Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma‟ruf

nahi munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al–Qur‟an dan As-

Sunnah yang didirikan oleh Kiai H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah

memiliki amal usaha dan organisasi otonom sebagai ujung tombak

perjuangan.

Organisasi otonom (ortom) adalah organisasi atau badan yang

dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan bimbingan dan

pengawasan, diberi hak dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga

sendiri, membina warga Persyarikatan Muhammadiyah tertentu dan dalam

bidang-bidang tertentu pula dalam mencapai maksud dan tujuan

Persyarikatan Muhammadiyah.1

Ortom Muhammadiyah ada dua kategori yaitu ortom khusus dan

ortom umum, yang khusus adalah „Aisyiyah sedangkan ortom umum

adalah Hizbul Wathan, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Nasyiatul „Aisyiyah, dan

Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Ortom yang umum sering disebut

dengan Angkatan Muda Muhammadiyah yaitu pewaris, penerus, pelopor,

dan penyempurna cita–cita amal usaha Muhammadiyah. 2

1
www.muhammadiyah.or.id/id/content-48-det-organisasi-otonom.html diunduh 22 Maret
2016 pada pukul 13.35 WIB.
2
MPKPPM, Sistem Perkaderan Muhammadiyah (Yogyakarta: Majelis Pendidikan Kader
Pimpinan Pusat Muhammadiyah,2015), hlm. 39.

1
2

Kaderisasi sangat penting karena ketersediaan kaderlah yang

menjadi motor penggerak organisasi Muhammadiyah berjalan terus dari

masa ke masa. Maka dari itu perlu adanya perbaikan kaderisasi agar nasib

Muhammadiyah tidak seperti organisasi lain di dunia yang hancur karena

ketidaktersediaan kader yang mumpuni.

Muhammadiyah membutuhkan kader yang militan, karena itu

kader Muhammadiyah harus selalu siap menerima tongkat kepemimpinan.

Dalam hal membangun militansi bermuhammadiyah, yakni sebagai

berikut. Pertama, kesungguhan dalam berjuang. Kedua, tidak menduakan

Muhammadiyah. Ketiga, bukan menjadikan Muhammadiyah sebagai batu

loncatan. Keempat, memajukan gerakan Muhammadiyah.

Melihat latar belakang yang dijelaskan diatas, maka penulis

memandang penting untuk meneliti Pendidikan Perkaderan Gerakan

Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas

Muhammadiyah Surakarta dalam Menyiapkan Kader Militan

Muhammadiyah. Karena, Hizbul Wathan di Perguruan Tinggi

Muhammadiyah yang pertama kali berdiri yakni adalah Hizbul Wathan

Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta

yang juga sekaligus pertama kali memiliki sistem pengkaderan sendiri,

karena dari Kwartir Pusat belum membuat sistem pengkaderan Hizbul

Wathan untuk Tingkat Perguruan Tinggi Muhammadiyah.

Hizbul Wathan yang biasa disingkat HW yakni merupakan gerakan

kepanduan dalam Muhammadiyah, dan Hizbul Wathan sendiri berstatus


3

sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang bergerak khusus

dibidang kepanduan. Pandu Hizbul Wathan didirikan oleh Kiai H. Ahmad

Dahlan pada tahun 1918. Dengan nama Padvinder Muhammadiyah. Tokoh

perintisnya adalah Siraj Dahlan dan Sarbini, atas usul K.H Agus Salim.3

Istilah belanda ’Padvinder’ diubah menjadi “Kepanduan

Muhammadiyah” pada tahun 1920, atas usul K.H.R Hajid. Kepanduan

Muhammadiyah ini kemudian dinamakan Pandu Hizbul Wathan yang

artinya pembela tanah air. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan merupakan

pendidikan bagi orang dewasa dengan tidak meninggalkan prinsip dasar

kepanduan dan berpedoman kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah, serta tidak

meninggalkan aqidah Islam.4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem perkaderan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan

Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah

Surakarta dapat menyiapkan kader militan Muhammadiyah?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung serta faktor penghambat Gerakan

kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman

Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam pelaksanaan sistem

perkaderan menyiapkan kader militan Muhammadiyah?

3
Syamsul Hidayat, Studi Kemuhammadiyahan (Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-
ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012), hlm. 169.
4
Dewan Kafilah Penuntun, Sistem Pengkaderan Pandu Penuntun (Surakarta: Divisi
Pendidikan dan Pelatihan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan UMS, 2014), hlm. 5.
4

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, selanjutnya tujuan penelitian

ini adalah diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan sistem perkaderan Gerakan Kepanduan

Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas

Muhammadiyah Surakarta dalam menyiapkan kader militan

Muhammadiyah

2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung serta faktor penghambat

Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh.

Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam

menyiapkan kader militan Muhammadiyah

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yakni sebagai berikut:

1. Secara Teoritik

Hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan,

khususnya tentang pendidikan perkaderan di Gerakan Kepanduan

Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan

informasi, dan pada akhirnya dapat bermanfaat bagi Persyarikatan

Muhammadiyah khususnya Hizbul Wathan Kafilah Penuntun Moh.

Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai