Anda di halaman 1dari 15

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Nama Pekerjaan : Pembangunan IPAL (DBHCHT) RSUD Simo


Lokasi : RSUD Simo Kab. Boyolali
TA Anggaran : 2019

PENDAHULUAN
a. Rencana Umum
Rencana umum dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Pembangunan IPAL (DBHCHT) RSUD Simo Kab.
Boyolali Tahun Anggaran 2019 akan disesuaikan dengan jadwal yang telah direncanakan, hal ini merupakan
tahapan penyelesaian suatu item pekerjaan yang akan mewujudkan prestasi pekerjaan secara berkala mulai
dari kegiatan – kegiatan awal/ persiapan dan lain –lain, pengadaan alat, pengadaan bahan dan tenaga kerja
secara efisien akan dapat menghasilkan volume kerja yang sesuai, disamping memudahkan dalam
pengaturan kerja dilapangan dan akan menciptakan kualitas kerja yang baik dan waktu penyelesaian yang
ideal sesuai dengan rencana pekerjaan.
b. ASUMSI DASAR
Jangka Waktu pelaksanaan = 120 (Seratus dua puluh) hari kalender
Jangka Waktu pemeliharaan = 180 (Seratus delapan puluh) hari kalender
Hari kerja untuk pekerjaan di lapangan dilaksanakan setiap hari kerja kecuali hari libur dan hari besar
nasional. Kepala Tukang, Mandor, Pekerja, Tukang, pengaturan hari kerjanya akan disesuaikan dengan
kondisi pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Jam Kerja Efektif
Jam kerja pada pekerjaan ini ditetapkan sebagai berikut :
Hari Senin s/d Sabtu : jam 08.00 s/d 16.00 Wib
Waktu istirahat : jam 12.00 s/d 13.00 Wib
Istirahat hari Jum’at : jam 11.30 s/d 13.00 Wib
Hari Minggu : Libur, bila dianggap perlu bisa dilaksanakan lembur
c. Lingkup Pekerjaan
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
- Uitzet / Bouwplank
- Administrasi & Dokumentasi
- Papan Nama Proyek
- Air Kerja dan Listrik Kerja
- Direksi Keet (Buat)
2. PEKERJAAN IPAL
- Pekerjaan Tanah
a. Galian Tanah dengan menggunakan alat berat dan membuang di lokasi proyek
b. Rabat beton K-175 tebal 5 cm
c. Urugan Pasir Bawah IPAL tebal 10 cm
- Pekerjaan IPAL Biofresh
a. Pek. Influent (Equalization Pump) Type Submersible
b. Pek. Basket Screen SUS304 Dim. 30x30x40 cm
c. Pek. Biofresh Tank Type BS-20 dan Instalasi
d. Pek. Efluent System (Filter Pump & Multimedia Filter Tank)
 Filter Pump Type Centrifugal Capacity 2.0 m3/hours
 Multimedia Filter Pump Model AerFresh MF-14 Capacity 2.0 m3/hours
e. Pek. Control Debit
f. Pek. Kontrol Panel
g. Pek. Commisioning Test
h. Mobilisasi & Demobilisasi
i. Pek Tutup Manhole (plat besi cor tbl. 1 cm, Material FC-250)
- Pekerjaan Sipil
a. Galian Tanah Rolaag Batu Belah
b. Urugan Pasir Bawah Rolaag Batu Belah
c. Urugan pasir Bawah Lantai Beton
d. Rolaag Batu Belah Camp. 1pc : 6pp
e. Dinding Bata Merah Ukuran (5x11x22) cm tebal 1/2 bata camp. 1sp : 6pp
f. Plesteran Camp. 1pc : 6 pp tebal 15 mm
g. Acian
h. Lantai Beton K-225 tebal 15 cm
 Beton mutu f'c=19,3 Mpa (K225), slum (12±2)cm, w/c = 0,58
 Pembesian Wiremesh M8
 Begisting
3. PEKERJAAN EQUALIZATION TANK
- Pekerjaan Tanah
a. Galian Tanah dengan menggunakan alat berat dan membuang di lokasi proyek
b. Urugan Pasir Tebal 10 cm
- Pekerjaan Beton
a. Lantai Beton K-225 Tebal 15 cm
 Beton mutu f'c=19,3 Mpa (K225), slum (12±2)cm, w/c = 0,58
 Pembesian Wiremesh M8
 Begisting
 Lapisan Plastik
b. Dinding Beton K-225 Tebal 15 cm
 Beton mutu f'c=19,3 Mpa (K225), slum (12±2)cm, w/c = 0,58
 Pembesian Wiremesh M8
 Begisting
c. Plat Penutup Beton K-225 Tebal 15 cm
 Beton mutu f'c=19,3 Mpa (K225), slum (12±2)cm, w/c = 0,58
 Pembesian Wiremesh M8
 Begisting
- Pekerjaan Aksesories
a. Pipa PVC 4" Type AW
b. Pek. Tutup manhole (plat besicor tbl. 1 cm Material FC-250)
4. PEKERJAAN BUFFER TANK, CHLORINE TANK & ECOLOGICAL TANK
- Pekerjaan Tanah
a. Galian Tanah dengan menggunakan alat berat dan membuang di lokasi proyek
b. Urugan Pasir Tebal 10 cm
- Pekerjaan Beton
a. Lantai Beton K-225 Tebal 15 cm
 Beton mutu f'c=19,3 Mpa (K225), slum (12±2)cm, w/c = 0,58
 Pembesian Wiremesh M8
 Begisting
 Lapisan Plastik
b. Dinding Beton K-225 Tebal 15 cm
 Beton mutu f'c=19,3 Mpa (K225), slum (12±2)cm, w/c = 0,58
 Pembesian Wiremesh M8
 Begisting
- Pekerjaan Aksesories
a. Pipa PVC 4" Type AW Segmen Panjang 40 cm
b. ChlorineTank & Dosing Pump
d. Rencana Pengawasan Kegiatan
Uraian tentang pengawasan, tugas dan tanggungjawab penyedia jasa dalam pelaksanaan Pekerjaan
Pembangunan IPAL (DBHCHT) RSUD Simo adalah sebagai berikut:
A. Direktur
 Bertanggung jawab terhadap mutu pekerjaaan sesuai spesifikasi teknik yang tercantum dalam
Dokumen penawaran.
 Melaksanakan instruksi-instruksi yang diberikan oleh Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat
Komitmen.
 Bertanggung jawab terhadap administasi dan keuangan proyek.
 Menandatangani Kontrak, Berita Acara dan Termyn/tagihan dan administrasi lainnya yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut diatas.
B. Pelaksana
 Menyusun Laporan bulanan tentang kemajuan fisik dan finansial.
 Bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang antara lain meliputi :
 Pelaksanaan pekerjaan / konstruksi sesuai dengan kontrak, gambar rencana dan spesifikasi
teknik.
 Pengadaan alat, pengadaan material dan tenaga kerja.
 Administrasi / keuangan lapangan.
 Merencanakan dan membuat time schedule, agar pelaksanaan pekerjaan di lapangan sesuai dengan
waktu yang ditetapkan.
