Anda di halaman 1dari 6

Metode Indonesia Procurement Maturity Model (IPM2)

Menurut (Darmapramita, 2015), Indonesia Procurement Maturity Model merupakan sebuah konsep pengukuran tingkat kematangan Unit La

langkah pendampingan kepada ULP percontohan untuk melakukan penilaian diri (self assessment) terhadap tingkat kematangannya. LK

pemerintah berjalan sesuai prinsip pengadaan dan indikator kinerja yang ditetapkan. Tingkat kematangan menurut Indonesia Procurement M
Tingkat Kematangan Reactive Tingkat Kematangan Compliance Tingkat Kematangan P
Pada tingkat ini, ULP reactive memiliki karakteristik : Pada tingkat ini, ULP compliance memiliki Tingkatan kematangan ULP Proa
karakteristik : karakteristik :
1 Belum ada perencanaan pokja ULP yang 1 Perencanaan pokja berupa Analisis Jabatan, 1
formal, penempatan pokja ULP didasarkan beban kerja dan peta jabatan di ULP sudah
pada ketersediaan pokja yang ada. dilakukan.

2 Tingkat kompetensi SDM ULP belum 2 Tingkat kompetensi SDM ULP sudah 2
mencukupi kebutuhan dasar, belum ada pola memenuhi kebutuhan standar, pengembangan
pengembangan kompetensi. kompetensi melalui program pelatihan
(training).

3 Belum ada jalur karir pokja ULP (adhoc), pola 3 Jalur karir di ULP sudah jelas dengan 3
insentif tidak jelas atau belum ada. mengimplementasikan jabatan fungsional.
Pola insentif sudah jelas.

4 Strategi dan perencanaan pengadaan belum 4 Perencanaan dan pelaksanaan pengadaan 4


dijalankan dengan baik sehingga ULP bekerja barang/jasa dilakukan secara taktikal. PA/KPA,
reaktif terhadap kebutuhan pengadaan yang PPK, ULP dan PPHP sudah menjalankan
disampaikan PPK. fungsi pengadaan barang/jasa sebagaimana
Perpres 70 tahun 2012 dan telah ada SOP di
lingkungan ULP.

5 Pelaksana pemilihan penyedia masih 5 ULP sudah berdiri berdasarkan keputusan 5


berbentuk panitia, belum semua perangkat peraturan pimpinan K/L/D/I. Semua kegiatan
organisasi pengadaan terbentuk. ULP sudah didokumentasikan dengan baik.
6 Belum ada pola kerja pengadaan barang/jasa 6 Indikator kinerja pengadaan barang/jasa 6
berbasis kinerja sebagaimana ditentukan dalam peraturan
pengadaan barang/jasa sudah dijadikan acuan
namun fokus masih pada kepatuhan pada
regulasi.

7 Kebutuhan teknologi informasi hanya untuk 7 Kebutuhan teknologi informasi untuk otomasi 7
membantu dokumentasi proses pengadaan proses pengadaan barang/jasa dengan
barang/jasa. standarisasi data melalui penggunaan aplikasi
seperti SPSE, eMonev, dan sebagainya.

8 Pemahaman yang terbatas terhadap peran 8 Mampu mengindentifikasi resiko dalam 8


manajemen risiko dalam pengadaan pengadaan barang/jasa, namun belum
barang/jasa.Bereaksi negatif jika terjadi diterapkan teknik dan tata kelola yang standar
masalah/kendala dalam pengadaan dalam merespon resiko pengadaan
barang/jasa. Selalu punya alasan untuk barang/jasa. Proses pengadaan barang/jasa
bekerja dengan baik. menjadi sangat hati-hati dan cenderung lama
dalam pengambilan keputusan.

9 Masing-masing pihak dalam pengadaan 9 Hubungan antar para pihak dalam pengadaan 9
barang/jasa hanya fokus pada kepentingan barang/jasa berbasis korespodensi.
masing-masing. Perhatian pimpinan terhadap Pengambil keputusan pengadaan barang/jasa
terlaksananya pengadaan barang/jasa yang lebih menjalankan fungsi manajerial, pakta
baik masih rendah, pakta integritas hanya di integritas telah berada di lingkungan para
wilayah ULP. pihak pengadaan barang/jasa.
pengukuran tingkat kematangan Unit Layanan Pengadaan yang ditetapkan oleh LKPP melalui bidang pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Man

t) terhadap tingkat kematangannya. LKPP sangat berkepentingan dalam mendorong serta mengembangkan ULP agar dapat mewujudkan pengadaan

ngan menurut Indonesia Procurement Maturity Model mengenalkan 5 tingkat kematangan yaitu Reactive, Compliance, Proactive, Performed, dan Sustaine
Tingkat Kematangan Proactive Tingkat Kematangan Performed Tingkat Kematangan Sustain
Tingkatan kematangan ULP Proactive memiliki Tingkat kematangan ULP Performed memiliki Tingkatan kematangan ULP Sustained m
karakteristik : karakteristik : karakteristik :
Sudah ada prosedur standar untuk rekrutmen 1 Sudah terlaksana program kaderisasi di 1
dan penempatan pokja ULP organisasi ULP (perencanaan promosi dan
mutasi) untuk menjaga kinerja pengadaan.

Tingkat kompetensi SDM para pihak dalam 2 Tingkat kompetensi SDM para pihak dalam 2
proses pengadaan barang/jasa sudah proses pengadaan barang/jasa sudah
memenuhi kebutuhan dasar, Pejabat mencakup aspekaspek pengadaan strategis,
Fungsional Tertentu ULP sudah memiliki pengembangan kompetensi melalui program
kompetensi pengadaan barang/jasa tingkat mentoring.
Madya, serta pengembangan kompetensi
melalui program coaching.

