Anda di halaman 1dari 29

DAFTAR ISI

SEMESTER 1 (X)
Perguruan Muhammadiyah 2
Janji Pelajar Muhammadiyah 1
Latar Belakang Muhammadiyah Berdiri 2
SEMESTER 2 (X)
Ciri-ciri gerakan Muhammadiyah 1
Organisasi Muhammadiyah 2
Mejelis, Lembaga dan Organisasi Otonom Muhamammadiyah 2
SEMESTER 1 (XI)
Periodesasi Perjuangan Muhammadiyah 2
Muqaddimah Aggaran Dasar Muhammadiyah (MADM) 2
Kepribadian Muhammadiyah 2
SEMESTER 2 (XI)
Matan Keyakinan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM) 2
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) 2
SEMESTER 1 (XII)
Khittah Perjuangan Muhammadiyah 5
Kaderisasi Muhammadiyah 6
Perkaderan Organisasi Otonom Muhammadiyah 7
SEMESTER 2 (XII)
Sikap Muhammadiyah terhadap Gerakan Islam Transnasional 6
Pikiran Islam Berkemajuan 6
KARAKTERISTIK PERGURUAN MUHAMMADIYAH

A. Sejarah Perkembangan Muhammadiyah


Latar belakang pendidikan Muhammadiyah berdiri karena terjadi dualisme
pendidikan di awal abad ke-20, yaitu: pendidikan pesantren yang hanya mengajarkan
ilmu agamadan sekolah Belanda yang fokus pada pendidikan umum. Selain itu, yang
mendorong K.H Ahmad Dahlan mendirikan pendidikan Muhammadiyah, sebagai salah
bentuk perlawanan terselubung terhadap kolonialisme Belanda, membebaskan
masyarakat dari kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, sistem kasta, dan pelaksanaan
ajaran agama yang kurang authentic.
Menurut H.S Prodjokusumo (Ketua Dikdasmen PP Muhammadiyah) bahwa
pendirian sekolah/madrasah Muhammadiyah bermula dari inisiatif pimpinan cabang yang
menghubungi beberapa orang yang mewakafkan dan menghibahkan tanahnya. Sebagian
lain dibeli dengan mengumpulkan uang secara gotong royong.
Ketika pemerintah belum dapat membangun sekolah-sekolah di plosok tanah air,
Muhammadiyah justru mengembangkan darma baktinya untuk mencerdaskan bangsa. Di
zaman kemerdekaan, sistem pendidikan Muhammadiyah telah diangkat dan diterima
menjadi sistem pendidikan Nasional

B. Tujuan Perguruan Muhammadiyah


Tujuan pendidikan Muhammadiyah adalah mewujudkan manusia muslim berakhlak
mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, berguna bagi masyarakat dan Negara.

C. Ciri Khas Perguruan Muhammadiyah


1. Pengertian Pendidikan Kemuhammadiyahan
Menurut bahasa: merupakan pendidikan atau pelajaran tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan pengikut Nabi Muhammad
Menurut Istilah: suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan
dengan persyarikatan Muhammadiyah, sebuah organisasi Islam yang didirikan KH.
Ahmad Dahlan
2. Tujuan Pendidikan Kemuhammadiyahan
Tujuan pendidikan Kemuhammadiyahan dijadikan mata pelajaran pokok dengan
tujuan agar dapat diamati, dipahami dan dihayati oleh setiap pelajar Muhammadiyah.
Alasan yang mendasar tujuan pendidikan kemuhammadiyahan diajarkan di
sekolah/madrasah Muhammadiyah, yakni:
a. Media kaderisasi
b. Dikenal oleh angkatan Muda
Tujuan Pendidikan keMuhammadiyahan secara khusus
1) Memberikan pengertian yang sebenar-benarnya terhadap para pelajar tentang
apa dan bagaimana pergerakan Muhammadiyah
2) Memberikan bekal kepada calon kader Muhammadiyah yang akan menjadi
pewaris dan penerus perjuangan Muhammadiyah
3) Memberikan bukti nyata kepada semua pihak bahwa amal usaha
Muhammadiyah memberikan andil dalam memajukan masyarakat semata-mata
mengharap ridha Allah swt
4) Memberikan pengertian atau pengetahuan tentang persyarikatan Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam dan gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar
5) Memberikan bekal kepada pelajar Muhammadiyah, agar kelak menjadi kader
tangguh untuk melangsungkan cita-cita dan amal usaha Muhammadiyah
6) Mendidik setiap pelajar Muhammadiyah agar memiliki kepribadian Muslim
dalam rangka mempersiapkan kehidupan Islami di tengah-tengah masyarakat
7) Menumbuhkan jiwa tajdid (pembaharuan) bagi setiap pelajar Muhammadiyah
agar dapat memahami ajaran Islam secara murni serta mampu mengamalkannya
8) Memberikan pengertian bahwa Muhammadiyah ikut andil bagi generasi muda
melalui berbagai amal usahanya, termasuk bidang pendidikan
9) Mampu mensosialisasikan tujuan dan cita-cita Muhammadiyah di tengah-tengah
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok
10) Mendorong setiap pelajar Muhammadiyah agar di kemudian hari sanggup
memikul tanggungjawab terhadap agama Islam dan persyarikatan
Muhammadiyah
3. Kedudukan & Fungsi Pendidikan Kemuhammadiyahan
Pendidikan kemuhammadiyahan memiliki kedudukan sebagai mata pelajaran wajib
diajarkan dan dipelajari setiap pelajar Muhammadiyah. Sebagai materi wajib, maka
seluruh jenjang pendidikan Muhammadiyah wajib mengajarkan pendidikan
kemuhammadiyahan. Fungsi pendidikan kemuhammadiyahan sebagai pembeda
(distingsi) antara sekolah Muhammadiyah dengan yang bukan milik Muhammadiyah.
4. Nilai-nilai pendidikan kemuhammadiyahan
a. Mengamalkan perilaku sebagai hamba Allah swt
b. Mengamalkan perilaku sebagai khalifah fil ardhi
c. Mengamalkan dakwah amar ma’ruf nahi munkar
d. Menghindari tindak kekerasan dan mengutamakan perdamaian
e. Mengamalkan disiplin belajar dan gemar menuntut ilmu
JANJI PELAJAR MUHAMMADIYAH

A. Janji Pelajar Muhammadiyah


Di sekolah/madrasah Muhammadiyah terdapat sebuah wadah atau organisasi yang
ditujukan bagi para peserta didik untuk berlatih dan berjuang dalam kancah dakwah
amar ma'ruf nahi munkar di lingkungan para pelajar. Organisasi yang menjadi bagian
dari sayap dakwah Muhammadiyah ini bernama Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
Berdasarkan Keputusan Induk Muktamar XVII IPM nomor VI-SK/A.2/ PP.IPM-
006/2010, butir-butir Janji Pelajar Muhammadiyah berbunyi:
Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah.
Radhitubillahi Rabba wa bil Islami diena, wabimuhammadin nabiyya wa rasuula.
Kami pelajar Muhammadiyah berjanji:
1. Berjuang menegakkan ajaran Islam
2. Hormat dan patuh terhadap orangtua dan guru
3. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu
4. Bekerja keras, mandiri dan berprestasi
5. Rela berkorban dan menolong sesama
6. Siap menjadi kader Muhammadiyah dan bangsa