 Menyiapkan dan melaksanakan :
 Laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan
 Check list
 Pengadaan tenaga kerja
 MC. 0 dan MC. 100
 Melaksanakan instruksi yang diberikan oleh Direksi Pekerjaan.
 Melaksanakan Pekerjaan dilapangan sesuai dengan gambar rencana dan berpedoman pada spesifikasi
teknik.
 Menjamin bahwa semua kerangka acuan kerja ini akan dipenuhi dengan baik sehubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
 Menyimpan gambar kerja dengan baik, tidak boleh merubah/mencoret tanpa seizin atasan langsung,
 Melaksanakan pekerjaan dengan konsisten sesuai dengan rencana mutu proyek (instruksi kerja),
speksifikasi teknis dari pelanggan, dan gambar kerja yang diterimanya dengan mengarahkan tukang
dan pekerjanya hingga didapat pekerjaan yang bermutu, tepat waktu, dan biaya yang seefisien
mungkin,
 Membuat opname prestasi pekerjaan bersama-sama kepala proyek dan sub kontraktor (bila ada) yang
bersangkutan untuk keperluan tagihan dan lain-lain,
 Menyiapkan Check list.
 Menyiapkan data dan melaksanakan MC. 0 dan MC. 100 serta As Built Drawing.
 Bertanggungjawab terhadap mutu pelaksanaan pekerjaan.
 Bertanggung jawab kepada Direktur.
C. Logistik
 Bertanggungjawab kepada Pelaksana menyiapkan dan mendatangkan peralatan-peralatan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
 Menyiapkan material yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan dan sesuai dengan spesifikasi
teknik.
D. Administrasi
 Mengatur cash flow keuangan proyek.
 Pengaturan dan penyelesaian keuangan proyek untuk :
 Upah tenaga kerja.
 Biaya pengadaan bahan / material dan alat.
 Bertanggungjawab kapada Direktur.
e. Rencana Penanganan Pekerjaan Persiapan
1. Pekerjaan persiapan merupakan langkah awal keberhasilan suatu proyek, dalam tahap persiapan sangat
berpengaruh langsung pada pelaksanaan proyek selanjutnya dikarenakan dalam proses persiapan ini
menunjukan kesiapan dan kemampuan dalam pengelolaan proyek. Pekerjaan persiapan ini akan kami
kerjakan pada minggu pertama setelah penandatanganan kontrak pekerjaan ini kami apabila kami
ditetapkan sebagai pemenang.
2. Pembersihan lokasi
1. Sebagai langkah awal peleksanaan pekerjaan, kami akan membersihkan lapangan/Lokasi pekerjaan
dari hal-hal yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
2. Secara garis besar Pembersihan area site tidak terjadi hanya di awal pekerjaan saja tetapi secara
berkala dan menjadi kegiatan rutinitas proyek itu sendiri.
3. Kami akan memasang papan nama proyek 1 (satu) unit dari konstruksi kayu dan tulisannya mudah
terbaca, redaksi papan nama proyek tersebut akan ditentukan kemudian, ukuran papan nama kegiatan
minimal 0,80 m x 1,20 m/ sesuai dengan petujuk Direksi pekerjan. Penempatan papan nama proyek di
lokasi yang mudah dibaca oleh umum dan tidak mengganggu jalannya proyek.
4. Administrasi dan Dokumentasi
a. Administrasi dan dokumentasi sebagai bahan pelaporan harian mingguan dan bulanan
b. Surat pemebritahuan mulai kerja apabila kami ditujuk untuk melaksanakan pekerjaan tersebut
c. Laporan Kemajuan Pekerjaan
1. Kami selalu memberikan laporan kepada Direksi pekerjaan per minggu sehingga pekerjaan yang
telah kami laksanakan selalu terkontrol oleh direksi pekerjaan.
2. Rekap laporan mingguan akan kami serahkan pada direksi setiap satu bulan sekali
3. Laporan akhir akan kami serahkan apabila pekerjaan telah selesai berikut dokumentasi pekerjaan
dari mulai pekerjaan atau 0% sampai dengan selesai 100% yaitu meliputi Back up pelaksanaan
pekerjaan, laporan mingguan,bulanan,Shop Drawing,As Built Drawing, Adendum pekerjaan
apabila dalam pelaksanaan terdapat perubahan item pekerjaan.
d. Dokumentasi
1. Pengambilan gambar saat kerja mulai 0%, 50%, dan 100% sebagai dokumentasi proyek dan
kelengkapan laporan pekerjaan yang sudah dilaksanakan.
- Menentukan lokasi/tempat bangunan yang akan diambil gambarnya.
- Lakukan pengambilan 0% untuk semua lokasi pekerjaan
- Lakukan masing-masing 3 (tiga) lembar
- Setelah gambar disusun menjadi 3 set, satu set selalu dibawa saat pengambilan foto/gambar
berikutnya (50%) dan seterusnya, sampai 100% sehingga latar belakang gambar
dipertahankan/sama.
e. Foto untuk lampiran kemajuan pekerjaan secara bulanan kami juga akan mengambil posisi kemajuan
pekerjaan, foto negatif akan diserahkan ke Direksi pekerjaan.
5. Menyediakan Fasilitas Lapangan / Lokasi Kerja
a. Menyediakan Direksi keet, Gedung, stok pile barak kerja dan lain-lain.
Dalam pelaksanaan proyek ini Direksi Keet yang dibuat terdiri dari Kantor ukuran 5x10m, Ruang
rapat Ukuran 4x4m, Gedung ukuran 6 x 10m, barak pekerja ukuran 3x10m, rumah genset. Untuk
Ruang kantor dan ruang Rapat didalamnya dilengkapi meja, kursi, gambar kerja, time schedule,
struktur organisasi proyek, papan tulis, alat pemadam kebakaran, buku tamu, buku direksi dan laporan
harian proyek. Ruang ini digunakan sebagai kantor sementara kontraktor dan dipakai sewaktu-waktu
perlu dilakukannya rapat kerja. Barak kerja dibuat untuk tempat tinggal sementara tenaga kerja
selama proyek berlansung. Gedung penyimpanan bahan ini dibuat untuk tempat bahan material yang
sifatnya untuk menjaga keselamatan dari bahan tersebut. Untuk Gedung penyimpanan semen,
tempatnya harus baik sehingga terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak.
Lantai penyimpanan harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.
6. Mendatangkan tenaga kerja sesuai kebutuhan dilapangan.
7. Mobilisasi / Demobilisasi Peralatan dan Bahan / Material
Kegiatan mobilisasi yang diperlukan tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus
dilaksanakan sebagaimana ditentukan dalam dokumen kontrak.
