Anda di halaman 1dari 13

1

KETIDAKADILAN HUKUM BAGI KAUM SANDAL JEPIT


Ashinta Sekar Bidari, SH, MH.
Fakultas Hukum - Universitas Surakarta
Email : ashintasb.lawfaculty@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana keadilan hukum bagi kaum


sandal jepit di Indonesia. Salah satu kasus yang menjadi polemic mengenai
ketidakadilan bagi kaum sandal jepit adalah kasus pencurian sandal yang
dilakukan oleh Al. Sungguh luar biasa fenomena ketidakadilan hukum di negara
kita, masyarakat sudah tidak percaya lagi pada aparat penegak hukum yang ada.
Krisi kepercayaan akan keadilan hukum semakin merajalela seiring
berkembangnya kasus-kasus pencurian kecil oleh rakyat miskin yang sangat
mendapatkan tekanan hukum yang sangat kuat, akan tetapi hukum lemah untuk
kasus-kasus besar yang merugikan negara. Untuk menegakan hukum pada masa
kini merupakan hal yang sulit. Hukum yang dibuat tidak bisa memberi keadilan,
kepastian dan kemanfaatan karena hukum tersebut tidak benar-benar ditegakkan.
Untuk mendapatkan tujuan utama dari hukum yaitu keadilan tidak dapat diperoleh
oleh masing-masing individu. Sulit untuk memberikan hukum yang adil bagi
rakyat yang tidak mampu. Keadilan hanya menjadi milik para penguasa. Agar
hukum itu menjadi adil, para penegak hukum dalam mengambil keputusan
seharusnya tidak kaku dengan hanya berlandaskan pada pasal dalam undang-
undang sebagai produk hukum tetapi juga tetapi melihat kepada keadaan
masyarakat saat itu.

Kata Kunci : Ketidakadilan, Penegakan Hukum, Masyarakat Tidak Mampu


(Sandal Jepit)
1

A. Latar Belakang ketiganya. Sekalipun demikian, tetap ada


Indonesia merupakan negara yang yang berpendapat, diantara ketiga tujuan
berdasarkan hukum, yang dimana termuat hukum itu, keadilan merupakan tujuan
dalam UUD 1945. Oleh karena itu, semua yang paling penting, bahkan ada yang
rakyat Indonesia mendapat perlakuan yang berpendapat merupakan tujuan hukum
sama di mata hukum. Berbicara mengenai satu-satunya. Contohnya ditunjukkan oleh
hukum akan banyak ditemui konsep dari seorang hakim Indonesia, Bismar Siregar
hukum itu sendiri. Menemukan hukum dengan mengatakan, bila untuk
sebagai konsep yang mana bergantung menegakkan keadilan saya korbankan
pada konsep yang dipakai apakah konsep kepastian hukum, akan saya korbankan
doktrinal (normatif) atau konsep hukum hukum itu. Hukum hanya sarana,
yang non doktrinal (empiris). Hukum sedangkan tujuannya adalah keadilan. 2
merupakan suatu aturan yang diperlukan
dalam hampir setiap aspek kehidupan. Sekarang yang menjadi pertanyaan
Hukum dapat digunakan untuk adalah “Apakah negara kita sudah
menertibkan masyarakat. menerapkan hukum yang adil bagi seluruh
rakyatnya?” Apakah aparat penegak
Hukum adalah suatu tatanan hukum telah menerapkan yang adil?”. Hal
perbuatan manusia. “tatanan” adalah suatu ini menjadi beban yang berat bagi bangsa
sistem aturan. Hukum bukanlah seperti Indonesia, setelah pada akhir-akhir ini
yang terkadang dikatakan, sebuah banyak terjadi fenomena-fenomena
peraturan. Hukum adalah seperangkat ketidakadilan hukum bagi rakyat kecil.
peraturan yang mengandung semacam Hukum hanya tajam untuk kalangan
kesatuan yang kita pahami melalui sebuah bawah dan tumpul untuk kalangan atas.
sistem. Pernyataan bahwa hukum Kasus yang bermunculan seperti : Kasus
merupakan sebuah tatanan perbuatan pencurian tiga biji kakao yang nilainya
manusia tidak berarti bahwa hukum hanya tidak lebih dari Rp 10.000,- oleh Nenek
berkenaan dengan perbuatan manusia; Minah yang kemudian divonis 1,5 bulan,
bahwa tidak ada hal lain kecuali perbuatan kasus pencurian semangka, kasus
manusia yang masuk ke dalam isi dari pencurian pisang,dan yang terakhir adalah
peraturan-peraturan hukum.1 kasus pencurian sandal jepit oleh Aal.
Kasus-kasus ini merupakan gambaran
Keadilan merupakan salah satu betapa boroknya penegakan hukum
tujuan hukum. Tujuan hukum memang
bangsa kita. Banyak kasus korupsi yang
tidak hanya keadilan, tetapi juga kepastian sangat merugikan negara kita terlepas dari
hukum dan kemanfaatan. Idealnya, hukum jeratan hukum, mendapat hukuman ringan
memang harus mengakomodasikan
ketiganya. Putusan hakim, misalnya
2 DarjiDarmo Diharjo, Shidarta. 2002. Pokok-Pokok
sedapat mungkin merupakan resultante Filsafat Hukum “Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum
Indonesia”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama : Hal
1Hans kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan 155
Negara. 2011. Bandung : Nusa Media, hal 3
2

bahkan para terpidana kasus korupsi D. Tujuan Penelitian


mendapat fasilitas-fasilitas yang mewah di Tujuan dalam penelitian ini adalah
penjara. untuk mengetahui bagaimana penegakan
hukum di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang E. Manfaat Penelitian
masalah diatas maka dapat ditarik Manfaat penelitian ini adalah untuk
perumusan masalahnya yaitu :
menambah wawasan dan wacana ilmu
Bagaimana analisi terhadap kasus sandal pengetahuan, khususnya dibidang
jepit yang terjadi pada Aal berdasarkan
penegakan hukum di Indonesia.
pada teori-teori hukum tentang keadilan ?

C. Batasan Masalah F. Tinjauan Pustaka


Untuk memperjelas serta memberi Pengertian Teori Hukum Keadilan
arah yang tepat dalam pembahasan ini Gustav Radbruch mematrikan
dan berdasarkan identifikasi masalah di kembali nilai keadilan sebagai mahkota
atas, maka penulis membatasi dari setiap tata hukum. Sebagai eksponen
permasalahan pada ketidakadilan hukum Neo-Kantian yang sangat terpengaruh
bagi kaum sandal jepit. oleh mazhab Baden, Radbruch berusaha
mengatasi dualisme antara Sein dan
Sollen, antara materi dan bentuk. Jika
Stammler dan Kelsen terperangkap dalam
dualisme itu (sehingga yang dipentingkan
dalam hukum hanyalah dimensi formal
atau bentuknya), maka Radbruch tidak
mau terjatuh dalam kesesatan yang sama.
Radbruch memandang dan Sein dan
Sollen, materi dan bentuk sebagai dua sisi
dari satu mata uang. “Materi” mengisi
“bentuk” dan “bentuk” melindungi
“materi”! itulah kira-kira frase yang tepat
untuk melukiskan teori Radbruch tentang
hukum dan keadilan. Nilai keadilan
adalah “materi” yang harus menjadi isi
aturan hukum. Sedangkan aturan hukum
adalah bentuk yang harus melindungi
nilai keadilan.3

3Bernard L Tanya, Yoan N Simanjuntak, Markus Y


Hage. 2010. Teori Hukum Strategi Tertib Manusia
Tertib Manusia Lintas Ruang Lintas Ruang dan
3

