Anda di halaman 1dari 10

Plant 4 Unit Propan dan Sistem Refrigerasi

1.1. Pendahuluan

Plant empat ini berfungsi sebagai unit refrigerasi dalam proses fraksinasi maupun pendinginan dan
pencairan gas alam. Salah satu media pendingin dari siklus refrigerasi atau pendinginan yang digunakan adalah
propana. Cairan propana sebagai media pendingin akan mengalami proses evaporasi atau berubah menjadi fasa
uap dengan mengambil panas dari aliran proses dan selanjutnya uap tersebut mengalir dan dikompresi dengan
kompresor. Propana kemudian didinginkan dan dikondensasikan menggunakan pendingin air laut.Cairan propana
hasil kondensasi kemudian didistribusikan ke evaporator-evaporator dan selanjutnya proses-proses penguapan
propana, kompresi, pendinginan serta pengkondensasi propana berlangsung terus-menerus di dalam sistem aliran
tertutup.

ISI
2.1.Tinjauan Pustaka
2.1.1.Proses pendinginan
Unit pendingin dirancang untuk memenuhi persyaratan suhu pendinginan proses. Dalam pemulihan NGL
atau instalasi pencairan gas alam, kompresor propana tiga tahap adalah yang paling umum, biasanya dirancang
untuk memenuhi suhu proses sekitar 200F. Jika diperlukan suhu yang lebih rendah, pendingin etana atau sistem
pendingin campuran dapat digunakan. Atau, gas expander juga dapat menghasilkan pendinginan yang dalam
menggunakan gas umpan sebagai cairan kerja.
2.1.2.Pendinginan propana
Propana adalah refrigeran umum dan memiliki dampak lingkungan yang sangat rendah dibandingkan
dengan alternatif lain. Perbedaan utamanya adalah propana adalah refrigeran yang mudah terbakar, sedangkan
refrigeran fluorokarbon tidak mudah terbakar.Mengoperasikan sistem pendingin propana membutuhkan pelatihan
yang tepat tentang persyaratan keselamatan.
2.2. Gambaran Umum
Seperti kita ketahui bahwa proses pencairan gas alam di kilang PT. Badak – NGL adalah dengan cara
mendinginkan gas umpan hingga mencapai temperatur sekitar -150C. Untuk itu perlu adanya media pendingin
agar proses pencairan gas tersebut dapat berjalan dengan baik. Sistem pendingin yang digunakan di Plant 4 ini
ada dua (2) yaitu : Propane Refrigerant dan Multi Component Refrigerant (MCR).
Untuk memperoleh pendingin yang sesuai dengan kebutuhan proses maka tiap-tiap sistem, baik itu
pendingin propane maupun MCR harus melalui siklus yang berlangsung secara tertutup dan terus-menerus. Siklus
tersebut adalah kompresi, kondensasi dan evaporasi.
Selanjutnya penjelasan akan dibagi berdasarkan komponen atau sistem pendinginnya, yaitu :
A. Sistem Pendinginan Propane (Propane Refrigeration System)
B. Sistem Pendinginan MCR (MCR Refrigeration System)
Sistem pendinginan propane adalah sistem pendinginan dengan menggunakan propane sebagai media pendingin.
Pendingin Propane berfungsi untuk :