B. Makna dan Aplikasi Janji Pelajar Muhammadiyah dalam Kehidupan sehari-hari


1. Berjuang menegakkan ajaran Islam
Pelajar Muhammadiyah hendaknya selalu mengutamakan perintah agama Islam
dalam setiap aktivitasnya. Pelajar Muhammadiyah harus berperan serta dalam
menyempurnakan akhlak mulia dan penguatan kelslaman. Misalnya, ikut
berpartisipasi dalam pengkajian Al-Qur'an di kalangan para pelajar dalam bentuk
gerakan cinta Al-Qur'an sebagai gerakan pembudayaan tradisi membaca dan
mengkaji Al-Qur'an dikalangan pelajar dan sebagai penyadaran tentang pentingnya
kitab suci umat muslim itu sebagai petunjuk utama dalam kehidupan.
2. Hormat dan patuh kepada orangtua dan guru
Pelajar Muhammadiyah hendaknya selalu siap sedia untuk menjaga tata krama
dalam hubungannya dengan orang tua dan guru. Pelajar Muhammadiyah semestinya
menghormati orangtua dan guru serta berusaha membalas jasa-jasa mereka dengan
memberikan prestasi dan doa terbaik setiap harinya. Pelajar Muhammadiyah akan
patuh terhadap perintah dan menghindari sifat-sifat membantah, dengan
menumbuhkan keyakinan dan perasaan khusnudzan, bahwa apa yang diperintahkan
oleh orangtua dan guru akan berakibat baik pada dirinya.
3. Bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pelajar Muhamnadiyah harus memiliki komitmen dan sungguh sungguh dalam
menuntut ilmu, untuk meraih ridha Allah Swt semata. Pelajar Muhammadiyah akan
berusaha belajar dan menuntut ilmu kepada siapapun dan dimanapun tanpa rasa malu
dan gengsi. Begitu pula ketika di sekolah/madrasah, ia tidak akan malu untuk
bertanya kepada guru atau teman mengenai materi yang belum dipahaminya.
4. Bekerja keras, mandiri dan berprestasi
Pelajar Muhammadiyah sudah selayaknya terdorong untuk rajin dalam belajar,
giat dalam bekerja dan berusaha mandiri termasuk menjauhkan diri dari
ketergantungan terhadap orang lain. Pribadi pelajar Muhammadiyah akan senantiasa
bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas untuk bisa mewujudkan impiannya
agar dirinya bisa memberikan manfaat kepada banyak orang. Pelajar Muhammadiyah
akan menjunjung tinggi kejujuran dalam meraih prestasi, ia tidak akan mencontek
ataupun berbuat curang.
5. Rela berkorban dan menolong sesama
Dalam segala aktivitasnya, pelajar Muhammadiyah harus berusaha agar
menumbuhkan manfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Selain itu pelajar
Muhammadiyah juga harus berusaha agar terbangun solidaritas dan tumbuhnya rasa
asah, asih dan asuh diantara para pelajar di lingkungannya untuk kepentingan agama
Islam. Sikap rela berkorban dan menolong sesama juga harus ditunjukkan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya dengan membantu seseorang yang mengalami
kecelakaan di jalan, menggalang dana bantuan bagi saudara-saudara yang tertimpa
musibah atau bencana alam atau mengadakan bakti sosial.
6. Siap menjadi kader Muhammadiyah dan bangsa
Pelajar Muhammadiyah sebagai calon Muhammadiyah sudah semestinya
melaksanakan aktivitas belajar tidak sekedar untuk meraih kesuksesan dan
mendapatkan kepandaian secara pribadi semata. Alangkah baiknya hal itu ditularkan
kepada teman-temannya dengan membentuk kelompok studi atau aktif dalam
organisasi sekolah/madrasah sebagai bentuk latihan untuk menghimpun,
membimbing, mengatur teman sejawat dalam meniti kebajikan.
Pelajar Muhammadiyah merupakan kader Muhammadiyah yang natinya akan
berperan sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.
Pelajar Muhammadiyah juga harus siap memberikan kontribusi positif dalam rangka
pembaruan dan pembangunan masyarakat, misalnya dengan membentuk Taman
Pendidikan Al-Qur'an, membuat perkumpulan remaja Islam dan mengisinya dengan
kegiatan-kegiatan yang positif.

C. Kepribadian Pelajar Muhammadiyah


Setelah memperhatikan, menghayati dan mengamalkan Janji Pelajar
Muhammadiyah tersebut, maka dapat diindentifikasikan bahwa seorang pelajar
Muhammadiyah mestinya memiliki kepribadian sebagai berikut:
1. Senang berjuang, dalam pengertian amar ma'ruf nahi munkar di Lingkungan
sekolah/madrasah untuk menegakkan ajaran Islam. Misalnya dengan mengingatkan
teman untuk menjalankan shalat dzuhur secara berjamaah di mushalla/masjid,
membuat kajian rutin dengan teman sekelas setiap bulan, dan lain-lain.
2. Bertindak sopan dan santun, memiliki tata krama, hormat dan patuh kepada orangtua
dan guru. Hal ini dapat dilakukan dengan berpamitan dan memohon doa restu kepada
orangtua sebelum berangkat ke sekolah/madrasah, mengucapkan salam dan
bersalaman kepada guru, serta menjalankan perintah yang baik dari orang tua dan
guru.
3. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Salah satu bentuk perilaku bersungguh-
sungguh dalam menuntut ilmu adalah dengan mengulang materi pembelajaran yang
telah dilaksanakan di sekolah/madrasah, membaca buku-buku tambahan yang
berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari, serta membuat peta konsep/
ringkasan setiap materi agar lebih mudah dipelajari.
4. Bekerja keras, mandiri dan berprestasi. Pelajar Muhammadiyah berusaha hidup
mandiri dengan berlatih membereskan semua keperluan sekolahnya sendiri, bekerja
keras dan tidak mudah putus asa dalam belajar, serta memanfaatkan waktunya secara
efektif dan efisien untuk kegiatan yang bermanfaat dan mendukung impiannya.
5. Rela berkorban dan menolong sesama. Sikap ini bisa dibiasakan dengan rutin
memberikan infak pada setiap hari Jumat, yang nantinya uang tersebut bisa
disalurkan kepada teman-teman yang mengalami musibah, atau diberikan ke panti
asuhan Muhammadiyah di lingkungan sekitar.
6. Aktif dalam pergerakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar baik di sekolah/madrasah
maupun di rumah. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk berdakwah amar
ma'ruf nahi munkar antara lain dengan saling mengingatkan serta membuat kata-kata
inspiratif yang bisa memotivasi teman-teman untuk melakukan SS yakni senyum,
salam, sapa, sopan, dan santun.
SEJARAH PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH

A. Kondisi Sosial, Ekonomi, Politik, Budaya dan Keagamaan Sebelum


Muhammadiyah Berdiri
1. Bidang Keagamaan
Jauhnya umat Islam dan ajaran yang sebenarnya, dikarenakan telah terjadi
sinkretisme, yakni pencampur-adukan ajaran Islam dengan tradisi yang berkembang
di masyarakat dalam melaksanakan ibadah. Hal ini dapat dilihat dalam praktik
keagamaan masyarakat yang masih melakukan perbuatan perbuatan tahayul, bid’ah,
khurafat dan syirik.
2. Bidang Ekonomi
Keadaan umat Islam di Indonesia yang mayoritas saat itu masih dipandang
rendah oleh pihak penjajah Belanda. Dari sisi ekonomi, kedudukan umat Islam pada
umumnya berada dalam keadaan yang terbelakang, hanya sebagian kecil dan umat
Islam yang mampu mengembangkan ekonominya.
Pada awal abad ke-20, telah tumbuh sejumlah pengusaha pribumi yang dikenal
sebagai kelas menengah perkotaan. Usaha-usaha kerajinan tangan dan tekstil mulai
tumbuh disepanjang daerah pesisir pantai utara. Namun dihitung modal mereka,
jumlahnya jauh Iebih kecil dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan Belanda dan
golongan Cina. Karena itulah pengaruh kolonialisme yang diskriminastif menjadikan
sebagian umat Islam tersisihkan.
3. Bidang Pendidikan
Pendidikan di Indonesia saat itu masih terbelah menjadi dua arus utama, yaitu
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Belanda dan pendidikan pesantren.
Bagi pemerintah kolonial Belanda, pendidikan merupakan titik pusat dan strateginya
untuk memperkuat cengkeraman kolonialisme di Indonesia. Akan tetapi pendidikan
yang diselenggarakan Belanda justru telah membuka ruang kesenjangan yang
sedemikian lebar pada sektor budaya dan agama.
4. Bidang Politik
Imperialisme dan kolonialisme telah membuat masyarakat Indonesia tidak
berdaya. Kemiskinan dan pemerasan merupakan dampak nyata dan sikap imperialis
dan kolonialis Belanda. Sikap politik yang demikian menjadikan masyarakat tidak
diberikan kesempatan sedikitpun untuk mengambil tindakan dan kebijakan yang
dapat memperbaiki nasib bangsanya. Belanda cukup cerdik dalam memecah belah
masyarakat Indonesia, terbukti dengan adanya sebagian golongan masyarakat yang
ditarik menjadi pejabat Belanda, yang selanjutnya membawa dampak terpecahnya
konsentrasi masyarakat dalam melawan kolonialisme Belanda.
B. K.H. Ahmad Dahlan sebagai Tokoh Pembaruan Islam di Indonesia
K.H. Ahmad Dahlan, bernama asli Muhammad Darwis, lahir di kampung Kauman
Yogyakarta pada tahun 1868. Ayahnya, KH. Abu Bakar adalah seorang imam dan khatib
Masjid Besar Kauman Yogyakarta. Sementara ibunya, Siti Aminah adalah anak KH.
Ibrahim, penghulu besar di Yogyakarta. Dihihat dan garis silsilahnya, Darwis memiIiki
garis keturunan dengan Maulana Mahik Ibrahim, salah seorang wali penyebar agama
Islam yang dikenal di pulau Jawa.
Darwis belajar fiqh dan KH Muhammad Saleh, belajar nahwu dan KH. Muhsin,
dan juga belajar ilmu agama Islam lebih lanjut pada kakak iparnya KH. Abdul Hamid di
Lempuyangan dan KH. Muhammad Nur. Ketika berangkat Haji Darwis juga belajar
kepada guru-gurunya di Arab Saudi. Belajar hadits kepada Kyai Mahfud Termas dan
Syekh Khayat, ilmu Qiraah kepada Syekh Amien dan Sayid Bakri Syatha, ilmu falaq
pada K.H Dahlan Semarang, dan juga belajar pada Syekh Hasan tentang mengatasi racun
binatang. Ketika menunaikan ibadah haji, beliau berkomunikasi dengan berbagai ulama
yang berasal dan Indonesia, seperti Kyai Mahfud dari Termas, Syekh Ahmad Khatib,
Syekh Jamil Jambek dari Minangkabau, Kyai Nahrowi dan Banyumas, dan Kyai Nawawi
dari Banten.
Ketika menunaikan ibadah haji yang kedua pada tahun 1903, beliau bermukim di
Arab Saudi selama hampir dua tahun. Disana beliau belajar dengan beberapa ulama.
Belajar fiqh pada Syekh Saleh Bafadal, Syekh Sa’id Tamami dan Syekh Sa’id Babusyel.
Belajar hadits dengan Mufti Syafi’i, ilmu falaq pada Kyai Asy’ari Bawean, ilmu qiraah
dan Syekh Ali Misri Makkah.
Berikut ini merupakan sejumlah pembaruan atau kepeloporan K.H. Ahmad
Dahlan dalam merintis dan meletakkan dasar gerakan pembaruannya yaitu:
1. Meluruskan arah kiblat dan menjauhkan praktik keagamaan dari syirik, tahayul,
bid’ah dan khurafat.
2. Pembinaan umat melalui pengajian-pengajian secara melembaga.
3. Mempelopori pendirian sekolah/madrasah modern.
4. Mendirikan PKU, Panti Asuhan dan pelayanan sosial.
5. Mendirikan Taman Pustaka, Majalah Suara Muhammadiyah, dan Lembaga Penolong
Haji, dan lain sebagainya.
C. Sebab-sebab Subjektif dan Objektif Berdirinya Muhammadiyah
1. Faktor Subjektif
Berdasar pada pemahaman terhadap QS. Ali-lmran ayat 104 tersebut K.H.
Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk mendirikan perkumpulan, organisasi atau
persyarikatan yang teratur dan rapi. Persyarikatan ini didirikan dalam rangka amar
ma’ruf nahi munkar, mengembalikan umat Islam yang telah menyimpang ke jalan
yang telah digariskan oleh Allah Swt dan Rasulullah Muhammad saw.
Oleh sebab itu, maka faktor subjektif yang dimaksud adalah dorongan dari
dalam diri K.H. Ahmad Dahlan dalam mengimplementasikan isi kandungan AI-
Qur’an ke dalam kehidupan nyata.
2. Faktor Objektif
Terdapat beberapa faktor objektif yang melatarbelakangi berdirinya