Menurut Gustav Radbruch, ketika akan bertabrakan dengan keadilan


seorang politikus dan sarjana hukum dari dan kepastian. Kepastian hukum
Jerman memandang bahwa hukum bergandengan erat dengan keinginan
merupakan unsur kebudayaan yang mempertahankan situasi yang ada atau
mewujudkan suatu nilai berupa nilai status quo. Situasi ini menghendaki agar
keadilan. Menurutnya hukum itu berarti semua terpaku pada tempat atau kotak
sebagai hukum apabila hukum itu masing-masing, tanpa hampir sama sekali
merupakan suatu perwujudan dari memberi kelonggaran untuk keluar dari
keadilan atau sekurang-kurangya kotak-kotak tersebut. Ideologi kepastian
merupakan usaha ke arah tersebut. hukum berpihak kepada suatu dunia yang
Pengertian hukum merupakan tolak ukur final dimana dinamika atu pergerakan-
bagi adilnya atau tidak adilnya tatanan pergerakan akan menggoyahkan dan
hukum yang terbentuk di masyarakat. merobohkan ideologi tersebut dan oleh
karena itu harus diredam. Keadaan yang
Gustav Radbruch berpendapat, demikian itu barang tentu akan sangat
bahwa hukum itu bertumpu pada tiga nilai menguntungkan pihak-pihak yang sudah
dasar, yaitu kepastian, keadilan dan
berada pada posisi diatas, baik dalam
kemanfaatan. Kendatipun ketiganya kekayaan maupun status sosial. Penelitian
selalu ada dan mendasari keadilan, tetapi Mac Galanter menunjukan bahwa the
tidak berarti bahwa ketiganya selalu haves come out ahead. Kita bisa
berada dalam keadaan dan hubungan yang menambahkan, bahwa yang miskin akan
harmonis. Menurut Radbruch, ketiganya
menjadi makin miskin, karena justru
lebih sering berada dalam suasana harus membayar lebih banyak daripada
hubungan yang tegang satu sama lain.
yang sudah kaya.4
Pernyataan Radbruch tersebut
mengungkap dengan cukup bagus Keadilan merupakan fokus utama
dinamika dan gejolak yang terdapat dalam dari setiap sistem hukum dan keadilan
kehidupan hukum. Hukum tidaklah tidak dapat begitu saja dikorbankan,
seindah dan serapi seperti diyakini orang, seperti dikatakan oleh John Rawls dalam
terutama para legalis. Berangkat dari bukunya A Theory of Justice sebagai
pendapat Radbruch tersebut menjadi titik berikut :
mudah untuk mematok kepastian sebagai
harga dari hukum. Kepastian berpontensi Each person possessed an inviolability
founded on justice that even the welfare of
bertabrakan dengan keadilan dan
society as a whole can not override. It
kemanfaatan sosial, keadilan berpotensi
does not alliw that the sacrifice imposed
untuk mengalami konflik dengan
on a few are outweighed by the larger
kepastian dan kemanfaatan, sedangkan
sum of advantages enjoyed by many.
tuntutan terhadap kemanfaatan pada suatu
4 SatjiptoRahardjo. Biarkan Hukum Mengenal Catatan
Generasi. Yogyakarta: Genta dan Generasi. Kritis Tentang Pergulatan Manusia dan Hukum.
Yogyakarta: Genta Publisihing, hal 129 Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 2007 hal 80-83
4

Therefore in a just society the liberties of kebiasaan masyarakat yang dipandang


equal citizenship ara taken as settled, the negatif.6
rights secured by justice are not subject to
Sedangkan menurut Roescoe
political bargaining or to the calculus of
Pound, Hukum harus dipandang sebagai
social interest....an injustice is tolerable
suatu lembaga kemasyaraktan yang
only when it is necessary to avoid an even
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-
greater injustice. Being first virtues of
kebutuhan sosial dan adalah tugas ilmu
human activites, truth and justice are
uncompromising (John Rawls, 1971:361)5 hukum untuk mengembangkan suatu
kerangka dengan mana kebutuhan-
Menurut pendapat John Rawls kebutuhan sosial dapat terpenuhi secara
bahwa nilai keadilan tidak boleh adanya maksimal. Pound juga menganjurkan
tawar menawar, hukum yang diwujudkan hukum sebagai suatu proses (law in
dalam masyarakat tidak boleh action), yang dibedakan dengan hukum
mengorbankan kepentingan-kepentingan yang tertulis (law in the books).
yang ada dalam masyarakat. Suatu Pembedaan ini dapat diterapkan pada
ketidakadilan diperbolehkan apabila seluruh bidang hukum, baik hukum
diperlukan untuk menghindari substantif, maupun hukum ajektif.7
ketidakadilan yang lebih besar. Karena
merupakan kebajikan yang penting dalam G. Hasil dan Pembahasan
Perkembangan penerapan hukum di
kehidupan manusia, kebenaran dan
masyarakat pada masa kini tidak
keadilan tidak ada kata kompromi.
segampang menerapkan hukum pada
Membicarakan keadilan yang masa dulu. Hukum sebagai aturan-aturan
menggambarkan bahwa hukum itu yang mengikat dengan tujuan memberi
merupakan keseimbangan kepentingan keadilan, kepastian , kemanfaatan serta
tidak lepas dari teori Sociological menertibkan masyarakat tidak dapat
Jurisprudence. Berbeda dengan Mazhab diterapkan kepada semua individu.
Sejarah yang mengansumsikan hukum itu Hukum seakan hanya berlaku bagi
tumbuh dan berkembang bersama dengan masyarakat kecil dan tidak mempan bagi
perkembangan masyarkat, sehingga orang-orang yang memiliki kekuasaan.
hukum digerakkan oleh kebiasaan, Aparat penegak hukum sering tidak dapat
Sociological Jurisprudence berpendapat menerapkan hukum bagi orang-orang
sebaliknya. Hukum justru yang menjadi yang salah. Bahkan undang-undang
instrumen untuk mengarahkan masyarakat sebagai bagian dari hukum tidak
menuju kepada tujuan yang diinginkan, diterapkan sesuai dengan tujuannya
bahkan kalau perlu, menghilangkan
6 Darji Darmo Diharjo, Opcit hal 197
H.R. Otje Salman S, Anton F Susanto.
7

2004. Teori Hukum . Bandung : PT Refika


5Munir Fuadi. Dinamika Teori Hukum. 2007, Jakarta : Adhitama, Hal 72-73
PT Rineka Cipta : hal 94
5

dibuat yaitu melindungi setiap masing- kemanfaatan lalu baru kepastian. Akan
masing individu dalam mendapatkan tetapi pada kasus AAL ini hanya
keadilan dan haknya. Dalam hal ini kepastian hukum yang diprioritaskan dan
sebagai hakim, terkadang mereka dituntut mengenyampingkan keadilan dan
untuk lebih adil dalam menjatuhkan kemanfaatan.
putusan bagi mereka yang yang terlibat
Sandal yang dicuri AAL adalah
dalam sebuah kasus. Bukan hanya
merk “ando” bukan merk “eiger” yang
sekedar menerapkan undang-undang
secara kaku saja, tapi hakim juga harus dimaksud oleh Briptu Rusdi Harahap.
Sehingga sandal yang diambil oleh AAL
melihat keadaan masyarakat pada saat itu.
merupakan sandal tidak bertuan. Apabila
Dan hakim juga harus melihat siapa yang
mengambil sandal yang tidak bertuan
terlibat dalam kasus tersebut, apakah
diibaratkan seperti mengambil ikan dilaut.
orang tersebut di bawah umur atau tidak.
Pada kasus pencurian sandal jepit Seharusnya AAL tidak dinayatakan
oleh AAL sangat tidak mencerminkan bersalah. Sangat jelas terlihat bahwa
suatu keadilan seperti makna keadilan hakim menyalahgunakan kekuasaannya
dengan tidak memperhatikan barang bukti
yang ada dari beberapa teori hukum.
yang tidak sesuai dan bahkan tidak ada
Briptu Rusdi Harahap sebagai aparat
yang dirugikan dengan diambilnya sandal
penegak hukum yang langsung menuduh
jepit tersebut . Malah sebaliknya Aal
AAL serta melakukan tindakan main
hakim sendiri dan memperlakukan AAL sebagai terdakwa bahkan dapat di balik
yaitu sebagai korban yang dirugikan,
secara semena-mena. AAL beserta
temannya dipukul, ditendang, ditinju dan karena sebagi seorang anak yang tidak
paham haknya dalam hukum hanya
bahkan disekap oleh Briptu Rusdi
menuruti perintah-perintah dari yang
Harahap. Hal ini sangat mencerminkan
berkuasa. Aspek finalitas yang menunjuk
ketidakadilan, apabila jika kita
pada tujuan keadilan, yaitu memajukan
bandingkan kasus-kasus AAL dengan
kasus-kasus besar yang ada di Indonesia. kebaikan dalam hidup manusia. Tidak
didapatkan oleh Aal sebagai korban.
AAL diputus oleh Pengadilan Sebagai anak-anak seharusnya untuk
Palu, Sulawesi Tengah secara formal dipenuhinya aspek finalitas dan aspek
terbukti bersalah walaupun sandal yang kepastian Sanksi pada kasus kenakalan
menjadi barang bukti itu bukan anak adalah pembinaan oleh orangtuanya.
merupakan sandal merk “eiger” yang Namun, prosesnya tidak bagus. Aal
dituduhkan oleh Briptu Rusdi Harahap. diperlakukan seperti terdakwa yang telah
Hukum memang mengandung tiga nilai dewasa.
seperti yang dikemukakan oleh Gustav
Dengan melihat Undang-undang
Radbruch, yaitu kepastian, keadilan dan
kemanfaatan. Dari ketiga aspek ini yang Kekuasaan Kehakiman seharusnya hakim
dapat menegakkan hukum yang adil
menjadi prioritas pertama adalah keadilan
berdasar Pancasila dan putusan hakim itu
terlebih dahulu, baru diikuti dengan
6

mencerminkan rasa keadian di bertuan dan tidak ada pihak-pihak yang


masyarakat bagi seluruh rakyat Indonesia. dirugikan serta menuntut Aal
Dalam kasus Aal ini hakim harus bertanggungjawab atas perbuatannya itu.
menggali, mengikuti dan memahami Untuk mewujudkan keadilan di
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang masyarakat dalam kasus sandal jepit oleh
hidup dalam masyarakat, apakah adil Aal ini seharusnya Aal tidak dinyatakan
menurut masyarkat apabila dalam kasus bersalah.
sandal jepit yang tidak ada nilai
ekonominya ini dinyatakan bersalah. Sejalan dengan aliran Sociological
Jurisprudence yang telah dijelaskan
Putusan hakim yang menyatakan bahwa
sebelumnya bahwa hukum positif akan
Aal bersalah dalam kasus sandal jepit ini
berjalan secara efektif apabila selaras
sungguh tidak sejalan dengan dan tidak
dengan hukum yang hidup dalam
mencerminkan dengan rasa keadilan yang
ada dalam masyarakat. Seharusnya masyarakat. Hukum positif hanya
putusan hakim tidak hanya mementingkan memilik nilai keadilan yang terbatas,
kepastian hukumnya saja akan tetapi rasa sedangkan hukum yang ada dan hidup
dalam masyarkat mempunyai kadar
keadilan yang ada dalam masyarakat
keadilan yang langgeng. Hukum yang
seperti yang dinyatakan pada Pasal 5 (1)
baik harus dapat memenuhi rasa keadilan
diatas. Apalagi diketahui bahwa barang
yang selalu berkembang mengikuti nilai
bukti yang ada di persidangan juga
berbeda dengan apa yang didakwakan, keadilan yang ada dalam masyarakat.
Dengan berkaca pada aliran Sociological
karena yang dituduhkan adalah sandal
merk “Eiger” sedangkan Aal mengambil Jurisprudence ini, diharapkan para aparat
penegak hukum dapat memperhatikan
sandal merk “Ando”. Hal ini sangat
hukum yang hidup dalam masyarakat baik
bertentangan dengan apa yang tercantum
bentuknya tertulis maupun tidak tertulis.
dalam Pasal 6 (2) bahwa seseorang tidak
Sehingga dalam kasus sandal jepit oleh
dapat dipidana kecuali ada alat bukti yang
sah dan dianggap harus bertanggung Aal ini harus juga diperhatikan rasa
keadilan yang ada dalam masyarakat,
jawab atas perbuatannya. Dalam kasus
Aal ini nyata-nyata bahwa fakta apakah adil apabila seorang Aal yang
mengambil sandal jepit yang tidak ada
dipersidangan alat buktinya sudah
nilai ekonominya dan juga tidak bertuan
berbeda yaitu yaitu yang di ambil Aal
adalah sandal merk “Ando” sedangkan itu dinyatakan bersalah.
yang dituduhkan Briptu Rusdi Harahap Seharusnya aparat penegak hukum
adalah sandal merk “Eiger”, sehingga alat memanfaatkan Asas Oportunitas sebagai
buktinya sudah tidak sah. Sehingga dalam penyelesaian kasus AAL ini. Asas
kasus ini, seharusnya Aal tidak oportunitas merupakan kebijakan bagi
bertanggung jawab atas perbuatan yang penegak hukum untuk menangani kasus
dilakukannya. Karena sandal yang tidak semua harus diselesaikan melalui
diambil oleh Aal adalah sandal yang tidak pengadilan. Karena hukum seharusnya
7

bisa merestorasi keadaan (restorative Indonesia. Sasaran akhir restorative


justice) yaitu mengembalikan keadaan justice ini mengharapkan berkurangnya
seperti sedia kala. Restorative justice jumlah tahanan di dalam penjara,
mengembalikan konflik kepada pihak- menghapuskan stigma/cap dan
pihak yang paling terkena pengaruh, mengembalikan pelaku kejahatan menjadi
korban, pelaku dan kepentingan manusia normal, pelaku kejahatan dapat
komunitas mereka dan memberikan menyadari kesalahannya, sehingga tidak
keutamaan pada kepentingan-kepentingan mengulangi perbuatannya serta
mereka. Restorative justice juga mengurangi beban kerja polisi, jaksa,
menekankan pada hak asasi manusia dan rutan, pengadilan dan lapas, menghemat
kebutuhan untuk mengenali dampak dari keuangan negara tidak menimbulkan rasa
ketidakadilan sosial dan dalam cara-cara dendam karena pelaku telah dimaafkan
yang sederhana untuk mengembalikan korban, korban cepat mendapatkan ganti
mereka daripada secara sederhana kerugian, memberdayakan masyarakat
memberikan pelaku keadilan formal atau dalam mengatasi kejahatan dan
hukum dan korban tidak mendapatkan pengintergrasian kembali pelaku
keadilan apapun. Kemudian Restorative kejahatan dalam masyarakat. 9

justice juga mengupayakan untuk


Para penegak hukum dan
merestore keamanan korban,
pemerintah saat ini belum berpihak
penghormatan pribadi, martabat dan yang
lebih penting adalah sense of control.8 terhadap rakyat bahkan tak jarang mereka
tidak membantu rakyat kecil untuk
Akan tetapi aparat penegak hukum
menjadikan hukum sebagai ajang mendapatkan keadilan ketika berhadapan
dengan hukum. Hukum hanya tajam jika
pembalasan tanpa memperhatikan
ke bawah dan tumpul jika berhadapan
keadaan-keadaan yang menunjang
dengan kalangan atas. Penerapan hukum
terjadinya tindak pidana. Seharusnya pada
yang tumpul terhadap kalangan atas dapat
kasus AAL ini diselesaikan secara
kekeluargaan mengingat AAL masih dilihat ketika hukum tidak dapat
diterapkan kepada mereka dengan
dibawah umur.
ekonomi tinggi. Proses hukum mereka
Proses restorative justice pada berbelit-belit bahkan putusan hakim
dasarnya dilakukan melalui diskresi sering tidak sesuai dengan undang-
(kebijaksanaan) dan diversi ini, undang. Banyak faktor yang dijadikan
merupakan upaya pengalihan dari proses alasan untuk tidak sepenuhnya
peradilan pidana ke luar proses formal menerapkan hukum kepada mereka
untuk diselesaikan secara musyawarah. dengan ekonomi tertentu. Namun bagi
Penyelesaian musyawarah sebenarnya kalangan dengan ekonomi rendah, hakim
bukan hal yang baru untuk bangsa menerapkan undang-undang secara tegas
tanpa memperhatikan hak mereka. Aspek
8 Setyo Utomo. Sistem Pemidanaan Dalam Hukum
Pidana Yang Berbasid Restorative Justice. Majalah
Hukum Nasional No 1 Tahun 2011, hal 151 9 Setyo Utomo , ibid hal 154
8

keadilan yang merujuk pada kesamaan menegakkan hukum yang adil


hak di depan hukum tidak dirasakan oleh berdasarkan Pancasila bagi seluruh
kalangan ekonomi rendah. rakyat Indonesia. Hakim harus
menggali, mengikuti dan memahami
H. Penutup hukum dan nilai-nilai keadilan yang
ada dalam masyarakat. Putusan hakim
Dalam kasus Aal ini harus harus bisa merestorasi keadaan serta
dilihat dari segi teori hukum tentang
menyeimbangkan hukum dengan
keadilan dari Gustav Radbruch dan kebutuhan hukum masyarakat,
John Rawl dan teori Sociological
sehingga penegakan hukum yang
Jurisprudence yang dikemukakan oleh tercipta diarahkan pada upaya
Eugen Ehrlich dan Roscoe Pound serta mengukuhkan hukum dan
juga diperhatikan Undang-undang kepastiannya dengan
Kekuasaan Kehakiman itu sendiri. mengharmonisasikan kebutuhan
Berdasarkan teori hukum yang ada hukum dalam masayarkat itu sendiri.
tentang keadilan yaitu Teori dari Karena hukum yang baik akan
Gustav Radbruch dan John Rawls
terwujud ketika hukum positif itu
maka dapat dilihat ketidakadilan selaras dengan hukum yang hidup
hukum dalam kasus Aal. Pada kasus dalam masyarakat, hal ini selaras
Aal hanya mementingkan kepastian dengan aliran Sociological
hukum saja tetapi mengenyampingkan Jurisprudence. Yang dimana dalam
segi keadilan dan kemanfaatan.
aliran Sociological Jurisprudence
Padahal prioritas utama dalam hukum mengharapkan hukum yang sesuai
adalah keadilan. Kepastian hukum
dengan keinginan, kebutuhan dan
menjadi penghambat dalam harapan dari masyarakat. Sehingga
mewujudkan keadilan dan
yang diutamakan adalah kemanfaatan
kemanfaatan. Apabila kepastian
hukum itu sendiri bagi masyarakat
hukum diikuti secara mutlak, maka agar hukum bisa menjadi hidup dalam
hukum hanya berguna bagi hukum itu
masyarakat itu sendiri.
sendiri, tetapi tidak berguna bagi
masyarakat. Pengadilan yang Kegagalan mewujudkan tujuan
merupakan tempat penegakan hukum hukum dalam kasus Aal dapat
seharusnya tidak hanya memberikan berdampak pada meningkatnya rasa
kepastian hukum, akan tetapi juga ketidakpercayaan masyarakat terhadap
memberikan keadilan dan kemanfaatan penata hukum dan lembaga hukum
sosial melalui putusan-putusan hakim. yang ada. Perhatian masyarakat pada
lembaga hukum yang ada pada saat ini
Berkaca dari Undang-undang
berada pada titik yang lemah dimana
Kekuasaan Kehakiman No 48 Tahun rasa hormat masyarakat terhadap
2009 sebenarnya sudah diatur secara
wibawa hukum semakin merosot.
tegas dan jelas bahwa hakim harus Terjadinya penegakan hukum yang
9

kaku, tidak diskresi dan cenderung I. DAFTAR PUSTAKA


mengabaikan rasa keadilan masyarakat
karena lebih mengutamakan kepastian Bernard L Tanya, Yoan N
hukumnya saja. Proses peradilan Simanjuntak, Markus Y Hage. 2010. Teori
Hukum Strategi Tertib Manusia Tertib
seharusnya tidak hanya menerapkan
Manusia Lintas Ruang Lintas Ruang dan
bunyi dari pasal-pasal yang ada, Generasi. Yogyakarta: Genta dan
melainkan bekerja dengan modal Generasi. Yogyakarta: Genta Publisihing
empati dan keberanian. Dalam realita
kehidupan pada masa globalisasi ini Darji Darmo Diharjo, Shidarta.
fungsi hukum sebagai sarana 2002. Pokok-Pokok Filsafat Hukum “Apa
pengintegrasian berbagai kepentingan dan Bagaimana Filsafat Hukum
Indonesia”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
yang ada dalam masyarakat belum bisa
Utama
diwujudkan. Struktur peradilan yang
formalistis belum bisa memberikan Hans kelsen, Teori Umum Tentang
keadilan bagi rakyat kecil. Sehingga Hukum dan Negara. 2011. Bandung :
penegakan hukum tidak dapat berjalan Nusa Media
sesuai dengan ukuran-ukuran dan
pertimbangan-pertimbangan yang baik Munir Fuadi. Dinamika Teori
Hukum. 2007, Jakarta : PT Rineka Cipta
bagi masyarakat secara keseluruhan.
H.R. Otje Salman S, Anton F
Susanto. 2004. Teori Hukum . Bandung :
PT Refika Adhitama.