1. Mendinginkan Feed gas sampai temperature ±18 0C sebelum masuk Plant-2 agar hidrokarbon berat dan
uap air terkondensasi ( shg dapat dipisahkan di 2C-1 ) dengan menggunakan High Level Propane
Evaporator (4E-10).
2. Mendinginkan Feed Gas dari Plant-2 melalui Evaporator 4E-12 (-50C) dan 4E-13 (-290C) sebelum
masuk ke Scrub Column (3C-1) dan juga untuk mengkondensasikan hydrocarbon berat yang masih
terikut dalam Feed gas yang keluar dari top 3C-1 melalui Scrub Column Overhead Condenser 4E-14 (-
340C).
3. Mendinginkan Multi Component Refrigerant (MCR) di tiga buah MCR Evaporator 4E-7(-50C) ,4E-8(-
290C) ,dan 4E-9(-340C).
4. Mendinginkan Produksi LPG Propane dan LPG Buthane di 3E-12 & 3E-13 sebelum dikirim ke Plant 15
(Storage & Loading Section).
Sistem pendinginan Propane merupakan sistem pendinginan dengan siklus tertutup dimana propane
melalui beberapa siklus seperti evaporasi, kompresi (4K-1) untuk menaikkan tekanannya, setelah itu uap propane
panas didinginkan dan di kondensasi (4E-1A/B & 4E-2A~F) dengan media pendingin air laut kemudian kembali
ke siklus evaporasi ,kompresi ,kondensasi dan begitu seterusnya.

2.1 Plant 4: Refrigerasi

Sistem pendinginan yang dilakukan Badak LNG merupakan sistem pendinginan bertingkat (cascade).
Terdapat dua jenis refrijeran yang digunakan, yaitu propana dan MCR (Multi Component Refrigerant).
Propana digunakan untuk mendinginkan gas umpan selama proses pemurnian dan fraksionasi, serta untuk
mendinginkan MCR. Sedangkan MCR baru mulai digunakan sebagai pendingin pada proses pencairan gas
alam pada Main Heat Exchanger 5E-1. Selain itu, terdapat pula proses pendinginan MCR yang dilakukan oleh
MCR itu sendiri.

Berikut adalah tingkat pendinginan propane:

 High level propane, bertekanan 7 kg/cm2g mampu mendinginkan suhu 18°C.


 Medium level propane, bertekanan 3,1 kg/cm2g mampu mendinginkan hingga suhu -5°C
 Low level propane, bertekanan 0,1 kg/cm2g mampu mendinginkan hingga suhu -34°C
 Aliran menuju high level propane flash drum (4C-2)
 Aliran menuju feed high level propane evaporator (4E-10)
 Aliran menuju MCR high level propane evaporator (4E-7)
 Aliran sirkulasi ke propane vent condenser (4E-3) lalu ke propanevent scrubber (4C-6) dan dialirkan
kembali ke accumulator drum (4C-1)

2.1.1 Propane Refrigeration System


Gambar 2.1 Diagram Alir Pendinginan Propana
Propane cair dari Propane Accumulator (4C-1) didistribusikan melalui kontrol valve 4HV-32 ke MCR
High Level Propane Evaporator (4E-7) melalui kontrol valve 4LV-9, Feed High Level Propane Evaporator
(4E-10) melalui kontrol valve 4LV-8 dan Propane Vent Condenser (4E-3) melalui kontrol valve 4LV-3. Selain
itu juga dialirkan ke Quench Header melalui kontrol valve 4TV-1A/B dan ke High Level Propane Flash Drum
(4C-2). Sedangkan untuk uap propane dari 4C-1 akan dikondensasikan lagi oleh Propane Vent Condenser (4E-
3)dan mengalir turun melewati Propane Vent Scrubber (4C-6) dan kembali ke 4C-1.

Cairan propane yang masuk ke dalam evaporator 4E-7 pada bagian shell digunakan untuk pendinginan
MCR tahap pertama yang masuk pada bagian tube dengan suhu sekitar 33°C menjadi 18°C. Karena cairan
propane mengambil panas dari MCR pada pendinginan tahap pertama ini maka sebagian besar cairan propane
akan teruapkan dan dialirkan ke 4C-2.