Muhammadiyah. Faktor objektif ini dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu
internal dan eksternal.
Persolan internal yang dimaksud meliputi beberapa hal, yakni:
1. Al-Qur’an dan Sunnah nabí tidak dilaksanakan secara murni dan konsekwen.
2. Semakin merosotnya kondisi umat Islam, baik dalam bidang ekonomi dan politik,
yang disebabkan karena adanya sikap apatis terhadap masalah duniawi.
3. Tidak efisiennya lembaga-lembaga pendidikan Islam (pesantren) sehingga
lulusannya belum dapat mengemban misi selaku khalifah Allah di atas bumi.
4. Tidak adanya jalinan ukhuwah Islamiyah yang kuat untuk membela kepentingan
umat Islam.
Sementara, faktor eksternal yang dimaksud meliputi beberapa hal, yakni:
1. Adanya kolonialisme dan imperialisme Belanda yang mengakibatkan umat Islam
dan bangsa Indonesia dalam kesengsaraan dan kemiskinan.
2. Adanya gerakan Kristenisasi dan pemerintahan Belanda
3. Sikap para cendekiawan Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan Barat dan
menganggap Islam tidak sesuai dengan kemajuan zaman.
4. Adanya pengaruh dan gerakan reformasi dan modernisasi Islam yang dipelopori
oleh lbnu Taimiyah, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid
Ridha.
D. Tantangan dan usaha-usaha K.H. Ahmad Dahlan dan para sahabatnya dalam
mendirikan dan memperjuangkan Muhammadiyah
Dalam upaya menangani persoalan kebodohan, keterbelakangan, kristenisasi dan
penyebaran ajaran agama Islam kepada masyarakat luas, K.H. Ahmad Dahlan melakukan
pembaruan di bidang pendidikan. Pembaruan tersebut dilakukan dengan mendirikan
sekolah/madrasah bersistem modern. Sekolah/madrasah ini tidak hanya mengajarkan
ilmu agama saja, tetapi juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum. Dengan
sekolah/madrasah bersistem modern ini, anak-anak muslim bumi putera diharapkan
memperoleh wawasan luas mengenai persoalan dunia dengan tanpa meninggalkan nilai-
nilai dan spiritualitas Islam.
Ternyata pemikiran K.H. Ahmad Dahlan tersebut belum mendapatkan respon
positif dan para santri dan penduduk Kauman. Sebagian dan mereka bersikap acuh tak
acuh dan bahkan ada juga yang secara tegas menolak niatan pendirian lembaga
pendidikan modern itu karena dianggap menyalahi tradisi umat Islam. Ide yang
dikemukakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dianggap menyalahi tradisi pendidikan Islam
yang berkembang. Akan tetapi sebagai pribadi yang berpendirian teguh, K.H Ahmad
Dahlan tidak menghiraukan respon kurang mendukung yang ditampilkan oleh sebagian
penduduk Kauman tersebut.
Sekalipun telah mendapat dukungan dan Budi Utomo, namun usaha yang
dilakukan K.H. Ahmad Dahlan juga mendapatkan banyak rintangan. Indikasi rintangan
tersebut sudah disadari oleh K.H. Ahmad Dahlan, mengingat saat mensosialisasikan
gagasannya tentang pendirian sekolah/madrasah modern, penolakan dan penentangan
penduduk Kauman sudah mengemuka. Berangkat dari indikasi tersebut beliau sudah
bersiap diri dengan berbagai hujatan dan olok-olokan yang mungkin akan ia terima dan
sebagian penduduk Kauman. Sampai akhirnya saat itu ia dituduh sebagai kyai palsu,
kristen alus, dan bahkan dianggap kafir. Beragam tuduhan itu dilancarkan karena K.H.
Ahmad Dahlan mengadaptasi model pendidikan sekolah Belanda, yang bagi sebagian
umat Islam telah dipandang mewakili kaum Kristen dan kafir.
Pada tanggal 1 Desember 1911, K.H. Ahmad Dahlan mulai merintis amal usaha di
bidang pendidikan, yakni Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah atau Sekolah Rakyat.
Sekolah ini menggunakan sistem pendidikan Barat. Kurikulum yang digunakan adalah
perpaduan antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum, atau yang biasa disebut
dengan sistem integralistik. Proses belajar mengajar diselenggarakan di dalam kelas
dengan menggunakan meja, kursi dan papan tulis. Peserta didiknya pun terlihat sangat
rapi dan bersih, sebab mereka mengenakan seragam dan bersepatu. Selain itu peserta
didik juga diajarkan untuk bernyanyi do, re, mi, fa, sol dengan bahasa pengantarnya
menggunakan bahasa Arab serta bahasa Belanda.
Seiring berjalannya waktu, rintisan sekolah/madrasah ini terus berkembang,
hingga pada suatu ketika K.H. Ahmad Dahlan mendapat usulan cerdas dan salah seorang
siswanya, agar lembaga pendidikan yang didirikannya itu tidak dipegangnya sendiri.
Sebab jika suatu saat beliau meninggal dunia, dan tidak ada ahli waris yang mampu
meneruskan perjuangannya, maka lembaga pendidikan yang telah didirikannya itu akan
berhenti.
Lebih lanjut, akhirnya, setelah bertambahnya pengalaman, melalui berbagai
pertemuan, pematangan rencana, diteruskan dengan persiapan untuk membentuk sebuah
organisasi, maka pada tanggal 08 Dzulhijjah 1330 H, bertepatan dengan18 November
1912 M, berdirilah gerakan Islam yang diberi nama MUHAMMADIYAH. Deklarasi
berdirinya Muhammadiyah dilakukan di tempat terbuka yakni di gedung Loodge Gebouw
di Malioboro Yogyakarta (Sekarang gedung DPRD Provinsi DIY). Hal ini bertujuan agar
berdirinya Muhammadiyah diketahui oleh pemerintah dan pejabat kesultanan hingga
masyarakat luas.
CIRI-CIRI GERAKAN MUHAMMADIYAH

A. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam


Dewasa ini, kata yang lebih dikenal untuk gerakan Islam pembaruan adalah
modernisasi. Modernisasi dilakukan agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-
pendapat dan keadaan baru yang ditimbuklan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
Gerakan pembaruan Islam adalah upaya untuk menyesuaikan paham agama Islam
dan perkembangan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Gerakan pemabaruan Islam bukan mengubah, mengurangi atau menambah isi teks al-
Qur'an maupun hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya sehingga
dapat sesuai dgn kebutuhan dan tuntutan zaman.
Dalam mengamalkan ajaran islam, Muhammadiyah bekerja pada hampir semua
bidang kehidupan manusia. Diantara bidang tersrbut adalah akidah, akhlak, ibadah, dan
mu'amalat duniawiyat.
B. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar maruf nahi munkar
Ciri ini disandang Muhammadiyah karena organisasi yang didirikan K.H Ahmad
Dahlan hendak menjadi bagian dari umat terbaik yang senantiasa menyeru kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari munkar, dan beriman kepada Allah. Upaya itu berdasarkan
firman Allah QS. Ali-Imran : 110
Berangkat dari firman Allah tersebut manusia harus melaksanakan dakwah amar
ma'ruf nahi munkar. Dalam menghadapi kemunkaran tidak boleh berdiam diri, melainkan
harus memiliki kepekaan sosial terhadap berbagai kemunkaran yang sedang, akan dan
telah menimpa orang lain. Tentang dakwah amar ma'ruf nahi munkar juga terdapat dalam
QS. Ali-imran : 104.
Dakwa amar ma'ruf nahi munkar yang dilaksanakan Muhammadiyah diarahkan
pada dua bidang, yaitu perorangan dan masyarakat.
C. Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid
Tajdid bermakna pembaruan. Kata tajdid bentuk kata dari jadda-yajiddu-jiddan/
jiddatan artinya ternama, yang besar, nasib baik, dan baru. Pemahaman mengenai tajdid
dibedakan menjadi dua. Yaitu tajdid dalam arti pemurnian dan tajdid dalam arti
pembaruan. Dalam arti pemurnian disebut purifikasi, sedangkan dalam arti pembaruan
disebut reformasi.
D. Muhammadiyah sebagai gerakan Nasional
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara Muhammadiyah berdiri di
barisan depan dalam melakukan reformasi kehidupan nasional di berbagai bidang
kehidupan agar Indonesia tidak ketinggalan dari negar-negara tetangga, dan lebih maju
tumbuh dan berkembang menjadi negara dan bangsa yang adil, makmur, bermartabat,
dan berdaulat.
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi terbesar di Indonesia banyak
melaksanakan kegiatan, seperti peningkatan kesehatan dengan mendirikan rumah sakit.
Peningkatan pendidikan dengan membangun lembaga pendidikan, dan dalam bidang
lainnya, seperti lembaga sosial.
PENGORGANISASISAN MUHAMMADIYAH

A. Pengertian Organisasi
Organisasi adalah
suatu perkumpulan yang
terdiri dan 2-3 orang atau
lebih yang bersepakat untuk
bekerjasama dalam
mewujudkan keinginan
bersama. Fungsi organisasi
dalam suatu perjuangan
adalah suatu alat untuk
mencapai tujuan yang telah
dicita-citakan. Adapun unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam organisasi meliputi: tujuan,
usaha (kerjasama) dan pengorganisasian (pengelolaan). Tujuan dan manfaat organisasi bagi
manusia selain membuat pekerjaan dalam meraih cita-cita menjadi ringan, baik tenaga dan
biayanya juga untuk sarana berinteraksi sekaligus meningkatkan kemampuan diri dalam
membangun sebuah jaringan dan jalinan kerjasama antarkelompok yang pada akhirnya
dapat menguntungkan semua pihak.
Dasar berorganisasi adalah firman Allah Swt yang terdapat dalam OS. Ash-Shaff: 4,
sebagaimana berikut:
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai oran g yang berperang dijalan-Nya dalam
barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu ban gunan yang tersusun kokoh.”

B. AD/ART Muhammadiyah
Untuk menjalankan sebuah organisasi, apapun namanya, termasuk Muhammadiyah,
diperlukan sebuah komitmen dan loyalitas bagi para pemimpin dan anggota-anggotanya.
Bentuk dan komitmen dan loyalitas dalam berorganisasi adalah dipatuhinya aturan-aturan
yang telah disepakati bersama dalam Anggaran Dasar (AD), maupun Anggaran Rumah
Tangga (ART) organisasi.
AD merupakan kejelasan dan penegasan keberadaan sebuah organisasi yang di
dalamnya memuat tentang nama, pendiri dan tempat kedudukan organisasi; identitas, asas,
lambang, maksud, tujuan dan usaha organisasi; keanggotaan, keorganisasian,
permusyawaratan dan rapat-rapat; serta keuangan dan pelaporan. Semua kejelasan maupun
penegasan tertulis secara garis besar untuk dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan
roda organisasi. Adapun peraturan-peraturan dalam organisasi secara rinci dan bersifat
intern, karena belum diatur dalam AD, dituangkan di dalam ART. Maka, ART merupakan
penjelasan tentang peraturan peraturan organisasi yang tidak diatur dalam AD.

C. Keanggotaan
Muhammadiyah
Dalam Anggaran
Dasar Muhammadiyah
Bab IV pasal 8 disebutkan
bahwa anggota
persyarikatan
Muhammadiyah terdiri
atas Anggota Biasa,
Anggota Luar Blasa dan Anggota Kehormatan. Anggota Biasa adalah Warga Negara
Indonesia, beragama Islam, menyetujui dan bersedia mendukung, melaksanakan usaha-
usaha dalam mencapai maksud dan tujuan persyarikatan Muhammadiyah. Anggota Luar
Biasa adalah seorang bukan warga Negara Indonesia, beragama Islam, setuju dengan
maksud dan tujuan Muhammadiyah serta bersedia mendukung amal usahanya. Sedangkan
Anggota Kehormatan adalah seorang beragama Islam, berjasa terhadap Muhammadiyah
dan atau karena kewibawaannya dan keahliannya diperlukan atau bersedia membantu
Muhammadiyah.
Setelah seseorang menyatakan bersedia menjadi anggota Muhammadiyah, maka
hendaknya berusaha untuk melakukan proses ketetapan menjadi anggota dengan memiliki
Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah. Syarat-syarat untuk memperoleh kartu tanda anggota
Muhammadiyah telah diatur dalam ART sebagai berikut:
1. WNI beragama Islam
2. L/P berumur 17 tahun atau sudah menikah
3. Menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah
4. Bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha Muhammadiyah;
5. Mendaftarkan din dan membayar uang pangkal.
Prosedur menjadi anggota Muhammadiyah diatur sebagai berikut;
1. Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah
dengan mengisi formulir yang disediakan. Adapun kelengkapan syarat-syarat yang
harus dipenuhi adalah membayar uang pangkal dan administrasi, menyerahkan pas
foto berwarna terbaru ukuran 2x2 cm (2 lembar) dan ukuran 4x6 cm (2 lembar)
melalui Pimpinan Ranting atau Pimpinan amal usaha ditempat yang belum ada
Ranting, kemudian diteruskan kepada Pimpinan Cabang.
2. Pimpinan Cabang kemudian meneruskannya kepada Pimpinan Pusat dan dengan
disertai pertimbangan.
3. Pimpinan Cabang dapat mengeluarkan Kartu Tanda Anggota sementara kepada
calon anggota, sebelum yang bersangkutan menerima Kartu Tanda Anggota dan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Bentuk tanda anggota sementara ditetapkan oleh
Pimpinan Pusat, tetapi dalam pelaksanaannya sekarang usulan oleh PCM diusulkan
ke Pimpinan Wilayah Muhammadiyah propinsinya masing-masing.
4. Pimpinan Pusat memberi Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah kepada calon
anggota blasa yang telah disetujui melalui Pimpinan Cabang yang bersangkutan.
Sekarang membuat kartu tanda anggota Muhammadiyah bisa dilakukan secara online.
Silahkan masuk ke website dengan link ini https://muhammadiyah.or.id/kta-muhammadiyah/
D. Bentuk Kepemimpinan Muhammadiyah
Dalam organisasi setidaknya ada dua bentuk kepemimpinan yaitu tunggal
(individualis) dan dewan (kolegial). Bentuk tunggal maksudnya adalah segenap kekuatan dan
tanggungjawab dipegang oleh satu orang. Sementara, bentuk dewan (kolegialitas) artinya
rasa setia kawan terhadap teman sejawat dan tanggungjawab organisasi dipegang oleh
beberapa orang yang masing-masing mempunyai kewajiban dan tanggungjawab yang sama.
Dari kedua bentuk tersebut, Muhammadiyah lebih menggunakan sistem atau bentuk
kepemimpinan kolegialitas. Karena bentuk kepemimpinannya adalah kolegial, maka setiap
pemimpin Muhammadiyah harus memiliki kompetensi yang memadai.
Syarat-syarat menjadi anggota Pimpinan Muhammadiyah (ART Muhammadiyah Pasal 15):
1. Taat beribadah dan mengamalkan ajaran Islam
2. Setia pada prinsip dasar perjuangan Muhammadiyah
3. Menjadi teladan di persyarikatan
4. Taat pada garis kebijakan PP Muhammadiyah
5. Cakap dan mampu menjalankan tugas
6. Telah menjadi anggota Muhammadiyah sekurang-kurangnya 1 tahun
7. Berpengalaman dalam kepemimpinan
8. Tidak merangkap jabatan dengan organisasi politik dan pimpinan organisasi yang
amal usahanya sama dengan Muhammadiyah
9. Tidak merangkap jabatan dengan pimpinan Muhammadiyah dan amal usahanya,
baik vertikal maupun horizontal.
Pimpinan Muhammadiyah harus tetap istiqamah menjaga prinsip-prinsip gerakan
Muhammadiyah yang selama ini menjadi kekuatan idealisme yang memelihara kelangsungan
organisasi Islam ini, termasuk menegakkan khittah dan kepribadian secara konsisten tanpa
terjebak pada kepentingan-kepentingan politik sesaat. Pimpinan Muhammadiyah di seluruh
tingkatan harus bersifat transformasional (membawa pada perubahan ke arah kemajuan)
demi memajukan persyarikatan sehingga mampu memberi kemaslahatan yang optimal bagi
kemajuan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan.
E. Struktur Pimpinan Muhammadiyah
Secara vertikal, kepemimpinan Muhammadiyah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pimpinan Pusat (Anggaran Dasar Bab VI pasal 11).
2. Pimpinan Wilayah (Anggaran Dasar, Bab VI pasal 12).
3. Pimpinan Daerah (Anggaran Dasar Bab VI pasal 13).

4. Pimpinan Cabang (Anggaran Dasar Bab VI pasal 14).


5. Pimpinan Ranting (Anggaran Dasar Bab VI pasal 15).

F. Stuktur Organisasi Muhammadiyah


Pengertian dan stuktur menurut bahasa adalah susunan atau bangunan atau suatu
lapisan masyarakat. Jika dikaitkan dengan organisasi maka dapat dikatakan sebagai suatu
susunan yang berjenjang dalam melakukan kerjasama dua orang atau Iebih untuk
mewujudkan tujuan bersama. Adapun fungsi dan manfaat struktur dalam organisasi adalah
adanya pembatasan wilayah kerja sehingga diharapkan masing-masing pimpinan
ditingkatnya tidak merasa keberatan dengan tugas dan tanggungjawabnya.
Susunan dan kepemimpinan di Muhammadiyah memiliki dua bentuk, yaitu: struktur
vertikal dan horizontal. Susunan vertical adalah susunan pimpinan organisasi yang
bertingkat dari atas ke bawah, di mana masing-masing tingkatan pimpinan bertanggung
jawab kepada organisasi di tingkat masing-masing. Misalnya: Pimpinan Pusat, Pimpinan
Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Ranting.
Struktur organisasi persyarikatan (AD Muhammadiyah Bab V pasal 9):
1. Ranting ialah kesatuan Anggota dalam satu tempat
2. Cabang ialah kesatuan Ranting-Ranting dalam suatu tempat
3. Daerah ialah kesatuan Cabang-Cabang dalam Kabupaten atau Kota
4. Wilayah ialah kesatuan Daerah-Daerah dalam Propinsi
5. Pusat ialah kesatuan Wilayah dalam Negara
Sedangkan, bentuk horizontal yaitu penyusunan unit-unit tertentu yang merupakan
staf (pembantu) yang masing-masing diserahi tugas khusus sesuai dengan kompetensinya.
Misalnya saja, adanya unsur pembantu pimpinan seperti: Majelis-Majelis/ Lembaga-
Lembaga/Bagian Khusus/Biro.

Bentuk struktur organisasi Muhammadiyah dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
G. Permusyawaratan dalam Muhammadiyah
Permusyawaratan dalam Muhammadiyah ditinjau dan segi status, wewenang dan
materi yang dibahas dapat dibedakan menjadi dua yaitu legislatif dan teknis.
1. Permusyawaratan Legislatif yaitu permusyawaratan yang memegang wewenang untuk
menetapkan kebijaksanaan umum organisasi serta menetapkan susunan dan personalia
pimpinan organisasi.
Acara permusyawaratan Legislatif Muhammadiyah adalah:
a. Laporan pimpnan yang berisi kebijakan pimpinan, Organisasi, Pelaksanaan, keputusan
musyawarah dan Keuangan organisasi
b. Pemilihan pimpinan
c. Masalah-masalah persyarikatan atau organisasi secara umum
d. Usul-usul
Sesuai dengan Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab. IX, maka permusyawaratan di
persyarikatan Muhammadiyah secara berjenjang sebagai berikut:
a. AD. Pasal 22 memuat tentang Muktamar
b. AD. Pasal 23 tentang Muktamar Luar Biasa
c. AD pasal 24 tentang Tanwir
d. AD. Pasal 25 tentang Musyawarah Wilayah
e. AD pasal 26 tentang Musyawarah Daerah
f. AD pasal 27 tentang Musyawarah Cabang
g. AD pasal 28 tentang Musyawarah Ranting
2. Permusyawaratan Teknis, yaitu permusyawaratan yang secara teknis membahas tentang
kebijaksanaan dan garis pimpinan serta pelaksanaan dan keputusan-keputusan
permusyawaratan legislatif. Macam-macam Permusyawaratan Teknis, yaitu Rapat Kerja
Pimpinan (Rakerpim) dan Rapat Kerja Majelis. Rapat-rapat kerja ¡ni juga tersusun secara
bertingkat dan Tingkat Pusat sampai Ranting. Musyawarah Pimpinan diselenggarakan oleh
dan atas tanggungjawab Pimpinan Muhammadiyah masing-masing tingkat.
Adapun mengenai keabsahan Musyawarah, sesual dengan Anggaran Dasar Pasal 30
dinyatakan; Musyawarah dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh dua pertiga
anggotanya yang telah diundang secara sah oleh Pimpinan Muhammadiyah di tingkat
masing-masing. Keputusan musyawarah tersebut diusahakan dengan cara mufakat.
Apabila keputusan secara mufakat tidak tercapai maka dilakukan pungutan suara dengan
suara terbanyak mutlak (voting). (AD. pasal 31).
MAJELIS, LEMBAGA DAN ORGANISASI OTONOM MUHAMMADIYAH

A. Unsur Pembantu Pimpinan Muhammadiyah


Di lingkungan Muhammadiyah Majelis dan Lembaga disebut unsur pembantu
pimpinan Muhammadiyah. Meski disebut sebagai unsur pembantu pimpinan, namun
keduanya tetap memiliki peran dan tugas yang berbeda-beda. Oleh karena itu, agar tidak
terjadi perbedaan persepsi, berikut ini akan disajikan pengertian keduanya sesuai dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah.
1. MajeIis
Majelis-Majelis di Iingkungan Muhammadiyah
a. Majelis Tarjih dan Tajdid
b. MajelisTabligh
c. Mejelis Pendidikan Tinggi
d. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
e. Majelis Pendidikan Kader
f. Majelis Pelayanan Kesehatan Umum
g. Majelis Pelayanan Sosial
h. Mejelis Ekonomi dan Kewirausahaan
i. Mejelis Wakaf dan Kehartabendaan
j. Majelis Pemberdayaan Masyarakat
k. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia
l. Majelis Lingkungan Hidup
m. Majeis Pustaka dan Informasi
Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 20 disebutkan bahwa Majelis
merupakan unsur Pembantu Pimpinan yang menjalankan sebagian tugas pokok
Muhammadiyah. Tugas Majelis, sebagaimana disebutkan dalam Anggaran Rumah Tangga
Muhammadiyah pasal 19, adalah menyelenggarakan amal usaha, program dan kegiatan pokok
di bidang tertentu. Majelis dibentuk oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan
Daerah dan Pimpinan Cabang sesuai kebutuhan.
Berikut akan dijelaskan secara ringkas tentang fungsi dan di antara tugas-tugas pokok
Majelis yang ada di Muhammadiyah.
a. Majelis Tarjih dan Tajdid, di antara tugasnya adaìah mempergiat dan memperdalam
penyelidikan ilmu agama Islam untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya yang
selanjutnya dijadikan pedoman dan tuntunan bagi pemimpin maupun anggota
Muhammadiyah.
b. Majelis Tabligh, di antara tugasnya adalah mempergiat dan menggembirakan dakwah
Islam, memperteguh iman, menggembirakan dan memperkuat ibadah serta mempertinggi
akhlak mulia.
c. Majelis Pendidikan Tinggi, di antara tugasnya adalah membina Perguruan Tinggi
Muhammadiyah (PTM) serta memperluas Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan penelitian.
d. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, di antara tugasnya adalah memajukan dan
memperbarui pendidikan, pengajaran dan kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan
menurut tuntunan Islam untuk tingkat sekolah/madrasah Muhammad¡yah.
e. Majelis Pendidikan Kader, di antara tugasnya adalah membangun kekuatan dan kualitas
para pelaku gerakan serta peran dan ¡deologi gerakan Muhammadiyah dengan
mengoptimalkan sistem kaderisasi yang menyeluruh dan berorien-tasi ke masa depan.
f. Majelis Pelayanan Kesehatan Umum, di antara tugasnya adalah mengembangkan fungsi
pelayanan kesehatan dan kesejahteraan yang unggul dan berbasis Penolong Kesengsaraan
Oemoem (PKO) sehingga mampu meningkatkan kualitas dan kemajuan hidup masyarakat
khususnya kaum dhu’afa sebagai wujud aktualisasi dakwah Muhammadiyah.
g. Majelis Pelayanan Sosial, di antara tugasnya adalah menggerakkan dan menghidup-
suburkan amal dan tolong-menolong dalam kebijakan dan takwa. Mengembangkan dan
memperluas kekuatan basis gerakan Muhammadiyah yang terletak pada pusat “Penolong
Kesengsaraan Oemoem” sehingga menjadi tenda besar bagi pelayanan dan keberpihakan
sosial Muhammadiyah secara terpadu dan lebih luas.
h. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan, di antara tugasnya adalah membimbing ke arah
perbaikan kehidupan dan penghidupan yang sesuai dengan ajaran Islam.
i. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan, di antara tugasnya adalah mendirikan,
menggembirakan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf serta mengurusi masalah tanah
dan hak milik Muhammadiyah sebagai barang amanat yang harus digunakan sebagaimana
mestinya.
j. Majelis Pemberdayaan Masyarakat, di antara tugasnya adalah memberdayakan para
petani dan buruh warga dan simpatisan Muhammadiyah untuk meningkatkan kualitas
kehidupannya dalam rangka meningkatkan ¡man dan takwa kepada Allah Swt.
k. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia, di antara tugasnya adalah mengembangkan
kesadaran dan advokasi di Iingkungan Persyarikatan atas persoalan-persoalan hukum dan
hak asasi manusia yang dihadapi masyarakat sebagai wujud dakwah amar ma’ruf nahi
munkar.
l. Majelis Lingkungan Hidup, di antara tugasnya adalah terlibat aktif dalam memperhatikan
kehidupan lingkungan masyarakat dan membimbing agar menuju ke arah terwujudnya
Negara yang adil dan makmur yang selalu ada di bawah ridha Allah Swt.
m.Majelis Pustaka dan Informasi, di antara tugasnya adalah membangun kemampuan dan
keluasan jaringan kekuatan informasi serta pustaka Muhammadiyah sebagai organisasi
Islam modern di tengah era kehidupan masyarakat informasi.

2. Lembaga
Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 20, disebutkan bahwa Lembaga adalah
unsur pembantu pimpinan yang menjalankan tugas pendukung Muhammadiyah. Tugas pokok
Lembaga adalah melaksanakan program dan kegiatan pendukung yang bersifat khusus. Lembaga
dibentuk oleh Pimpinan Pusat.
Meskipun demikian, Wilayah dan Daerah yang memandang perlu ada sebuah Lembaga
tertentu, maka masing-masing tingkatan diperkenankan membentuk Lembaga, dengan
persetujuan Pimpinan Muhammadiyah yang ada di atasnya (Anggaran Rumah Tangga Pasal 19).
Lembaga-lembaga di Lingkungan Muhammadiyah
a. Lembaga Pengambangan Cabang dan Ranting
b. Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan
c. Lembaga Penelitian dan Pengembangan
d. Lembaga Penanggulangan Bencana
e. Lembaga Zakat, Infaq dan Shadaqah
f. Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
g. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
h. Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional
i. Lembaga Pengembangan Pesantren

Organisasi Otonom Muhammadiyah Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 21


dijelaskan bahwa organisasi otonom (ortom) adalah satuan organisasi di bawah persyarikatan
Muhammadiyah yang memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, dengan
bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah. Tugas pokok ortom Muhammadiyah,
sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah pasal 20, adalah membina
warga Muhammadiyah dan kelompok masyarakat tertentu sesuai bidang-bidang kegiatan yang
diadakannya dalam rangka mencapai maksud dan tujuan Muhammadiyah.
Secara kelembagaan, Muhammadiyah memiliki tujuh ortom. Dan tujuh ortom yang ada,
dikelompokkan menjadi dua kategori, yakni ortom khusus dan umum. Ortom khusus adalah
ortom yang seluruh anggotanya sudah menjadi anggota Muhammadiyah. Ortom khusus diberi
kewenangan untuk menyelenggarakan amal usaha yang ditetapkan oleh Pimpinan
Muhammadiyah dalam koordinasi Unsur Pembantu Pimpinan yang membidanginya. Ortom
khusus yang dimaksud adalah ‘Aisyiyah.
Sedangkan, ortom umum adalah ortom yang anggotanya belum seluruhnya menjadi
anggota Muhammadiyah. Ortom umum yaitu Pandu Hizbul Wathan, Nasyiatul ‘Aisyiah
(Nasyiah), Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah, dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
1.‘Aisyiyah
‘Aisyiyah dahulunya bernama Sopo Tresno. ‘Aisyiyah berdiri secara
Resmi 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917 M. ‘Aisyiyah berdiri terdorong oleh
pemahaman terhadap QS. An NahI: 97 di bawah ini:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kamii
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dan apa yang telah mereka
kerjakan”
Tujuannya: menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Lambang: Matahari bersinar sama dengan lambing Muhammadiyah, bedanya adalah di tengah-
tengahnya bertuliskan ‘Aisyiyah.

2. Nasyiah
Nasyiah berdiri terdorong oleh QS. al-Hujurat: 1 5 di bawah ini:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-
orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang
yang benar.
Nasyiatul ‘Aisyiyah (Nasyiah) didirikan pada 28 Dzulhijjah
1349 H/16 Mei 1931 M. Tujuan organisasi ini adalah membentuk pribadi Putri Islam dalam
rangka ikut menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Semboyan Nasyiah adalah “al-Birru manittaqa” yang artinya berbuat kebaikan dan
ketakwaan Lambang: 12 butir padi melambangkan 12 Iangkah Muhammadiyah, 2 buah daun
segar dan 2 buah daun Iayu melambangkan sebelum patah telah tumbuh, pita melambangkan
keceriaan dan keoptimisan, sedangkan simpul tau melambangkan persatuan.
3. Pemuda Muhammadiyah
Pemuda Muhammadiyah berdiri pada tanggal 26 Dzulhijjah 1350
H/2 Mei 1932 M. Fungsi Pemuda Muhammadiyah adalah sebagai
pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.
Tujuan Pemuda Muhammadiyah adaÌah menghimpun potensi pemuda
muslim dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran
agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.
Arti lambang: lembar kuncup berjumlah 5 menggambarkan Rukun Islam, kelopak
berjumlah 6 menggambarkan tentang Rukun Iman dan 2 daun melambangkan 2 kalimat
syahadat.
Semboyan: “fastabiq al-khairat” artinya berlomba-lomba dalam kebaikan (QS. Al-Baqarah:
148).
4. HizbuI Wathan
Hizbul Wathan (HW) didirikan di Yogyakarta 1918 M/1336 H
atas prakarsa KH. Ahmad Dahlan. Tujuan berdiri: menyiapkan dan
membina anak, remaja dan pemuda yang memiliki akidah, mental dan
fisik, berilmu dan berteknologi serta berakhlak karimah dengan tujuan
terwujudnya muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader
persyarikatan, umat, dan bangsa.
Lambang: sinar matahari dengan logo HW dan kuncup melati. Sinarnya sebanyak 12
melambangkan bahwa HW sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang artinya bahwa
setiap anggota HW mampu memancarkan cahaya pribadi pada masyarakat, bangsa, dan negara.
5. Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah berdiri tanggal 4 Shaffar 1381 H/18
Juli 1961 M. Tujuan berdiri: terbentuknya pelajar muslim yang berilmu,
berakhlak mulia dan terampil dalam rangka menegakkan dan
menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya.
Arti lambang:
a. Bentuk; Segi lima bersisi runcing di bawah, merupakan
deformasi bentuk pena.
b. Warna; Kuning berarti keagungan, Putih berarti kesucian, Merah
berarti keberanian, Hijau berarti keabadian, ketuhanan.
c. Gambar Matahari bersinar jumlah sinar 12 merupakan lambing
Muhammadiyah, di tengah bulatan matahari terdapat gambar buku berwarna putih berarti
pengetahuan. Pada bulatan matahari bagian bawah ada tulisan Qur’an surat al-Qolam ayat
1 dan 2 yang berbunyi nun waiqotami wamayasthuruun artinya “Demi pena dan apa yang
dituliskannya”.
d. Huruf I, P dan M berwarna merah berarti IPM berani secara aktif menyampaikan dakwah
Islam.

6. Tapak Suci Putra Muhammadiyah

Tapak Suci berdiri tanggal 10 Muharram 1383 H bertepatan


dengan tanggal 31 JuIl 1963 M. Tujuan berdiri:
mengembangkan seni bela diri di Indonesia, bersih dan ajaran
yang tidak sesuai dengan Islam, membentuk mental yang kuat
dan sehat jasmani.
Lambang: bentuk bulat, lingkaran hitam putih, warna dasar
biru, matahari kuning, di tengahnya terdapat telapak tangan
terbuka, empat jari rapat ¡bu jari tertekuk ke dalam di bawah
telapak tangan terdapat bunga mawar yang berdaun dua,
diujung jari ada sebelas melati putih.
Arti lambang:
a. Bertekad bulat mengagungkan asma Allah Swt yang kekal.
b. Dengan penuh kesucian melaksanakan rukun Islam dan rukun Iman.
c. Mengutamakan kejujuran, persatuan dan rendah hati.
d. Berani menyebarkan keharuman untuk tegaknya dua kalimat syahadat.
7. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berdiri pada tanggal 29
Syawal 1384 H 14 Maret 1964 M. Tujuan berdiri: membentuk
akademisi muslim yang berakhlak mulia dalam rangka
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Arti lambang:
a. Perisai Pena berarti orang yang menuntut ilmu
b. berlapis tiga maknanya Iman, Islam dan Ikhsan atau Iman,
Ilmu dan Amal
c. Warna hitam berarti kekuatan, ketabahan dan keabadian
d. Warna kuning berarti kemuliaan tujuan
e. Warna merah berarti keberanian dalam berpikir, berbuat
dan bertanggungjawab
f. Warna hijau berarti kesejahteraan
g. Warna putih berarti kesucian
h. Gambar matahari berarti lambang Muhammadiyah
i. Gambar Melati berarti IMM sebagai kader muda Muhammadiyah
j. Hijau dalam pitanya bertuliskan Arab “fastabiqut khairat”
k. (berlomba-lomba dalam kebaikan) dan tulisan IMM adalah singkatan dari Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah.

Anda mungkin juga menyukai