Satjipto Rahardjo. Biarkan Hukum


Mengenal Catatan Kritis Tentang
Pergulatan Manusia dan Hukum. Jakarta :
PT Kompas Media Nusantara, 2007

Setyo Utomo. Sistem Pemidanaan


Dalam Hukum Pidana Yang Berbasid
Restorative Justice. Majalah Hukum
Nasional No 1 Tahun 2011, hal 151
2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertandatangan di bawah ini;


1. Nama : Ashinta Sekar Bidari, S.H., M.H.
2. Tempat,tanggal lahir : Surakarta, 04 Nopember 1984
3. Alamat : Jl. Tamtaman IV RT 02 RW 10 Kelurahan Baluwarti Kecamatan
Pasar Kliwon
4. Nomor Telp/ Hp : 085647471122
5. Email :
6. Riwayat Pendidikan
a. Sekolah Dasar Negeri Pamardisiwi (1994-2000)
b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 03 Surakarta (2000-2003)
c. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 01 Surakarta (2003-2006)
d. Perguruan Tinggi:
1) Sarjana Hukum (S1) Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) (2006-2010)
2) Magister Hukum Bisnis (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) (2011-2013)

Surakarta, 20 Oktober 2014

Ashinta Sekar Bidari, SH, MH


3

PERNYATAAN PUBLIKASI

Judul Artikel : Ketidakadilan Hukum Bagi Kaum Sandal Jepit


Penulis : Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H.

Yang bertanda tangan dibawah ini penulis makalah dengan judul yang disebutkan diatas:
Nama : Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H.
Instansi : Fakultas Hukum Universitas Surakarta
Alamat : Jalan Raya Palur KM 05 Surakarta

Saya menyatakan dan bertanggungjawab dengan sebenarnya bahwa penelitian ini adalah hasil
karya saya sendiri. Jika pada suatu saat ada pihak lain yang mengklaim bahwa penelitian ini
sebagai karyanya yang disertai dengan bukti yang cukup maka saya bersedia membatalkan hak
dan kewajiban yang melekat pada artikel tersebut.

Menyatakan tidak keberatan artikel dengan judul yang disebutkan diatas untuk dimuat dan
dipublikasikan dalam Proceeding atau Journal Fakultas Hukum Universitas Surakarta dan editor
berhak untuk mengedit sebagian dari isi tanpa merubah substansi makalah.

Apabila terjadi tuntutan dari pihak lain tentang isi makalah yang telah dipublikasikan pada jurnal
atau proceeding lain sebelumnya, maka sepenuhnya bukan merupakan tanggungjawab pengelola
namun sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Surakarta, 20 Oktober 2014

Yang membuat pernyataan

Ashinta Sekar Bidari, SH, MH


4

UNIVERSITAS SURAKARTA

PERNYATAAN PENULIS

Judul : Ketidakadilan Hukum Bagi Kaum Sandal Jepit


Nama : Ashinta Sekar Bidari,SH,MH

1. Saya menyatakan dan bertanggungjawab dengan sebenarnya bahwa penelitian ini adalah hasil
karya saya sendiri. Jika pada suatu saat ada pihak lain yang mengklaim bahwa penelitian ini
sebagai karyanya yang disertai dengan bukti yang cukup maka saya bersedia membatalkan
hak dan kewajiban yang melekat pada artikel tersebut.
2. Saya menyatakan bahwa hasil penelitian diperbolehkan untuk disebarluaskan dan
dipublikasikan secara umum baik lewat seminar maupun jurnal oleh Universitas Surakarta.

Surakarta, 20 Oktober 2014

Ashinta Sekar Bidari, SH, MH

Anda mungkin juga menyukai