Persyaratan Mobilisasi
a. Pembelian / sewa tanah guna keperluan base camp untuk kami dan kegiatan pelaksanaannya.
b. Mobilisasi semua bahan matrial yang akan digunakan.
c. Mobilisasi dari semua staf supervisi dan semua pekerjaan yang diperlukan.
d. Mobilisasi dan pemasangan peralatan konstruksi dari suatu lokasi ke tempat yang digunakan sesuai
ketentuan kontrak.
e. Mobilisasi alat meliputi
- Beton Molen : 1 unit
- Exavator : 1 unit
- Stamper : 1 unit
- Water Tanker : 1 unit
- Pick up : 1 unit
Mobilisasi digunakan sesuai schedule mobilisasi dan akan dimulai selambat-lambatnya 1 minggu
setelah SPMK / sesuai dengan ketentuan Pengguna Barang / Jasa. Pihak kami akan menyerahkan
kepada Pengguna Barang / Jasa suatu program mobilisasi menurut detail dan waktu yang
ditentukan dalam mendatangkan alat dan melaporkan progresnya. Kami akan mengadakan
mobilisasi peralatan yang diperlukan dan lain-lain yang sifatnya mendukung dan melengkapi
pekerjaan tahap berikutnya, Dan juga akan segera melakukan pengiriman bahan dan material yang
dibutuhkan.
Dalam melaksanakan mobilisai alat langkah – langkah yang akan kami laksanakan adalah
 Alat yang pertama kali akan kami datangkan yaitu Pick Up, dikarenakan Pick Up
merupakan alat utama pendukung lancarnya pelaksanaan pekerjaan.
 alat berikutnya adalah Exavator alat ini didatangkan bersama – sama dengan Beton Molen,
Water tanker dan stamper. Apabila kami beserta Pengguna jasa dan Konsultan Pengawas
telah melaksanakan MC 0 atau pengukuran ulang lokasi pekerjaan dan telah selesai dalam
proses pembuatan Direksi Keet.
8. Air kerja dan listrik kerja
a. Air kerja akan kami sediakan sendiri dan didatangkan dari luar.
b. Air kerja harus bersih, tidak berlumpur dan tidak mengandung bahan kimia yang merusak.
c. Kami akan memberikan penerangan yang cukup pada setiap lokasi yang dianggap sangat
membutuhkan untuk penerangan.
d. Listrik akan kami sediakan, apabila terjadi mati lampu menggunakan Genset.
9. Keamanan dan pemeriksaan kesehatan
a. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan maka kami sesegera
mungkin mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban.
b. Kami bertanggungjawab secara penuh atas kecelakaan yang ditimbulkan baik yang menimpa
karyawan dari pihak kami sendiri maupun orang lain yang berada di lokasi pekerjaan dan sekitarnya
sesuai dengan peraturan-peraturan hukum mengenai perawatan dan tunjangan dari si korban /
keluarga.
c. Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dengan isi yang selalu lengkap harus berada
ditempat pekerjaan.
d. Kami menyediakan alat-alat untuk pemadam kebakaran untuk penanggulangan kebakaran bila
terjadi kebakaran pada saat pelaksanaan pekerjaan.
10. Segala sesuatu menyangkut kelancaran pelaksanaan pekerjaan disiapkan di lokasi sebelum pekerjaan itu
dimulai, diantaranya material, peralatan dan lain-lain yang dapat mendukung dan mempercepat proses
pelaksanaan pekerjaan.
11. Mutual Check
1. Pelaksanaan Mutual Check 0%
1). Pelaksanaan Mutual Check 0% diadakan berpedoman pada tender drawing.
2). Pelaksanaan untuk Pekerjaan Mutual Check adalah terdiri dari Penyedia Jasa bersama-
sama dengan Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak yang dibentuk oleh Pengguna Jasa.
3). Uraian pekerjaan Mutual Check yang dilaksanakan Penyedia Jasa adalah sebagai berikut :
 Pengukuran kembali semua kegiatan-kegiatan pekerjaan dengan mencocokkan
kembali pada titik tetap dengan ketelitian 10 /L.mm.
 Membuat gambar-gambar hasil pengukuran kembali (Utisetten) profil memanjang dan
melintang dengan mengikuti Standar Penggambaran Tender Drawing.
 Membuat gambar-gambar bangunan dengan mengikuti Standar Penggambaran Tender
Drawing (termasuk gambar detail).
 Membuat perhitungan Bill of Quantity (BOQ) perubahan tambahan/pengurangan.
4). Semua produk-produk hasil Uitsetten (data pengukuran kembali, gambar-gambar, Bill of
Quantity, RAB tambahan/pengurangan biaya) disampaiakan kepada Pengguna Jasa untuk
selanjutnya diteliti/diperiksa kebenarannya dan setelah mendapat persetujuan maka
Penyedia Jasa dapat melaksanakan pekerjaan tersebut.
5). Dari hasil pengukuran kembali/Uitsetten akan didapat perhitungan volume dengan Tender
Drawing.
6). Gambar-gambar hasil Uitsetten adalah sebagai dasar untuk Pelaksanaan Konstruksi
Lapangan.
7). Semua gambar-gambar hasil Mutual Check diperbanyak 4 kali.
12. Jangka Waktu Pelaksanaan Mutual Check
1). Jangka Waktu Pelaksanaan Mutual Check akan diatur/ditentukan Pengguna Jasa.
2). Jika tidak ditentukan lain pengajuan biaya tambahan/pengurangan biaya, paling lambat 1
(satu) bulan sebelum jangka waktu pelaksanaan berakhir sudah harus disampaikan kepada
Pengguna Jasa.
13. Pekerjaan Bongkaran
Pekerjaan Bongkaran akan dilaksanakan pada awal kegiatan dan akan mengikuti petunjuk Direksi
Pekerjaan / Konsultan Pengawas untuk menghindari kesalahan yang diakibatkan dari kesalahan
bongkaran.
14. Bowplank
1. Semua bouwplank menggunakan kayu kelas II / terentang diserut rata dan terpasang
waterpass dengan peil + 0,00 setiap jarak 2 meter papan bouwplank diperkuat dengan
patok kayu berukuran 5/7 cm. pada papan bouwplank semua dicatat sumbu-sumbu
dinding, dengan cat yang tidak luntur oleh pengaruh iklim atau diberi tanda- tanda yang
jelas.
2. Jarak papan bouwplank minimal 2,5 m dari garis bangunan terluar untuk mencegah
kelongsoran terhadap galian tanah pondasi.
3. Setelah pekerjaan ini selesai sesegera mungkn kami memninta persetujuan dari direksi
pekerjaan agar pekerjaan berikutnya dapat segera dikerjakan.
f. Pelaksanaan Pekerjaan
I. Pekerjaan Tanah
A. Galian Tanah dengan menggunakan alat berat
Sebelum memulai pekerjaan ini lokasi yang akan digali dibersihkan terlebih dahulu. bidang vertikal
galian tanah harus mempunyai jarak cukup dari lebar pondasi untuk memungkinkan pemasangannya,
penopangan dan lain – lain pekerjaan demi kelancaran pelaksanaan
 Dalamnya galian lubang pondasi harus mencapai tanah keras dan sekurang-kurangnya sesuai
gambar kerja dan telah diadakan pemerikasaan oleh Direksi.
 Semua kelebihan tanah disingkirkan dari lokasi pekerjaan sehingga tidak menghambat pelaksanaan
pekerjaan selanjutnya, lokasi untuk timbunan tanah akan ditentukan kemudian oleh direksi
pekerjaan
 Ruang antara bowplank dan galian semuanya bersih dari timbunan tanah
 Jika terdapat lokasi galian yang mudah longsor terlebih dahulu disediakan papan untuk menahan
tanah.
