. Namun, fungsi dan tugas pokok lembaga pendidikan itu
itu sebagai ader pada akhirnya tidak terjangkau sama sekali, dan berubah
dan peraturan yang berlaku di departemen agama. Tapi, proses distorsi itu
3
Mohamad Djazman, Muhammadiyah: Peran Kader dan Pembinaannya,
(Muhammadiyah University press, 1989), hlm. 33
4
amal.5
ulama penerus yang mampu menjalankan roda dakwah amr ma’rūf nahī
munkar di Muhammadiyah.
yang lebih baik demi tercapainya visi, misi dan tujuan lembaga. Begitupun
4
http://pondokshabran.ums.ac.id/, Lihat juga brosur penerimaan mahasantri baru Pondok
Hajjah Nuriyah Shabran Tahun 2016/2017.
5
https://putmppmuh.wordpress.com/profil-putm/
5
memilih dan memilah sistem perkaderan yang cocok dan sesuai untuk
oleh sistem yang baik pula. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah
tersebut, akan ada beberapa hal yang bisa diambil dan diterapkan oleh
salah satu lembaga tersebut atau mungkin bisa saling melengkapi satu
sama lain.
Muhammadiyah.
B. Rumusan Masalah
Muhammadiyah.
6
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam skripsi ini
adalah:
Perkaderan Muhammadiyah.