Cairan propane yang masuk ke dalam evaporator 4E-10 pada bagian shell digunakan untuk mendinginkan dan
juga untuk mengkondensasikan uap air dan HC berat yang terikut dalam gas umpan pada bagian tube sebelum
masuk ke Drier Separator Decanter (2C-1) di Plant 2. Temperatur gas umpan sebelum melewati 4E-10 adalah
34°C dan setelah didnginkan temperaturnya menjadi 19°C. Karena propane cair mengambil panas dari gas
umpan tadi maka sebagian besar cairan propane akan menguap dan dialirkan ke 4C-2 melalui kontrol valve
4PV-8 yang diatur oleh 4PIC-8 yang berfungsi untuk mengatur tekanan permukaan propane di evaporator 4E-
10. Tekanan permukaan propane ini juga digunakan untuk mengatur temperatur dalam evaporator, yaitu jika
semakin rendah tekanan maka suhu/temperatur evaporator juga dapat semakin rendah dan demikian sebaliknya
jika tekanan tinggi maka suhunya pun menjadi naik/tinggi. Untuk cairan propane yang tidak teruapkan di
evaporator 4E-10 akan dialirkan ke 4C-5.

Cairan propane dari 4C-1 yang langsung dialirkan ke 4C-2 kemudian di “flash” kan sehingga
terjadi pemisahan propane cair dan propane uap. Selanjutnya uap propane yang terdapat di 4C-2 yang juga
berasal dari evaporator 4E-7 dan 4E-10 dialirkan melalui kontrol valve 4HV-35 ke Propane High Level K.O
Pot atau yang sering disebut juga sebagai 4K-1 Propane Compressor 3rd Stage Suction Drum (4C-12) untuk
dipisahkan lagi antara propane cair dan uap propane sebelum uapnya ditarik oleh kompresor pendingin propane
4K-1 pada tingkat 3. Tekanannya sekitar 7 kg/cm2 dengan temperatur 16°C.

Propane cair dari 4C-2 didistribusikan ke MCR Medium Level Propane Evaporator (4E-8) melalui
kontrol valve 4LV-10 dan ke Feed Medium Level Propane Evaporator (4E-12) melalui kontrol valve 4LV-6.

Cairan propane yang masuk ke dalam evaporator 4E-8 pada bagian shell digunakan untuk pendinginan MCR
tahap kedua yang masuk pada bagian tube dengan suhu 18°C menjadi sekitar -6°C. Karena terjadi pertukaran
panas maka sebagian besar propane cair akan menguap. Uap ini kemudian dialirkan ke Medium Level Propane
Flash Drum (4C-3) melalui kontrol valve 4HV-34, sedangkan propane yang tidak teruapkan sebagian akan
dialirkan ke 4E-9 Propane Flash Drum (4C-19) melalui kontrol valve 4LV-12.

Cairan propane yang masuk ke 4C-19 ini kemudian diflashkan agar terpisah lagi fase cair dan
fase uap. Selanjutnya cairan propane dari bagian bawah 4C-19 dialirkan ke MCR Low Level Propane
Evaporator (4E-9) pada bagian shell untuk mendinginkan MCR keluaran 4E-8 dari temperatur sekitar -6°C
menjadi sekitar -34°C sebelum masuk ke High Pressure MCR Separator (5C-1) di Plant 5. Karena terjadi
pertukaran panas di 4E-9 antara MCR dan cairan propane maka sebagian besar propane cair akan menguap.
Uap ini kemudian dialirkan bersama-sama dengan uap yang berasal dari puncak 4C-19 ke Low Level
Propane Flash Drum (4C-4).
Cairan propane yang masuk ke dalam evaporator 4E-12 pada bagian shell digunakan untuk
mendinginkan gas umpan keluaran dari Mercury Removal After Filter (2Y-1B) di Plant 2 dengan suhu sekitar
19.5°C menjadi sekitar -5°C sebelum dikondensasikan di 4E-13. Karena terjadi pertukaran panas maka sebagian
besar propane cair akan menguap. Uap ini kemudian dialirkan ke Medium Level Propane Flash Drum (4C-3),
sedangkan propane yang tidak teruapkan sebagian akan dialirkan ke 4E-13 Propane Flash Drum (4C-20) melalui
kontrol valve 4LV-5, ke 4E-14 Propane Flash Drum (4C-21) melalui kontrol valve 4LV-7, ke Fractionation Area
Propane Refrigeration Drum (3C-10) melalui kontrol valve 3LV-8 dan sebagian lagi ke 4C-5.

Uap Propane yang berasal dari 4E-8 dan 4E-12 dialirkan melalui kontrol valve 4HV-34 ke Medium
Level Propane Flash Drum atau yang sering disebut sebagai 4K-1 Propane Compressor 2nd Stage Suction Drum
(4C-3) agar cairan propane dan uapnya dapat dipisahkan sebelum uap propane tersebut diisap oleh kompresor
pendingin propane 4K-1 pada tingkat 2.

Cairan Propane yang masuk ke 4C-20 kemudian terpisah lagi antara fase uap dan cairannya, dimana cairan
propane akan dialirkan ke Feed Low Level Propane Evaporator (4E-13) pada bagian shell untuk mendinginkan
gas umpan keluaran Feed Medium Level Propane Evaporator (4E-12) dari temperatur -6°C menjadi sekitar -
28°C sebelum masuk ke Scrub Colum (3C-1). Karena terjadi pertukaran panas di 4E-13 maka sebagian besar
propane cair akan menguap. Uap ini kemudian dialirkan ke Low Level Propane Flash Drum (4C-4) bersama-
sama dengan uap propane yang berasal dari puncak 4C-20.

Cairan Propane yang masuk ke 4C-21 kemudian dipisahkan lebih lanjut antara fase cair dan uapnya.
Propane cair dari bagian bawah 4C-21 ini dialirkan ke Scrub Column Overhead Condenser (4E-14) pada bagian
shell untuk mendinginkan dan mengkondensasikan gas umpan keluaran puncak Scrub Column (3C-1) agar HC
berat dapat terkondensasi dan dipisahkan lebih lanjut di 3C-2. Karena terjadi pertukaran panas di 4E-14 maka
sebagian besar propane cair akan menguap. Uap ini kemudian dialirkan ke Low Level Propane Flash Drum (4C-
4) bersama-sama dengan uap propane yang berasal dari puncak 4C-21.

Uap propane yang berasal dari evaporator 4E-9, 4E-13, 4E-14 dan flash drum 4C-19, 4C-20, 4C-21
serta uap propane dari 3C-10 kemudian dialirkan melalui kontrol valve 4HV-2 untuk dipisahkan lebih lanjut di
Low Level Propane Flash Drum (4C-4) atau sering disebut sebagai 4K-1 Propane Compressor 1st Stage Suction
Drum antara fase cair dan uap dari propane sebelum uap propane tersebut diisap oleh kompresor pendingin
porpane pada tingkat 1.
2.1.2 MCR Refrigeration System

Gambar 2.2 Diagram Alir Proses MCR Refrigeration System


Sistem pendinginan MCR (Multi Component Refrigerant) adalah sistem pendinginan dengan menggunakan
campuran beberapa komponen sebagai media pendingin. Komposisi dari MCR ini sendiri

adalah :

1. Nitrogen (N2) = 3.0 ~ 3.5 %Mol

2. Methane (C1) = 40 ~ 45 %Mol

3. Ethane (C2) = 48 ~ 50 %Mol

4. Propane (C3) = 5.0 ~ 8.0 %Mol

MCR ini sendiri didinginkan oleh pendingin propane (propane refrigerant) di tiga (3) buah MCR Evaporator
sebelum dialirkan ke 5C-1 untuk digunakan sebagai pendingin gas umpan (feed gas) di dalam Main Heat
Exchanger (5E-1) pada Plant 5.
Sama halnya dengan propane refrigerant system, maka di sistem pendingin MCR ini juga melalui beberapa
siklus, yaitu :

a. Siklus Evaporasi = Terjadi di Main Heat Exchanger (5E-1) karena MCR mengambil panas dari
gas umpan yang masuk MHE

sehingga MCR akan menguap sedangkan gas umpan akan dingin dan terkondensasi/mencair.

b. Siklus Kompresi = Terjadi di dua (2) unit kompresor MCR yang bekerja secara seri
sehingga memperoleh tekanan MCR yang mencukupi untuk dicairkan di dalam MCR
Evaporator.

c. Siklus Kondensasi = Siklus kondensasi MCR terjadi di beberapa tempat dengan media
pendingin yang berbeda pula, yaitu di :

❑ 4E-5A/B dan 4E-6A/B dengan media pendingin berupa air laut (cooling water).

❑ 4E-7/8/9 dengan media pendingin berupa propane cair.

Siklus ini merupakan siklus tertutup dan akan berlangsung terus-menerus. Walaupun secara teoritis
siklus tertutup berarti bahwa tidak ada refrigerant yang terbuang/hilang namun kenyataannya kehilangan MCR
refrigerant dalam sistem selalu ada, maka perlu dilakukan make-up MCR refrigerant dengan komposisi masing-
masing komponen sesuai dengan kondisi operasi yang sedang berlangsung. Kehilangan MCR refrigerant ini bisa
melalui bocoran di kontrol-kontrol valve, seal kompresor MCR dan lain-lainnya.

2.1.2.1 Deskripsi Proses MCR Refrigeration System

Uap MCR dari bagian shell Main Heat Exchanger (5E-1) dialirkan ke MCR 1st Suction Drum (4C-7)
melalui kontrol valve 4HV-11 bersama-sama dengan MCR make-up (jika diperlukan) melalui kontrol valve 4FV-
6 untuk m/u Nitrogen (N2), 4FV-7 untuk m/u Propane (C3), 4FV-8 untuk m/u Ethane (C2) dan 4FV-9 untuk m/u
Methane (C1).

Kondisi MCR di dalam 4C-7 temperaturnya sekitar -38 C dengan tekanan 3.5 kg/cm2. Jika terjadi tekanan naik di
dalam 4C-7, maka 4PSV-22A~D/F/G akan membuka untuk membuang tekanan berlebih. Selanjutnya MCR yang
fase uap akan ditarik oleh MCR 1st Stage Compressor (4K-2) sebagai kompresor tingkat pertama untuk menaikkan
tekanan hingga 15.5 kg/cm2 dengan temperatur 59 C. Pada pipa discharge 4K-2 sebelum masuk ke inter cooler
4E-5A/B dipasang serangkaian Pressure Safety Valve yaitu 4PSV-24A~D dengan set point 17.6 kg/cm2 untuk
membuang tekanan berlebih pada pipa discarge kompresor 4K-2.

Uap MCR dari discharge 4K-2 akan dilewatkan MCR Compressor Inter Cooler (4E-5A/B) untuk didinginkan
dengan menggunakan media pendingin berupa air laut pada bagian tube hingga temperaturnya turun dari 59 C
menjadi sekitar 34 C.

Setelah itu uap MCR ini dialirkan ke MCR 2nd Stage Suction Drum (4C-8) melalui kontrol valve 4HV-41, sebagian
lagi dapat dialirkan kembali ke 4C-7 untuk recycle kompresor 4K-2 melalui kontrol valve 4UV-53 bila tekanan
turun atau flow discharge rendah.

Selanjutnya uap MCR yang masuk ke 4C-8 akan dipisahkan lagi antara fase uap dan cair sebelum MCR fase uap
ditarik oleh MCR 2nd Stage Compressor (4K-3). Sama halnya dengan 4C-7, maka di 4C-8 ini juga dipasang
pengaman untuk menjaga tekanan berlebih dalam vessel berupa Pressure Safety Valve, yaitu 4PSV-25A~E dengan
set point 28.1 kg/cm2 untuk 4PSV-25A/B/C/E dan set point 27.8 kg/cm2 untuk 4PSV-25D. Pada kondisi normal
tekanan operasi di dalam 4C-8 berkisar antara 14.5 ~ 15 kg/cm2 dengan temperatur 34 C.

Uap MCR dari puncak 4C-8 kemudian ditarik oleh kompresor 4K-3 sebagai kompresor MCR tingkat kedua untuk
menaikkan tekanannya hingga sekitar 48 ~ 50 kg/cm2 dengan temperatur discharge 120 C. Untuk menjaga tekanan
di pipa discharge kompresor 4K-3 sebelum masuk ke after cooler 4E-6A/B maka dipasang pengaman berupa
Pressure Safety Valve yaitu 4PSV-27A~G dengan set point 56.2 kg/cm2 untuk 4PSV-27F/G, 57.6 kg/cm2 untuk
4PSV-27C/D/E dan set point 59.07 kg/cm2 untuk 4PSV-27A/B. Sebagian uap MCR keluaran kompresor 4K-3
dapat dialirkan kembali ke 4C-8 sebagai recycle kompresor 4K-3 melalui kontrol valve 4UV-54 bila tekanan turun
atau flow discharge rendah.

Setelah keluar dari after cooler 4E-6A/B dengan temperatur sekitar 34 C, maka uap MCR akan dialirkan ke tiga
(3) buah MCR Evaporator melalui kontrol valve 4HV-10 untuk didinginkan dan dikondensasikan. Rangkaian
evaporator ini disusun secara seri sehingga proses pendinginan dan kondensasi MCR ini berlangsung secara
bertahap.

Tahap awal pendinginan MCR adalah di MCR High Level Propane Evaporator (4E-7). Disini MCR diinginkan
dari suhu sekitar 34 C menjadi 18~19 C, dengan menggunakan media pendingin berupa propane pada bagian shell,
sedangkan uap MCR pada bagian tube. Setelah keluar dari 4E-7, maka uap MCR dialirkan ke MCR Medium Level
Propane Evaporator (4E-8). Disini MCR juga didinginkan oleh media pendingin berupa propane cair pada bagian
shell sedangkan MCR dilewatkan pada bagian tube hingga mencapai temperatur sekitar -6 C. Tahap akhir
pendinginan MCR ini terjadi di MCR Low Level Propane Evaporator (4E-9) dengan media pendingin berupa
propane cair pada bagian shell dan MCR uap dilewatkan bagian tube. Suhu akhir keluaran 4E-9 adalah sekitar -34
C dan menyebabkan sebagian MCR sudah mencair.

Selanjutnya MCR yang menjadi dua (2) fase ini dialirkan ke High Pressure MCR Separator (5C-1) untuk
dipisahkan. MCR yang cair umumnya berasal dari komponen MCR fraksi berat (berada pada bagian dasar 5C-1),
sedangkan yang tidak mencair (uap) merupakan komponen MCR fraksi ringan (berada pada bagian atas). Dari 5C-
1 inilah kemudian baik MCR cair maupun uap dialirkan ke Main Heat Exchanger (5E-1) untuk digunakan sebagai
media pendingin (refrigerant) untuk mencairkan gas alam.

Karena di 5E-1 MCR digunakan untuk mendinginkan gas alam, maka terjadi pertukaran panas antara
MCR dan gas alam, dimana MCR menerima panas dari gas alam, sehingga MCR keluaran dari 5E-1 ini akan
berupa uap, dan selanjutnya akan dikembalikan lagi untuk siklus kompresi dan seterusnya.

2.4 Proses Start Up dan Shut Down


Proses Start Up
2.4.1 Tahap Precommissioning
Precommissioning adalah pekerjaan untuk persiapan sebelum plant commissioning dilaksanakan. Tahapan
precommissioning dilakukan setelah kegiatan konstruksi selesai atau selesai sebagian, pelaksanaannya tergantung dari
planning dari sebuah proyek itu sendiri. Precommissioning sendiri bertujuan untuk mempersiapkan dan memastikan
equipment (misal: pompa, blower, tangki, vessel dsb) siap untuk dijalankan. Kegiatan precommissioning terbagi
menjadi empat displin yaitu: Mechanical, Piping, Electrical, Instrument
2.4.2 Tahap Commissioning
Commissioning adalah rangkaian aktivitas dalam rangka pengujian kemampuan / kehandalan peralatan yang
diinstal dan dioperasikan sesuai dengan desain yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kita akan membahas
commissioning pada sebuah pabrik. Comissioning sendiri tidak terbatas pada proyek utuh satu pabrik namun juga
meliputi modifikasi sebagian. Berbeda dengan pada tahapan precommissioning dimana pengetesan dilakukan di
masing – masing alat secara terpisah. Saat commissioning, pengujian dilakukan dengan cara mengoperasikan seluruh
alat pabrik dijalankan secara bersamaan dan berhubungan satu sama lain. Saat commissioning ini raw material sudah
diolah menjadi produk.

2.4.3 Pre Start up Safety Review (PSSR)


Pre start up safety review merupakan sebuah safety yang ditinjau dari sisi proses operasi dalam suatu pabrik.
Artinya resiko yang ditelaah adalah dari system pemrosesan itu sendiri. Oleh karena itu penurunan resiko dengan
melakukan tindakan preventif ditujukan kepada system produksi pabrik. Pembahasan didalam PSSR diantaranya
adalah mark up P&ID, man power readiness, monitoring logsheet, check list, cause & effect, Training, Prosedur
commissioning, MSDS, dokumen Hazop dan JSA. Seluruh dokumen ini dikumpulkan jadi dalam fdokumen PSSR
yang akan di review oleh pihak client yeng kemudian akan diberikan approval sebagai kesiapan start up.
2.4.4 Tahapan / Sequence Start up
Untuk menjalankan aktifitas commissioning tidak sekaligus peralatan dijalankan secara bersamaan dalam
satu waktu. Hal ini bergantung pada fungsi dan tujuan masing – masing alat, sehingga bisa ditentukan scenario dalam
start up saat commissioning.
unit penyedia air bersih harus dilakukan start up lebih dahulu. Kemudian unit boiler dilakukan start up hingga
bisa menghasilkan steam secara normal. Selain itu juga penyedia energy dan plant air (udara pabrik) juga harus start
up lebih dahulu. Apabila energy dan utility sudah secara normal mensuplai unit proses, baru kemudian unit proses
dilakukan start up. Di unit proses, start up dimulai dari unit recovery dan terakhir adalah start up unit proses utama
dalam sebuah pabrik.
Langkah-langkah Persiapan start up (Preliminary start up)
• Meyakinkan semua pekerjaan Maintenance yang berhubungan dengan operasi Plant
sudah selesai.

• Semua peralatan untuk Pipa &Equipment sudah dinyatakan bersih oleh pihak pihak
terkait.

• Semua Blind sistem sudah tercabut.


• Tidak ada pekerjaan Panas selama Plant start up.
• Kebersihan lingkungan, semua material bekas yang tidak terpakai sudah dikeluarkan dan
dibersihkan terutama bahan yang mudah terbakar.

• Alat pemadam api, Fire Protection sistem telah berada pada tempatnya dan dalam
keadaan baik dan siap digunakan.

• Sistem telah dilakukan Nitrogen purging hingga kandungan O2< 1%.


• Semua instrumentasi sistem di cek dan di servicekan.
• Blow Down sistem sudah diservicekan
• Safety Device ( PSV, ESDV /EDPV dsb.) sudah diserviskan.
• Line up sistem perpipaan dan equipment di setiap plant untuk siap beroperasi
berdasarkan SOP.
• Lakukan Derime untuk menghilangkan kandungan H2O.
• Servicekan Fuel gas sistem.
• Servicekan supply Utility sistem seperti: Drier, Mercury Removal, Kompressor, Heater,
Pump, Cooler, Lube and Seal Oil.
Proses Shut Down
Waktu proses shut down dapat memiliki durasi yang bervariasi di tiap unit produksi, tergantung pada tingkat kompleks
atau tidaknya suatu unit produksi. Di Badak LNG contohnya, suatu train atau unit produksi bisa dilakukan shutdown
selama sebulan penuh. Frekuensi dari shutdown juga bisa bermacam - macam, tergantung dari tingkat kekuatan dari
suatu unit produksi atau bisa juga dikaitkan dengan waktu operasi. Shut down terdiri dari tiga macam,yaitu :
• Shut down yang direncanakan adalah menyetop pabrik sesuai dengan jadwal atau waktu yang telah
direncanakan untuk persiapan internal inspect peralatan atau perbaikan peralatan yang dalam normal operasi tidak
bisa dilakukan perbaikan ataupun penggantian.
• Emergency shut down adalah menyetop pabrik secara tidak terencana dikarenakan adanya peralatan yang
rusak ataupun terjadi kebocoran besar gas, lube oil system,amine ataupun ESDV aktif yang tidak bisa ditangani pada
saat normal operasi.
• Idle shut down adalah menyetop pabrik yang direncanakan karena alasan turunnya feedgas supply dari
upstream yang disebabkan adanya perbaikan atau pemeliharaan peralatan
Shutdown merupakan waktu perawatan total dari suatu unit produksi yang biasanya skalanya adalah satu train atau
satu unit produksi. Suatu unit produksi yang mengalami shutdownakan berhenti produksi secara total serta sebagian
besar alatnya akan dimatikan. Hal ini bertujuan agar semua alat di dalam suatu unit produksi tersebut bisa dilakukan
perawatan secara menyeluruh.
2.5 Troubleshooting
2.5.1 Kebocoran Propane Compressor
Propan compressor merupakan kompresor sentrifugal multistage dengan tipe vertically split casing. Berfungsi untuk
menaikkan tekanan uap propane (dari 3 tingkatan suction) agar uap propane tersebut dapat dikondensasikan pada
temperatur yang lebih tinggi hanya dengan menggunakan media pendingin berupa air laut. Jika terjadi kebocoran
maka akan menyebabkan tekanan uap propane akan terkondensasi pada temperature yang lebih rendah dan membuat
proses kondensasi dengan air laut menjadi kurang efektif. Masalah ini dapat diselesaikan dengan menrunkan tekanan
compressor lalu melakukan pengecekan dan penggantian atau perbaikan pada bagian compressor yang rusak atau
bocor
2.5.2 Terjadinya Karat pada banyak tube di Turbine Surface Kondensor
Turbine Surface Kondenor merupakan suatu alat penukar panas tipe Kettle dengan Shell & Tube dengan media
pendingin berupa air laut pada bagian tube. Berfungsi untuk mengkondensasikan steam sisa yang telah digunakan
untuk menggerakkan turbine. Jika terjadi banyak korosi di tube-tube akan membuat proses kondensasi steam sisa akan
tidak maksimal dan membuat turbine tidak menghasilkan energy yang maksimal. Masalah ini dapat diselesaikan
dengan mengalihkan steam ke kondensor atau ke aliran bypass dan mengosongkan kondensor, setelah kosong lalu
dilakukan penggantian tube yang sudah berlubang. *troubleshooting ini dilakukan dengan catatan jika memang sudah
banyak tube yang sudah banyak yang bocor akibat korosi air laut, jika masih satu atau dua tube yang bocor maka
proses masih bia dijalankan.

Anda mungkin juga menyukai