 Jika pada saat penggalian terdapat akar – akar atau tunas pohon, sisa kayu – kayu harus dikeluarkan.
B. Pekerjaan Urugan Pasir tebal 10 cm
 Urugan Pasir dilakukan untuk Urugan bawah lantai dan bawah IPAL dengan ketebalan sesuai
ketentuan dalam gambar.
 Peninggian/pembentukan muka tanah baru dengan ketebalan sesuai ketentuan dalam gambar.
C. Pemadatan
 Selama dalam pemadatan terjadi lendutan akibat tidak sempurnanya urugan, maka Pihak Kontraktor
harus memperbaikinya dengan bahan urugan yang memenuhi persyaratan.
II. Pekerjaan Pondasi Batu Belah 1 : 6
1. Pekerjaan Pondasi Meliputi Pekerjaan pondasi batu belah 1 : 6.
2. Untuk melaksanakan pekerjaan ini kami akan mendatangkan 4 orang pekerja, 2 orang tukang, 1
orang kepala tukang, dan 1 orang mandor lapangan.
3. Alat yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan ini antara lain Beton molen beserta tenaga
untuk mengoperasikannya, cangkul, cetok, skop, ember
a. Bahan
 Semen yang akan kami gunakan yaitu semen dari jenis Holcym
 Pasir Pasang yang akan kami gunakan yaitu pasir pasang ex. lokal
 Batu kali yang mempunyai kualitas baik.
b. Pelaksanaan
 Semua pekerjaan pondasi dilaksanakan apabila galian tanah telah diperiksa ukuran dan
kedalamannya serta disetujui Direksi.
 Jika lubang galian terjadi genangan air harus dikeringkan terlebih dahulu.
 Dasar galian diurug dengan pasir urug dan dipadatkan sampai benar-benar padat dengan
ketebalan sesuai yang ditentukan.
 Penghentian pekerjaan pondasi harus dibuat bergigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan
kokoh dan sempurna.
 Penampang batu belah maksimum 20 cm dengan 3 sisi permukaan kasar.
 Adukan harus membungkus batu pondasi sehingga tidak ada bagian yang keropos.
 Untuk keperluan penempatan kolom, sloof dan sebagainya harus dipersiapkan stek tulangan
kolom.
 Setiap jarak 2 m, sloof harus dipasang angkur  14 mm yang masuk ke dalam pondasi sedalam
30 cm dari muka atas pondasi.
 Sebelum alur pondasi diurug supaya diberitahukan kepada Direksi terlebih dahulu.
 Alur pondasi bagian dalam diurug dan bagian luar diurug serta dipadatkan dengan cara ditumbuk
dan diairi sampai benar-benar padat dan mencapai peil yang ditentukan.
 Batu belah harus bersih dari kotoran, pemasangan harus bersilang, semua bagian dalam harus
terisi adukan sesuai dengan campuran yang digunakan, semua nat yang tebal harus diisi batu
kricak. Tinggi pemasangan dalam satu hari tidak boleh lebih dari 0,50 m.
III. Pekerjaan Beton
Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanakan pekerjaan beton sesuai dengan
gambar rencana termasuk pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan pembantu.
b. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian - bagian dari
pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.
c. Pekerjaan beton bertulang terdiri dari, Foot, sloof, kolom, balok, plat beton/plat lantai, ring balk,
balok latai, serta plat topi-topi dan lain-lain seperti yang tertera dalam gambar detail.
d. Mutu beton yang digunakan menggunakan beton K-175 dan K-225.
e. Pekerjaan ini akan kami kerjakan sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah kami
buat. Pekerjaan akan kami undur apabila cuaca tidak memungkinkan untuk melakukan
pengecoran, dan kami akan mengonsep ulang jadwal pelaksanaan pekerjaan untuk pekerjaan
berikutnya.
f. Untuk melaksanakan pekerjaan ini kami akan mendatangkan 9 orang pekerja, 5 orang Tukang
batu, 2 orang kepala tukang, dan 1 orang mandor lapangan. apabila masih dianggap kurang kami
akan menambahkan pekerja sehingga pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah
kami buat.
g. Alat pendukung pelaksanaan pekerjaan yaitu 2 unit beton molen beserta tenaganya, cangkul,
cetok, skop, ember alat lain yang dibutuhkan.
h. Lain-lain
1) Pembuatan perancah, cetakan / acuan
2) Penulangan, pengecoran / adukan
3) Pembuatan benda uji, pembongkaran cetakan / perancah dan pemeliharaan
1. Bahan :
a. Semen portland / PC
 Semen portland yang dipakai dari jenis I menurut Peraturan Semen Portland
Indonesia SNI – 8 atau menurut ASTM.memenuhi S400 menurut standar cemen
portland yang digariskan oleh Asosiasi Cement Indonesia
 Semen harus sampai di tempat kerja dalam kondisi baik serta dalam kantong-
kantong semen asli dari pabrik. Merk semen yang kami gunakan dari jenis Holcym
masing-masing dengan ukuran berat 50 kg, satu macam dan dengan persetujuan
Pengawas. Semen harus disimpan dalam Gedung yang kedap air dan berventilasi
baik, di atas lantai setinggi 30 cm.
 Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari sepuluh lapis,
penyimpanan harus terpisah untuk setiap pengiriman dan penggunaannya diurutkan
sesuai dengan waktu pengiriman.
b. Pasir
 Pasir yang akan digunakan yaitu pasir ex. Lokal bermutu baik serta tidak
mengandung bahan organik,kandungan lumpur maksimal 5%
 Pasir ditempatkan di tempat yang saling terpisah dalam tumpukan yang tidak lebih
dari 1 m, berpermukaan yang bersih, padat serta kering dan harus dicegah terhadap
kotoran.
c. Koral
 Koral yang digunakan mempunyai ukuran maksimum 2-3 cm dan dapat memenuhi
persyaratan PBI-1971 NI-2.
 Koral yang akan kami gunakan koral dari hasil pecah mesin dan sebelum bahan
kami kirim ke lokasi pekerjaan terlebih dahulu mengajukan sempel untuk meminta
persetujuan dari direksi pekerjaan.
d. Air
 Air yang dipakai yaitu air tawar yang bersih, bebas dari zat - zat kimia yang dapat
merusak mutu beton, sesuai PBI 1971.
e. Baja tulangan
 Baja tulangan yang dipakai dari baja mutu U-24 polos untuk diameter ≤12 mm dan
baja mutu U-32 untuk diameter > 12 mm dan menurut SNI 1991 atau Japanese
Standard Class SR.24 atau British Standard No. 785. 1938, dengan toleransi
kelebihan sesuai Standard SII.
 Semua baja tulangan disimpan pada tempat yang bebas lembab, dipisahkan sesuai
dengan diameter serta asal pembelian. Semua baja tulangan dilindungi terhadap
segala macam kotoran dan lemak serta terlindung dari air hujan.
 Kawat beton berukuran minimal 1 mm dengan mutu tinggi standar SII.
 Untuk semua diameter baja tulangan yang digunakan pada konstruksi beton
bertulang, masing-masing diberikan sampelnya yang disusun pada papan kecil yang
diurutkan sesuai dengan diameternya.
f. Bahan campuran tambahan (Additives)
 Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton
dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk halus sebagai
bahan pengisi pori dalam campuran beton dengan persetujuan Direksi.
 Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran beton dalam
jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses pengadukan atau selama
pelaksanaan pengadukan tambahan dalam pengecoran beton. Bahan tambah yang
digunakan disesuaikan dengan standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-
2495-1991. Bahan tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya
sebagai :
 Bahan pengurang kadar air : berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran,
dan pengunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio dalam
campuran sesuai dengan workability yang diinginkan, atau untuk meningkatkan
workability ada angka water-cement rasio yang telah ditetapkan.
 Bahan untuk memperlambat waktu pengikatan : berfungsi untuk memperlambat
waktu pengikatan pasta semen, sehingga akan memperlambat pengerasan dari
beton. Bahan tambah jenis ini digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu
panas, dimana waktu pengikatan pasta semen dalam keadaan normal menjadi
sangat pendek dikarenakan suhu yang tinggi.
 Bahan untuk mempercepat waktu pengikatan : berfungsi untuk mempercepat
waktu pengikatan pasta semen, yang akan mempercepat pengerasan dari beton
sehingga mempercepat kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik
pembuatan beton precast (dimana perlu pelepasan bekisting secepatnya), atau
pekerjaan perbaikan yang sangat penting.
 Campuran bahan pengurang kadar air dan bahan memperlambat waktu
pengikatan.
Bahan tambah ini untuk menambah workability, dimana beton mempunyai
kekuatan tinggi dapat dibuat workabel tanpa mengurangi density, ketahanan dan
kekuatannya. Perlambatan waktu pengikatan sangat berguna untuk waktu
pengangkutan adukan beton yang lama ke tempat pengecoran, pengecoran dalam
kondisai yang sangat panas dan menghindari cold joint.
 bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi atau superplasticizer
adalah : bahan tambah yang mengurangi air dalam campuran dengan cukup
banyak dan sangat berbeda dengan Tipe 1,2 atau 4. Penggunaan bahan ini
digunakan membuat beton alir (flow concrete) untuk menjangkau tempat yang
tak terjangkau oleh pengetar dan beton pompa (pumping concrete) pada jenis
bangunan yang rumit.
 Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly Ash, Pozzolan,
silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton. Bahan tambah yang
digunakan harus sesuai atas persetujuan Direksi.
2. Pekerjaan Acuan / Begisting
 Cetakan haruslah dengan berbagai bentuk, bidang-bidang, batas-batas dan ukuran
dari beton yang diinginkan sebagaimana pada gambar-gambar atau seperti
ditetapkan Direksi Pekerjaan.
 Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki pada bagian jalan air.
Cetakan untuk permukaan yang demikian dapat dibuat dari kayu dan harus di dalam
segala hal benar-benar berbentuk dan berukuran yang tetap pada tempat dan
bentuknya selama pembebanan dan berlangsungnya pekerjaan vibrasi pemadatan
beton.
 Cetakan harus rapat tidak bocor, permukaannya licin, bebas dari kotorankotoran
seperti tahi gergaji, potongan-potongan kayu, tanah dan sebagainya sebelum
pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
 Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat sendiri adukan
beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan tekanan lainnya dengan tidak
berubah bentuk.
 Kayu yang digunakan yaitu kayu ukuran 2,5 cm.
 Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan, pembuangan air dapat
dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat sedemikian rupa hingga dapat dengan
mudah ditutup sebelum pengecoran dimulai.
 Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3x24 jam
setelah pengecoran.
3. Pelaksanaan
1. Mutu beton yaitu beton mutu K-175 dan K-225.
2. Semua adukan beton memenuhi syarat – syarat standar nasional indonesia SNI DT 91-
0008-2007
3. Pembesian : Pemuatan tulangan disesuaikan pada PBI-1971 / SKSNI T-15-1991.
4. Semua pemasangan tulangan beton disesuaikan dengan gambar kerja dan telah mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
5. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak berubah
tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan cetakan.
6. Cara Pengadukan
a. Semua pengadukan menggunakan Beton Molen
b. Mesin pengaduk betul-betul kosong sebelum menerima bahan-bahan dari adukan
selanjutnya, dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
c. Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu oleh Direksi Pengawas. Selama pengadukan kekentalan adukan beton selalu
diawasi dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian
slump, minimum 8 cm dan maksimum 10 cm.
4. PEKERJAAN RABAT BETON/LANTAI KERJA
Setelah tanah digali dan diberikan urugan pasir, selanjutnya dibuat lantai kerja dengan
campuran beton. Sebelum campuran beton diletakkan, dasar tanah diratakan terlebih
dahulu. Tebal dari lantai kerja ini sekitar 5 cm dan 8 cm.
5. PEKERJAAN COR BALOK dan SLOOF
Pengecoran balok dan sloof dilakukan setelah pondasi plat setempat dan pile cap selesai
dilakukan. Pada dasarnya pelaksanaan balok dan sloof sama dengan pelaksanaan Pondasi
Plat Setempat. Bekisting dan tulangan besi dirakit terlebih dahulu sesuai dengan shop
drawing. Setelah itu barulah campuran beton dituangkan, campuran beton yang
digunakan sama dengan campuran beton Pondasi yaitu mutu beton K-250. Campuran
beton tersebut terlebih dahulu telah dilakukan job mix design dan nilai slump tesnya
sesuai dengan spesifikasi teknis. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini perlu adanya
persetujuan dari pengawas.
6. PEKERJAAN COR BETON KOLOM
Proses pelaksanaan pekerjaan ini sebagai berikut :
 Pekerjaan Pembesian.
Fabrikasi pembesian dilakukan ditempat fabrikasi. Besi yang digunakan yaitu besi
Ø14 atau ukuran besi yang mendapat persetujuan direksi pekerjaan sebagai tulangan
utama dan besi Ø8 sebagai sengkang (begel). Besi ini dirakit dan dibentuk sesuai
dengan shop drawing.
 Pembuatan Bekisting.
Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat dengan kayu usuk 4/6 dan diberi
skur-skur penahan agar tidak mudah roboh.
 Melakukan Kontrol Kualitas. Ada 2 kontrol kualitas yang dilakukan. Kontrol kualitas
pertama yaitu Kontrol Kualitas Sebelum dilakukan pengecoran meliputi kontrol
kualitas terhadap posisi dan kondisi bekisting, posisi dan penempatatan pembesian,
jarak antar tulangan, panjang penjangkaran, ketebalan beton decking (Beton tahu),
ukuran baja tulangan yang digunakan, posisi penempatan water stop. Kontrol Kualitas
kedua yaitu Kontrol kualitas saat pengecoran. Pada saat berlangsungnya pengecoran,
campuran dari Beton Molen diambil sampelnya. Sampel diambil menurut ketentuan
yang tercantum dalam spesifikasi. Pekerjaan Kontrol kualitas ini akan dilakukan
bersama-sama dengan konsultan pengawas untuk selanjutnya dibuat berita acara
pengesahan kontrol kualitas.
 Kegiatan pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh
 Kegiatan Curing (perawatan)
Curing (perawatan) dilakukan sehari (24 jam) setelah pengecoran selesai dilakukan
dengan dibasahi air dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam keadaan basah.