Jabatan fungsional pengadaan barang/jasa 3 Tersedia beberapa jabatan structural 3


jadi panutan fungsi lainnya. Ada insentif organisasi yang mudah ditempati oleh pokja
tambahan bagi para pihak dalam pengadaan ULP. Ada insentif
barang/jasa baik berbentuk finansial maupun tambahan berbasis kinerja pengadaan
non finansial. barang/jasa.

Sudah ada SOP dalam PA/KPA menjalankan 4 Kegiatan strategi pengadaan lebih intensif 4
fungsi strategi dan pemaketan, PPK sebagai untuk mencapai target kinerja pengadaan.
perencana dan pengelola kontrak, ULP ULP memainkan peran aktif sebagai
mengelola data penyedia dan pemilihan koordinator dan pembinaan para pihak yang
penyedia. terlibat proses pengadaan.

ULP sudah berdiri permanen berdasarkan 5 ULP sudah memiliki standar layanan 5
keputusan/Perda pimpinan K/L/D/I. Semua pengadaan, dan berperan aktif dalam menjaga
fungsi kinerja pengadaan barang/jasa.
ULP sebagaimana Perka LKPP No. 5 tahun
2012 sudah berjalan baik.
ULP sudah menerapkan kerangka kerja 6 ULP sudah melakukan program pengendalian 6
kinerja dan para pihak dalam pengadaan kinerja pengadaan barang/jasa secara aktif
barang/jasa termasuk penyedia sudah untuk mencapai sasaran. Framework
memiliki standar kinerja pengadaan manajemen kinerja pengadaan barang/jasa
barang/jasa. yang selaras dengan kinerja individu.

Kebutuhan teknologi informasi untuk solusi 7 Kebutuhan teknologi informasi sebagai alat 7
memberi nilai tambah pada optimalisasi bantu strategis untuk menghasilkan kinerja
kegiatan pengadaan barang/jasa, seperti pengadaan barang/jasa yang baik.
efisiensi atau tingkat layanan yang lebih baik. Standarisasi informasi PBJ untuk
Standarisasi data digunakan untuk memudahkan analisa dan evaluasi kinerja.
menghasilkan laporan pengadaan barang/jasa
yang diperlukan pengguna.

Sudah diimplementasikan SOP pengelolaan 8 Implementasi SOP pengelolaan risiko 8


resiko pengadaan barang/jasa di ULP dengan pengadaan barang/jasa mencakup semua
fokus pada penanganan resiko pemilihan pihak dalam pengadaan barang/jasa dan
penyedia. Terjadi penurunan jumlah penyedia dalam rangka menjaga pencapaian
sanggahan dalam proses pemilihan. Sudah target kinerja keseluruhan. Sudah dilakukan
dilakukan mitigasi resiko- resiko internal yang mitigasi terhadap resiko eksternal pengadaan
muncul dalam kegiatan pengadaan barang/jasa.
barang/jasa.

Koordinasi antar para pihak dalam pengadaan 9 Kerjasama antarpelaku pengadaan 9


barang/jasa berbasis program kerja, para barang/jasa.
pengambil keputusan pengadaan barang/jasa
berpikir luas untuk kepentingan organisasi
keseluruhan (fungsi kepemimpinan). Adanya
kampanye program organisasi yang
berintegritas.

10 Berjalan baik karena para pihak sudah


memiliki kapabilitas dan kredibilitas sehingga
pengambilan keputusan pengadaan
barang/jasa lebih efektif dan cepat. Etika
pengadaan sudah membudaya dan telah
tercipta pengawasan melekat di semua lini
organisasi.
gembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia sebagai

gkan ULP agar dapat mewujudkan pengadaan barang/jasa

ompliance, Proactive, Performed, dan Sustained


Tingkat Kematangan Sustained
Tingkatan kematangan ULP Sustained memiliki
karakteristik :
Selalu dilakukan review tahunan atas
perencanaan pokja, rekrutmen dan kaderisasi
di ULP yang sudah berjalan.

Selalu dilakukan review tahunan untuk


perbaikan peta kompetensi ULP dan pola
pengembangannya dalam rangka peningkatan
kinerja pengadaan.

Prasyarat menduduki jabatan strategis tertentu


di organisasi harus pernah berkarir di ULP.
Sistem remunerasi yang terintegrasi dengan
manajemen kinerja.

Strategi pengadaan dan kontrak menjadi


aspek penting dalam mendukung pencapaian
target program kerja organisasi.

Fungsi ULP sudah sebagai konsultan


pengadaan bagi organisasi agar kinerja
pengadaan selalu meningkat.
Organisasi secara keseluruhan telah
menerapkan kerangka manajemen kinerja,
yang akan digunakan sebagai pertimbangan
keputusan strategis dan secara periodik dikaji
untuk perbaikan berkelanjutan.

Kebutuhan teknologi informasi sebagai alat


bantu strategis untuk meningkatkan
kapabilitas dan efisiensi pengadaan
barang/jasa. Informasi pengadaan barang/jasa
digunakan untuk prakiraan atau prediksi dini
dalam pengadaan barang/jasa strategis.

SOP pengelolaan risiko sudah diterapkan dan


berjalan di seluruh bagian organisasi dan
menjadi basis pengambilan keputusan
strategis.

Pemimpin organisasi yang unggul dalam


mengelola perubahan untuk perbaikan
berkelanjutan. Etika pengadaan sudah
menjadi kebanggaan yang diakui pemangku
kepentingan di luar organisasi.

Anda mungkin juga menyukai