7. PEKERJAAN COR BETON BALOK
Pelaksanaan pekerjaan ini sama dengan pelaksanaan pekerjaan kolom, hanya saja dalam
pengerjaan bekisting perlu adanya tambahan kayu dolken/ubar. Kayu ini berfungsi
sebagai steger/penopang dari bekisting agar bekisting tetap pada tempatnya (tidak terjadi
lendutan). Kayu steger tersebut ditegakkan dengan jarak sekitar 40 cm. Pelaksanaan
pengecoran balok, biasanya seiringan dengan pelaksanaan Pelat lantai. Dalam proyek
biasanya tulangan yang digunakan yaitu besi Ø16 & Ø13 sebagai tulangan utama dan
besi Ø8 sebagai sengkang (begel).
8. PEKERJAAN COR BETON PLAT LANTAI
Proses pelaksanaan pekerjaan ini yaitu :
 Pekerjaan Pengukuran dan Bekisting
Pemasangan bekisting pelat lantai didahului dengan pengukuran posisi balok.
Pengukuran dilakukan dengan cara memberi tanda as bangunan pada kolom lantai
bawah yang tadinya ada pada lantai bawah. Pengukuran ini ditujukan untuk
mengantisipasi kesalahan pada posisi balok. Dari hasil pengukuran tersebut maka
bekisting balok dan pelat dapat difabrikasi pada posisi yang benar diatas perancah
yang telah disiapkan. Pengaturan level balok dan pelat dapat dilakukan dengan
mengatur ketinggian perancah (Scafolding). Proses pemasangan bekisting ini dibantu
oleh surveyor untuk mengontrol level balok dan pelat.
 Pekerjaan Pembesian
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah bekisting siap, besi
tulangan yang telah siap dipasang dan dirangkai dilokasi. Pembesian balok dilakukan
terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan pembesian pelat lantai. Panjang
penjangkaran dipasang 30xD Tulangan Utama.
 Leveling Pengecoran pelat lantai
Agar pengecoran pelat lantai mencapai level yang benar dan tidak terjadi perbedaan
tinggi finishing cor, maka perlu dibuat alat bantu leveling pengecoran. Leveling
pengecoran dibuat dari besi siku yang ditumpukan pada beberapa titik besi beton.
Besi beton ini ditancapkan hingga posisi besi siku tidak lagi bergeser. Penempatan
besi siku diukur dengan waterpass dan diukur pada level sesuai gambar desain.
 Pekerjaan Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas yang dilakukan sama dengan kontrol kualitas yang dilakukan pada
pekerjaan kolom.
 Pengecoran beton
Pengecoran dilakukan dengan beton molen yang dibantu dengan penggunaan tenaga
yang ahli di bidangnya dan apabila diperlukan, direksi pekerjaan menunjuk
pengecoran menggunakan Ready mix. Dalam hal ini pengecoran dilakukan secara
sekaligus balok dan pelat seluruh lantai. Untuk mempercepat proses pengecoran
dipakai Concrete Pump. Pengecoran dibantu dengan alat vibrator untuk meratakan
dan memadatkan campuran. Selanjutnya finishing lantai cor ini adalah rata namun
dibiarkan kasar karena selanjutnya akan dilakukan pekerjaan lantai.
 Pekerjaan curing
Sama hal nya dengan pekerjaan kolom, Curing (Perawatan) dilakukan sehari setelah
dilakukan pengecoran.
9. PEMBONGKARAN CETAKAN BETON
1. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan (SNI) DT-91-0008-2007, dimana bagian
konstruksi yang dibongkar cetakannya dapat memikul berat sendiri dan beban-beban
pelaksanaannya.
2. Pembongkaran cetakan beton untuk :
- Sisi balok list plank, sisi balok/kolom setelah berumur 3 hari
- Bagian bawah balok list plank, balok/pelat setelah berumur 2 minggu
- Untuk elemen-elemen struktur yang masih memikul penunjang untuk lantai
diatasnya, penunjang dipasang kembali setelah cetakan beton dibongkar.
3. Pembongkaran Acuan / cetakan dapat dilakukan apabila telah mendapat persetujuan
dari Direksi Pekerjaan.
4. Segera sesudah cetakan-cetakan dilepas, permukaan beton diperiksa dengan hati-
hati. Permukaan-permukaan yang tidak beraturan segera diperbaiki sampai disetujui
Direksi Pekerjaan.
10. PERAWATAN BETON
1. Semua beton dirawat (cured) dengan air. Direksi Pekerjaan berhak menentukan cara
perawatan bagaimana yang digunakan pada bagian- bagian pekerjaan.
2. Beton tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus (segera sesudah beton cukup
keras untuk mencegah kerusakan) dengan cara menutupnya dengan bahan yang
dibasahi air atau dengan pipa berlubang-lubang, penyiram mekanis atau cara-cara
yang disetujui untuk menjaga agar permukaan selalu basah. Air yang digunakan
dalam perawatan (curing) harus memenuhi spesifikasi air untuk campuran beton.
IV. Pekerjaan pasangan bata dan Pekerjaan Plesteran
a. Lingkup Pekerjaan :
a. Pasang batu bata setebal ½ batu dengan campuran 1 : 6 yang meliputi pasangan batu bata
untuk dinding.
b. Pekerjaan plesteran dinding 1 : 6.
c. Acian dan Sponengan.
d. Tenaga kerja yang akan kami pekerjaankan yaitu 5 orang pekerja, 3 orang tukang, 1 orang
kepala tukang, 1 orang mandor lapangan
e. Alat yang dibutuhkan dalam pelaksanan pekerjaan ini yaitu beton molen beserta tenaganya,
selang air / waterpas, cetok, cangkul, ember.
b. Bahan
a. Bata merah ex.lokal
b. Pasir pasang ex. lokal
c. Semen ex. Holcym
d. Air kerja
c. Pelaksanaan
 Pasangan batu bata
a. Pekerjaan pasangan dinding bata terkontrol waterpass baik arah vertikal maupun horisontal.
setiap 8 baris bata di pasang anker besi dari kolom.
b. Batu bata sebelum dipasang direndam air terlebih dahulu sampai jenuh, dan batu bata harus
bersih dari segala kotoran.
c. Pemasangan batu bata dilakukan bertahap, dalam satu hari tidak boleh lebih dari 1 m
tingginya setiap tahapnya di ikuti dengan cor kolom praktis ditunggu sehari untuk
pemasangan berikutnya.
d. Spesi pasangan batu bata harus padat, tidak berongga dan harus dikorek siarnya.
e. Sebelum dinding diplester dikaprot dengan campuran 1 pc : 6 ps dengan ketebalan lebih
kurang 3 mm untuk mendapatkan ikatan yang lebih baik. kelembaban plesteran dijaga
sehingga pengeringan bidang plesteran stabil dan kemudian diperhalus dengan acian semen.
f. Untuk finishing beton expose, sebelum diperhalus / afwerking permukaan beton perlu
dikasarkan / dikaprot terlebih dahulu dengan campuran 1 pc : 6 ps dengan ketebalan lebih
kurang 3 mm untuk mendapatkan ikatan yang lebih baik.
g. Dinding batu bata yang luasnya lebih dari 12 m2 diperkuat beton praktis
h. Dalam proses pengeringan, dinding batu bata selalu disiram air terus menerus selama 14
hari.
i. Semua campuran adukan dicampur dengan mesin pengaduk, pengadukan dengan tangan
hanya boleh dilaksanakan dengan seijin Pengawas.
 Plesteran
Pekerjaan plesteran dilakukan setelah pekerjaan dinding dilakukan atau dapat juga dilakukan
sehari setelah dinding dipasang. Proses pelaksanaan pekerjaan plesteran yaitu :
a. Pasir pasang yang akan digunakan terlebih dahulu diayak. Hal ini untuk menghilangkan
sampah-sampah yang ada pada pasir.
b. Kemudian spesi diaduk yaitu 1 : 6
c. Pasangan dinding bata terlebih dahulu disiram air
d. Dibuat kepala plesteran pada beberapa bagian
e. Permukaan dinding diplester kemudian diratakan dengan sipatan
Peralatan yang digunakan pada pekerjaan ini sama dengan peralatan yang digunakan pada
pekerjaan dinding.
 Acian dan Sponengan
Pekerjaan acian dilaksanakan setalah pekerjaan plesteran selesai dan seluruh plesteran telah
kering. Proses pelaksanan Acian dan Sponengan prinsipnya sama dengan pelaksanaan Plesteran.
V. Pekerjaan IPAL Biofresh
Tinjauan Tentang Pengolahan Air Limbah
Pada awalnya tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk menghilangkan bahan-bahan tersuspensi
dan terapung, pengolahan bahan organik biodegradableserta mengurangi organisme patogen, namun
sejalan dengan perkembangannya, tujuan pengelolaan air limbah sekarang ini juga terkait dengan aspek
estetika dan Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD, partikel tercampur
serta membunuh organisme pathogen. Selain itu, diperlukan juga tambahan pengolahan untuk
menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar
konsentrasi yang ada menjadi rendah. Untuk itu diperlukan pengolahan secara bertahap agar bahan
tersebut dapat dikurangi
Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan
tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada
tahap ini ialah screen and grit removal (bak penangkap dan penyedot pasir), equalization and storage
(pengumpulan dan pengendapan pasir di dasar bak pengolahan), serta oil separation (pemisahan
minyak).
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan
awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan
tahap pertama ialah neutralization (penetralan/menyortir kerikil, lumpur dan menghilangkan zat
padat), chemical addition and coagulation (penambahan zat kimia dan koagulasi/pengentalan),
flotation (pengapungan), sedimentation (sedimentasi/pengendapan), dan filtration
(filtrasi/penyaringan).
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak
dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada
pengolahan tahap ini ialah activated sludge (penggunaan lumpur aktif), anaerobic lagoon
(pertumbuhan bakteri dalam bak reaktor), tricking filter (penyaringan dengan cara pengentalan),
aerated lagoon (aerasi/proses penambahan oksigen), stabilization basin (stabilisasi pada bak reaktor),
rotating biological contactor (metode pemanfaatan kemampuan mikroba untuk merombak bahan
cemaran menjadi senyawa yang stabil), serta anaerobic contactor and filter (metode pemanfaatan
mikroba dan penyaringan).
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation and
sedimentation (pengentalan dan pengendapan), filtration (penyaringan), carbon adsorption
(penyerapan dengan penggunaan karbon aktif/arang batok kelapa), ion exchange (pergantian ion),
membrane separation (pemisahan membran), serta thickening gravity or flotation (pengentalan dan
pengapungan).
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian diolah
kembali melalui proses digestion or wet combustion (pencernaan lumpur aktif guna menstabilkan
lumpur melalui pembusukan zat organik dan anorganik yang bebas dari molekul oksigen), pressure
filtration (penyaringan dengan tekanan), vacuum filtration (penyaringann hampa udara),
centrifugation (pemutaran sentrifugal), lagooning or drying bed (pengeringan dan pembuangan di
tanah), incineration (meliputi pembakaran, oksidasi basah, dan pengeringan dengan panas ), atau
landfill (pengisian tanah dari pembuangan lumpur).
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan
rumah sakit yang meliputi limbah domestik cair, limbah cair klinis, air limbah laboratorium dan lainnya.
Air limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah cair klinis umunya
mengandung senyawa organik yang cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara
biologis. Sedangkan air limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung
logam berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan kedalam proses pengolahan biologis, logam
berat tersebut dapat mengganggu proses pengolahannya.
Oleh karena itu untuk pengelolaan limbah rumah sakit, air limbah yang berasal dari laboratorium dipisah
dan ditampung kemudian diolah secara kimia-fisika, selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama
limbah lainnya dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis.
Prinsip Pengolahan limbah cair rumah sakit adalah :
1. Saluran pembuangan air limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air dan limbah
harus mengalir dengan lancar.
2. Rumah sakit harus memiliki unit pengolahan limbah sendiri atau bersama-sama secara kolektif
dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak
terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.
3. Kualitas limbah (effluent) rumah sakit yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi
persyaratan baku mutu effluent sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengolahan air limbah secara biologis aerobik secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni proses
biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses biologis dengan biakan melekat (attached
culture) dan proses pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam. Teknologi proses pengolahan air
limbah rumah sakit secara biologis aerobic yang sering digunakan antara lain: Proses Lumpur
Aktif/Konvensional (Actived Sludge Process), Reaktor Biologis Putar (Rotating Biological
Contaktor,RBC), Proses Aerasi Kontak (Contact Aeration Proces), Proses Pengolahan dengan Biofilter
“Up Flow”, serta proses pengolahan dengan system Biofilter Anaerob-Aerob.
Pengelolaan limbah layanan kesehatan (rumah sakit) terbagi atas:
1. Pengolahan limbah berhubungan dengan instalasi pengolahan limbah cair perkotaan.
a.Saluran pembuangan perkotaan dihubungkan dengan instalasi pengolahan limbah yang menjamin
dapat menghilangkan bakteri sampai 95%-nya.
b. Lumpur yang dihasilkan oleh instalasi pengolahan limbah akan menjalani pengolahan anaerob
sehingga hanya menyisakan satu telur cacing per liter dalam lumpur yang sudah diolah.
c. Sistem pengelolaan limbah pada instansi layanan kesehatan mempertahankan standar yang tinggi
dan menjamin bahwa limbah cair yang dihasilkan tidak akan mengandung zat kimia toksik, sediaan
farmasi, radionuklida, obat- obatan sitotoksik, dan antibiotik.
d. Ekskreta yang berasal dari pasien yang menerima obat-obatan sitotoksik ditampung di tempat yang
terpisah dan menjalani pengolahan yang adekuat.
2.Pengolahan di tempat atau pra- pengolahan limbah cair
Banyak rumah sakit, terutama rumah sakit yang sistem pembuangannya tidak terhubung dengan
instalasi pengolahan limbah kota, memiliki instalasi pengolahan limbahnya sendiri.Pengolahan limbah
cair rumah sakit di tempat hanya akan efesien jika mencakup aktivitas berikut :
a. Pengolahan primer
b. Purifikasi biologis sekunder.
Sebagian besar cacing akan mengendap dalam lumpur akibat proses purifikasi sekunder, demikian pula
dengan bakteri ( 90-95%) dan virus, dengan demikian walau sudah terbebas dari cacing effluent masih
mengandung bakteri dan virus dalam konsentrasi yang infektif.
c. Pengolahan tersier
Effluent sekunder kemungkinan akan mengandung minimal 20 mg/liter zat organik terlarut yang
jika didesinfeksi dengan khlor hasilnya tidak akan efisien. Dengan demikian, effluent harus
menjalani
Agar konsentrasi pathogen sebanding dengan konsentrasi yang ditemukan dalam air di alam,
effluent tersier harus menjalani desinfeksi klor sampai mencapai kadar yang ditetapkan.
Desinfeksi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan khlor dioksida (paling efesien),
natrium hipoklorit, atau gas khlor. Pilihan lainnya adalah dengan melakukan desinfeksi sinar
ultraviolet.
 Tahapan dalam pengelolaan air limbah rumah sakit sebagai berikut:
a. Pengumpulan meliputi: sumber, bak kontrol, sistem perpipaan menuju instalasi pengolahan
b. Pengolahan : Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sesuai kebutuhan rumah sakit
c.Pembuangan : pembuangan air limbah dari efluen IPAL ke saluran air limbah umum atau ke
badan air.
 Prinsip Pengolahan limbah cair rumah sakit adalah :
1. Saluran pembuangan air limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air
dan limbah harus mengalir dengan lancar.
2. Rumah sakit harus memiliki unit pengolahan limbah sendiri atau bersama-sama secara
kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada
atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.
3. Kualitas limbah (effluent) rumah sakit yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi
persyaratan baku mutu effluent sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
VI. Pekerjaan Aksesories
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pada tempat – tempat seperti pada gambar – gambar rencana, pemborong melaksanakan
pekerjaan – pekerjaan Pengadaan, Pemasangan dan Pengetesan instalasi.
b. Tenaga kerja yang kami datangkan yaitu 6 orang pekerja, 4 orang tukang, 1 orang kepala
tukang, 1 orang mandor lapangan.
c. Alat yang akan kami gunakan yaitu gergaji pipa, dan alat pendukung lainnya yang dibutuhkan
2. Bahan – bahan yang digunakan :
1. Pipa PVC 4" Type AW
2. Pipa PVC 4" Type AW Segmen Panjang 40 cm
3. ChlorineTank & Dosing Pump
4. Tutup manhole (plat besicor tbl. 1 cm Material FC-250)
3. Pelaksanaan
 Sudut belokan yang diperbolehkan ialah 90° - 45°.
 Pipa dalam tanah harus bebas dari bahan – bahan keras dan harus diurug pasir setebal minimum
10 cm sekeliling pipa dan kedalaman galian pipa minimal 50 cm disesuaikan dengan kondisi
lapangan.
 Pipa diameter 50 mm sampai dengan kemiringan minimal 2%.
 Pipa diameter lebih besar dari 65 mm kemiringan minimal 1,5%.
 Sebelum pipa dipasang, suport pipa harus dipasang terlebih dahulu dalam keadaan
sempurna dan suport dicat dengan zinchromate Primer Paint.
 Pipa dan Fitting harus bebas dari tegangan dalam yang diakibatkan dari bahan yang di paksakan.
 Dempul karet (seal) dengan kualitas baik agar digunakan untuk mencegah kebocoran dan
perembesan.
 Sleeves pipa harus dipasang untuk pipa yang menembus slab beton atau tembok dengan
memakai sleeves dari bahan besi tuang dengan
 ukuran 1.5 x ukuran pipanya. Untuk pipa yang menembus konstruksi bangunan yang mempunyai
lapisan kedap air (water proofing) Sleeves harus dari jenis Flashing Sleeves.
 Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang tidak dapat diatur (adjustable) dengan
jarak antara tidak lebih dari 3 M.
 Semua sistem pemipaan harus diuji dengan hasil tekanan
 hidrostatic minimal 1,5 x tekanan kerja selama 24 jam terus menerus, dengan penurunan
maksimal sebesar 5% dari harga tersebut diatas.
g. PEKERJAAN FINISHING
a. Pekerjaan finishing atau penyempurnaan dikerjakan setelah seluruhnya pekerjaan telah selesai dikerjakan
dengan baik dan sesuai dengan spesifikasi / bestek. Pekerjaan finishing antara lain perapian bangunan,
pembersihan lokasi dari bekas material dan sisa-sisa bahan, penyempurnaan pada bagian-bagian
pekerjaan agar terlihat lebih baik dan rapi.
b. Pekerjaan ini harus dapat menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan (100%) dengan tepat mutu dan
tepat waktu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Dokumen Kontrak secara keseluruhan
serta petunjuk Direksi Proyek / Pengawas.
c. Sebelum menyerahkan pekerjaan yang pertama/kedua, pelaksana berkewajiban menyelesaikan semua
jenis pekerjaan dan pembersihan lapangan sehingga hasil pekerjaan nampak bersih dan sempurna.
d. Setelah semuanya selesai baru mengajukan permohonan Penyerahan Pertama (PHO). Yang nanti akan
diperiksa dengan Panitia Pemeriksa Pekerjaan dengan tanda bukti Berita Acara Pemeriksaan Pertama.
Setelah itu penyedia jasa masih mempunyai tanggung jawab memelihara pekerjaan selama jangka waktu
pemeliharaan yaitu 180 hari kalender.
h. Rencana Penanganan Masa Pemeliharaan
 Masa pemeliharaan adalah masa dimulainya pemeliharaan hasil pekerjaan yang dihitung dari mulai
tanggal Serah Terima Pertama (PHO) sampai dengan berakhirnya masa pemeliharaan sesuai kontrak.
 Dalam masa pemeliharaan, jika ada kerusakan-kerusakan yang terjadi, kami segera melakukan perbaikan
sesuai kondisi saat diserahterimakan.
 Dalam masa pemeliharaan tim teknis kami akan memantau secara berkalan hasil pekerjaan, sehingga
apabila terjadi kerusakan – kerusakan maka kami bisa segera mungkin memperbaiki kerusakan tersebut.
 Kemudian setelah melewati masa pemeliharaan 180 hari kalender dan dinyatakan tidak ada masalah
dengan konstruksi fisik maka dapat dilakukan penyerahan pekerjaan untuk ke dua kalinya (FHO), dan
setelah penyerahan tersebut maka tanggung jawab bangunan menjadi tanggung jawab Pihak Pertama.
i. Penutup
Sekian uraian pekerjaan yang dapat kami sampaikan demi menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
Dokumentasi pekerjaan dilaksanakan pada masing-masing pekerjaan dari foto 0%, foto 50 % maupun 100
%. Dengan metode pelaksanaan ini, mudah-mudahan pekerjaan Tersebut dapat selesai sesuai dengan
rencana dan spesifikasi teknik seperti dalam kontrak yang sudah disetujui dan ditandatangani bersama.

Purbalingga, 7 Mei 2019


Penawar,
CV. KARYA WIJAYA

NOFRIZAL ENGGAR YOHANDI


Direktur

Anda mungkin juga menyukai